PowerBrain Indonesia Terpilih Sebagai Pemenang UKode Hackathon 2021

Usai sudah rangkaian perhelatan hackathon virtual dari kompetisi UKode Hackathon 2021. Setelah melalui proses penjurian pada hari ini (17/03), Ukode Hackathon 2021 secara resmi mengumumkan tim PowerBrain Indonesia sebagai pemenang utama dari ajang inovasi produk digital tersebut.

Sebelumnya, kompetisi yang diprediksi akan menciptakan inovasi produk digital untuk isu perubahan iklim itu telah terlebih dahulu menyortir 5 (lima) finalis yang bersaing secara ketat. Proses penjurian pun dilakukan, dibantu dengan juri-juri ternama dari industri teknologi tanah air seperti; Atika Benedicta – Impact Investment Lead ANGIN, Kelvin Wijaya – CCTO TaniHub, Stella Tambunan – CEO YCAB Ventures, Sofian Hadiwijaya – CTO WarungPintar, bersama dengan perwakilan Kedutaan Besar Kerajaan Inggris Raya – Yonathan Wijaya, dan juga Okkie Nikijuluw – Head of UK-Indonesia Tech Hub. Ke-enam juri pun sepakat, PowerBrain Indonesia patut menjadi pemenang utama kompetisi UKode Hackathon 2021.

Sekilas mengenai profil PowerBrain Indonesia. Berangkat dari isu pentingnya pengelolaan sumber daya energi bagi kalangan industri dan UMKM, tim PowerBrain Indonesia membangun Smart Energy Management (SEM) System yang menawarkan solusi manajemen energi berbasis teknologi terkini. Solusi yang ditawarkan berupa pengembangan teknologi cloud, yang terintegrasi dengan perangkat Internet of Things (IoT) untuk memonitor konsumsi energi yang kerap menjadi penyebab inefisiensi bagi pelaku usaha. 

Dalam presentasinya, PowerBrain Indonesia berencana mengembangkan aplikasi mobile yang dapat digunakan untuk memantau konsumsi energi sebuah tempat usaha secara real-time. Data yang disajikan diambil dari sensor perangkat IoT, untuk kemudian dikirim langsung ke pengguna. Tim yang didirikan oleh Irvan Farasatha selaku CEO, Riwanu Lukman – CMO, dan Fariz Azmi sebagai VP Engineering itu merancang model bisnis yang cukup ramah di kalangan pengusaha. Dalam pemaparannya diutarakan, model bisnis berbasis pelanggan dianggap paling cocok untuk berbagai kalangan industri mulai dari skala kecil, menengah, dan bahkan skala besar. Harga yang dipasang pun cukup terjangkau, PowerBrain Indonesia mematok biaya langganan sebesar 349 ribu rupiah untuk usaha restoran, dan 399 ribu rupiah untuk minimarket.

Okkie Nikijuluw selaku Head of UK-Indonesia Tech Hub yang juga termasuk sebagai panel penjurian mengatakan, dari perhelatan UKode Hackathon 2021 diharapkan dapat mendorong lebih banyak talenta digital untuk memikirkan solusi teknologi yang inovatif dalam mengatasi masalah terkait perubahan iklim.

“Semoga pemenang dari UKode Hackathon 2021 bisa mengembangkan bisnis mereka dan juga meningkatkan kesadaran di Indonesia kalau perubahan iklim itu nyata dan sedang terjadi. Hanya kita yang bisa melakukan perubahan untuk masa depan kita,” ujarnya.

UKode Hackathon Resmi Pilih 5 Finalis Dengan Inovasi Terbaik Untuk Perubahan Iklim

Perhelatan UKode Hackathon 2021 telah memasuki rangkaian selanjutnya. Setelah membuka proses pendaftaran, didukung dengan seri webinar inspiratif “Tech to Impact”, UKode Hackathon 2021 secara resmi telah mengumumkan 5 (lima) talenta digital terpilih dengan inovasi terbaik untuk perubahan iklim.

Sekilas mengenai proses perjalanan hackathon yang dihelat sejak Februari ini, diawali dari proses pendaftaran dan penerimaan ide yang datang dari berbagai pihak. Sebagai bentuk dukungan yang menginspirasi, acara yang di-inisiasi oleh UK-Indonesia Tech Hub ini juga menggelar seri webinar yang diadakan pada awal Maret lalu. Dua seri webinar telah dijalankan dengan tema “Tech to Impact”, di mana pembahasan penuh inspirasi untuk mendorong inovasi dari para talenta digital bagi isu perubahan iklim.

Setelah proses pendaftaran resmi ditutup beberapa waktu lalu, kini tibalah saatnya UKode Hackathon 2021 memasuki proses selanjutnya, di mana lima tim telah terpilih dan memenuhi kriteria penilaian awal untuk melanjutkan jenjang kompetisi UKode Hackathon 2021 yang semakin semarak. Kelima tim tersebut ialah: Kekal (Eternal Plastic), Tanam Aja, Bot 2 Life, Trasvy, Powerbrain Indonesia. Berikut profil singkatnya.

  • Kekal (Eternal Plastic)

Berangkat dari isu limbah plastik. Tim yang digawangi oleh tiga founder yang berasal dari berbagai macam latar belakang ini membangun sebuah solusi berbasis teknologi di mana memanfaatkan limbah plastik yang dapat diolah menjadi furniture modular. Ide kreatif ini juga didukung dengan teknologi Augmented Reality (AR) untuk keperluan simulasi produk.

  • Tanam Aja

Tanam Aja merupakan platform untuk mengingatkan pentingnya menanam pohon demi menanggulangi isu polusi udara yang jamak ditemui belakangan ini. Platform yang dibangun dalam bentuk aplikasi mobile tersebut rencananya juga bakal menawarkan reward program bagi penggunanya. Jika tak ada aral melintang, aplikasi Tanam Aja akan dirilis untuk perangkat Android dan juga iOS.

  • Bot2Life

Masifnya penggunaan aplikasi messaging di masyarakat jelas dianggap jadi medium yang handal untuk menyebarkan pesan kebaikan. Seperti halnya Bot2Life, kreasi bot yang satu ini memanfaatkan aplikasi pesan singkat populer seperti WhatsApp, Telegram, dan sebagainya untuk menyebarkan pesan-pesan terkait isu perubahan iklim.

  • Punggawa Nusantara (Trasvy)

Isu manajemen sampah jadi isu utama yang diangkat oleh tim Punggawa Nusantara dengan ide produk kreatifnya yang bernama Trasvy. Sesuai kepanjangannya yakni Trash Value Recycle (Trasvy), platform ini dibangun dengan misi membenahi pengelolaan sampah yang masih jadi problem di sekitar kita.

  • Powerbrain Indonesia

Selain memberi dampak bagi lingkungan, manajemen energi yang baik ternyata juga dapat dimanfaatkan bagi UMKM. Ide tersebutlah yang menjadi cikal bakal Powerbrain Indonesia dalam mengembangkan Smart Energy Management System bagi UMKM untuk mengakselerasi bisnisnya dengan mengurangi tingkat konsumsi energi.

Setelah menyortir kelima tim tadi, rangkaian selanjutnya dari UKode Hackathon 2021 kini memasuki tahap penjurian akhir, sebelum pada 17 Maret 2021 nanti akan diumumkan pemenang dari kompetisi ini. Selain memperoleh hadiah, pemenang kompetisi ini juga bakal meraih kesempatan  untuk terhubung dengan International Tech – Hub Network (ITHN) dari Pemerintah Britania Raya, yang nantinya akan membantu para pemenang untuk terhubung secara global dan membuka peluang untuk kolaborasi internasional.

Okkie Nikijuluw selaku Head of UK-Indonesia Tech Hub mengatakan, UKode Hackathon merupakan pengalaman yang menarik, dan dirinya berharap dari perhelatan ini mampu melahirkan produk inovatif berbasis teknologi untuk berbagai masalah dunia.

“Dari tahap registrasi hingga pemilihan Top 5, ini merupakan pengalaman baru yang luar biasa dan sangat menyemangati untuk bisa menyaksikan antusiasme dari para talenta digital yang telah mengirimkan ide-ide mereka. UK-Indonesia Tech Hub berharap ini akan bisa menjadi tren untuk mendorong lebih banyak talenta digital untuk memikirkan solusi teknologi yang inovatif dalam mengatasi masalah dunia terkait perubahan iklim. Semoga pemenang dari UKode Hackathon 2021 bisa mengembangkan bisnis mereka dan juga meningkatkan kesadaran di Indonesia kalau perubahan iklim itu benar dan sedang terjadi Semoga juga bisa membantu untuk mengingatkan bahwa hanya kita yang bisa melakukan perubahan untuk masa depan kita,” ujar Okkie.

Inilah 4 Pemenang Kompetisi EU Social DigiThon

Perhelatan akbar EU Social DigiThon telah memasuki rangkaian akhir. Setelah melewati proses kompetisi dan penjurian, EU Social DigiThon resmi mengumumkan sejumlah nama pemenang yang dinilai telah berhasil menelurkan inovasi digital bagi kelompok rentan.

Seperti yang tertuang pada rilis pers yang kami terima, delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bersama dengan Asosiasi IoT (Internet of Things) Indonesia (ASIOTI) mengumumkan 4 (empat) tim pemenang dari kompetisi hackathon yang bergulir sejak Januari 2021 lalu. Ke-empat tim itu ialah; DukaEuy dengan nama proyek “Gelang Anti Kekerasan”, UntukIbu dengan nama proyek “UntukIbu: Pusat Kesehatan dan Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia”, DTRON Team dengan nama proyek “DTRON Smart Chair”, dan Solutioner dengan nama proyek “Aplikasi E-Learning untuk Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence (ELAIS)”.

Berikut profil dari masing-masing tim yang memenangkan ajang EU Social DigiThon.

  • DukaEuy

DukaEuy Team

Digawangi oleh tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), tim DukaEuy mengangkat isu kekerasan terhadap kaum perempuan. Lewat EU Social DigiThon, tim DukaEuy mencoba untuk memberikan sebuah solusi berbasis teknologi dengan mengembangkan aplikasi mobile GAK (Gelang Anti-Kekerasan) yang terhubung dengan perangkat IoT. Secara garis besar aplikasi ini berfungsi sebagai perangkat untuk memberi peringatan dini terhadap kemungkinan tindak kriminal atau kekerasan. Perangkat ini juga dapat dijadikan bukti atas tindak kekerasan yang dilakukan terhadap kaum perempuan.

  • UntukIbu

UntukIbu

Berangkat dari rasa keprihatinan terhadap banyaknya kelompok masyarakat yang menjadi lebih rentan akibat pandemi, khususnya kaum perempuan. Tim UntukIbu mencoba untuk menciptakan sebuah aplikasi pusat kesehatan dan jurnal pendamping perjalanan kehamilan untuk perempuan. Aplikasi ini hadir untuk menyampaikan informasi dan memudahkan seluk beluk prosedur melahirkan di tengah pandemi. Fitur UntukIbu meliputi pencarian rumah sakit dengan data fasilitas secara real time, jurnal kehamilan, informasi bidan dan layanan uji swab atau  kesehatan, integrasi informasi BPJS.

  • DTRON

DTRON

Terdiri atas dua anggota yaitu Yudhis Thiro Kabul Yunior dan Fattaa Septian Dwi Cahyo. Mereka menambah kemampuan kursi roda bagi para penyandang disabiiltas yang diberi nama Dtron Smart Chair. Kursi roda ini yaitu dilengkapi Voice Recognition System, Eye Navigation System & Sistem Kontrol Manual menggunakan Smartphone Android dengan konsep Integrated Artificial Intelligence. Dengan sistem ini, pengguna dapat lebih leluasa beraktivitas menggunakan kursi rodanya. Tidak hanya itu, sistem ini juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi seputar perkembangan Covid-19

  • Solutioner

Solutioner

Tim yang terdiri atas mahasiswa asal Purwokerto ini mencoba berangkat dari rasa keprihatinan mereka terhadap penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring. Aplikasi E-learning berbasis Artificial Intelligence (AI) membantu para penyandang disabilitas sensorik yakni disabilitas netra, disabilitas rungu, dan disabilitas wicara dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring. Hal ini dimungkinan karena teknologi ini mampu mengonversi bahasa isyarat menjadi teks untuk sarana komunikasi dengan pengajar, menghasilkan output berupa suara untuk memandu tuna netra sehingga memudahkan penyandang tuna netra dalam mengakses tugas maupun materi e-learning.

Dengan mengusung tema “Aksi Muda Untuk Perubahan”, EU Social DigiThon menargetkan untuk setidaknya mampu menghasilkan solusi berbasis teknologi bagi kelompok-kelompok rentan yang sebelumnya belum terjamah oleh teknologi. Dalam rilisnya Vincent Piket, selaku Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia mengatakan, isu sosial dan hak asasi semestinya bisa ditangani lewat inovasi teknologi terkini.

“Melalui kompetisi ini, kami ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID19. Melalui EU Social DigiThon, kami juga ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan kaum muda Indonesia. Kami menerima respon yang luar biasa dari anak muda yang menggunakan kreativitas dan pemikiran kritis mereka untuk memecahkan masalah kehidupan nyata di lingkungan mereka sendiri dengan solusi yang diciptakan sendiri,” ungkapnya.

Dari total 196 proposal yang masuk, sebagian besar ide inovasi berfokus pada isu-isu terkait kesetaraan, remaja, disabilitas, perlindungan anak, dan sejenisnya yang terdampak akibat tekanan krisis pandemi Covid-19. Kriteria penilaian yang dilakukan oleh juri mengangkat empat elemen yang harus ada di dalam inovasi tersebut. Ke-empat elemen itu adalah: manfaat sosial ekonomi, orisinalitas ide, tingkat kreativitas, dan dampak yang diharapkan.

Dari sisi teknologi, Fita Indah Maulani selaku Sekretaris Jenderal ASIOTI mengungkapkan, dirinya mengharapkan setelah perhelatan ini selesai, solusi teknologi yang dilahirkan oleh para inovator muda tersebut memiliki keberlangsungan yang konsisten.

“Sejumlah proposal bahkan sudah siap untuk didorong menjadi prototipe dan ada yang dapat dikomersialisasikan. Kami juga melihat kreativitas peserta dalam memanfaatkan berbagai ragam IoT untuk memperkuat fungsi solusi mereka. Saya berharap para pemenang ini bisa terus mengembangkan solusi mereka, sehingga bisa segera dirasakan dampak positifnya secara langsung oleh masyarakat,” papar Fita.

Komisioner Komnas Perempuan, Andy Yentriyani juga memberi tanggapan bahwa inovasi dengan dampak yang nyata jadi salah satu acuan utama untuk menentukan pemenang dari kompetisi ini.

“Proposal yang kami terima begitu variatif dan menarik. Kami mencari gagasan akan solusi yang betul-betul dibutuhkan oleh kelompok rentan untuk memudahkan kehidupan mereka di tengah situasi pandemi ini. Selain dampaknya harus nyata dalam melindungi, meningkatkan harkat, dan menciptakan inklusivitas bagi sasaran penggunanya, solusi ini tidak boleh menciptakan masalah baru akibat penggunaannya,” imbuhnya.

Tantangan bagi inovasi agar memiliki sustainability yang kuat salah satunya tentu terkait dengan dukungan agar mampu mengonversi ide menjadi sebuah eksekusi yang nyata. Perhelatan EU Social DigiThon juga tak luput memberikan dukungan terkait, salah satunya yakni dengan memberikan dukungan dana untuk mewujudkan gagasan menjadi kenyataan. Dukungan dana yang dimaksud berupa hadiah uang tunai senilai total 120 juta rupiah yang diberikan kepada ke-empat pemenang. Tak hanya itu, program mentoring yang dipimpin oleh para ahli dari Uni Eropa juga telah disiapkan untuk mengakselerasi ke-empat pemenang tersebut merealisasikan idenya untuk kehidupan kelompok rentan yang lebih baik.

Pengaruh Meledaknya Dotcom Bubble di Indonesia Bagi Perkembangan Startup Lokal

“Habis gelap terbitlah terang”. Istilah ini mungkin tepat menggambarkan kondisi yang terjadi di industri teknologi dunia pada awal tahun 2000-an silam. Saat itu terjadi fenomena yang dikenal dengan istilah ‘dotcom bubble’, di mana fenomena ini dianggap sebagai sejarah kelam dalam bisnis IT. Begitu banyak perusahaan internet yang sempat berjaya, lalu tiba-tiba kandas begitu saja. Meski dampak terbesarnya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika, ekosistem bisnis di Indonesia juga tak luput dari pengaruh fenomena ini.

Pada masa dotcom bubble berlangsung di antara tahun 1995-2001, beberapa perusahaan berbasis internet asal Indonesia juga lahir termasuk Astaga.com, KopiTime.com, KafeGaul.com, serta Lipposhop.com dan walaupun sempat dikenal luas oleh masyarakat, nama-nama tersebut akhirnya berguguran (saat ini hanya Astaga.com yang masih dapat dikunjungi).

Namun, kegagalan yang dialami oleh beberapa bisnis di masa dotcom bubble yang lalu justru menjadi penanda dalam perjalanan bisnis internet, yang kemudian membuka kesempatan bagi startup Indonesia untuk lebih bijak dalam melangkah ke depan. Berikut 5 (lima) pelajaran penting dari meledaknya dotcom bubble, yang telah menjadi pendorong startup Indonesia menjadi berjaya seperti sekarang.

1. Pivot bisa jadi pilihan, namun harus sesuai dengan DNA perusahaan

Saat ledakan dotcom bubble terjadi, salah satu masalah besar bagi startup adalah perusahaan tidak fokus dengan model bisnis yang digelutinya. Seperti Kopitime.com misalnya. Pertama berdiri sebagai portal media, saat itu Kopitime.com juga memiliki bisnis retail di bawah bendera PT Kopitime Tbk dengan produk Kopimall yang ditengarai tidak menguntungkan – meski perusahaan telah melaksanakan IPO pada tahun 2001 dan memiliki dana sebesar 15 miliar Rupiah dari publik. Alih-alih pivot demi menyelamatkan bisnis, nasib Kopitime.com di tahun 2002 justru semakin terombang-ambing dengan keputusannya merumahkan sebagian besar karyawan akibat performa bisnis yang anjlok. Sampai pada akhirnya di medio 2004, perusahaan dengan kode emiten KOPI itu menerima sanksi berupa suspensi saham dari pihak bursa efek yang berakibat terkendala dalam penerimaan investor baru. Sempat berwacana melebarkan bisnis pada usaha infrastruktur, BTS (base tranceiver station) hingga pembangunan jalan tol, namun hingga kini tidak jelas kabarnya.

Dari pengalaman itu bisa dilihat, bahwa meski memiliki dukungan modal dan investasi yang besar, konsistensi dalam menjaga DNA perusahaan berperan sangat penting untuk menjaga keberlangsungan bisnis meski berada di tengah iklim ekonomi yang tidak pasti. Atau dalam arti kata lain, membangun model bisnis yang tepat justru sangat penting bagi kemajuan dan keberlangsungan sebuah perusahaan. Berbekal pelajaran dari pecahnya dotcom bubble di awal dekade 2000-an, banyak founders yang akhirnya mulai mendirikan startup dengan model bisnis yang jelas, berkelanjutan, dan memiliki proyeksi yang menguntungkan.

2. Produk yang sukses adalah produk yang diinginkan pasar

Dalam membangun sebuah bisnis, hukum dasar ekonomi berupa hukum demand dan supply (hukum permintaan dan penawaran) tetap patut menjadi pegangan. Ketika membangun perusahaan, sangat penting untuk memahami kebutuhan dan kondisi pasar dan menyesuaikan model bisnis. Apalagi untuk bisnis berbasis teknologi, para founder perlu mengetahui secara jelas tingkat literasi dan penggunaan teknologi yang digunakan pada masyarakat yang menjadi target pasarnya. Ada kalanya, sebuah model bisnis berbasis teknologi telah sukses di luar negeri, namun baru bisa diterima oleh pasar lokal pada 5 atau 10 tahun ke depan.

Seperti pengalaman dari Lipposhop.com, e-commerce B2C yang berdiri pada tahun 2000 untuk kawasan pasar Jakarta dan area sekitarnya. Kala itu, persiapan Lipposhop.com sendiri sebetulnya cukup matang. Dengan didukung oleh salah satu korporasi raksasa Indonesia, geliat Lipposhop.com cukup masif. Dimulai dengan membangun warehouse, armada ekspedisi mandiri, hingga modal beriklan di halaman depan surat kabar ternama hingga dua halaman penuh dilakoninya demi mencoba mengedukasi pasar.

Namun sayang, saat itu adopsi penggunaan internet untuk perorangan masih sangat rendah, bahkan angka kepemilikan perangkat komputer di Indonesia paling rendah se-Asia. Tak heran, bisnis Lipposhop.com sangatlah lesu, dan akhirnya hanya dapat bertahan selama sekitar satu tahun sebelum akhirnya ditutup pada tahun 2001.

Berbekal pelajaran di masa lalu, terutama dari fenomena dotcom bubble, banyak founders juga mulai membangun produk sesuai dengan kebutuhan pasar. Salah satunya lewat metode lean startup untuk memastikan bahwa solusi yang ditawarkan memiliki demand dan pasar yang jelas. Sehingga modal tidak habis di awal hanya untuk mengiklankan produk yang belum tentu diinginkan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa langkah awal membangun perusahaan perlu didukung oleh riset dan pengetahuan akan kondisi pasar, sehingga produk dan layanan yang ditawarkan dapat diterima dengan baik, sesuai dengan kebutuhan pasar saat itu.

3. Tidak hanya dukung lewat sokongan modal, investor juga berperan penting dalam berbagi ilmu untuk pelaku startup

Di awal tahun 2000-an, fokus investor umumnya hanya sebatas mengucurkan pendanaan ke startup dan menunggu investasi tersebut kembali. Namun, sejak ledakan dotcom bubble, para investor mulai menyadari pentingnya bimbingan dan arahan untuk para founder startup agar dapat membangun perusahaan dan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan. Maka itu, tak heran jika di era ini, banyak pemodal baik itu yang datang dari Venture Capital, hingga angel investor turut berperan aktif dalam mengedukasi startup baru agar semakin matang dan berkembang. Caranya macam-macam, bisa dengan dengan memfasilitasi mereka lewat berbagai program, mulai dari inkubasi, akselerasi, hingga mentorship dari pakar turut pula dihadirkan.

Seiring semakin matangnya ekosistem wirausaha berbasis digital, korporasi besar – bahkan dari negara – sekalipun turut mendukung pertumbuhan ekosistem startup lewat sokongan modal yang banyak berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satu contoh caranya adalah dengan mendirikan Corporate Venture Capital (CVC). Dengan iklim investasi yang semakin baik, ekosistem startup di Indonesia pun semakin berkembang ke arah yang lebih matang.

4. Kolaborasi dengan startup lain bantu percepat laju pertumbuhan bisnis

Membangun startup yang sukses tidak dapat dilakukan dengan hanya berfokus ke organisasi sendiri. Dibutuhkan berbagai elemen lain seperti pengguna, mitra, dan juga organisasi yang solid dalam menawarkan produk dan layanan yang dibutuhkan oleh pengguna. Salah satu cara cepat yang bisa dilakukan adalah dengan berkolaborasi.

Kolaborasi adalah kunci sukses bagi startup. Dengan layanan yang beragam, startup di Indonesia mampu mendukung kemajuan bisnis lain seperti UMKM dan startup lainnya. Salah satunya adalah Midtrans yang turut mendorong perkembangan industri e-commerce di Indonesia, lewat layanan payment gateway yang digunakan oleh Tokopedia, Bukalapak, Blibli, serta UMKM, institusi finansial, hingga perusahaan multinasional. Dengan mengerahkan upaya terbaik untuk membantu kesuksesan mitra usaha, startup seperti Midtrans juga turut mendukung pertumbuhan bisnisnya.

Dengan ekosistem kuat dan beragam, startup juga bisa memberikan dampak bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seperti Gojek yang membuka jutaan lapangan kerja baru bagi para mitra pengemudinya, serta mampu menyumbang Rp104,6 triliun untuk ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2019 berdasarkan riset FEB UI. Gojek juga mendukung kemajuan startup anak bangsa lainnya lewat berbagai kolaborasi yang dilakukan, serta program akselerasi Gojek Xcelerate dan unit permodalan Go-Ventures yang dimiliki.

5. Dalam berinovasi untuk menguasai pasar, penting untuk membangun basis pelanggan dalam jangka panjang

Salah satu pelajaran menarik dari fenomena meletusnya dotcom bubble adalah, saat itu perusahaan dan investor hanya fokus pada target jangka pendek. Kebanyakan investor menganggap bahwa internet akan merajai kehidupan, segala hal dapat dijual secara online, dan dengan kekuatan internet mereka akan menguasai pasar dalam waktu singkat. Namun, nilai-nilai fundamental dalam membangun sebuah perusahaan, yaitu usaha dan ketekunan untuk menggaet target pasar serta membangun basis pelanggan, seringkali luput dari perhatian.

Contoh yang bisa dilihat, nama-nama startup besar yang kita kenal dengan sebutan unicorn, decacorn, dan sebagainya tidak serta merta meraih kesuksesan dalam semalam. Perjalanan panjang bertahun-tahun berhasil dilalui startup seperti Tokopedia, Traveloka, hingga Gojek.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi startup-startup tersebut untuk meraih kepercayaan masyarakat, yang akhirnya bisa membangun basis pelanggan yang besar seperti saat ini. Beragam upaya pun dilakukan, salah satunya lewat edukasi pasar yang konsisten, dan inovasi berkelanjutan yang secara tekun dilakukan untuk menghadirkan layanan yang semakin berkualitas. Dari sini bisa disimpulkan pula bahwa keahlian dalam meramu teknologi juga ada baiknya diimbangi dengan memegang nilai-nilai dasar bisnis demi kelangsungan usaha.

Fenomena ledakan dotcom bubble di awal tahun 2000-an memang mengejutkan bagi dunia startup, namun setidaknya dari lima pembelajaran dotcom bubble tadi bisa menjadi bekal bagi startup digital di era saat ini untuk memiliki daya tahan tinggi. Terlebih di tengah kondisi pandemi yang terjadi sejak 2020 lalu dengan dampak pukulan ekonomi yang luar biasa, para startup diharapkan tidak hanya mampu bertahan, namun juga bertumbuh secara signifikan. Seperti pepatah “habis gelap terbitlah terang”, kemampuan startup untuk beradaptasi dalam berbagai situasi, termasuk menghadapi pandemi seperti saat ini juga semakin menunjukkan kualitas fondasi startup Indonesia yang semakin baik dan siap untuk berjaya di masa depan. Semoga!

Dari Kaskus Hingga Social Commerce, Mendalami Peran Interaksi Sosial Dalam Perjalan Startup Digital Tanah Air

Berbicara soal awal perjalanan industri startup di Indonesia, rasanya sulit dilepaskan dari kebiasaan interaksi sosial yang bisa mendefinisikan pasar Indonesia sejak awal dekade 2010-an silam. Betapa tidak, dengan dukungan teknologi 3G kala itu yang memungkinkan akses cepat ke internet, memicu munculnya berbagai layanan media sosial interaktif yang diadopsi secara cepat oleh pasar Indonesia, mengakselerasi perubahan interaksi sosial di dunia nyata ke dunia maya

Interaksi sosial digital tersebut meliputi berbagai hal. Mulai dari mengobrol, berbagi informasi, berdiskusi dan bertukar pendapat, hingga melakukan transaksi jual beli. Berbagai aktivitas berbasis interaksi sosial inilah yang difasilitasi oleh startup. Sejak saat itu hingga kini, komponen interaksi sosial berevolusi dan selalu menjadi bagian dari perjalanan startup lokal untuk memenangkan pasar Indonesia.

Kalau kita melihat industri digital di Indonesia ke belakang, terlihat sekali betapa signifikan kebiasaan interaksi sosial masyarakat Indonesia membentuk industri digital seperti sekarang ini. Mulai dari forum online hingga social commerce.

Forum online, pencetus tren awal pencetus diskusi tanpa batas

Forum online merupakan platform yang dibuat sebagai wadah untuk berdiskusi bagi para penggunanya. Lewat forum online, pengguna dapat berbagi informasi dan bertukar pendapat mengenai topik tertentu. Lebih jauh lagi, interaksi yang dilakukan dalam forum online juga mampu melahirkan berbagai komunitas.

Salah satu startup dengan layanan forum online terbesar di Indonesia adalah Kaskus. Didirikan pada tahun 1999, Kaskus menjadi wadah diskusi online yang membahas berbagai hal. Mulai dari diskusi informasi umum, hingga berbagi info soal hobi. Dari situ, Kaskus alhasil juga menjadi “rumah” bagi berbagai macam komunitas. Tak hanya berinteraksi secara online, berbagai kegiatan offline pun sering diadakan para ‘Kaskuser’ (sebutan pengguna Kaskus) mulai dari hanya sekedar ‘kopdar’ (kopi darat), hingga gathering massal berskala nasional.

Dari masifnya interaksi sosial yang mengiringi perjalanan Kaskus, platform yang awalnya dikembangkan di Amerika Serikat ini “mengembangkan sayap” untuk memfasilitasi para penggunanya melakukan promosi penjualan barang hingga jasa. Alhasil, lahirlah Forum Jual Beli (FJB) Kaskus yang sempat menjadi tempat belanja online paling populer di Indonesia, jauh sebelum akhirnya muncul berbagai e-commerce lain yang memberikan kenyamanan lebih untuk bertransaksi secara online, termasuk kemudahan dan keamanan pembayaran lewat payment gateway system seperti yang disediakan oleh Midtrans.
Selain Kaskus, ada juga beberapa startup lain dengan layanan serupa seperti misalnya; Indowebster (IDWS) yang forumnya juga cukup dikenal meski layanan utamanya adalah untuk berbagi file antar pengguna, kemudian ada juga forum-forum online lain dengan segmen yang lebih niche macam Jalan2.com untuk penggemar plesiran, Fotografi.net bagi para pecinta dunia fotografi, dan juga ada Modifikasi.com yang disediakan untuk para penggiat industri otomotif.

Ada juga beberapa startup lain dengan layanan serupa. Misalnya Indowebster (IDWS) yang forumnya cukup ramai meskipun layanan utamanya adalah untuk berbagi file antar pengguna. Ada pula layanan forum online dengan tema yang lebih spesifik seperti Jalan2.com (traveling), Fotografi.net (fotografi), atau Modifikasi.com (otomotif).

Lewat jejaring sosial, interaksi sosial dapat dipersonalisasi

Mewabahnya tren berjejaring sosial yang diusung oleh Friendster (2003), MySpace (2005), hingga Facebook di Indonesia pada rentang 2000-2010an silam, tak pelak juga memicu para penggiat startup lokal mencoba membangun dan menawarkan layanan yang mewadahi interaksi sosial. Masih cukup segar di ingatan kami, startup jejaring sosial lokal seperti Fupei, ACS, hingga Koprol sempat menikmati kesuksesan di Indonesia. Koprol sendiri akhirnya sempat diakuisi oleh Yahoo! pada 2010 silam, meski akhir perjalanannya kurang baik.

Di samping nama-nama tadi, bermunculan pula beberapa media sosial lokal lain dengan layanan yang masih eksis hingga saat ini, seperti Yogrt, Oorth, Sebangsa, Mindtalk, dan DailyAct. Semua penyedia layanan itu seakan menegaskan – dan membuktikan – bahwa selama interaksi sosial masih melekat di masyarakat, masih ada kesempatan bagi mereka untuk eksis di tengah dominasi media sosial raksasa dunia.

Dari interaksi sosial ke pinjaman sosial

Interaksi sosial juga tak hanya “berakhir” di wadah diskusi, tukar pendapat, dan jual-beli semata. Hal yang berkaitan dengan finansial pun bisa lahir dari interaksi sosial yang begitu lekat di masyarakat Indonesia. Di ranah teknologi, istilah ‘social lending’ atau ‘crowd lending’ diwakili oleh startup dengan layanan berbasis Peer To Peer (P2P) Lending. Konsep P2P sendiri merupakan konsep yang mempertemukan peminjam dana dengan pemberi pinjaman secara online. Peminjam dana di sini bisa merupakan individu atau badan usaha, sedangkan untuk pinjaman biasanya dikumpulkan dari para pendana individu, layaknya aktivitas “patungan dana” yang biasa terjadi di masyarakat.

Tersedianya beberapa pemain fintech (financial technology) yang melayani P2P lending ini juga dinilai turut mengakselerasi inklusi finansial di masyarakat. Seperti yang tertuang di dalam Fintech Report 2020 oleh DailySocial dikatakan, dua-pertiga dari populasi Indonesia masih tidak memiliki rekening bank. Tak ayal, platform ini juga menjadi salah satu pendorong perkembangan UMKM, dengan kemampuannya menyediakan akses permodalan yang lebih cepat, dengan persyaratan dan proses yang jauh lebih mudah daripada yang ditawarkan oleh perbankan konvensional.

Kemunculan startup-startup lokal yang mengusung konsep P2P lending ini lahir di pertengahan dekade 2010-an, atau tepatnya di circa 2015-2016. Dari beberapa hingga ratusan, badan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, data per Oktober 2020 kemarin terdapat sebanyak 155 perusahaan fintech yang menyelenggarakan P2P lending secara legal dan resmi sesuai izin di Indonesia. Tentunya yang beroperasi secara ilegal pun juga tak sedikit, meski akhirnya ditutup izinnya oleh OJK.

Beberapa nama startup fintech lokal dengan konsep P2P lending yang dapat Anda temui antara lain adalah Amartha, Investree, Koinworks, Modalku, dan sebagainya. Meski mengusung layanan yang sama, beberapa startup di layanan ini memiliki keunikan masing-masing entah itu di ranah segmentasi, maupun jenis kebutuhan finansial yang mereka layani. Seperti misalnya dengan Amartha yang fokus memajukan pemberdayaan pengusaha perempuan lewat akses pendanaan. Lain lagi halnya dengan Investree, yang mengunggulkan salah produk pembiayaannya yang berbasis invoice demi meningkatkan tingkat kepercayaan pendana. Serta keunikan lain dari tiap-tiap pemain ranah P2P lending yang semakin mematangkan industri teknologi finansial di Indonesia.

Revolusi social commerce: Dari arisan ke toko digital

Kepopuleran e-commerce yang semakin meningkat juga tak luput berkat interaksi sosial yang tinggi di pasar Indonesia. Alhasil, istilah ‘Social Commerce’ lahir dan tumbuh bersama industri e-commerce yang booming di Indonesia sejak dekade 2010-an. Sesuai namanya, social commerce adalah aktivitas dagang yang hidup di dalam ekosistem media sosial. Ada banyak alasan yang menyeruak mengapa social commerce sama-sama populer dengan layanan e-commerce pada umumnya.

Menurut laporan “Asia Social Commerce Report 2018” yang dirilis PayPal, pebisnis dalam negeri ditengarai paling banyak menggunakan platform Instagram dan Facebook untuk mempromosikan bisnisnya. Anggapan kemudahan berpromosi lewat jejaring sosial itu mendukung pula anggapan bahwa, kekuatan “the word of mouth” yang hidup di dalam ekosistem media sosial betul-betul dimanfaatkan para pebisnis online untuk mengakselerasi bisnisnya. Lagi-lagi hal ini kemudian bisa menyimpulkan bahwa kekuatan interaksi sosial sangat mempengaruhi perjalanan industri teknologi di tanah air.

Konsep social commerce sudah lama diterapkan di Indonesia. Acara arisan dimanfaatkan para anggota untuk menjual alat masak dan barang-barang rumah tangga. Mapan, bagian dari Gojek Group, bahkan telah menggunakan mekanisme arisan untuk membantu masyarakat membeli barang kebutuhan secara online. Social commerce menjadi kegiatan yang sudah mendarah daging di masyarakat akar rumput, yang sekaligus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia tetap berjalan walau terdampak krisis seperti resesi yang terjadi di 2008 silam.

Dengan tingginya potensi pasar social commerce, beberapa startup juga berusaha terjun untuk mendukung dan membantu kegiatan bisnis para penjual lewat layanan yang mereka tawarkan. Mulai dari menyediakan layanan chatbot, menghubungkan penjual dengan brand atau produsen, hingga membantu dari segi rantai pasok (supply chain). Beberapa nama startup lokal yang ada di bidang ini adalah Woobiz yang fokus menghubungkan mitra – yang kebanyakan datang dari kaum perempuan – dengan brand, Taptalk.io yang berfokus menyediakan layanan integrasi aplikasi pesan singkat bagi bisnis online, hingga Halosis yang menyediakan fitur chatbot untuk pebisnis.

Sebagai startup anak bangsa dengan salah satu fokus bisnis untuk membantu perkembangan ekosistem UMKM di Indonesia, Gojek melalui Moka juga tengah mengembangkan produk berbasis social commerce yang bernama GoStore. Layanan GoStore memungkinkan penjual membuat dan mengelola toko online yang secara otomatis dapat diintegrasikan ke media sosial untuk menjangkau lebih banyak pengguna. Selain itu, produk lain dari Gojek yang bernama Selly juga menawarkan layanan berupa keyboard otomatis, yang bisa digunakan oleh para social seller untuk mengaktifkan layanan chatbot, cek ongkos kirim, hingga integrasi langsung ke fitur pembayaran yang disediakan oleh Midtrans.

Berkembangnya social commerce di ranah digital juga menciptakan kebutuhan dari penjual maupun konsumen untuk dapat bertransaksi dengan aman. Peran startup payment gateway yang menyediakan pilihan pembayaran non-tunai menjadi pendukung perkembangan social commerce. Midtrans contohnya, menyediakan opsi pembayaran non-tunai dengan GoPay, kartu debit, kredit, dan berbagai metode lainnya yang memudahkan para social sellers memproses transaksi digital.

Melihat sejumlah fakta di atas, rasanya tak berlebihan jika menganggap inovasi startup lokal sangat dipengaruhi oleh tingginya arus interaksi sosial di masyarakat Indonesia. Evolusi dan perkembangan yang dipengaruhi ini juga sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat, entah itu bagi kehidupan individu sehari-hari, maupun bagi geliat bisnis, interaksi sosial patut dipandang sebagai aspek pendorong kemajuan industri teknologi di Indonesia. Bukan hal yang tidak mungkin juga, jika interaksi sosial yang terus berevolusi itu bakal memicu layanan-layanan baru di masa depan. Bisa jadi nanti akan ada pengembang lokal yang membuat aplikasi serupa Clubhouse yang sedang booming itu. Karena sesungguhnya kita sangat gemar berinteraksi sosial bukan?

Pentingnya Sinergi Antara Korporasi dan Startup Demi Tingkatkan Inklusi Finansial

Dalam upaya membesarkan sebuah ekosistem, tentu diperlukan kolaborasi apik yang tak hanya menitikberatkan pada pertumbuhan bisnis, namun juga bisa memberikan dampak positif bagi pasar. Misalnya saja pada ekosistem financial technology (fintech), korporasi perbankan besar yang dahulu lekat dengan sistem konvensional kini mulai memandang perlu bersinergi dengan para pemain startup. Seperti halnya baik CIMB Niaga dan juga Tokopedia yang keduanya memiliki visi untuk mendorong finansial inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.

Dalam perbincangan hangat di sesi #SelasaStartup edisi 16 Februari 2021 lalu yang bertajuk “Startups & Enterprise Collaboration for Business Growth”, CIMB Niaga dan Tokopedia menuturkan bagaimana peta persebaran dan pemanfaatan fintech yang pertumbuhannya bisa digenjot lewat sinergi strategis antar korporasi dan startup.

Pemerataan ekonomi digital lewat fintech

Baik CIMB Niaga dan Tokopedia, dalam upaya membesarkan ekosistem fintech keduanya sepakat melakukannya dengan cara memberdayakan inovasi layanan yang mampu membuka akses finansial yang luas bagi masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Vira Widiyasari selaku Fintech and Payment Business Head of Tokopedia yang mengatakan, sebagai salah satu pemain besar marketplace, inovasi layanan keuangan melalui fintech dianggap penting untuk membuka akses finansial di masyarakat secara signifikan. Menurutnya, Tokopedia tengah berada di jalur yang tepat seperti menghadirkan layanan pembayaran non-tunai berbasis teknologi, sampai layanan akses investasi reksadana hingga emas menjadi caranya membuka akses fintech ke masyarakat.

Pun halnya dengan CIMB Niaga, inovasi digital untuk layanan pembayaran dirasa penting dilakukan untuk meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat, baik itu bagi konsumen, maupun bagi para pebisnis.

“Sejak 2017 CIMB Niaga sudah fokus di digital. Awalnya kita masih melakukan digitisasi untuk layanan internal seperti buka rekening, investasi dan sebagainya. Di 2020 kemarin kami sudah siap secara infrastruktur. Maka dari itu kita mengembangkan produk-produk baru baik untuk ranah pembayaran online hingga pinjaman [kredit online],” ungkap Lusiana Saleh, Branchless Banking Business Development Head of CIMB Niaga.

Sinergi menjadi kunci

Salah satu cara terbaik membesarkan ekosistem yakni lewat kolaborasi yang bisa menghasilkan sinergi positif untuk pertumbuhan yang pesat. Dikatakan, baik dari perbankan, maupun startup teknologi, kolaborasi apik terus dijalin demi mewujudkan inklusi finansial yang semakin matang di masyarakat Indonesia.

“Di Tokopedia kami membangun super ekosistem dengan berkolaborasi bersama berbagai partner keuangan seperti bank dan non-bank mulai yang tentu juga sejalan dengan visi dan misi kami untuk meningkatkan inklusi finansial. Kemitraan itu untuk mengakomodir layanan investasi hingga payment,” terang Vira.

Bagi CIMB Niaga, sinergi positif itu bisa dicapai lewat proses kolaborasi yang tak berbelit. Seperti yang dijelaskan oleh Lusiana, berkolaborasi dengan CIMB Niaga tak sulit dilakukan, bahkan terbuka bagi tak hanya startup namun juga UMKM. Dirinya mengakui, inovasi produk berupa API (Application Programming Interface) sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menggunakan layanan keuangan digital yang disediakan oleh CIMB Niaga untuk bisnisnya.

“Tidak harus startup, UMKM juga bisa [menjalin kerja sama]. Salah satu produk service API, yang membuat kita terkoneksi satu sama lain tanpa membuka akses terlalu besar. Dari CIMB sudah siapkan risiko dan jalur khusus agar mereka yang mau kerja sama dengan kita bisa akses. Ada beragam API seperti lending, transaksi, dan informasi,” jelasnya.

Inggris Bergabung Bersama Ekosistem Digital Indonesia Di Acara “Tech To Impact 2021” Untuk Mengatasi Perubahan Iklim, Keamanan Siber dan Inklusi


Melalui pandemi, inovasi digital terus berkembang. Solusi digital diharapkan dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah sosial di seluruh dunia. Sektor digital di Indonesia telah memberikan dampak positif di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan keuangan. Dengan meningkatnya keprihatinan tentang perubahan iklim dan lingkungan, Indonesia melihat solusi teknologi mulai mengatasi masalah ini.

Untuk menandai satu tahun kesuksesan kerja, dan membantu bisnis Indonesia mengatasi ancaman dunia saat ini, UK – Indonesia Tech Hub bersama DailySocial mempersembahkan serangkaian acara berjudul Tech to Impact yang mengangkat masalah perubahan iklim, kejahatan dunia maya, dan potensi bisnis untuk meningkatkan inklusi – dalam sektor digital Indonesia.

Tech to Impact 2021 akan memiliki tiga webinar tematik yang diikuti oleh para pemain industri digital, di mana kesuksesan dan tantangan akan dibagikan. Peluncuran Webinar Series akan berlangsung pada 23 Februari 2021 dengan topik “Collaborative Innovation for a Better Nation” yang akan membahas bagaimana sektor digital dapat memberikan solusi teknologi yang positif untuk mengatasi masalah sosial seperti perubahan iklim. Sesi ini akan mengundang para pelaku industri utama seperti Piotr Jakubowski – Co Founder & Chief Growth Officer of Breath, Wynn Wijaya – CEO of Sinari Indonesia, dan Rebekka Angelyn – Director of Rumah Energi dengan moderator Andini Effendi yang juga akan disambut oleh HMA Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste.

Acara seri ini akan berlanjut ke webinar kedua yang akan berlangsung pada 25 Februari 2021 pukul 19.00WIB dan akan mendiskusikan kekhawatiran yang sedang berlangsung atas keamanan siber – berjudul “Smack the Hack: Creating The Best Strategy to Treat Any Cyber Threat”. Diskusi akan mengarah pada pentingnya strategi untuk melindungi dari serangan siber di masa depan, dari para ahli seperti Freddie Mulyadi – KPMG dan Ricky Setiadi – Kepala Keamanan Informasi Blibli.com.

Untuk menutup seri Tech to Impact 2021, UK – Indonesia Tech Hub akan mengadakan sesi bertema “Accelerate Economic Empowerment with an Inclusive-Ready Business” pada 2 Maret 2021 pukul 19:00 WIB. Sesi ini akan membahas tentang bagaimana perusahaan bisa memfasilitasi pekerjaan yang lebih inklusif dan budaya kantor akan membuat bisnis lebih sukses. Dengarkan dari Adrian Gunadi – CEO Investree, dan juga Nicky Clara – COO Thisable Enterprise di sesi webinar ini.

Rangkaian ini akan berakhir dengan semangat tinggi karena UK-Indonesia Tech Hub menggelar program UKode Hackathon 2021, mengundang seluruh talenta digital lokal untuk berkompetisi menghadirkan inovasi teknologi yang berdampak positif dalam menyikapi isu perubahan iklim. Kompetisi Hackathon ini akan berlangsung hingga Maret 2021, dan selain mendapatkan pendampingan dari para ahli ternama, peserta juga berkesempatan untuk terhubung dengan International Tech – Hub Network (ITHN) dari Pemerintah Inggris yang akan membantu talenta digital Indonesia untuk terhubung secara global dan membuka peluang untuk kolaborasi internasional.

Ikuti acara Tech to Impact 2021 Webinar Series dan registrasi di halaman ini.

FAQ Ukode Hackathon 2021

 

Apa itu UKode Hackathon 2021?

UKode Hackathon adalah kompetisi Hackathon yang diinisiasi oleh UK-Indonesia Tech Hub yang bertujuan untuk mendorong solusi teknologi baru yang kreatif.

Kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam UKode Hackathon 2021?

Rangkaian acara dalam UKode Hackathon Program ini meliputi acara Anniversary Tech to Impact dan Webinar Series, yang diadakan pada tanggal 25 Februari 2021 dan 2 Maret 2021. Kegiatan tersebut turut mengundang para pembicara ekspertis di bidang lingkungan maupun startup teknologi digital. Sedangkan kompetisi UKode Hackathon sendiri telah dibuka sejak acara Anniversary di tanggal 23 Februari – 4 Maret 2021.

Apa tema hackathon UK – Indonesia Tech Hub?

Tema kompetisi UKode Hackathon 2021 adalah “Tech to Impact”, yang mengajak seluruh talenta digital lokal untuk berkompetisi menghadirkan inovasi teknologi yang berdampak positif dalam menyikapi isu perubahan iklim.

Apakah peserta dikenakan biaya pendaftaran?

Peserta tidak dikenakan biaya pendaftaran atau biaya lainnya (GRATIS). Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati dengan berbagai macam modus penipuan yang mengatasnamakan UK – Indonesia Tech Hub dan pihak-pihak lain terkait dalam penyelenggaraan acara ini.

Apa saja persyaratan peserta “UKode Hackathon 2021”?

  • Warga Negara Indonesia (WNI) dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.
  • Memiliki kartu identitas diri (KTP / SIM / Kartu Mahasiswa / Paspor) yang MASIH BERLAKU dan dapat ditunjukkan kepada penyelenggara saat diminta.
  • Anda diperbolehkan mendaftar sebagai peserta INDIVIDU atau peserta TIM (maksimal beranggotakan tiga orang).
  • Kompetisi ini tidak berlaku bagi seluruh karyawan/karyawati UK-Indonesia Tech Hub, DailySocial dan pihak ketiga yang terkait dengan pelaksanaan kompetisi ini, beserta anggota keluarga atau setiap orang yang berhubungan dengan kompetisi “UKode Hackathon 2021” ini.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi DailySocial via email: [email protected].

Apa kategori yang dilombakan di UKode Hackathon 2021?

Kategori kompetisi hackathon yang dapat diikuti tahun ini adalah perubahan iklim atau climate change.

Jika ada perubahan/revisi dalam ide yang sudah terlanjur peserta kirimkan ke panitia, bolehkan peserta mengirimkan ulang ide terbaru tersebut?

Peserta diberikan kesempatan untuk mengirimkan MAKSIMAL 3 ide per tim sebelum tanggal batas pengumpulan ide ditutup.

Kemana peserta harus mengirimkan ide yang sudah selesai dibuat?

Ide yang sudah selesai dibuat bisa di-upload di halaman dasbor akun peserta melalui fitur “Ideation”. Panitia tidak melayani pengiriman ide melalui email atau cara lainnya.

Keuntungan apa saja yang akan didapat jika mengikuti “UKode Hackathon 2021”?

Para peserta berkesempatan untuk terhubung dengan International Tech – Hub Network (ITHN) dari Pemerintah Britania Raya yang akan membantu talenta digital Indonesia untuk terhubung secara global dan membuka peluang untuk kolaborasi internasional.

Bolehkan peserta mendaftarkan lebih dari satu tim?

Anda hanya diperbolehkan mengikuti kompetisi dengan menggunakan SATU AKUN UNIK yang terdaftar di situs resmi “DSBuild – UKode Hackathon 2021”. Untuk yang mendaftar sebagai peserta tim, hanya boleh bergabung di maksimal 1 (satu) tim saja.

Apakah UKode Hackathon menyediakan API khusus?

UK-ID Tech Hub tidak menyediakan API khusus bagi peserta UKode Hackathon 2021. Peserta dapat menggunakan API publik atau membuat API sendiri.

Kapan daftar finalis akan diumumkan?

Peserta yang terpilih akan diumumkan di situs resmi: https://dailysocial.id/ dan akan dihubungi oleh penyelenggara.

Tahapan apa saja yang harus dilakukan peserta untuk mengikuti kompetisi ini?

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui peserta yaitu :

  1. REGISTRASI

Registrasi hanya dapat dilakukan melalui situs resmi yaitu melalui link berikut ini http://dly.social/ukode . Anda bisa mendaftar sebagai peserta INDIVIDU atau peserta TIM (maksimal beranggotakan tiga orang). Setelah selesai mendaftar, Anda akan menerima email untuk melakukan aktivasi akun.

  1. LOGIN

Setelah berhasil melakukan registrasi, peserta akan mendapatkan akses masuk ke dalam dasbor dengan menggunakan akun yang telah didaftarkan.

  1. PENGUMPULAN IDE

Peserta diwajibkan mengirimkan ide aplikasinya untuk proses seleksi UKode Hackathon 2021.

  1. SELEKSI IDE

Ide yang telah di-submit oleh para peserta akan melalui proses seleksi ide untuk dapat melaju ke tahap selanjutnya.

  1. PENGUMUMAN PESERTA

Peserta yang lolos seleksi ide akan dihubungi melalui email [email protected]. Pihak penyelenggara akan melakukan konfirmasi melalui nomor telepon yang sudah terdaftar.

  1. JUDGING DAY

TOP 5 dari 30 peserta yang ide paling menarik yang telah dikumpulkan oleh perorangan atau tim terpilih akan melaju ke tahap judging day.

Untuk info timeline atau Hackathon roadmap tahapan diatas bisa dilihat lebih detail di halaman Overview.

Seperti apa kriteria penialain yang dilakukan untuk mencari finalis?

Kriteria penilaian akan dilihat berdasarkan hal-hal berikut ini:

  • 1) Technical Capability (30%): Technical Viability based on documentation submitted.
  • 2) Product Usability (25%): The solution is ready to be implemented.
  • 3) Scalable Product (20%): Capability to be adapted & future potential development.
  • 4) Alignment with the Green Tech Challenges (25%)

Apa itu acara Tech to Impact Webinar series?

Untuk mensosialisasikan “UKode Hackathon 2021” akan diadakan webinar series dengan berbagai topik pembahasan.

Webinar series ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, wawasan, dan kemampuan para peserta di bidang pengolahan data, serta memberikan peserta bekal untuk mengikuti “UKode Hackathon 2021”.

Berapa lama waktu yang diberikan untuk submit ide?

Batas waktu pengumpulan ide setelah mendaftar adalah tanggal 4 Maret 2021. Semakin cepat Anda mengumpulkan ide maka semakin banyak waktu yang Anda punya untuk mematangkan ide dan waktu revisi.

Jika saya ada pertanyaan, kemanakah saya bisa menghubungi panitia/penyelenggara?

Anda bisa menggunakan fitur contact us di situs resmi pada halaman overview, yang berada di bagian paling bawah dasbor atau Anda bisa langsung email ke [email protected] dengan subject email berikut: [UKode Hackathon 2021]- [Pertanyaan Anda]

Daftarkan inovasimu terbaikmu untuk berikan dampak positif bagi lingkungan di Indonesia melalui UKode Hackathon 2021 di sini: http://dly.social/ukode

Tech to Impact didirikan pada tahun 2020 oleh UK – Indonesia Tech Hub dan berhasil menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas untuk lebih dari 2.000 start-up dan UMKM, serta memberdayakan perempuan dan penyandang disabilitas dalam literasi digital.

UK – Indonesia Tech Hub diluncurkan pada September 2019 di Kedutaan Besar Inggris Jakarta, bertujuan untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang teknologi dan inovasi kedua negara. UK – Indonesia Tech Hub mendukung pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia melalui program yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan literasi digital.

Sistem Pembayaran Online Instan CIMB Niaga Optimalkan Pemanfaatan API

Inovasi teknologi dalam industri perbankan dipandang penting untuk mengembangkan layanan yang semakin bermanfaat bagi pengguna. Salah satu wujud inovasi yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan pengembangan API (Application Programming Interface), untuk dapat mengintegrasikan layanan perbankan dengan berbagai platform lain demi membuka akses yang lebih luas bagi nasabah.

PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) merupakan bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia yang senantiasa memanfaatkan inovasi teknologi dalam berbagai pengembangan produknya. Produk unggulan CIMB Niaga yang baru saja diluncurkan adalah “direct debit” atau disebut juga OCTO Cash by CIMB Niaga. Inovasi ini memungkinkan nasabah pengguna fintech maupun e-commerce untuk menyelesaikan transaksi pembayaran dengan cepat, mudah, dan aman cukup dari satu aplikasi partner yang telah bermitra dengan CIMB Niaga.

Pemanfaatan API untuk Kembangkan Produk dan Wujudkan Kolaborasi

Pentingnya penggunaan API dalam pengembangan produk dan layanan CIMB Niaga, selaras dengan kebutuhan transaksi nasabah yang kian dinamis. Tak hanya kebutuhan untuk transaksi tarik tunai dan transfer dana lewat bank tertentu, salah satu contoh yang mudah ditemui kini adalah semakin banyaknya nasabah yang menggunakan transaksi keuangan untuk layanan fintech, e-commerce, dan sejenisnya.

Di sini, API dibutuhkan untuk dapat mengintegrasikan layanan perbankan dengan platform eksternal tersebut. Dukungan integrasi layanan yang baik ini membuat nasabah dapat melakukan berbagai transaksi dengan lebih cepat, mudah, nyaman, dan aman. Berbagai kemudahan tersebut juga dapat memberikan nilai lebih bagi nasabah serta mampu menjaga loyalitas nasabah. Sebab, dengan integrasi layanan yang tersedia, para nasabah tak perlu beralih menggunakan layanan perusahaan lain.

Integrasi layanan lewat API juga mampu membuka kesempatan bagi perusahaan perbankan untuk berkolaborasi dengan start-up penyelenggara fintech, e-commerce, dan sebagainya. Kolaborasi antara perusahaan dan start-up merupakan peluang untuk menciptakan berbagai inovasi baru yang saling menguntungkan.

Layanan Direct Debit OCTO Cash dari CIMB Niaga

Salah satu wujud pemanfaatan API yang dilakukan oleh CIMB Niaga adalah layanan pembayaran online debit instan terbaru bernama OCTO Cash by CIMB Niaga.

Lewat layanan ini, nasabah konsumen fintech maupun e-commerce dapat membayar atau bertransaksi menggunakan rekening dengan lebih mudah, cepat, dan aman.

Pemanfaatan API yang dilakukan oleh CIMB Niaga dalam pengembangan produk ini dapat tetap menjaga keamanan nasabah dalam bertransaksi di aplikasi non-bank. Layanan OCTO Cash juga merupakan produk yang mampu melengkapi channel pembayaran digital milik CIMB Niaga yang sudah ada, seperti OCTO Mobile dan OCTO Clicks.

Layanan OCTO Cash juga menyediakan pengalaman pengguna yang ramah dan seamless. Cukup melalui satu kali pendaftaran untuk proses binding rekening di awal, kemudian di setiap transaksinya cukup konfirmasi pembayaran dengan one time password (OTP) yang dikirimkan ke nomor seluler yang terdaftar di Bank, dan transaksi akan sukses terbayar.

OCTO Cash by CIMB Niaga juga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi tarik tunai melalui aplikasi fintech SoCash; berinvestasi reksadana, emas, maupun Surat Berharga Negara (SBN) melalui aplikasi personal finance management (PFM) Fundtastic wealth fintech; maupun berbelanja di e-commerce lewat Elevenia dan Tokopedia yang bekerjasama dengan Payment Gateway PrismaLink, perusahaan penyedia solusi pembayaran yang telah berpengalaman selama satu dekade di Indonesia.

Inovasi dan kolaborasi merupakan kunci untuk dapat mengembangkan layanan dan meningkatkan kepuasan pengguna produk yang ditawarkan. Dengan mengimplementasikan kedua hal tersebut dalam bisnis, langkah peningkatan skalabilitas perusahaan juga dapat dicapai lebih cepat dengan cara yang tepat.

Kunjungi halaman CIMB Niaga API Portal untuk informasi lengkap mengenai sistem API terbuka dari CIMB Niaga.