Siapa Mau Masuk Cleantech?

Berbicara tentang ekosistem startup cleantech, bisa dibilang ini bukan ekosistem yang baru. Jika merujuk beberapa artikel yang menjelaskan pertama kali istilah ini dimunculkan, setidaknya sudah 2002 tahun (Neal Dikeman). Tetapi, dengam waktu yang selama ini, apakah ekosistemnya se-vibrant segmen startup lain?

Istilah cleantech dan climate tech atau secara sederhana bisa dibedakan dalam cakupan startup yang membuat produk atau menyediakan solusi hijau dan bersih (green and clean) termasuk di dalamnya meningkatkan performa, produktivitas dan atau efisiensi dari produksi sambil mengurangi implikasi negatif atas lingkungan. Sedangkan climate tech adalah solusi berbasis teknologi yang tujuan utamanya adalah perubahan iklim yang adalah mengurangi dampak dan pendorong gas rumah kaca secara global.

Kondisi ekosistem cleantech Indonesia

Data yang diungkapkan oleh New Energy Nexus Indonesia dari laporannya, seperti yang dituliskan oleh DailySocial. Menyebutkan beberapa kondisi di ekosistem cleantech.

Saat dirilis, laporan tersebut menyebutkan hanya ada 300 startup cleantech. Hanya 50 yang disurvei dan 2 diantaranya tutup. Yang menarik. dalam laporan tersebut, 90% lebih memiliki runway (dana) yang tidak ideal untuk startup, yaitu sebagian besar di bawah 1 tahun. Temuan menarik lainnya adalah sebagian besar masih dalam tahap ideation/prototyping atau testing ke pengguna.

Dari laporan tersebut juga bisa dilihat, dari para VC yang sangat aktif memberikan pendaan untuk startup (misalnya adalah EV), hanya berinvestasi pada 1 startup saja saat laporan tesebut diliris.

Salah dua kendala yang diungkapkan pada laporan tersebut menyebutkan bahwa kendala pendanaan jadi faktor utama. Ada pula kendala jumlah yang kurang banyak dari founder yang cakap dalam segmen ini, serta kerangka regulasi jadi faktor juga di ekosistem cleantech.

Tren sustainability

Di sisi lain, saya juga ingin menyoroti tentang tren yang ada akhir-akhir ini terutama di Indonesia. Jargon sustainability makin santer terdengar dalam beberapa tahun ke belakang di ekosistem startup. Salah dua faktornya bisa jadi karena beberapa startup yanng mulai merilis sustainability report, serta VC yang aktif di Indonesia juga merilis topik report yang sama yaitu sustainability report. Atau ada juga yang merilis ‘saudaranya’ yaitu impact report.

Tentang topik sustainability dan topik hijau juga makin santer jadi bahan topik beberapa media di Indonesia – termasuk media nasional – yang mulai punya kanal atau vertikal khusus sendiri. Tidak terkecuali juga DailySocial yang kini punya Solum.id.

Semakin munculnya topik ini juga bisa karena target yang dipasang oleh pemerintah Indonesia: Net Zero Emission pada 2060 sedangkan transisi EBT atau energi terbarukan seacra nasional 23% di 2025 baru tercapai 12.3%.

Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan multinasional juga sudah mulai cukup ketat untuk menerapkan beragam persyaratan ‘hijau” pada para mitra. Ada pula yang sudah tidak malu-malu lagi mengungkapkan target hijau mereka. Sebut saja Apple, perusahaan paling bernilaui di dunia (Juli 2023 data dari Katadata), yang memberikan porsi cukup besar untuk program hijau mereka.

Mengapa startup cleantech tidak menjamur?

Meski segmen yang berhubungan dengan iklim lebih erat dengan climate tech, tetapi secara garis besar tren penggunaan teknologi untuk solusi ramah lingkungan semakin dibutuhkan, karena bukan hanya tren ekosistem pendanan startup saja, bumi kita memang sedang membutuhkan solusi-solusi berbasis teknologi untuk menjaga agak tetap layak huni.

Lagi pula, ada irisan tipe startup dari cleantech dan climate tech. Masih berdasarkan ulasan Clean Energy Ventures, setidaknya ada Clean Energy, Suuply Chain. Built Environment dan Trasportasion, yang bisa berupa solusi hijau dan bersih tetapi di sisi lain juga bisa berdampak pada iklim atau pengurangan emisi GRK.

Jadi, seharusnya cleantech juga bisa berperan, dus, jumlahnya bisa semakin bertunbuh dan berkembang karena ada permasalahan yang butuh solusi, dan minat VC di sini pun (seharusnya) meningkat.

Apakah minat VC belum bisa beralih dari fintech, SAAS, F&B , transportsasi, agriteh atau bahkan entertainment menuju ke startup di segmen cleantech karena memang tidak ada startup-nya atau adakah alasan lain?

Apakah karena berinvestasi di startup cleantech itu ‘terlalu berat’ dan butuh waktu dan daya tahan (baca: modal) yang tidak sedikit, sehingga ketertarikan VC yang masih malu-malu kucing.

Atau pengaruh lain, seperti misalnya bayang-bayang resesi ekonomi dan behaviour consumer era post covid yang masih membingungkan, yang memberikan pengaruh atas masih rendahnya minat investasi masuk ke startup cleantech?

Atau dibutuhkan perubahan paradigma (tesis) dari para VC agar ekosistem dari iklim pendanaan yang memungkinkan tumbuh suburnya startup cleantech. Karena tesis ‘masuk di round awal keluar di round berikutny’a, menurut saya bukanlah tesis investasi yang cocok di segmen atau ekosistem cleantech.  Karena sebagian besar butuh dana tidak sedikit untuk tumbuh atau untuk pengembangan R&D.

Di sisi lain, solusi low tech di bidang hijau – dibeberapa kondisi – malah jadi lebih menarik dan mudah mendapatkan dana, misal program dari NGO atau dana CSR. Atau bahkan dana berupa program dari perusahaan yang membutuhkan target untuk dimasukkan di laporan sustainability mereka.

Saya jadi ingat tulisan saya yang sedikit banyak bisa jadi penutup tulisan ini. Sekaligus jadi saran sederhana untuk membuka diskusi tentang perkembangan ekosistem cleantech ke depannya.

Saran yang bisa saya utarakan adalah serupa dengan saran saya ke ekosistem startup tahun 2011, yang entah kenapa, meski sudah lebih dari 10 tahun, bagi saya masih selalu dan terus relevan: investor (perorangan, VC atau CVC) – akselerator – inkubator – dan juga pemerintah, termasuk juga bank lewat Taksnonomi hijau, harus bantu inovasi yang dikembangkan oleh para startup cleantech agar ekosistemnya bisa tumbuh dan berkembang.

[Review] Mouse Razer Deathadder V2 x Hyperspeed, Nyaman Untuk Main Game dan Kerja

Salah satu yang membuat saya tertarik dengan mouse Razer Deathadder V2 x Hyperspeed bukan endorse dari Faker di halaman resmi atau di kotaknya, meski itu adalah tambahan yang menarik. Melainkan adalah dual feature yang hadir pada koneksi wireless-nya yang tersedia dalam dua pilihan, serta dua pilihan juga untuk mengisi baterai. 

Razer Deathadder V2 x Hyperspeed adalah mouse dengan fitur-fitur yang cukup lengkap untuk sebuah mouse. Mulai dari desain yang ergonomis, dual wireless feature – yang salah satunya adalah highspeed, pilihan baterai AA dan AAA, mechanical switches gen 2 khas Razer, 7 tombol yang bisa diprogram (7 tombol ini termasuk right – left click dan roller), serta aplikasi untuk kustomisasi yang juga bisa ‘menempel’ di mouse via HyperShift. 

Desain Razer Deathadder V2 x Hyperspeed

Mari kita bahas dulu dari sisi desain. Sebelum beralih ke Razer Deathadder V2 x Hyperspeed, saya menggunakan Logitech wireless G903 Lightspeed yang memang untuk gaming ,serta untuk kerja menggunakan Logitech MX Master 2s. Keduanya hadir dengan harga yang relatif cukup premium meski tidak ‘semurah’ mouse Razer yang saya coba ini. 

Mengapa saya memasukan mouse yang bukan untuk gaming sebagai perbandingan, karena saya ingin membandingkan dalam penggunaannya, mouse Razer yang ada di tangan saya ini tidak hanya akan saya gunakan untuk bermian game tetapi juga untuk kegiatan sehari-hari, termasuk bekerja. 

Jika Razer mengklain ergonomis dan comfort dalam halaman resminya, serta mencantumkan bahwa desain ini adalah desain yang mendapatkan penghargaan, maka klaim itu memang bisa dirasakan dalam produknya secara nyata. 

Bentuk mouse ini memang tidak simetris utnuk bagian kiri dan bagian kanan (oh ya, mouse ini tidak untuk Anda yang kidal karena beberapa bagian desainnya memang diperuntukkan buat tangan kanan). Bagian kiri agak menjorok dengan akses dua tombol yang bisa dijangkau oleh ibu jari. Sedangkan bagian kanan tetap agak melengkung tetapi tidak sedalam bagian kiri. Desain seperti ini surprisingly cukup nyaman, terutama Anda yang memang punya preferensi bentuk mouse seperti Razer Deathadder V2 x Hyperspeed. Bagian ibu jari bisa agak menjorok dengan pangkalnya tertahan di ujung kiri mouse, yang menjadikan ibu jari seperti ditempatkan di rumah yang pas di bagian lekukan mouse. Akses button juga bisa dijalankan tanpa masalah. 

Desain menjorok ini juga secara tidak langsung mendukung cara saya memegang mouse yang secara default membelok, ke arah laptop atau monitor jika Anda menggunakan PC atau monitor tambahan.Desain yang menjorok ini terasa mendukung dengan posisi lengan yang melengkung, baik saat bermain game atau menggunakan mouse untuk kegiatan produktivitas untuk waktu yang lama. 

Jadi kalau misalnya ada gambar Faker terpampang jelas dan menyebutkan bahwa mouse ini layak jadi pilihan. Kalau dari sisi desain, itu cukup terlihat. 

Dari sisi tampilan, mouse ini memang tidak tampak berlebihan malah terkesan down to earth. Warna hitam doff, tanpa elemen RGB dan hanya ada lampu indikator teramat kecil di bagian tengah. Logo Razer pun tidak terlalu terlihat. Desain low profile seperti ingin menyembunyikan kemampuan yang cukup baik di balik body-nya. 

Desain minimalis ini agak bersebrangan dengan Logitech wireless G903  lightspeed yang terasa ‘ramai’ dengan berbagai elemen yang beberapa ada juga yang bisa di-swap

Untuk bobot perangkat. Awalnya saya agak ragu karena ketika membuka dari kotaknya terasa terlalu ringan. Malah terkesan agak murahan, tetapi itu semua berubah ketika saya memasukan baterai. Saya kebetulan menggunakan 1 baterai AA, dan ketika baterai itu masuk di tempatnya maka bobot mouse terasa pas. Tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat. Tambahan beban dari baterai ini seperti sudah diperhitungkan, jadi ketika akan digunakan, mouse tetap terasa nyaman dan tidak terlalu berat. 

Untuk button sendiri selain 3 button utama, right dan left click serta scroll wheel, ada 4 button tambahan yang lokasinya, dua di sebelah left click dan satu lagi di area sandaran punggung ibu jari. Semua fungsi button bisa diatur sesuka selera lewat aplikasi Razer Synape 3 dengan fitur Hypershift.

Untuk pengaturan dan mapping button sebenarnya tidak ada masalah. Meski kebutuhan akan berbeda-beda untuk pengguna – saya sendiri mendapatkan ada beberapa pengaturan yang tidak bisa saya lakukan untuk urusan produktivitas – namun Anda setidaknya bisa melakukan berbagai pengaturan seperti memodifikasi semua button yang tersedia di mouse ini untuk berbagai keperluan,  mengatur performa DPI mouse untuk sensitivitas, mengatur konsumsi daya. Dan jika Anda menggunakan mousepad dari Razer, Anda bisa mengkalibrasi untuk mendapatkan pengalaman yang terbaik. 

Untuk urusan fungsi button, terutana untuk kegiatan kerja, jika membandingkan Logitech MX Master 2s tentunya mouse Razer yang saya coba ini agak kalah. Saya bisa maklum karena memang bukan peruntukkannya. Seri MX dari Logitech dikenal powerfull untuk kerja, bukan hanya karena sensivitasnya tetapi ada beberapa fungsi button dan peletakan yang mendukung produktivitas. 

Ada yang ingin saya bahas agak detail yaitu tentang penempatan 2 button di bagian yang dekat dengan left click. Karena posisinya cukup berada di ujung kiri mouse, ketika mencoba perangkat ini saya mendapatkan bahwa button ini secara tidak sengaja sering kepencet. Bukan oleh jari saya tetapi karena terbentur sisi ujung mouse dengan ujung keyboard. Jika biasanya benturan tidak menggagu fungsi karena bagian mouse yang berbenturan adalah body saja, namun di razer ini yang terbentur adalah button. Sehingga sering kali mapping button yang saya lakukan berubah di tengah jalan karena button-nya kepencet. 

Bisa jadi pengalaman ini akan berbeda dengan pengalaman penguna lain, terutama jika meja kerja atau meja bermain game Anda cukup luas.

Fitur lain yang juga cukup menyenangkan adalah adanya dua pilihan koneksi bluetooth langsung dari mouse ke perangkat atau menggunakan donggle yang memiliki kecepatan 2.4G. Pilihan ini tentunya menarik, untuk pengaturan bermain game bisa menggunakan dongle tetapi ketika untuk penggunaan di luar rumah misalnya, saat jauh dari PC dan menggunakan laptop dengan slot USB terbatas, bisa menggunakan bluetooth saja. 

Untuk spesifikasi sendiri, yang belum di bahas di atas,  Razer Deathadder V2 x Hyperspeed mencantumkan daya tahan clik perangkat ini sampai dengan 60 juta klik (yang tentunya akan tergantung penggunaan masing-masing) lalu untuk sensornya adalah optical, max sensitivity 14000 DPI, max speed 300 IPS, max acceleration 35G dan tersedia 7 tombol yang bisa dikustomisasai. Untuk tipe switch-nya sendiri adalah Razer™ Mechanical Gen-2 Mouse Switches sedangkan mouse feet alias bagian bawah peranglat adalah undyed 100% PTFE. 

Pengalaman penggunaan

Nah, untuk pengalaman penggunaan perangkat ini saya sengaja melakukan dua uji utama, tidak hanya fokus untuk bermain game tetapi juga untuk bekerja sehari-hari.

Untuk penggunaan sehari-hari serta untuk mendukung produktivitas, jenis tombol switch dari mouse ini terasa cukup menyenangkan. Cukup clicky memang kalau dari sisi bunyi, namun pengalaman menekan tombol utama mouse cukup menyenangkan, tidak terlalu berat tetapi tidak sangat ringan juga. 

Bobotnya yang pas juga menyenangkan untuk menggunakannya setiap hari atau pun untuk bermain game. Nah untuk bermain game, perangkat ini bisa cukup diandalkan, tidak hanya dari sisi koneksi, tetapi dari sisi kenyamanan serta switch yang menyenangkan untuk dipakai. Meski demikian, saya hanya mencoba dengan judul game yang memang tidak perlu banyak pengaturan atau makro, lebih ke game FPS. Jadi pengalaman yang dirasakan lebih ke switch click, koneksi ke perangkat dan pengaturan DPI. 

Sedangkan pengaturan untuk button lebih saya coba ketika menggunakan mouse untuk produktivitas. Mengatur beberapa button agar bisa lebih cepat melakukan fungsi atau membuat aplikasi bawaan windows tertentu. 

Untuk bisa menjalankan fungsi pengaturan dan mengaksesnya langsung dari mouse, Anda harus selalu menyalakan aplikasi Razer Synapse.

Kesimpulan 

Menggunakan mouse Razer Deathadder V2 x Hyperspeed adalah salau satu pengalaman yang cukup menyenangkan. Bukan karena mouse ini di branding cukup prestisius dengan berbagai atlit esports terkenal di halaman resmi dan juga kotak perangkat, tetapi memang karena desain yang diesekusi dengan pas, dan cukup efisien. Dengan endorsement serta fitur yang dibawanya, dari sisi harga perangkat ini juga bisa dibilang cukup terjangkau (di Tokopedia perangkat ini dijual seharga 1 juta kurang 1 rupiah).

Tampilannya memang cenderung polos, tetapi bagi yang suka dengan selera gaming mouse minimalis dan fokus pada pengalaman penggunaannya, termasuk fitur dan fungsi,  Razer Deathadder V2 x Hyperspeed bisa jadi pilihan.

Sparks

  • Nyaman digunakan dari sisi eksekusi desain
  • Bobot yang pas termasuk baterai
  • Minimalis
  • Switch mechanical nyaman

Slacks

  • Desain ‘terlalu’ polos
  • Button lokasi depan sering tidak sengaja kepencet
  • Masih menggunakan baterai eksternal

Ini harga jual Samsung Galaxy S21 FE 5G di Indonesia

Samsung Galaxy S21 FE 5G telah diumumkan resmi hadir di Indonesia. Sebelumnya kami telah memberikan informasi tentang perangkat ini namun dari rilis yang diterima belum tersedia informasi harga maupun kapan ketersediaan perangkat. 

Dalam acara bersama media dan reviewer gadget, Samsung memberikan informasi detail tentang perangkat ini termasuk harga serta promo yang dihadirkan. Samsung S21 FE 5G memang agak unik, bukan karena perangkatnya tetapi karena waktu rilisnya yang terasa tidak pas karena berdekatan dengan rutinitas jadwal rilis perangkat S seri terbaru Samsung yaitu S22. 

Meski demikian, dari sisi spesifikasi perangkat ini tetap membawa fitur yang cukup menarik. Anda bisa mendapatkan layar 6.4 inci FHD+ Dynamic AMOLED 2X Display, refresh rate 120Hz, dapur pacu Exynos 2100 5nm, baterai 4500mAh yang sudah support 25W pengisian daya cepat, Android 12 dengan UI terbaru dari Samsung.

Serta 3 kamera di bagian belakang dengan spesifikasi 12MP ultra wide, 12MP wide camera dan 8Mp telephoto. Di depan ada 32MP selfie camera. Perangkat ini juga sudah IP68 untuk tahan cipratan air dan debu. 

Samsung sendiri menjelaskan bahwa perangkat ini hadir untuk generasi muda yang membutuhkan perangkat yang bisa diandalkan untuk membuat konten dan mendukung aktivitas mereka. Daya jual selain dari spesifikasi yang bisa diandalkan adalah tersedianya beragam pilihan warna yang keninian seperti olive alias hijau, graphite alias hitam, lavender alias pink dan putih. 

Untuk harga sendiri, perangkat ini dijual dengan harga Rp. 8.999.000 untuk kapasitas memori 128GB dan Rp. 9.999.000 untuk kapasitas 256GB. Tetapi pada masa early bird alias di tanggal 9 – 10 Januari 2022, konsumen bisa mendapatkan keuntungan hingga senilai Rp. 2.172.500,- setiap pembelian Galaxy S21 FE 5G di dua tanggal Early Bird tersebu.Perangkat ini akan dijual di situs resmi Samsung dan mitra e-commerce Samsung. 

Dari sisi harga sendiri memang bisa dibilang tidak terlalu menarik mengingat persaingan dengan perangkat terbaru yang hadir akhir tahun kemarin, atau jika dibandingkan dengan perangkat Samsung lain di seri yang sama. Karena seri FE biasanya adalah versi ‘ringan’ dari versi aslinya. Belum lagi seri S21 sudah cukup lama rilisnya dan seharusnya S22 sudah di depan mata. 

Meski demikian, namanya juga konsumen, lebig banyak pilihan akan lebih baik, jadi S21 FE 5G ini bisa memberikan alternatif jika mereka menginginkan layar lebih compact den warna lebih menarik tetapi dengan spesifikasi yang tetap handal. 

Atau Anda yang suka barang gratisan? Pada masa penjualan 9 dan 10 Januari 2022, dengan harga banderol yang disebutkan di atas, Anda bisa mendapatkan free Galaxy Fit2, wireless charger dan diskon Samsung Care sebesar 50%.

Informasi lengkap perangkat bisa cek di tatuan ini sedangkan tautan untuk pembelian bisa cek di sini

Menjelajah Tampilan Edisi Khusus Reno7 5G LoL Wild Rift

Salah satu hal menarik dari edisi spesial dari perangkat smartphone bukan hanya dari sisi eksklusivitas tetapi juga adalah dari sisi eksekusinya. Nah, mindset ini yang saya terapkan ketika bertemu dengan smartphone edisi spesial Reno7 5G League of Legends Wild Rift dari OPPO

Perangkat ini tidak dijual resmi di Indonesia, saya cukup beruntung diundang teman saya untuk menjelajah bersama tokoh Jinx yang hadir di smartphone Reno7 5G dari OPPO ini. Base perangkat dari perangkat adalah OPPO Reno7 versi 5G dengan spesifikasi yang cukup tinggi di kelasnya, salah satunya adalah penggunaan prosesor Dimensity 1200 Max 5G milik Mediatek untuk pengalaman mulus penggunaan. 

Tapi sejujurnya, karena waktu yang cukup singkat, saya akan lebih membahas dari sisi desain dan bagaimana perangkat ini cukup memberikan standar tertentu untuk kolaborasi atau edisi spesial dari sebuah perangkat terutama smartphone. 

Salah satu yang menarik perhatian saya pertama kali atas perangkat ini adalah bagian tulisan League of Legends yang tertera di bagian pinggir perangkat. Entah kenapa tampilan teks berwarna biru terang dan mengkilap ketika terkena cahaya ini menjadi magnet awal dari ketertarikan pada perangkat ini. 

Namun ketika melihat secara lebih mendalam akan Reno7 5G edisi spesial LoL Wild Rift ini saya malah menemukan beberapa detail lain yang menambah menarik lagi. Misalnya saja sim card ejector yang tampil dalam bentuk peluru mungil yang juga bisa menjadi kalung. 

Secara general, smartphone Reno7 5G LoL Wild Rift hadir dalam ‘boks’ yang berbentuk roket peluru canon khas yang merepresentasikan roket dari senjata yang dibawa Jinx. Bahan pembungkus utama ini dari plastik namun terasa tebal dan cukup premium. OPPO juga melengkapi ‘roket plastik’ ini dengan tapi sehingga bisa di-slempangkan layaknya tas. 

Roket ini bagian bawah atau belakangnya bisa diputar dan di dalamnya akan ada ruang penyimpanan yang menyimpan smartphone serta beberapa kelengkapan lain seperti charger dan kabel, casing dan kelengkapan lain termasuk sim card ejector berbentuk selongsong peluru. 

Dalam ruang untuk menyimpan perangkat kita juga akan menikmati berbagai detail yang dihadirkan OPPO di edisi spesial ini, termasuk emboss logo OPPO dan logo League of Legends Wild Rift. 

Dari berbagai bungkus yang dihadirkan OPPO ini saja nuansa edisi spesialnya cukup kentara, beberapa detail lain juga tampil di desain smartphone-nya. Tentu saja yang paling terlihat adalah bagian belakang perangkat. Bukan hanya seperti tempelan stiker atau skin saja, namun integrasi elemen-elemen LoL dan karakter Jinx menyerap cukup mendalam di body perangkat. 

Kita bisa melihat elemen warna yang cerah khas Jinx, perpaduan biru kehijauan serta pink yang hadir di bagian kiri dan kanan secara berbeda di masing-masing sisi, lalu logo LoL dengan huruf L di bagian tengah dengan beberapa elemen garis yang melengkapi sampai dengan bahan doff yang kalau terkena cahaya tampil lebih menarik.

Bagian area kamera juga tidak luput dari kustomisasi yang menarik, tidak hanya elemen warna tetapi juga ada tambahan elemen lampu di bagian bawah areka rumah kamera yang bisa menyala dengan warna yang juga menyatu dengan warna-warna perangkat lainya. 

Di bagian pinggir, ada teks League of Legends seperti yang dijelaskan di awal artikel. Tampil elegan dengan warna cerah. Di bagian depan memang tidak banyak elemen desain yang tampil di bagian fisik namun, kustomisasi hadir di bagian dalam alias software atau skin. Tampilan wallpaper, ikon, menu dan berbagai tampilan lain yang berhubungan dengan UI sudah diubah selaras dengan tema Jinx serta LoL Wild Rift. 

Bagian desain lain yang juga mendapatkan sentuhan Jinx adalah casing. Casing hard plastik dengan finishing doff yang di bagian belakang terdapat tulisan nama Jinx. Casing ini hanya membungkus bagian belakang serta bawah dan atas saja, bagian pinggir tetap terekspos jadi tulisan LoL yang beberapa kali saya sebutkan di artikel ini akan tampak dengan jelas. 

Untuk kepala charger juga tidak luput dari desain ala Jinx. Meski hanya berupa ilustrasi gambar saja tetapi bisa dibilang sudah cukup. Warna kepala charger hadir dengan warna hitam dengan ilustrasi LoL WR-nya berwarna pink.

Nah, bagian terakhir yang cukup menarik dan pay attention to detail adalah sim card ejector yang berbentuk seperti kalung. Desainnya masih menyerupai selongsong peluru, lalu jika bagian bawahnya diputar maka bisa terbuka dan disitulah lokasi sim card ejector. Detail yang cukup menarik, fungsi sim card ejector yang biasanya dipakai sekali-sekali saja malah di desain dengan cukup ciamik seperti ini. 

Spesifikasi perangkat

Seperti yang saya sebutkan di atas, untuk tulisan kali ini memang lebih berfokus pada pengalaman berinteraksi dengan desain dari perangkat bukan dari kegunaan sehari-hari. Meski demikian, di atas kertas sebenarnya perangkat ini cukup mumpuni, masuk dalam segmen premium alias di bawah flagship. 

Beberapa spesifikasi inti perangkat antara lain chipset Dimensity 1200 Max 5G dengan 12GB RAM dan 256GB ruang penyimpanan lalu baterai 4500 mAh dan kamera utama 50MP, 13MP, 64MP ultrawide dam 2MP macro camera. Salah satu kekurangan namun masih bisa diterima adalah, refresh rate perangkat ini hanya sampai 90Hz saja. Lumayanlah sudah di atas 60Hz meski belum 120Hz. 

Sudah cukup sering memang OPPO melakukan berbagai kolaborasi dengan berbagai IP lain, termasuk edisi spesial Gundam, atau edisi spesial detektif Conan yang juga memiliki boks yang super keren, atau juga ada kolaborasi OPPO dengan LoL lainnya yang merilis edisi turnamen Worlds. 

Selain refresh rate yang tidak sampai 120Hz, sebenarnya kekurangan dari perangkat ini yang paling utama adalah, tidak tersedia atau tidak dijual resmi di Indonesia.  Padahal pangsa pasar Wild Rift di Indonesia cukup berkembang, meskipun tergolong game baru. Salah satu pendukungnya adalah turnamen yang diselenggarakan cukup rutin. 

Perangkat Reno7 5G edisi spesial League of Legends Wild Rift ini dijual sekitar 628-an dollar (jika dikonversikan) dan hanya tersedia di pasar Tiongkok.

[Review] Samsung Galaxy M52 5G, Refresh Rate Tinggi dengan Rasa Genggam Menyenangkan

Samsung Galaxy M52 5G adalah perangkat yang menarik. Secara singkat, perangkat ini menjawab beberapa kekurangan yang sebelumnya hadir di perangkat seri M seperti Galaxy M32 dan M62. Layar besar 120Hz dengan dukungan prosesor yang cukup mumpuni. Artikel kali ini akan membahas pengalaman menggunakan perangkat ini untuk berbagai kegiatan. Mari kita simak.

Pertama kali mencoba perangkat Galaxy M62 ada sebuah harapan yang saya sematkan, salah satunya karena perangkat ini menggunakan prosesor mantan flagship. Harapan bahwa perangkat ini bisa jadi perangkat yang menarik dari kelas M. Tapi ternyata ada kekurangan yang terasa cukup mengganggu, yaitu refresh rate yang hanya 60Hz saja. 

Lalu saya mencoba perangkat M52 yang membawa refresh rate 90Hz sebagai harapan baru dari kelas M untuk kenyaman penggunaan. Tapi lagi-lagi ada kekurangan yang cukup mengganggu karena menurut pengalaman penggunaan saya, prosesor yang ada kurang bisa mendukung pengalam yang smooth untuk layar refresh rate kekinian. 

Harapan saya kembali hadir dan sedikit banyak terbayarkan ketika perangkat Galaxy M52 5G hadir di meja redaksi untuk diuji. Perangkat ini menjawab banyak harapan yang sebelumnya saya taruh di dua perangkat seri M. 

Galaxy M52 5G memang masuk ke seri M yang memiliki beberapa ciri khas. Tampilan belakangnya memang masih kalah dari seri A dan perangkat ini dijual lewat online saja. Namun kalau melihat dari spesifikasi serta all around feature. Perangkat ini cukup menjanjikan sebagai pilihan penikmat gadget. 

Sebagai awal mari kita bahas dari sisi desain 

M52 5G memiliki ukuran layar 6.7 inci full rectangle dan 6.6 inci rounded corners, yang bisa dibilang cukup lebar. Nyaman untuk menjelajah konten atau bermain game tetapi cukup melelahkan untuk penggunaan sehari-hari karena genggaman yang dibutuhkan tangan untuk memegang perangkat ini lebih luas. Berbeda dengan seri M32 misalnya yang cukup ‘mungil’ untuk dipakai sehari-hari. 

Tetapi dengan layar luas, tentu saja ada banyak kelebihan yang bisa didapatkan. Apalagi refresh rate perangkat ini sudah bisa mendukung 120Hz jadi benar-benar nyaman untuk menjelajah konten dengan ponsel. Untuk kualitas layar sendiri sudah Super AMOLED Plus 1080 x 2400 (FHD+), yang bisa dibilang jaminan yang cukup untuk menikmati berbagai konten dengan nyaman. 

Kombinasi spesifikasi layar sendiri memberikan kesan tersendiri mengingat perangkat ini adalah perangkat yang ditujukan untuk kelas menengah atas. 

Untuk bagian desain lain seperti layout port sebenarnya tidak ada yang istimewa, hampir sama dengan kebanyakan desain perangkat Samsung yang dirilis belakangan. Port untuk isi daya dengan interface USB Type C, lalu speaker ada di bagian bawah. Tombol volume dan power ada di bagian kanan atas. Di bagian kiri atas ada slot untuk kartu memory (support sampai 1TB) dan SIM (slot dual Hybrid).

Untuk tombol power juga berfungsi sebagai pemindai sidik jari dan perangkat ini tidak menyertakan jack audio. Untuk bagian desain belakang, layout kameranya mirip dengan seri A, memanjang ada 3 kamera dan 1 lampu flash. 

Dari desain cover belakang sendiri sebenarnya finishing-nya saya tidak terlalu suka karena glossy dan terkesan biasa saja. Kurang premium. Bisa jadi ini juga adalah karena warna, karena saya mendapatkan perangkat uji yang berwarna biru jadi kesannya seperti seri M yang untuk entry level

Tapi cukup berbeda dengan penilaian ketika menggunakan perangkat ini karena rasa genggam dari perangkat di tangan nyaman dan terasa tipis. Layar yang lebar memang membuat agak membuat kesulitan ketika ingin menggunakan dengan satu tangan tetapi masih bisa dimaklumi. Kesan tipis dari perangkat ini memang cukup terasa, kombinasi layar yang cukup lebar dan body yang tidak tebal menjadikannya perangkat ini terasa seperti perangkat premium atau minimal kelas seri A. 

Overall desain, bagi Anda yang mencari rasa genggam lebih dari pada tampilan, perangkat Galaxy M52 5G ini adalah pilihan yang cukup menarik. Terutama di rentang segmennya yaitu menengah atas namun masih di bawah kelas premium. 

Sekarang mari kita bahas spesifikasi, terutama spesifikasi yang memberikan kesan pengalaman selama saya mencoba perangkat ini. 

Setidaknya ada 3 bagian spesifikasi yang cukup memberi kesan pada perangkat ini, kualitas layar, refresh rate dan dukungan prosesor. Sebenarnya bisa tambah satu lagi, tapi sayangnya memang jaringan 5G di Indonesia masih belum merata jadi keunggulan M52 yang sudah 5G ini belum bisa dinikmati oleh pengguna secara luas. 

Untuk layar sendiri sudah Super Amoled Plus, tampilan lebar 6.7 inci dengan resolusi 1080×2400 (FHD+). Serta telah dilegkapi refresh rate sampai 120Hz. Dari sisi kamera belakang ada 3 kamera 64MP, 12 MP (ultra wide) dan 5MP. Sedangkan depan 32 MP. Digital Zoom untuk kamera belakang sampai 10x. Video recording UHD 4K (3840 x 2160) @30fps Slow motion 240fps @HD.

Lalu untuk RAM 8 serta ROM 128. Ruang penyimpanan bisa diperluas maksimal 1TB via MicroSD. Untuk baterai 5000mAh dengan support sampai 25W untuk isi daya tetapi di boks hanya disediakan kepala charger 15W. M52 5G tidak mendukung Dex.

Pengalaman penggunaan 

Untuk uji spesifikasi saya tampilan di foto berikut ini:

Untuk penggunaan beberapa seri M yang saya coba dalam waktu beberapa minggu ke belakang memang lebih merujuk pada aktivitas browsing termasuk media sosial dan menonton konten. Tidak banyak aktivitas yang saya gunakan untuk bermain game karena beberapa alasan. Salah satunya dukungan baterai yang besar biasanya merujuk pada kegunaan perangkat untuk produktivitas dan hiburan non gaming. Karena biasanya kalau main game, kan dekat dengan sumber listrik yang ketika baterai habis bisa langsung mengisi daya. 

Nah, untuk pengalaman dari sisi aktivitas sehari-hari serta akses hiburan non gaming, M52 5G ini menurut saya bisa dikasih pujian. Menjelajah konten di internet sangat nyaman karena spesifikasi layar serta refresh rate yang tinggi (120Hz) jadi terasa smooth dan juga menampilkan warna yang menyenangkan untuk dinikmati.

Kombinasi ini juga selaras dengan desain yang ada sehingga menjelajah konten dalam waktu lama dengan perangkat ini tidak terasa membosankan malah menyenangkan. Kualitas layar yang baikjuga enak untuk dipakai menonton konten video termasuk Youtube (dengan catatan menaikkan resolusi ke yang tertinggi atau minimal 1080p), agar kualitas kontennya bisa mengejar dengan kualitas layar. 

Untuk suara sendiri meski hanya mono tetapi kualitasnya cukup mumpuni. Setidaknya di kelasnya ini sudah cukup baik. Namun memang kelemahan speaker mono adalah sering tertutup oleh tangan jadi suaranya sering tiba-tiba kecil, bukan karena bug atau error lain tetapi karena speaker-nya tertutup lengan. 

Dukungan prosesor yang sudah seri 7 lebih tepatnya SD 778G maka support untuk kenyamanan cukup bisa diandalkan. Seperti yang saya sebutkan di awal artikel, tidak seperti M32 yang terasa kendor ketika menggunakan pengaturan refresh rate tinggi, di M52 5G ini pengalamannya smooth, berpindah aplikasi, geser sana geser sini, akses media sosial, semua bisa dinikmati tanpa terasa lag.  

Dukungan pengalaman lain yang membuat cukup komplit adalah UI yang menggunakan One UI versi 3.1 (saat saya gunakan). UI ini memang menjadi salah satu perombakan yang cukup signifikan untuk perangkat Samsung ketika dulu pertama kali diperkenalkan. Dan kini iterasinya semakin meningkat dan memberikan pengalaman yang cukup baik. Memang masih ada bloatware tetapi jumlahnya bagi saya tidak cukup menggangu. 

Beralih ke dukungan baterai. Saya sendiri tipe pengguna yang lebih mencari dukungan fast charging alih-alih baterai kelewat jumbo. Jadi ketika M62 menghadirkan baterai 7000mAh tetapi dengan bodi yang berat serta refresh rate yang tidak 120 HZ sedangkan M52 5G ini hadir dengan baterai 5000mAh tetapi refresh rate tinggi, maka saya akan memilih M52 5G, meski hanya memiliki baterai 5000mAh tetapi sudah support 25W fast charging, meski harus dicatat kalau charger yang dibawa dalam boks hanya 15W saja. 

Untuk 5G sendiri memang saya tidak mengujinya karena belum terlalu luas coverage-nya dan biasanya akan ada update khusus OTA agar perangkat bisa support namun sampai tulisan ini dibuat saya belum menemukan informasi tentang update ini. Tepi tentunya karena perangkat ini sudah mendapatkan embel-embel 5G tentunya nanti akan mendapatkan dukungan jika sudah tersedia.

Pengalaman bermain game di perangkat ini juga cukup menyenangkan. Rasa genggam yang nyaman dan layar yang cukup besar enak untuk akses kontennya. Meski layar lebar tetapi karena tipis maka bermian game dengan perangkat ini tidak menemui kendala dari sisi grip. Sedangkan untuk kualitas sendiri, dari sisi tampilan tidak ada masalah karena layar Super AMOLED Plus, untuk pengaturan grafis, PUBGM New State bisa performa FPS mentok di Maks dan Grafis mentok di Ultra.

Saya mencoba bermain beberapa game saja seperti PUBGM New State dan Sousage Man. keduanya bisa dilahap tanpa masalah dengan penagturan yang cukup tinggi.

Untuk pengalaman menggunakan kamera, saya mencoba dengan beberapa skenario. Luar ruangan saat siang tetapi kondisi mendung, malam hari, indoor ruangan malam hari, dan foto makanan di siang hari kondisi cukup cerah.

Secara keseluruhan hasil kameranya cukup baik meski tidak istimewa. Namun dengan kondisi terbaik (dari sisi cahaya) bisa mengjasilkan foto yang cukup baik. Meski demikian, untuk dikelasnya (terutama di seri M jajaran Samsung) hasil kamera sudah bisa diterima.

Beberapa contoh foto:

Penutup

Dari tiga perangkat seri M yang saya coba, M32, M62 dan kini M52 5G, maka M52 5G adalah perangkat yang paling worth it menurut saya. Setidaknya dari sisi fitur bukan dari sisi harga. Terutama bagi Anda yang memfokuskan penggunaan perangkat untuk menikmati konten. Layar yang nyaman dan spesifikasi cukup tinggi, refresh rate 120Hz serta prosesor seri 7 dari Snapdragon yang cukup bisa mengimbangi spesifikasi yang ada. 

Dari sisi kamera cukup untuk kelasnya, baterai sudah cukup jumbo dengan 5000mAh, desain biasa saja tetapi nyaman dalam genggaman dan penggunaan. Harga memang sekitar 5 jtuaan, dan karena ini seri M maka hanya tersedia online. Namun dengan harga seperti itu, jika saya harus memilih maka saya akan tetap memilih M52 5G karena refresh rate 120Hz yang nyaman digunakan. Once you go 120Hz, you can’t go back. 

Sparks

  • Layar refresh rate tinggi
  • Tipis
  • Baterai besar
  • Prosesor handal
  • Sudah support 5G

Slacks

  • Desain biasa saja
  • Kamera cukup untuk dikelasnya

OPPO A95 Resmi Diperkenalkan, Dukungan Prosesor Snapdragon dan Harga 4 Juta

Setelah rangkaian acara sneap peak serta perkenalan berbagai fiturnya, kini OPPO A95 telah resmi diperkenalkan. Spesifikasi lengkap untuk perangkat juga sudah bisa diketahui.

OPPO A95 sendiri adalah perangkat seri A9 yang telah lama tidak hadir di Indonesia. Terakhir adalah perangkat A92 yang hadir beberapa tahun lalu. Dalam acara pengenalan ke awak media dan undangan, Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia, menyebutkan bahwa setelah sekian lama tidak hadir, kini seri A9 terbaru dari OPPO datang kembali dan memberikan kejutan untuk pecinta seri A.

Kejutan yang dimaksud tentu saja terkait fitur, spesifikasi dan tentu saja harga. OPPO A95 hadir membawa dukungan prosesor Snapdragon 662 yang dilengkapi dengan fitur system booster. Fitur yang kini sedang tren juga hadir yaitu RAM Expansion sampai dengan 5GB. Memungkinkan optimasi dari sisi ROM menjadi virtual RAM jika dibutuhkan. Untuk besaran konfigurasi sendiri OPO A95 hadir dengan RAM 8GB + 128GB untuk penyimpaman internal.

Kelebihan yang ditawarkan perangkat ini juga hadir dari sisi layar, yaitu AMOLED FHD+,2400x1080px, ukuran layar 6.43 inci dan 90.8% body ratio. Layar ini juga menampung in display fingerprint. Sedangkan di tampilan belakang ada finishing OPPO Glow yang bebas sidik jari serta tampil trending dari sisi warnanya.

Kamera yang tersedia juga menarik untuk kelas menengah, ada kamera utama 48MP yang dilengkapi 2MP kamera makro serta 2MP kamera bokeh. Sedangkan kamera depan ada 16MP. Tentu saja untuk menjadikannya perangkat dengan fitur kamera mumpuni, OPPO menyertakan beragam fitur seperti AI Scene Enhancement untuk mengenali objek foto seperti makanan, bunga, matahari terbenam, dan lainnya, lalu mengoptimalkan warna, saturasi, dan kecerahannya.

Ada juga Night Mode yang hampir tidak abses dari perangkat OPPO. Fitur ini bisa digunakan untuk mengambil foto yang lebih cerah dan jernih dengan detail yang kaya di malam hari atau dalam situasi cahaya rendah.

Untuk kamera depan ada fitur AI Beautification dan Front Night Mode. Fitur yang bisa membuat perangkat ini semakin optimal untuk foto selfie.

Untuk fitur terkait video, ada fitur Steady Video, SLO-MO dan SoLoop, yang terakhi ini juga khas OPPO yang membantu dalam membuat konten video dengan lebih mudah.

Kita sekarang bahas baterainya, karena ini juga jadi salah satu unggulan untuk perangkat OPPO A95. Ada 5000mAh baterai yang dilengkapi dengan pengisian daya cepat 33Watt. Kombinasi ini mejnadi salah satu kombinasi terbaik untuk kelas menengah. Baterai besar dengan proses isi daya yang juga cepat.

Dalam salah satu presentasinya, Aryo juga menjelaskab bahwa dengan kombinasi ini pengguna bisa mendapatkan waktu isi daya 30% untuk 15 menit dan 100% hanya dalam waktu 75 menit. Yang menarik sebenarnya fitur perlindungan terkait baterai. Yang pertama adalah tentang casing. Yang sudah mengalami berbahgai uji termasuk uji panas. Sehingga bagian belakang perangkat akan tahan panas dari baterai serta warnanya tidak pudar.

Lalu ada juga fitur Battery Guard yang memungkinkan perangkat untuk membantu melindungi dalam proses pengisian daya malam hari karena akan menyesuaiakan dengan kebiasaan pengguna. Fitur AI Night charge yang memungkinkan perangkat mengisi daya 80% di malam hari dan 20% sisanya sebelum bangun. Proses ini dilakukan berdasarkan behaviour pengguna.

Ada pula fitur Charging Heat Control akan memantau pembuangan panas dan mengontrol suhu perangkat saat mengisi daya untuk mengurangi masalah yang timbul terkait keamanan pengisian daya.

Untuk optimasi ada Super Power Saving Mode dan Super Nighttime Standby akan memaksimalkan masa pakai baterai di saat yang paling dibutuhkan.

OPPO A95 hadir dengan Color OS 11.1 yang dilengkapi berbagai fitur seperti FlexDrop, Private Safe, Hyper Boost, Game Space, Game Assistant, Game Focus Mode, dan Bullet Notifications.

Tidak kalah penting dan tentunya akan jadi tambahan fitur bagi kelas menengah yang mencari perangkat mumpuni untuk berbagai kegiatan adalah fitur-fitur seperti dukungan akan NFC, lalu IPX4 yang tahan cipratan air serta ukuran dan berat perangkat yang hanya 7.95mm dan 175gr. Kombinasi ini dengan desain serta kenyamanan genggam, menjadikan perangkat pilihan untuk mereka yang mencari fitur cukup lengkap dan harga terjangkau.

Untuk harga jual sendiri, OPPO A95 akan ditawarkan dengan harga 3.999.000 rupiah. Dan mulai bisa dipesan di berbagai saluran penjualan OPPO sampai tanggal 25 November 2021. Mereka yang memesan akan mendapatkan A95 Audio Ball senilai 399 ribu rupiah sebagai bonus.

Untuk penjualan umum perangkat perangkat OPPO A95 akan mulai berlaku pada 26 November 2021 mendatang.

Spesifikasi OPPO A95 Untuk Kamera, RAM dan Baterai Bisa Bantu UMKM

Perangkat misterius yang pernah diperlihatkan pada awak media termasuk tim DS/Gadget memang sudah resmi diumumkan. Adalah OPPO A94 nama dari perangkat tersebut. Namun demikian, perangkat ini belum dirilis resmi dan spesifikasi lengkap juga belum diungkap. Tapi beberapa spesifikasi penting dari perangkat sudah bisa kita bahas. 

Dalam rangkaian acara tentang performa perangkat (11/8/2021), kali ini tim DS/Gadget diberikan informasi terkait performa kamera dari perangkat terbaru OPPO ini. Tidak hanya perwakilan dari OPPO, dalam acara ini juga dihadirkan narasumber pelaku UMKM yang memberikan pengalaman mereka atas perangkat, terutama dari sisi penggunaan kamera. 

Spesifikasi

Kita bahas spesifikasi dahulu. OPPO A95 sudah dipastikan akan hadir dalam beberapa balutan warna dengan finishing mirip dengan Reno Glow. Mirip karena memang berbeda tetapi efek yang dihasilkan memberikan pengalaman yang serupa. Spesifikasi dari RAM akan hadir adalah 8 GB yang dilengkapi fitur RAM Expansion. Memungkinkan sebagian penyimpanan internal untuk dijadikan tambahan memori sebesar 2GB, 3GB, atau 5GB. Sesuai kebutuhan pengguna. 

Lalu untuk baterai sendiri, hadir dengan 5000 mAh yang disokong oleh pengisian daya cepat 33Watt. Untuk tampilan layar depan akan hadir layar AMOLED dan sertifikasi IPX4. 

Kamera

Yang paling utama, juga menjadi highlight untuk acara kali ini adalah tentang kamera. Secara lengkap, spesifikasi kamera yang ada di perangkat ini adalah kamera utama 48MP, kamera depth 2MP dan kamera macro 2MP. Itu untuk kamera belakang, sedangkan kamera depan hadir 16MP. 

Beberapa kelebihan yang dibawa kamera yang ada di OPPO A95 antara lain adalah algoritma pemrosesan gambar yang bisa menangkap gambar kualitas tinggi dengan mudah dan cepat terutama untuk portrait. 

Lalu akan tersedia multiple filters yang membawa 15 preset filter pilihan, lalu ada pula AI Scene Enhancement untuk optimalisasi warna/saturasi/kecerahan pada foto. Selanjutnya ada pula Night Mode yang membantu proses foto pada cahaya temaram atau kondisi cahaya rendah. 

Untuk kamera depan  juga mendapatkan fitur yang cocok untuk pasar kelas menengah, yaitu AI Beautification untuk efek kecantikan kulit yang lebih tepat dan lebih beragam berdasarkan lingkungan sekitar. 

Lalu ada Intelligent Skin Tone untuk menambahkan efek menghaluskan dan mencerahkan kulit, serta Front Night Mode untuk menangkap wajah subjek tetap jernih dan jelas meski berada di lingkungan yang gelap.

Dukungan untuk UMKM

Salah satu hal menarik dari OPPO A95 adalah secara tidak langsung,  perangkat ini bisa mendukung para pelaku UMKM. Dengan segmentasi yang dipilih, yaitu seri A, maka sudah bisa diprediksi harga yang akan ditawarkan akan cukup kompetitif untuk pasar menengah. Sedangkan dari sisi spesifikasi, terutama kamera, baterai dan dukungan fitur lain memberikan sebuah perangkat yang cukup bertenaga untuk bisa dipakai sebagai sarana produktivitas. 

Salah satu yang telah mencoba perangkat ini adalah Gentanala, sebuah produsen jam tangan handmade. Founder dari UMKM lokal ini, Reza, mengatakan bahwa setelah mengenal perangkat OPPO A95, ia menggunakannya untuk keperluan foto dari perangkat yang nantinya akan dibagikan di media sosial.

Alasan dari penggunaan OPPO A95 bisa mendukung kegiatan bisnis Gentala adalah kemampuan perangkat yang bisa menangkan detail dari produk-produk Gentala, yang menjadi salah satu unggulan yang ingin diperlihatkan ke publik.

Salah satu fitur fotografi yang Reza sukai untuk dipakai adalah fitur 48 MP dari kamera utama serta fitur makro yang juga bisa diunggulkan.

Aryo Meidianto, PR Manager for Reno 4G & A Series mengatakan bahwa OPPO A95 ini adalah perangkat yang cukup all around. Jadi berbagai fiturnya dan spesifikasi yang dibawa perangkat bisa digunakan untuk para pelaku UMKM atau pelaku bisnis kecil.

Acara kali ini memang hanya memfokuskan bahasan pada sisi desain dan fitur kamera, selanjutnya kita akan mengungkap keunggulan lain seperti kemampuan video dan juga performa dari sisi prosesor. OPPO A95 direncanakan akan hadir pertengahan November, belum ada informasi tanggal pasti dan harga sampai tulisan ini dipublikasikan.

Note: Ada perubahan judul dan subjudul setelah artikel pertama terbit untuk melengkapi informasi di artikel. 

Review WD Black P50 Game Drive SSD, Mungil, Solid dan Cepat

WD_Black P50 adalah satu dari berbagai varian WD_Black yang tersedia di pasaran. Perangkat SSD eksternal ini diberi label game drive bersama dengan berbagai produk WD_Black lain yang pernah saya coba, antar lain seperti P10 dan D30.

Sepintas WD_Black P50 tampilannya mirip P10 namun dengan ukuran lebih kecil karena menggunakan NVMe. Lebih cocok disandingkan sebagai adik dari D30 yang berukuran mungil tapi dilengkapi dengan dock. 

Di artikel kali ini saya akan mencoba membahas dan menceritakan pengalaman penggunaan perangkat ini. Tanpa berlama-lama, mari kita mulai. 

Desain

Dari sisi desain, tampilannya masih membaca rugged feeling dengan desain ala kontainer. Warna hitam yang hadir memang sudah paling cocok untuk memberikan kesan kuat dan tahan banting. Dan sebenarnya, tidak hanya kesan kuat yang ingin ditampilkan, tetapi perangkat ini disebutkan dalam situs resmi memang memiliki desain shock resistant

Seperti halnya yang saya sebutkan dalam review D30 atau P10. Desain WD_Black game drive yang tipe eksternal, menurut saya adalah desain terbaik yang bisa didapatkan untuk eksternal SSD. Kesan kokoh dan keren. 

Bagian bawah perangkat ini telah diberikan semacam ambalan berbahan karet untuk memberikan rongga di bagian bawah pendukung sirkulasi udara yang keluar dari bagian rongga perangkat bagian bawah. Juga tentunya sebagai alat pengerem agar ketika meletakan perangkat ini tidak lincin dan mudah bergeser. 

Bagian atas atau bagian utama (yang terdapat teks keterangan merek) terasa solid dari sisi fisik bukan hanya tampilan, karena berbagai elemen metal. Lalu ada lampu indikator kecil di bagian ujung. P50 menggunakan interface USB Type C untuk colokannya, dan out of the box, Anda akan mendapatkan dua kabel. USB Type C ke USB Type C dan USB Type C ke Type A. Jadi penggunaannya akan lebih umum, misalnya untuk PC atau konsol yang masih menggunakan USB Type A. 

Dari sisi desain, yang paling berkesan memang nuansa kokoh dan solid. Ukuran P50 yang lebih kecil dari model HD SATA juga bisa jadi salah satu kelebihan, karena ruang penyimpanan yang dibutuhkan lebih kecil, misalnya untuk skenario kondisi sedang mobile. Makan bentuknya yang relatif kecil sangat berperan penting. 

Untuk desain elemen lain, seperti kabel misalnya, memang tidak sepanjang D30, namun cukup standar untuk perangkat hard drive tanpa dock. 

Spesifikasi perangkat

Sebelum ke pengalaman uji dan pengalaman penggunaan perangkat untuk beberapa keperluan. Saya coba kutipan spesifikasi di atas kertas untuk perangkat ini. 

Unit yang saya coba memiliki ruang penyimpanan 1TB, interface untuk P50 ini menggunakan USB 3.2 Gen 2 dan untuk kompatibilitas bisa untuk perangkat berbasis Windows® 8.1, 10, lalu macOS 10.11+ dan bisa pula untuk konsol seperti PlayStation™ 4 Pro or PS4 with system software version 4.50 atau yang lebih tinggi dan Xbox One™. Interface SuperSpeed USB 20GB/s dan kecepatan baca sampai 2000MB/s.

Uji perangkat dan pengalaman penggunaan

Untuk uji perangkat sebagai catatan, saya mengujinya dengan colokan di laptop USB Type A 3.1 Gen 2 dan USB Type C 3.1 Gen 1 sedangkan colokan di P50 semuanya Type C. 

Tentu saja dengan skema pengujian ini hasil kecepatan yang akan didapatkan tidak akan seperti angka yang tertera di spesifikasi resmi yang sampai 2000MB/s. Namun hasil maksimal kecepatan yang bisa didapatkan sesuai spesifikasi interface yang saya gunakan, kurang lebih kemampuannya sudah bisa diandalkan. 

Hasil pengujian dengan laptop via USB Type C to UBS Type C.

Hasil pengujian dengan laptop via USB Type C ke USB Type A.

Untuk pengujian menggunakan aplikasi Crystal Disk Mark, rekan kami di DailySocial/Gadget juga sempat mengujinya, dan mendapatkan angka di
947.63 MB/s untuk read dan 996.58 MB/s untuk write, dengan pengujian USB 3.2 dengan interface kabel USB C ke USB C. 

Lalu saya juga mencoba beberapa skenario penggunaan selain uji dengan aplikasi, seperti memindahkan file sebesar 18.8 GB yang bisa dicapai dalam waktu kurang lebih 3 menit. Lalu saya juga mencoba bermain game via Steam di hard drive ini, hampir tidak ada masalah dalam memainkannya. Satu lagi, saya juga mencoba membuat 3D avatar, lagi-lagi via Steam, dengan file aplikasi yang disimpan di D50. Proses pembuatannya juga tidak menemukan masalah alias tanpa kendala. 

Satu hal kekurangan yang ada di perangkat ini ketika digunakan adalah suhunya yang selalu naik, alias panas, ketika digunakan. Bermain game, mengakses aplikasi Steam ataupun memindahkan file, semuanya membuat perangkat jadi panas. Untungnya, seperti yang saya jelaskan pada bagian desain bawah perangkat, rongga yang ada bisa membantu sirkulasi. Bahan metal dari perangkat juga memang membuat cepat terasa panas, tetapi di sisi lain juga cepat dingin, terutama jika suhu ruangan juga dalam kondisi dingin. 

Penutup

Agak sulit untuk tidak memasukan unsur desain dalam menutup review kali ini. Meski lagi-lagi ini masalah selera, tapi kesesuaian segmentasi yang dituju, arahan desain dan kesan yang ingin didapat dari perangkat ini bisa diwakilkan dalam warna hitan dan kesna kontainer yang di bawa WD_Black P50.

Untuk urusan performa juga bisa dibilang tidak ada masalah, kecuali bagi Anda yang tidak suka perangkat terasa terlalu panas saat digunakan secara penuh. Saya juga tidak menemui perangkat seolah ‘hang’ karena panas saat digunakan dan tidak bisa membaca folder, seperti yang dihadapi oleh rekan kami di DailySocial/gadget. Selama pengujian dan penggunaan untuk kegiatan sehari-hari dan bermain game. Saya tidak menemukan masalah pada kinerja.

Bagi Anda yang ingin memiliki eksternal SSD dengan performa kecepatan yang cukup tinggi (tentunya dengan syarat port yang mendukung), perangkat ini bisa jadi pilihan. Harga yang cukup premium, untuk versi 1TB yang dijual dengan harga 4 juta lebih serta kondisi panas saat digunakan adalah ‘sedikit’ kekurangan yang harus dibayar untuk mendapatkan kecepatan.

Inilah Juara dari TikTok | FIGHT Campus Legend 2021

Gelaran acara ‘TikTok | FIGHT Campus Legend’ untuk season pertama telah resmi berakhir hari Jumat kemarin. Setelah perjalanan panjang yang diikuti 320 peserta terdaftar, akhirnya berhasil melahirkan juara 1, 2 dan 3.

Sebelum babak final, penyisihan grup diikuti oleh 31 tim yang lolos seleksi. Mereka telah berhasil menyisihkan peserta lain dati total 293 kampus terdaftar. PErtaruang sengit yang berjalan akhirnya menyisakan 4 tim di babak final untuk memperebutkan juara 1, 2 dan 3.

Dalam perebuatan juara, akhirnya tim yang berasal dari Universitas Gunadarma yaitu Gunadarma Tinfor berhasil mengalahkan 3 tim lain dan merebut juara 1 dari turnamen TikTok | FIGHT Campus Legend. Sedangkan Gunadarma Flame berhasil menempati posisi juara 2. Untuk juara 3, perebutan antara UGM Romusha dan Binus ASH akhirnya dimenangkan oleh ASH dari Binus sebagai juara 3.

Babak semi-final atau play off menghadirkan 4 tim yang bertanding, yaitu UGM Romusha vs Gunadarma Tinfor dan Gunadarma Flame vs Binus ASH. Masing-masing pertarungan memakai sistem BO3 (Best of Three) untuk masuk ke babak Grand Final.

Babak Grand Final sendiri akhirnya menampilkan derby Gunadarma, Tinfor vs Flame. Sementara Binus ASH vs UGM Romusha untuk bronze match dimenangkan oleh Binus ASH. Sedangkan untuk perebutan juara 1 dan 2 diperebutkan oleh Gunadarma Tinfor dengan skor 3-0 karena menggunakan sistem Best of 5.

Kemenangan Gunadarma Flame bisa dibilang tidak terduga karena tim ini memperoleh point terendah diantara tim yang lolos group stage. Tapi mereka bisa membuktikan dengan menang telak melawan Binus ASH dengan score 2 – 0 di semi-final.

Sebagai informasi, juara pertama mendapatkan hadiah total 15 juta rupiah, juara kedua 12 juta rupiah dan juara ketiga 10 juta rupiah.

Vita Paulina, Operations and Marketing Management Forest Interactive memberikan komentar atas turnamen ini, “Akhirnya FCL season pertama berakhir dengan baik. Sebagai penyelenggara kami turut bangga dengan antusiasme dan sportifitas seluruh peserta dan penonton yang terlibat menyukseskan kegiatan ini. Tentunya kami bersyukur bahwa FIGHT Esports bisa menjadi medium bagi talenta baru dunia esports tanah air.”

Salah satu peserta, Voker, dari tim Gunadarma Tinfor juga mengatakan bahwa pertandingan antar tim di turnamen ini meneganggkan, “Kesulitan terbesar mungkin lokasi dan kondisi kami. Kami berlatih dan bertanding semuanya secara online dari rumah masing-masing, demi menekan penyebaran covid-19 dan menjaga kesehatan pemain kami. Kesulitan juga kami alami untuk masalah sinyal, terkadang beberapa dari kami kehilangan sinyal ketika sedang berlatih maupun bertanding.”

Sedangkan, Angga Anugrah Putra, Head of Operations, TikTok Indonesia, mengatakan bahwa, “Kami turut senang telah mendukung suksesnya penyelenggaraan ‘TikTok | FIGHT Campus Legend’ 2021. Kompetisi yang disiarkan secara live di TikTok ini juga telah membantu menumbuhkan komunitas gamers dan pecinta e-sport di TikTok, salah satunya melalui interaksi pemain dan penggemar pada periode kompetisi ini. Kami berharap TikTok dapat menjadi platform yang membantu pecinta e-sport menjangkau audiens yang lebih luas, menemukan bakat baru serta tetap terhibur.”

Disclosure: Hybrid.co.id adalah media partner acara ini. 

Menunggu Hadirnya Perangkat Akhir Tahun dari OPPO

OPPO akan merilis produk baru untuk segmen menengah pada kuartal 4 alias akhir tahun ini. Setelah kita melihat berbagai produk seperti OPPO A16, OPPO A16 4/64, dan OPPO A53 4/128 yang dirilis kuartal 3, maka ada 1 perangkat unggulan yang akan hadir kembali.

Untuk menyambut perangkat ini, OPPO menghadirkan sebuah acara unik yang bertema sneak peek. Di acara ini dibeberkan beberapa keunggulan yang akan disematkan pada perangkat, namun tidak dijelaskan secara rinci. Untuk perangkatnya sendiri sudah ada dan bisa kita genggam, namun belum bisa dioperasikan secara lengkap.

Acara sneak peek kemarin fokus pada satu kata yaitu performa. Dan beberapa bocoran yang ditampilkan kemarin antara lain adalah tentang sertifikasi IPX4, layar, finishing back cover, performa dari sisi prosesor, dan yang terakhir adalah dari sisi baterai dan proses isi ulang cepat.

OPPO

Mari kita bahas lebih dalam dari berapa bocoran ini. Yang pertama adalah tentang sertifikasi IPX4. Dalam acara kemarin ditampilkan demo produk yang memperlihatkan perangkat baru ini diletakan dalam ruang dengan air mengalir.

Hal ini mau menunjukan bahwa perangkat baru ini akan tahan dengan cipratan air normal karena sudah mendukung sertifikasi IPX4. Fitur ini cukup jadi populer dewasa ini dan menjadi salah satu alasan pengguna memilih perangkat. Baik untuk alasan kebersihan atau alasan penggunaan perangkat untuk kegiatan yang lebih aktif.

Meski hanya IPX4, namun dengan hadirnya fitur anti cipratan air ini tentunya menunjukkan bahwa perangkat baru yang akan hadir ini akan membawa fitur yang biasanya dihadirkan di segmen menengah atas.

Lanjut ke bocoran yang kedua adalah tentang layar. OPPO hanya memberikan petunjuk bahwa perangkat baru ini akan menggunakan layar dengan tipe AMOLED serta dimensi yang lebih besar. Karena perangkat belum bisa dinyalakan pada saat acara sneak peek kemarin, memang belum bisa terlihat jelas seperti apa kenyamanan yang akan dihadirkan lewat perangkat baru ini dari sisi desain. Tapi dengan bocoran ini tentunya bisa memberikan gambaran bahwa penggunaan perangkat untuk hiburan serta akses konten sehari-hari akan lebih nyaman karena didukung tampilan layar yang premium.

Bocoran yang ketiga terkait adalah bocoran yang paling saya sukai yaitu yang berhubungan dengan finishing back cover dari perangkat. Ada satu perangkat yang berwarna hitam yang cukup mencuri perhatian. Ini bukan perangkat pertama OPPO yang hadir dengan warna hitam memang, tetapi finishing yang hadir di perangkat ini sangat menarik. Terkesan mate tapi ada kesan mengkilap juga.

Tekstur anti sidik jadi ini biasanya hadir di warna perangkat OPPO yang tidak gelap. Namun ketika efek seperti Reno Glow ini hadir di warna yang gelap tampilannya jadi cukup menarik. Apalagi jika merujuk bocoran harga dan kelas dari perangkat ini. Ada kemungkinan bahwa finishing seperti ini akan jadi pembeda di kelas perangkat yang akan hadir ini.

Dua bocoran lanjutan adalah tentang performa dan baterai. Untuk performa saya cukup penasaran karena dalam salah satu karena memang fokus event kali ini adalah tentang performa, nah prosesor tentunya memegang hal penting dari sisi performa.

Salah satu bocoran yang cukup menggoda adalah munculnya jargon ‘The New OPPO Processor’ di salah satu area pada acara. Pilihan prosesor dan optimasi seperti apa yang akan dihadirkan di perangkat ini, tentunya akan menarik untuk ditunggu.

Dari sisi baterai dan sisi ulang cepat, bocorannya memang tidak banyak. Hanya ada angka 5000mAh serta indikator yang memberikan gambaran bahwa pengisian dayanya akan cepat.

Kalau harus menebak berdasarkan strategi OPPO, perangkat yang akan hadir ini ada kemungkinan masih masuk seri A alias untuk segmen menengah. Apakah itu nanti edisi spesial atau yang lain memang harus dilihat lebih lanjut. Namun tentu saja OPPO harus merilis varian dengan spesifikasi lebih dari yang sudah ada sekarang untuk memikat calon pembeli di momen akhir tahun.

Kita tunggu seperti apa perangkat baru OPPO yang akan segera rilis ini.