Industri Esports di Negara-Negara Berkembang Bakal Tumbuh Pesat Pada 2020

Nilai industri esports diperkirakan akan mencapai US$2,9 miliar pada 2022. Namun, kawasan yang menjadi pasar esports terbesar saat ini, seperti Amerika Utara, Eropa, Korea Selatan, dan Tiongkok mulai menjadi jenuh. Memang, pasar esports di kawasan tersebut masih akan terus tumbuh, tapi pertumbuhan esports di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kemungkinan akan lebih pesat.

Esports diperkirakan akan berkembang pesat di Greater Southeast Asia (GSEA) yang mencakup Asia Tenggara dan Taiwan. Faktanya, esports akan menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan industri game di kawasan tersebut. Sekarang, GSEA diperkirakan memiliki 154,3 juta gamer PC. Jumlah pengguna gamer PC diduga akan naik menjadi 186,3 juta orang pada 2023. Sementara jumlah gamer mobile diperkirakan akan naik menjadi 290,2 juta pada 2023, dari 227 juta pada tahun ini.

Di Indonesia, esports juga tengah berkembang pesat. Besarnya total hadiah turnamen esports menjadi salah satu indikasi hal tersebut. Mobile Legends Professional League Season 4 menjadi turnamen esports dengan hadiah terbesar pada tahun 2019 dengan total hadiah US$300 ribu, sama seperti GESC: Indonesia Dota 2 Minor yang merupakan turnamen dengan hadiah terbesar pada tahun lalu. Hanya saja, game esports yang berkembang di Indonesia berbeda dengan tren esports yang berkembang di global. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti sulitnya mendapatkan sponsor yang mengincar pasar global di Indonesia.

Sumber: Newzoo via Esports Network
Sumber: Newzoo via Esportz Network

Kawasan lain yang pasar esports-nya diperkirakan tumbuh adalah India, menurut laporan Esportz Network. Sebagai negara dengan populasi terbesar kedua setelah Tiongkok, India adalah pasar yang menarik bagi para pelaku esports. Belakangan, esports di India juga mulai berkembang. Hal ini terlihat dari jumlah total hadiah turnamen esports yang naik cukup pesat. DreamHack dan ESL juga mengadakan berbagai acara di negara ini.

Pada tahun depan, esports di kawasan Amerika Latin juga diperkirakan akan mengalami kenaikan. Setelah Riot Games menggabungkan liga-liga League of Legends regional menjadi Liga Latinoamérica pada 2019, mereka mengatakan bahwa jumlah penonton liga tersebut mengalami kenaikan. Publisher game lain, seperti EA, juga mulai melirik Amerika Latin. Minggu lalu, EA mengumumkan bahwa mereka akan membawa CONMEBOL Libertadores, turnamen klub Amerika Selatan ke FIFA 20.

Sumber: Needpix
PC gaming memiliki harga yang cukup mahal | Sumber: Needpix

Tentu saja, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi sebelum esports di negara-negara berkembang bisa tumbuh. Salah satunya adalah infrastruktur. PC gaming tak murah. Masyarakat di negara-negara berkembang belum tentu dapat membeli PC gaming. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun, tak semua orang dapat membeli PC gaming, yang membuat munculnya startup seperti Nerd Street Gamers.

Tak hanya itu, jaringan internet di negara berkembang juga biasanya tak semumpuni negara maju. Di Indonesia, jumlah pengguna internet mencapai 171 juta orang, menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Sementara itu, jumlah pengguna internet kabel di Indonesia diperkirakan hanya mencapai sekitar 10 juta orang.

Masalah lain yang dapat menghambat pertumbuhan esports di negara berkembang adalah regulasi. Misalnya, di Tiongkok, pemerintah membatasi lama waktu main anak dan remaja dengan alasan untuk meminimalisir dampak buruk dari bermain game. Sementara di Jepang, bermain game sering diidentikkan dengan bermain judi. Di Indonesia sendiri, belum banyak regulasi yang mengatur tentang esports.

Sumber header: pxhere

KuroKy Umumkan Tim Barunya, Nigma

Pada September 2019, tiga minggu setelah The International 2019 selesai, roster Team Liquid mengumumkan keputusan mereka untuk keluar dari organisasi asal Eropa tersebut. Ketika itu, berdasarkan komentar dari sang kapten Kuro ‘KuroKy’ Salehi Takhasomi dan manager Mohamed “almany-” Morad, mereka berencana untuk membuat organisasi sendiri, tak terikat dengan organisasi-organisasi esports besar. Sekarang, mereka telah mengumumkan organisasi baru mereka, Nigma. Setelah absen dari MDL Chengdu Major, mereka akan ikut serta dalam DreamLeague Leipzig Major.

“Terima kasih atas sambutan yang hangat,” tulis Nigma dalam akun Twitter resmi mereka. “Nama Nigma berasal dari bahasa Arab yang berarti Bintang. Kami harap kami akan bisa memberikan permainan yang hebat.”

Nigma terdiri dari mantan anggota Team Liquid. Tim ini merupakan salah satu tim paling sukses dalam sejarah esports Dota 2. Mereka berhasil memenangkan The International pada 2017, menjadi juara 4 pada 2018, dan menjadi runner up pada 2019. Menurut Win.gg, sepanjang DPC 2018-2019, tim dipimpin oleh KuroKy ini juga memberikan performa yang solid. Dan walau pada group stage TI9 mereka menampilkan performa yang kurang baik, mereka berhasil memperbaiki performa mereka sehingga mereka bisa bertanding dengan OG di babak final. Namun, pada akhirnya mereka harus mengaku kalah dari OG dengan skor 3-1.

Saat ini, masih belum diketahui siapa pemilik Nigma: apakah kepemilikan atas tim sepenuhnya dipegang oleh para pemain ataukah dipegang oleh pihak ketiga. Selain itu, juga belum diketahui di kawasan mana tim Nigma akan bertanding. Mereka tidak memberikan penjelasan tentang hal ini dalam video pendek yang mereka unggah ke Twitter. Namun, Dot Esports mengatakan, kemungkinan, tim Nigma akan bertanding di kawasan Eropa, mengingat Team Liquid juga berasal dari Benua Biru tersebut.

Inilah anggota tim Nigma.

Amer ‘Miracle-‘ Al-Barkawi
Aliwi ‘w33’ Omar
Ivan ‘MinD_ContRoL’ Ivanov
Maroun ‘GH’ Merhej
Kuro ‘KuroKy’ Salehi Takhasomi

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Menurut Liquipedia, KuroKy memulai karirnya sebagai pemain profesional ketika dia masih berumur 16 tahun. Dia mulai dikenal ketika dia ikut dalam The International 2011 bersama GosuGamers.net. Setelah itu, dia menjadi pemain bintang dari sejumlah tim seperti PANZER dan 10,000th. Dia bergabung dengan Virtus.pro pada 2012 dengan harapan bisa bertanding di The International 2012. Sayangnya, Virtus.pro tak lolos kualifikasi. Namun, KuroKy berhasil bertanding di The International 2012 ketika mousesports menawarkan posisi cadangan. KuroKy kemudian bergabung dengan Natus Vincere pada 2013 sebagai pemain Support. Pada 2014, dia membentuk Team Secret. Dia masuk ke Team Liquid pada 2015 dan terus bertahan di tim tersebut sampai The International 2019.

Sumber header: Wykrhm Reddy/Twitter

Zippo Gaet 3 Pemain NRG untuk Promosikan Penghangat Tangan

Di negara-negara yang memiliki musim dingin, para pemain esports profesional biasanya membawa penghangat tangan untuk memastikan bahwa tangan mereka tidak menjadi kaku karena dingin. Zippo, perusahaan yang dikenal sebagai pembuat korek api, juga memiliki produk hand warmer. Penghangat tangan buatan Zippo ini menggunakan baterai yang bisa diisi kembali sehingga ia bisa digunakan berulang kali.

Untuk mempromosikan penghangat tangan HeatBank 9s, Zippo bekerja sama dengan tiga pemain Apex Legends dari tim NRG, yaitu Coby “Dizzy” Meadows, Brandon “Ace” Winn, dan Marshall “Mohr” Mohr. Melalui kerja sama ini, Zippo akan membuat versi khusus dari HeatBank 9s dalam jumlah terbatas. William Kolasa, Senior Director of Integrated Marketing Communications, Zippo mengatakan, penghangat tangan buatan mereka bisa bertahan selama hingga sembilan jam. Tak hanya itu, hand warmer ini juga memiliki port USB yang bisa digunakan untuk mengisi baterai dari berbagai perangkat seperti headset, controller, dan bahkan ponsel.

Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer
Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer

“Kami sangat senang karena bisa bekerja sama dengan anggota NRG, Dizzy, Ace, dan Mohr — tiga pemain terbaik dalam game yang mereka mainkan — untuk meluncurkan edisi terbatas NRG x Zippo HeatBank 9s Rechargeable Hand Warmer,” kata Kolasa, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Ini adalah langkah pertama untuk menunjukkan komitmen kami pada komunitas gamer dengan menyediakan berbagai aksesori untuk meningkatkan performa mereka.”

Ini bukanlah kali pertama Zippo bekerja sama dengan organisasi esports. Pada Maret 2019, Zippo mengumumkan kerja samanya dengan Panda Global, organisasi esports asal Amerika Utara yang fokus pada game-game fighting, seperti Street Fighter 5 dan Super Smash Bros. Ketika itu, CEO Panda Global Esports Team, Alan Bunney, yang juga merupakan seorang dokter, menjelaskan mengapa penghangat tangan penting bagi para pemain profesional. Dia mengatakan, jika tangan seorang pemain dingin, ini bisa memperlambat reaksi sang pemain Karena itulah, dia menyebutkan, para pemain Panda Global selalu membawa penghangat tangan dalam setiap kompetisi yang mereka ikuti.

NRG adalah organisasi esports asal Amerika Serikat. Sama seperti kebanyakan organisasi esports lainnya, NRG memiliki tim-tim profesional yang berlaga di berbagai game. Selain Apex Legends, NRG juga memiliki tim yang berlaga di Overwatch League, Call of Duty, Clash Royale, Fortnite, Hearthstone, dan beberapa game lainnya.

Sumber header: Esports Insider

Skillz Ingin Populerkan Esports Game Kasual

Di Indonesia, game esports mobile biasanya lebih populer daripada game esports untuk PC. Tidak heran, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia memang mengenal internet melalui smartphone. Namun, di negara-negara berbahasa Inggris, game-game esports yang populer adalah game PC, sebut saja Fortnite, League of Legends, atau Counter-Strike: Global Offensive. Game mobile justru masih dipandang sebelah mata sebagai game esports. Skillz mencoba untuk mengubah pandangan ini.

Skillz adalah platform yang memungkinkan para pemain game mobile untuk menemukan kompetisi game kasual. Melalui Skillz, developer game dapat membuat pertandingan esports dan menentukan format turnamen, jumlah pemain, dan hadiah turnamen. Sejauh ini, total hadiah terbesar yang pernah diberikan adalah US$250 ribu. Skillz memiliki 30 juta pengguna terdaftar sementara total hadiah dari semua turnamen yang diselenggarakan di Skillz mencapai US$60 juta per bulan. Apa yang dilakukan oleh Skillz berhasil menarik 32 Equity, divisi permodalan dari National Football League, untuk mendanai mereka. Selain itu, mantan CFO Airbnb juga bergabung sebagai bagian dari anggota dewan direktur Skillz.

“Menurut saya, kami bermula dari ejekan tentang mobile esports,” kata Andrew Paradise, CEO dan pendiri Skillz, dikutip dari Fast Company. “Dalam waktu sekitar 18 bulan, kami telah berubah menjadi platform yang membuat para profesional percaya akan mobile esports.” Industri game diperkirakan memiliki nilai US$152 miliar pada tahun ini dan hampir setengah dari total pendapatan itu berasal dari industri gaming mobile.

Skillz memudahkan turnamen esports untuk game kasual | Sumber: VentureBeat
Skillz memudahkan turnamen esports untuk game kasual | Sumber: VentureBeat

Paradise menyebutkan, platform Skillz juga membuat industri game menjadi lebih inklusif, terutama untuk perempuan. Meskipun setengah dari gamer adalah perempuan, hanya 22 persen developer game merupakan perempuan. Selain itu, Xiaomeng “VKLiooon” Li yang menjadi juara dari Hearthstone Grandmasters Global Finals mengaku memiliki pengalaman tak mengenakkan sebagai pemain profesional perempuan. Menurut Paradise, pada tahun lalu, 70 persen pemain di Skillz adalah perempuan. Sementara dari 20 ribu kreator game yang memanfaatkan Skillz, Paradise menyebutkan studio yang paling sukses adalah Tether Studios yang didirikan oleh Aletheia O’Neil dan suaminya.

Selain menyediakan platform untuk kompetisi esports, Skillz juga merekam dan menyiarkan pertandingan yang diselenggarakan di platform mereka. Sayangnya, game kasual tak terlalu populer, bahkan di platform streaming seperti Twitch. “Jumlah penonton kami masih belum terlalu banyak,” kata Paradise. “Perlu waktu lama untuk mengembangkan industri esports untuk game PC, sampai banyak turnamen diadakan, agar mendapatkan penonton. Hal yang sama akan terjadi di esports mobile. Salah satu kelebihan mobile esports adalah semua orang sudah memiliki perangkat mobile.”

Pada saat yang sama, jika dibandingkan dengan esports untuk PC atau konsol, esports mobile memiliki tantangan tersendiri. “Mobile bukan platform universal seperti PC dan konsol — ada banyak tipe smartphone yang menggunakan sistem operasi dengan versi yang berbeda-beda juga,” kata Christina Alejandre, eksekutif konsultan terkait game dan esports. “Karena perbedaan ini, sebagian orang mungkin menganggap bahwa sebuah kompetisi tidak ‘adil’ karena perbedaan performa ponsel atau teknologi yang lebih tua.” Masalah lainnya adalah jaringan. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, tak semua kawasan memiliki kualitas jaringan internet yang sama.

Paradise mengaku bahwa masalah ini memang ada. Namun, dia berharap, dengan dukungan NFL, mereka akan bisa membuat semakin banyak orang yang tertarik dengan esports mobile. Skillz bukanlah satu-satunya platform yang berusaha untuk mempopulerkan game kasual sebagai esports. Ready Games juga menyediakan platform pertandingan untuk game kasual. Pada akhir Agustus lalu, mereka juga mendapatkan kucuran dana segar sebesar US$5 juta.

Sumber header: The Esports Observer

Misfits Gaming Group Siapkan Rp141 Miliar untuk Modali Startup Esports

Misfits Gaming Group, perusahaan yang membawahi Misfits Gaming, Florida Mayhem, dan Florida Mutineers, baru saja mengumumkan peluncuran MSF.IO, inkubator dan program pendanaan awal untuk startup yang bergerak di bidang esports. Namun, mereka tidak membatasi diri hanya pada startup esports, tapi juga startup lain yang mendukung esports sebagai ekosistem, seperti perusahaan data dan analitik atau startup edukasi yang siap membantu pemain untuk mengasah kemampuannya. Mereka juga tertarik untuk mendanai studio game. Untuk program pendanaan ini, Misifts Gaming Group menyiapkan US$10 juta (sekitar Rp141 miliar), yang akan diberikan pada lima startup terpilih dalam batch pertama investasi mereka.

“Walaupun ada banyak opsi investasi di tingkat tertinggi dari esports, kami percaya, pelaku usaha kecil di bidang ini sering kesulitan dalam mendapatkan pendanaan,” kata CEO dan Co-founder Misfits Gaming Group, Bent Spoont, menurut laporan The Esports Observer. “Untuk menumbuhkan industri esports, penting untuk mendukung para pengusaha kecil ini. Esports tidak hanya berjalan pada tingkat tertinggi. Perusahaan kecil memiliki ide-ide inovatif yang dapat menantang kita dan menciptakan tool, layanan, dan struktur yang membuat indsutri esports tetap segar dan kompetitif.”

Sumber: MICHAL KONKOL/RIOT GAMES via Forbse
Sumber: MICHAL KONKOL/RIOT GAMES via Forbes

MSF.IO menyebutkan, pendanaan ini ditujukan untuk para “inovator” sehingga mereka bisa mengembangkan ide yang akan mengubah industri gaming dan esports. Selain bantuan dana, MSF.IO juga bersedia untuk berbagi pengalaman mereka dalam dunia esports untuk membantu startup yang mereka pilih. Tak hanya itu, mereka juga bisa membantu para startup untuk menjalin hubungan dengan pelaku industri esports dan grup investor lain. Menurut laporan Forbes, untuk program pendanaan ini, Misfits juga dibantu oleh sejumlah penasehat, seperti James Kuhn, Prseident Newmark Knight Frank, perusahaan real estate, Rich Kracum, co-founder Wind Point Partners, perusahaan permodalan swasta, dan Nicola Piggott, co-founder The Story Sob, perusahaan PR esports, yang pernah menjadi pemimpin divisi komunikasi di Riot Games.

Misfits menjadikan MSF.IO sebagai program global, yang berarti semua startup boleh mencoba untuk ikut serta. Lima startup yang terpilih akan bisa mengikuti kelas pada 2020. Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk pergi ke markas Misfits Gaming Group di Florida.

MSF.IO bukan satu-satunya program pendanaan yang ditujukan khusus untuk para pelaku esports. Pada pertengahan November lalu, Capital Management, yang merupakan investor dari organsisasi esports 100 Thieves juga menyiapkan US$100 juta untuk diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan esports. Sementara bulan lalu, Hiro Capital diluncurkan untuk mendanai startup yang bergerak di bidang game, esports, dan digital sports. Memang, jumlah pihak yang tertarik untuk menjadi investor di bidang esports terus bertambah. Hal ini dianggap sebagai tanda bahwa industri esports semakin matang.

Sumber header: Esports Insider

CEO Shopify Sumbangkan Rp352 Juta untuk Hadiah Turnamen StarCraft II

Sekarang, esports mulai menjadi mainstream. Developer game tidak segan-segan untuk turun tangan dalam mengadakan turnamen besar. Tak hanya itu, esports juga mulai menjadi bagian dari gelaran olahraga internasional, seperti SEA Games. Street Fighter dan Rocket League juga akan menjadi bagian dari pre-event Olimpiade 2020. Selain itu, semakin banyak perusahaan non-endemik yang menjadi sponsor liga atau tim esports. Namun, sebelum competitive gaming menjadi populer, turnamen esports biasanya diadakan secara mandiri oleh komunitas, dengan tempat yang tak terlalu megah dan hadiah yang tak terlalu besar.

HomeStory Cup adalah turnamen grassroot dari Starcraft II yang diadakan oleh TakeTV. Turnamen yang diadakan dua tahun sekali ini diadakan untuk pertama kali pada sembilan tahun lalu oleh mantan pemain Warcraft III profesional, Dennis “TaKe” Gehlen. Pada 2010, dia mengundang delapan temannya — yang ketika itu merupakan pemain profesional StarCraft II asal Eropa ternama — ke rumahnya di Krefeld, Jerman, untuk bertanding dengan satu sama lain. Hadiah yang disediakan tidak besar.

“Kami hanya ingin menunjukkan pada para fans cara kami bersenang-senang dalam bermain game dan pada saat yang sama, menunjukkan permainan yang hebat,” kata Gehlen, menjelaskan alasan mengapa dia membuat HomeStory Cups, dikutip dari The Esports Observer. Dia mengatakan, satu hal yang unik tentang HomeStory Cup adalah turnamen ini diadakan di dalam rumah. “Ada orang yang memasak di dapur, dan kami tetap bermain dengan pemain-pemain terbaik dari Korea, Amerika, dan Eropa untuk memainkan game pada level tertinggi.”

Sekarang, HomeStory Cup telah berkembang. Turnamen ini tak lagi diadakan di rumah Gehlen, tapi di gaming bar milik TakeTV. Meskipun begitu, format turnamen ini tetaplah kasual. HomeStory Cup XX, yang diadakan pada akhir pekan lalu, menawarkan total hadiah US$25 ribu (sekitar Rp352 juta). CEO Shopify, Tobi Lutke, yang juga merupakan penggemar dari StarCraft II, merasa bahwa total hadiah ini tidak cukup besar. Dia lalu memutuskan untuk menyumbangkan US$25 ribu sebagai total hadiah pada turnamen tersebut.

Bulan lalu, kecintaan Lutke akan StarCraft II menarik perhatian media dan fans game tersebut ketika dia menawarkan Ryoo “SeleCT” Kyung Hyun, mantan pemain profesional untuk magang di perusahaan yang dia pimpin. Dalam Twitter, dia mengatakan, pencapaian SeleCT sebagai pemain profesional sudah cukup untuk membuktikan kepiawaian.

Apa yang dilakukan oleh Lutke — menyumbangkan uang untuk turnamen dan menunjukkan apresiasi pada pemain profesional — menunjukkan bagaimana seseorang atau sebuah perusahaan dapat mendekatkan diri dengan komunitas gamer dengan cara yang otentik. Walau Lutke melakukan ini karena dia tampaknya memang senang dengan StarCraft II, Shopify akan mendapatkan untung karena namanya menjadi dikenal di kalangan fans StarCraft II di dunia.

Berapa Total Hadiah Kemenangan EVOS Esports Tahun Ini?

Minggu lalu, tim Hybrid mengumpulkan data tentang total hadiah turnamen yang telah dimenangkan oleh RRQ sepanjang tahun 2019. Kali ini, kami akan membahas tim esports besar lainnya, EVOS Esports. Jika dibandingkan dengan tim-tim esports besar lain di Indonesia, strategi bisnis EVOS Esports cukup unik. Mereka tak hanya ingin dikenal sebagai tim esports, tapi juga merek lifestyle. Inilah yang mendorong mereka untuk bekerja sama dengan merek streetwear, Thanksinsomnia. Tak hanya itu, mereka bahkan membuka toko di One Belpark, Fatmawati, Jakarta Selatan, yang menjual merchandise mereka, seperti jaket dan jersey.

Dalam Hybrid Talk, Merch Manager EVOS GOODS, Yansen Wijaya menjelaskan bahwa pada awalnya, alasan EVOS menyediakan merchandise adalah karena memang ada permintaan dari fans. Karena permintaan ini ada terus-menerus, akhirnya mereka memutuskan untuk membuka toko sendiri. Berkaca dari klub olahraga tradisional, seperti sepak bola atau basket, penjualan merchandise memang bisa jadi salah satu sumber pemasukan klub. Tak heran jika EVOS kini juga mulai tertarik untuk menyediakan merchandise sendiri, terutama jika memang ada permintaan dari fans.

Selain itu, EVOS juga memiliki manajemen untuk talenta, seperti streamer. EVOS diklaim membawahi sekitar 50 influencer secara eksklusif dan telah bekerja sama dengan 250 talent. Ketika mendapatkan kucuran dana sebesar sekitar Rp61 miliar, EVOS juga menggunakan dana ini untuk manajamen influencer mereka. Hanya karena bisnis mereka beragam bukan berarti EVOS tak berprestasi. Justru sebaliknya, organisasi esports dengan ikon macan putih ini cukup sering unjuk gigi. Sepanjang 2019 (setidaknya sampai artikel ini ditulis), mereka telah mengumpulkan hadiah dari berbagai turnamen sebesar sekitar Rp6 miliar.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sebagian besar data yang kami kumpulkan adalah tim EVOS Indonesia, walau mereka juga beroperasi di empat negara lain di Asia Tenggara. EVOS Singapura memberikan berkontribusi yang cukup besar pada total hadiah yang dimenangkan EVOS tahun ini berkat kemenangan mereka di Mobile Legends Professional League untuk kawasan Singapura dan Malaysia. Menjadi juara satu, mereka berhasil membawa pulang US$25 ribu atau sekitar Rp350 juta.

Sementara berdasarkan data di Liquipedia, cabang EVOS di Thailand, EVOS Burnout, telah membawa pulang hadiah turnamen sebesar sekitar Rp72 juta. Satu hal yang menarik dari EVOS, tim ladies mereka juga cukup sering juara. Tim EVOS Galaxy Sades bahkan pernah membawa nama Indonesia ke kancah internasional dengan menjadi runner up dari Point Blank International Women Championship yang diadakan di Rusia pada Mei 2019. Sayangnya, total hadiah turnamen esports khusus perempuan biasanya tak sebesar turnamen esports kebanyakan. Sebagai runner-up PBIWC, EVOS Galaxy Sades hanya membawa pulang US$2,5 ribu atau sekitar Rp35 juta. Sebagai perbandingan, tim RRQ yang menjadi juara satu Point Blank International Championship membawa pulang US$30 ribu, atau sekitar Rp423 juta.

Inilah sejumlah turnamen besar yang dimenangkan oleh EVOS Esports.

1. Mobile Legends Professional League Season 4 — Rp2,1 miliar (US$150 ribu)
2. M1 World Championship 2019 — Rp1,1 miliar (US$80 ribu)
3. Arena of Valor Star League (ASL) Season 2 — Rp500 juta
4. PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC) 2019 – Rp400 juta
5. ESL Clash of Nations — Rp350 juta (US$25 ribu)
6. Mobile Legends Professional League SG/MY — Rp350 juta (US$25 ribu)
7. AOV Star League Season 3 — Rp300 juta

Menurut Head of Esports, EVOS, Aldean Tegar Gemilang total hadiah yang dimenangkan oleh para pemain EVOS memiliki kontribusi yang cukup signfiikan pada total pendapatan EVOS sebagai organisasi esports. “Tapi, sumber utama pendapatan tim masih dari sponsor sih,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat. Dia mengatakan, kebanyakan tim esports di Indonesia memang masih menggantungkan diri pada sponsor. Begitu juga dengan RRQ. Memang, menurut data dari Goldman Sachs dan Newzoo, tahun ini, sponsorship masih menjadi sumber utama pendapatan dari industri esports. Di industri esports global, sponsorship menyumbangkan 38 persen dari total pendapatan. Iklan menjadi penyumbang terbesar kedua dengan total kontribusi sebesar 22 persen

Pembagian sumber pendapatan esports 2019 | Sumber: Goldman Sachs
Pembagian sumber pendapatan esports 2019 | Sumber: Goldman Sachs

Sementara ketika ditanya soal persentase pembagian hadiah antara tim dan pemain, Dean enggan untuk menjawab. “Sudah rahasia kontrak dengan masing-masing player kita,” ujarnya. Satu hal yang pasti, dia mengatakan, mayoritas hadiah yang dimenangkan tim diberikan pada pemain. Ini sama seperti dengan ketetapan yang ditentukan oleh RRQ.

Tim Esports Atlanta Reign Pindahkan Markas ke Atlanta, Dapat Dukungan Pemerintah

Ketika Ubisoft hendak mengadakan turnamen Major dari Rainbow Six Siege, pemerintah Raleigh berusaha untuk meyakinkan Ubisoft agar mereka mengadakan turnamen tersebut di kotanya. Dikabarkan, turnamen Major itu memberikan dampak pada perekonomian lokal sebesar US$1,45 juta atau sekitar Rp20,5 miliar. Sementara itu, pemerintah kota Shanghai memiliki rencana untuk menjadikan kotanya sebagai “ibukota esports“. Mengingat pengadaan turnamen esports bisa mendorong perekononian lokal, tidak heran jika pemerintah kota berusaha menjadi ramah pada para pelaku esports. Tak terkecuali pemerintah negara bagian Georgia, Amerika Serikat.

Gubernur Georgia, Brian P. Kemp mengaku senang dengan keputusan Atlanta Esports Ventures untuk memindahkan markas Atlanta Reign, salah satu tim yang bertanding di Overwatch League, ke kawasan Midtown Atlanta. Mulai tahun depan Overwatch League memang akan menetapkan sistem kandang-tandang. Sayangnya, masih belum diketahui lokasi dari fasilitas esports ini. Pada Oktober 2019, Bisnow melaporkan bahwa properti seluas 13.200 kaki persegi di West Midtown Atlanta dibeli di bawah nama Atlanta Reign. Menurut CoStar, properti itu memiliki nilai US$2,27 juta, walau pihak Cox Enterprises dan Province, Inc. menolak untuk berkomentar terkait hal ini.

Kemp merasa, keputusan Atlanta Reign untuk membuat markas mereka di Atlanta merupakan satu langkah untuk menjadikan kota tersebut sebagai pusat esports di Amerika Serikat. “Dan pengumuman ini merupakan bukti akan besarnya industri teknologi dan hiburan di Georgia,” katanya, lapor Esports Insider. Dia juga mengatakan, pembuatan fasilitas esports ini akan mendukung pemerintah untuk menyediakan 45 lowongan pekerjaan baru dan menarik investasi esports hingga US$100 juta untuk mengembangkan ekosistem esports di Atlanta.

Sumber: Esports Insider

Sumber: Esports Insider

Memang, pemerintah Atlanta tengah berusaha untuk menjadikan kotanya sebagai salah satu pusat esports di Amerika Serikat. Minggu lalu, Atlanta Sports Council meluncurkan Atlanta Esports Alliance, divisi yang dibuat dengan tujuan untuk mendorong agar semakin banyak pihak yang mengadakan kegiatan gaming dan esports di Atlanta. Dikabarkan, DreamHack Atlanta juga berhasil memecahkan rekor pengunjung dengan total pengunjung sebanyak 35 ribu orang. Belum lama ini, Atlanta Esports Ventures juga baru saja mengumumkan kerja sama dengan FaZe Clan untuk membuat Atlanta FaZe yang akan berlaga dalam Call of Duty League pada tahun depan.

“Negara Bagian Georgia sangat mendukung pengembangan esports di Atlanta,” kata President dan CEO Atlanta Esports Ventures, Paul Hamilton. “Kolaborasi langsung dengan pemerintah kota membuat esports di kota ini menjadi lebih ramah bagi para fans ataupun pelaku industri esports. Tak hanya itu, ini juga merupakan bukti bahwa Atlanta merupakan tempat yang sangat ramah untuk esports.”

Aplikasi Gaming Sosial Bunch Dapatkan Investasi Rp54,3 Miliar

Bunch mengumumkan bahwa mereka baru saja mendapatkan investasi sebesar US$3,85 juta (sekitar Rp54,3 miliar) dari Supercell, Tencent, Riot Games, Miniclip, dan Colopl Next. Bunch adalah aplikasi gaming sosial serupa Discord. Hanya saja, jika Discord ditujukan untuk para gamer PC, Bunch ditujukan untuk mobile gamer. Melalui Bunch, para gamer akan dapat mengobrol dengan teman-teman mereka saat mereka sedang bermain. Menariknya, para pengguna Bunch bisa membuat party di dalam aplikasi Bunch sehingga ketika mereka mulai bermain game, secara otomatis, mereka akan bermain pada mode multiplayer. Setelah game dimulai, Bunch akan berjalan di background, memungkinkan para pemain untuk tetap mengobrol sambil bermain.

“Anda bisa mengobrol sambil bermain game,” kata CEO dan co-founder Bunch, Selcuk Atli pada VentureBeat. “Di Android, Anda bisa memilih untuk mengaktifkan atau mematikan video.” Saat ini, Bunch telah memiliki sejumlah game yang mereka buat sendiri yang dapat dimainkan oleh para penggunanya. Namun, ke depan, mereka berencana untuk bekerja sama dengan para publisher game mobile untuk mengintegrasikan aplikasi Bunch dengan game-game para publisher.

Atli tumbuh besar bermain game bersama teman-temannya, lapor TechCrunch. Setelah tumbuh dewasa, Atli tetap senang bermain game, tapi dia ingin bisa bermain bersama teman-temannya, seperti ketika dia masih kecil. Inilah alasannya untuk membuat Bunch. Pada dasarnya, tujuan Bunch adalah untuk menghubungkan para pengguna dengan teman-teman mereka di dunia nyata, mendorong mereka untuk bermain bersama. Atli percaya, ini akan memberikan dampak yang lebih besar, baik pada para gamer maupun game yang mereka mainkan.

Para pendiri Bunch. | Sumber: VentureBeat
Para pendiri Bunch. | Sumber: VentureBeat

Atli berkata, bermain bersama melalui Bunch membuat pemain menjadi lebih sering bermain. Tingkat user retention naik 1,3 kali lipat setiap seseorang menambahkan satu teman baru. Sementara antara hari ke-7 dan ke-30, tingkat user retention naik menjadi dua kali lipat jika dibandingkan dengan pemain biasa yang tidak menggunakan Bunch, menurut Atli. “Bunch akan membantu user retention, sesuatu yang kreator game harus tingkatkan, sehingga pemain akan lebih sering memainkan game mereka dan menghabiskan uang lebih banyak,” kata Atli.

“Kebanyakan pemain yang baru memainkan League of Legends tertarik bermain karena teman mereka. Inilah mengapa sisi sosial menjadi salah satu fokus kami di Riot,” kata Brendan Mulligan, Senior Corporate Development Manager, Riot Games. “Seiring dengan semakin banyaknya game multiplayer yang kami buat, termasuk game mobile, kami ingin memudahkan para gamer untuk bermain bersama.”

Sumber header: LinkedIn

Glico Gandeng Capcom untuk Adakan Pocky K.O. Challenge di Street Fighter V

Ezaki Glicothe, perusahaan yang dikenal sebagai pembuat Pocky, mengumumkan kerja samanya dengan Capcom dengan mengadakan Pocky K.O. Challenge untuk para pemain Street Fighter V: Arcade Edition. Untuk mendapatkan Pocky K.O., Anda harus dapat mengalahkan musuh ketika health bar Anda memiliki rasio yang sama dengan komposisi cokelat dan biskuit pada Pocky, lapor Happy Gamer. Untuk memeriksa apakah Anda memang berhasil mendapatkan Pocky K.O., Anda bisa mengambil screenshot kemenangan Anda dan mengunggahnya ke situs Pocky K.O. Checker.

Semua orang bisa ikut serta dalam challenge ini. Glico juga mendorong para pemain untuk mengunggah video ketika mereka berhasil mendapatkan Pocky K.O. ke Twitter dengan tagar #PockyKO. Sebanyak 11 video dari Pocky K.O. akan dipilih untuk ditampilkan dalam Capcom Cup 2019 yang akan diadakan pada 13-15 Desember mendatang. Sayangnya, tidak diketahui apakah pemain yang videonya terpilih akan mendapatkan hadiah lain. Selain itu, pada 15 Desember, para pemain Street Fighter profesional juga akan ikut serta dalam Pocky K.O. Challenge. Pertandingan mereka akan disiarkan melalui akun Twitch dan YouTube resmi Capcom.

Gaming memberikan pengalaman unik yang menyatukan berbagai komunitas di dunia dan kami senang bekerja sama dengan Capcom untuk memberikan pengalaman bermain yang unik,” kata Hirohisa Tamai, Assistant Global Brand Manager, Ezaki Glico, lapor The Esports Observer. “Kami di Pocky memiliki semangat untuk berbagi kebahagiaan. Esports membuat semua penonton merasa senang dan kami ingin ikut serta dalam membagikan kesenangan itu.”

Ini adalah pertama kalinya Glico masuk ke ranah esports. Selain mengadakan Pocky K.O. Challenge, kerja sama antara Glico dan Capcom juga meliputi peluncuran Street Fighter V Pocky Chocolate edisi terbatas. Sayangnya, edisi terbatas tersebut hanya akan tersedia di Amerika Serikat. Seiring dengan semakin populernya esports, semakin banyak merek non-endemik yang ingin ikut serta. Di Indonesia, Dua Kelinci menjdai salah sastu merek makanan yang ikut mendukung esports.

Capcom Cup adalah turnamen fighting game yang fokus pada Street Fighter. Dalam Capcom Cup 2019, akan ada 32 pemain profesional yang bertanding untuk memperebutkan total hadiah US$250 ribu. Pemenang dari Capcom Cup 2018 akan secara otomatis masuk dalam Capcom Cup 2019. Sebanyak 26 orang akan dipilih berdasarkan Global Ranking Point Leaderboard, 4 orang merupakan pemenang dari babak kualifikasi Regional Finals, dan 1 pemain terakhir merupakan pemenang dari Last Chance Qualifier.