UMKM Butuh Akses Permodalan yang Luas? Jaga Skor Kredit Kuncinya!

Direktur PT Pefindo Biro Kredit atau Idscore Wahyu Trenggono mengungkapkan tips bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia yang ingin punya akses luas terhadap permodalan usahanya. Salah satu kuncinya adalah dengan menjaga skor kredit usaha.

“UMKM harus menjaga credit scoring (skor kredit), agar tetap baik di mata lembaga jasa keuangan (LJK), sehingga pada saat butuh dana, bisa mendapatkan dana yang dibutuhkan, ini yang harus dijaga,” kata Wahyu dalam acara Kini Paham Kredit #4 oleh IdScore, pada Selasa (23/11) lalu.

Kualitas skor kredit yang tinggi dan terjaga akan membuka akses UMKM untuk memiliki banyak alternatif modal atau pendanaan. UMKM bisa mengakses pembiayaan dengan bunga yang lebih murah atau kompetitif dari berbagai LJK, baik bank maupun non bank.

“UMKM akan punya banyak pilihan, bisa pergi mengajukan ke bank mana pun dan mendapat kebutuhan dana yang kita butuhkan. Sekarang makin banyak LJK yang menerapkan risk-based pricing atau harga berdasarkan risiko. Kalau risikonya tinggi, ya dikasih bunga yang lebih tinggi juga,” ujar Wahyu.

Apa Itu Skor Kredit dan Seberapa Penting bagi UMKM?

Skor kredit adalah suatu sistem yang diterapkan oleh LJK untuk menilai kelayakan peminjam yang mengajukan pinjaman. Wahyu menilai bahwa skor kredit yang bagus sangat penting bagi UMKM dalam pengajuan kredit.

Dalam proses ini, calon peminjam akan dianalisis, mulai dari data diri, usia, status pekerjaan, jabatan, masa kerja, gaji, status pernikahan, beban tanggungan keluarga, pekerjaan pasangan (suami/istri), hingga riwayat pinjaman.

Skor kredit ini  tak hanya penting bagi UMKM selaku calon debitur yang membutuhkan pinjaman, tetapi juga bagi kreditur atau pemilik dana sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan pinjaman.

Meski begitu, Wahyu juga memberikan saran bagi UMKM yang terlanjur memiliki skor kredit yang buruk. Cara memperbaiki skor kredit dapat dilakukan dengan memperhatikan enam indikator skor kredit.

Enam Indikator Skor Kredit yang Wajib Diketahui

Wahyu menyampaikan enam indikator yang menjadi aspek penting dalam skor kredit. Di antaranya yakni demografi, perilaku pembayaran, status hutang terbaru, utilitas kredit, kapabilitas finansial dan manajemen operasional perusahaan.

Berikut penjelasannya:

1. Prilaku Pembayaran

Wahyu mengatakan bahwa indikator yang paling berpengaruh dalam penilaian kredit adalah perilaku pembayaran. Indikator ini disebut menjadi penyumbang kontribusi paling besar yakni 57% dari skor.

Perilaku pembayaran sendiri dilihat dari kedisiplinan debitur dalam melakukan pembayaran baik pokok maupun bunga atas pinjaman yang pernah dia terima dari perusahaan keuangan. “Jika kita rajin membayar tepat waktu dan melunasi pinjaman 100%, maka nilainya akan bagus” jelas Wahyu.

2. Status Hutang Terbaru

Status hutang terbaru menjadi indikator dengan berpengaruh paling besar kedua dalam penilaian kredit. Kontribusinya yakni sebesar 33% dari skor. “Kita lihat, apakah dia punya posisi hutang? Di mana saja? Ini akan berpengaruh juga,” ujar Wahyu.

3. Kapabilitas Finansial

Indikator ketiga yang memiliki pengaruh tak kalah besar adalah kapabilitas finansial. Indikator ini berkontribusi sebesar 17% dari skor. Kapabilitas finansial ini berkaitan dengan sumber penghasilan calon debitur, misalnya dari gaji atau pengasilan lainnya.

4. Manajemen Operasional Perusahaan

Selanjutnya, yakni manajemen operasional perusahaan dengan kontribusi pengaruh sebesar 12% dari skor. Manajemen operasional ini berkaitan dengan pengelolaan perusahaan. Misalnya, dilihat dari cash flow atau dari sisi rasio keuangan.

5. Demografi

Indikator demografi berkontribusi sebesar 6% terhadap penilaian kredit. Aspek demografi ini antara lain terkait dengan jenis kelamin dan usia. Wahyu mengatakan ada perbedaan prilaku antara pria dan wanita, demikian juga antara yang berusia tua dan muda.

6. Utilitas Kredit

Terkahir, indikator utilitas kredit berkontribusi sebesar 4% terhadap penilaian skor kredit. Utilitas di sini terkait dengan sejarah pemanfaatan plafon kredit yang pernah diberikan. Calon debitur yang menggunakan 100% plafon kredit, memiliki score yang lebih baik ketimbang debitur yang menggunakan lebih sedikit.

Situasi Skor Kredit UMKM Saat Ini

Wahyu mengatakan saat ini masih banyak UMKM di Indonesia yang memiliki skor kredit merah. Penyebabnya adalah karena adanya kredit macet atau tagihan kredit yang belum atau tidak dilunasi.

Ia mengungkap, dari 65 juta UMKM di Indonesia, baru 3,73 juta UMKM yang mendapatkan pendanaan dari lembaga jasa keuangan, termasuk perbankan, fintech, multifinance dan sebagainya.

Dari jumlah tersebut, baru 43% yang bisa mendapatkan pinjaman tanpa jaminan. Padahal pemerintah sangat mendukung pembiayaan atau kredit untuk UMKM. Sementara, LJK memberikan syarat kepada UMKM untuk memiliki skor kredit hijau agar mendapatkan akses pembiayaan usaha.

Menurut Wahyu, UMKM belum secara maksimal memanfaatkan peluang permodalan yang ada. Dengan begitu, dia mengatakan UMKM perlu memperhatikan skor kreditnya, agar dapat memaksimalkan banyaknya fasilitas pembiayaan yang telah tersedia.

Jumlah LJK di Indonesia sendiri terdiri lebih dari 100 bank umum, 30 bank pembangunan daerah (BPD), 1600 bank perkreditan rakyat (BPR), 250 perusahaan multifinance, dan lebih dari 100 financial technology (fintech).

Pefindo Biro Kredit Luncurkan MyIdScore, Bantu Individu Bangun Reputasi Keuangan

Reputasi keuangan menjadi aspek penting yang menjadi indikator setiap lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit bagi individu. Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk menjaga reputasi kredit agar tetap positif untuk bisa digunakan sewaktu-waktu ketika membutuhkan. Salah satu upaya menjaga reputasi kredit adalah dengan menjaga kepatuhan membayar angsuran atau cicilan tepat waktu.

Namun, ada kalanya ketika kita sudah patuh, masih ada kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian data. Maka dari itu, masyarakat dinilai perlu melakukan pengecekan secara berkala terkait informasi yang dilaporkan oleh lembaga jasa keuangan. Hal ini yang coba dimanfaatkan Pefindo Biro Kredit (PBK) dengan inovasi terbarunya MyIdScore. Platform yang menyajikan laporan kredit skoring untuk nasabah individu yang dapat diajukan dan diakses secara digital lengkap dengan laporan kredit historis.

Bertepatan dengan hari jadi PBK yang ke-7, Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit Yohanes Abimanyu mengungkapkan, “Kehadiran produk ini bertujuan untuk membantu masyarakat mengetahui tingkat kelayakan kredit mereka baik sebelum melakukan pinjaman atau sebagai bahan evaluasi. Produk ini juga dapat digunakan untuk memeriksa keakuratan dan keterkinian data debitur.”

Solusi B2C

Sebelumnya, kredit skoring identik dengan BI Checking — sekarang menjadi SLIK di OJK. Individu harus mengaksesnya secara manual melalui regulator dengan proses yang cukup rumit dan memperoleh informasi laporan kredit historis standar, tanpa kredit skor. Melalui solusi terbaru ini, MyIdScore menawarkan laporan yang lebih lengkap dengan akses yang lebih mudah.

Laporan ini menyajikan profil debitur, daftar fasilitas kredit yang pernah dan masih dimiliki hingga saat ini, detail fasilitas yang dimiliki, riwayat fasilitas kredit, saldo terutang selama 24 bulan terakhir, dan status kredit (macet/lancar) hingga kemungkinan gagal bayar dan informasi lainnya.

Ada tiga paket yang disediakan untuk mengakses layanan MyIdScore, yaitu free report (gratis 1x / tahun pertama), Silver Report (Rp75.000 untuk 1x pengecekan), Gold Report (Rp125.000 untuk 3x pengecekan dalam tiga bulan), atau Platinum Report (Rp175.000 untuk 3x pengecekan dalam satu tahun).

Skoring yang digunakan berkisar antara 250 hingga 900, yang berbanding lurus dengan reputasi keuangan/tingkat kelayakan kredit dan berbanding terbalik dengan profil risiko kredit. Makin tinggi skor, maka makin rendah risiko kredit dan makin besar kemungkinan kredit disetujui. Saat ini, MyIdScore juga sudah terintegrasi dengan SLIK OJK, sehingga informasi yang disajikan akan lebih akurat dan relevan.

Informasi yang dikeluarkan oleh MyIdScore ini bisa digunakan terhadap berbagai lembaga keuangan. Namun, dengan skor kredit yang positif sekalipun, pada dasarnya setiap lembaga keuangan mempunyai risk apetite masing-masing. Terkait hal ini, pihaknya menyampaikan bahwa informasi yang disediakan hanya bertujuan untuk mempermudah lembaga keuangan dalam analisis credit scoring.

Salah satu segmen yang disinyalir akan sangat terbantu dengan solusi ini adalah pekerja kreatif/informal. Salah satu aktris ternama yang hadir dalam peluncuran MyIdScore, Dian Sastrowardoyo membagikan pengalaman di masa awal karirnya sebagai pekerja seni yang permohonan kreditnya ditolak karena tidak bisa melengkapi syarat dokumen seperti slip gaji serta penghasilan yang tidak tetap. “Dengan adanya kredit skor yang praktis, kita jadi tahu apa yang harus kita perbaiki supaya nggak berkali-kali ditolak pinjamannya oleh bank”, ujarnya.

“Dengan memeriksa credit score, calon peminjam bisa mengukur tingkat kelayakan kreditnya dan seberapa besar peluang pengajuan pinjaman disetujui. Angka score dan track record seseorang merupakan rujukan dalam proses analisa kredit. Kalau credit score bagus, persetujuan kredit akan semakin mudah diperoleh,” ujar Abimanyu.

Direktur PBK Wahyu Trenggono turut menambahkan bahwa informasi ini merupakan tahap pertama. Ke depannya, perusahaan melihat potensi pengembangan lebih lanjut untuk angle lain. Tidak hanya berdasarkan riwayat perbankan namun juga melalui informasi seluler. Sebelumnya, Pefindo sudah lebih dulu merilis IdTelcoScore untuk analisis skoring kredit dari nomor seluler.

Proyeksi pertumbuhan kredit di Indonesia

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 4%-6% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6%-8%. Prakiraan kinerja penyaluran kredit tahun 2021 ini didukung oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.

Berkaca pada tahun 2021, Yohanes menanggapi dengan adanya relaksasi atau pembukaan ekonomi, otomatis mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi dan kredit di Indonesia. Berdasarkan data dari OJK dan Bank Indonesia, proyeksi pertumbuhan kredit akan meningkat di angka 4%-7% di tahun 2022. “Melihat proyeksi pertumbuhan kredit yang semakin baik, kami berharap bisa membantu masyarakat menjaga reputasi keuangannya,” tambahnya.