Menilik Usaha Samsung Menggairahkan Pasar Tablet di Era Keperkasaan Smartphone

Pasar tablet memang bisa dibilang sepi, atau lebih pas disebut stagnan. Secara kasat mata di ranah lokal pemainnya masih bisa dihitung oleh jari yang ada di satu tangan saja. Untuk kota besar tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa pasarnya dikuasai dua brand, Apple untuk iOS dan Samsung untuk Android. Untuk rural area, ada merek lokal yang masih menjajakan perangkat tablet.

Semakin canggih smartphone, yang juga biasanya menawarkan ukuran nanggung di atas 6 inci, bisa jadi salah satu faktor hilangnya magnet pembelian tablet. Di sisi lain, gempuran laptop 2 in 1 terjangkau juga mengikis kebutuhan perangkat layar lebar yg di tawarkan tablet. Padahal, kalau mau menilik lebih dalam, perkembangan teknologi yang ditandai tumbuhnya startup fintech bisa menjadi pasar cukup menjanjikan untuk tablet bisa bertahan.

samsung tab

Startup POS atau point of sales yang masuk dalam segmen fintech biasanya menyediakan alat untuk membantu transaksi merchant sebagai paket layanannya. Selain mesin (PC) ada pula tablet yang menggantikan layar sebagai akses utama untuk pendataan penjualan. Di sinilah pasar seksi tablet bisa berkembang. Segmen B2B.

Selain itu segmen konsumen yang membutuhkan sarana produktivitas mobile tapi enggan untuk membawa laptop (bahkan yang tipe 2 in 1 sekalipun) masih ada. Untuk segmen hiburan, meski smartphone memakan kue yang sangat besar untuk penggunaan ini, tablet masih menawarkan beberapa fitur yang tidak dimiliki oleh smartphone.

Ini juga yang menjadi salah satu dasar Samsung merilis tablet di tengah gempuran smartphone canggih dan laptop 2 in 1. Seperti yang diungkapkan Selvia Gofar,S SeniorProduct Marketing Manager, Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia di acara pengenalan 3 tablet terbaru Samsung di Bangkok, bahwa ketiga segmen yang berbeda ingin dilayani dengan tiga perangkat berbeda lewat pengenalan perangkat tablet 2019.

Memberikan pilihan untuk gaya hidup konsumen (entertainment dan produktivitas), lalu melayani segmen B2B, dan yang terakhir adalah pendidikan.

Value added bisa jadi keunggulan dari strategi penjualan tablet, value apa yang disematkan pada tablet selain spesifikasi teknis. Apa yang ditawarkan agar bisa menyelesaikan masalah dari sisi teknologi selain oleh perangkat keras.

3 + 1 segmen yang berbeda untuk 3 tablet

Produk yang dikenalkan pada para awak media dan Youtuber di Bangkok ada tiga, yang pertama adalah Samsung Galaxy Tab S5e (Rp7.499.000) yang ditujukan untuk segmen konsumen yang menggunakan tablet untuk hiburan (film, musik gaming) dan produktivitas. Tablet ini hadir dengan spesifikasi yang cukup menarik, desain tipis, terasa nyaman untuk kegiatan mobile dan dukungan AKG untuk speaker yang jumlahnya ada 4 di tiap sisi tablet.

Prosesor yang digunakan adalah Snapdragon 670, layar 10.5 inci Super Amoled, 4GB RAM dan 64GB ROM (bisa diperluas jadi 512 GB. Kamera 13 MP dan 8 MP. USB type C baterai 7040 mAh dengan dukungan fast charging serta Android 9.0. Dan dukungan book cover keyboard yang telah terintegrasi DeX. Berat dan ketipisan juga menjadi daya tarik.

Spesifikasi untuk hiburan ada di kualitas layar, 4 speaker, baterai dan prosesor. Untuk produktivitas ada keyboard yang telah terintegrasi DeX, dan tentunya dukungan RAM dan ROM yang cukup. Pengalaman singkat kemarin saat di acara, saya cukup terkesan dengan hasil sound yang dihasilkan, bass cukup dapat untuk urusan perangkat mobile dan speaker 4 buah memberikan pengalaman sound lain yang tidak bisa didapatkan dengan menggunakan earphone (meski penggunaan speaker ini melimitasi fungsi karena hanya akan cocok di ruangan pribadi atau publik dengan fungsi tertentu, saat bersama teman, atau meeting misalnya). Ada pula dukungan Dolby Atmos yang memberikan pengalaman suara all around sesuai dengan konten yang diputar

Untuk desain, bentuk tipis dan berat yang ringan menjadi daya tarik yang ingn dijual Samsung. Berbobot 400g dengan ketebalan setara 5 KTP. Pengalaman menggenggam termasuk saat cover keyboard ditempelkan terasa menyenangkan. Untuk urusan keyboard ini, Samsung ingin membawa DeX menjadi daya jual.

Saat Anda meng-attach book cover keyboard, maka tablet akan mendeteksi secara lamgsung dan mengarahkan Anda untuk memilih akan menggunakan tablet dengan fitur DeX atau tablet seperti biasa. Pilihan DeX bisa dinikmati dengan koneksi pada layar saja (dengan konektor) atau langsung di tablet dengan book cover keyboard yang telah menempel (dijual terpisah dengan harga Rp.1.650.000).

Segmen hiburan juga akan dilayani oleh tablet kedua yang diperkenalkan Samsung yaitu Samsung Tab A10 (Rp4.999.000). Perangkat ini didukung oleh prosesor Exynos 7904, layar 10.1 inci IPS LCD, 3GB RAM dan 32GB ROM dengan fitur ekspansi sampai 512GB lalu dual speaker dengan dukungan Dolby Atmos serta baterai 6150 mAh.

Dengan harga menengah di antara dua tablet lain, tablet ini bisa jadi pilihan untuk budget device untuk produktivitas, hiburan dan segmen B2B terkait penjelasan di atas yaitu POS atau keperluan lain sebagai pengganti monitor dan PC. Harganya memang 5 jutaan tapi dengan spesifikasi yang cukup mumpuni dan fitur yang mendukung segmen yang ingi disasar. Pilihan sistem operasi Android terbaru juga menjad pendukung untuk integrasi dengan berbagai aplikasi yang mendukung produktivitas. 

Di ranah lokal, perkembangan startup segmen POS lagi mendapatkan momen, jika Anda berkunjung ke kafe atau tempat ngopi Anda akan melihat layanan POS lokal menjadi raja untuk urusan membantu transaksi penjualan mereka. Meski rata-rata tablet yang digunakan ukurannya tidak 10 inci, namun peluang B2B untuk hal ini terbuka. Meski tidak dijelaskan detail apakah Samsung ini memungkinkan untuk diajak bekerja sama dengan startup untuk mendukung operasional mereka, namun disela-sela sesi wawancara, perwakilan Samsung mengindikasikan bahwa salah satu pasar yang menarik untuk tablet adalah B2B.

Para startup di segmen yang membantu transaksi UKM ini juga menyediakan layanan mereka ‘secara’ lepas lewat aplikasi web atau Android, yang menjadikan sasaran untuk segmen B2B menjadi semakin masuk akal. Di sisi lain, para perusahaan yang membutuhkan tablet untuk membantu karyawan dalam menjalankan pekerjaan seperit pekerjaan lapangan, presentasi atau pekerjaan lain yang membutuhkan mobilitas tinggi juga bisa menjadi salah satu penggerak pasar tablet kembali bergairah, karena kini perkembangan teknologi dari sisi aplikasi/layanan semakin berkembang, khusus bagi Samsung, ada DeX yang bisa jadi ujung tombak dalam menambah added value tablet di sisi produktivitas.

Nah sebenarnya, dari 3 tablet ini, produk yang paling buncit, paling murah diantara ketiganya dan ukuran paling kecil jadi produk yang menarik untuk dibahas.

Segmen pendidikan dan yang concern akan kontrol perangkat

Tablet Tab A terakhir memang hadir dengan layar paling kecil di antara kedua produk lain, 8 inci dan dari model desain tidak istimewa (Rp3.999.000). Namun prosesornya sama dengan Tab A10 dan spesifikasi RAM – ROM pun sama. Malahan, tablet yang ini telah dilengkapi S Pen (built in) yang disebutkan Samsung telah sidingkatkan performanya.

Kenapa S Pen penting, karena segmen yang disasar oleh Tab ini, segmen pendidikan. Samsung mengajak RuangGuru untuk menegaskan segmen pendidikan. Konsumen diberikan langganan gratis 1 bulan untuk layanan RuangGuru. Startup pendidikan yang satu ini juga lagi mendapatkan traksi yang baik, selain promosi yang gencar dilakukan, pertumbuhan tim mereka juga cukup masif, seiring pendaan seri lanjut yang mereka dapatkan. 

Sebagai bagian dari DailySocial yang membahas perkembangan startup di tanah air secara rutin, kerja sama antara Samsung dan RuangGuru ini cukup menggembirakan. Sudah saatnya para pabrikan ini secara rutin mengajak aplikasi buatan lokal menjadi salah satu strategi kolaborasi yang menambah value dari sisi non teknsi (non perangkat keras). Samsung juga memiliki sejarah kedekatan dengan para pengembang aplikasi yang bisa dimanfaatkan. Kerja sama seperti ini selain memberikan value pada konsumen, juga bisa memberikan manfaat public relation yang baik bagi pabrikan ataupun startup.

Fitur lain yang juga cocok untuk segmen pembelajaran adalah S Pen. Saya mencoba sekilas pen ini dan cukup terkesan dengan feel dan hasil goresannya. Fungsi untuk menggambar, anotasi atau pembelajaran anak. Nah yang terakhir, berhubungan dengan layanan lain yang juga menyasar segmen tertentu.

Meski saya tidak menyarankan untuk memberikan tablet pada anak namun tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan tablet secara bertanggungjawab bisa membantu pengetahuan si anak. Nah, Tab A dengan S pen membawa layanan Dreambox parental control untuk mengatur batas penggunaan tablet bagi pengguna non dewasa. Layanan ini juga diberikan gratis selama selama satu tahun.

Pasar tablet untuk penggunaan bagi pengguna non dewasa bisa menjadi pasar yang menarik, apalagi di tengah concern bahwa harus ada batasan penggunaan dan pengaturan bertanggungjawab untuk konsumen non dewasa. Membawa layanan parental control bisa jadi strategi untuk membantu mendongkrak pangsa pasar tablet. Stylus melengkapi fasilitas pengguna non dewasa untuk menggambar dan RuangGuru bisa jadi fasilitas edukasi yang memberi manfaat.

Apakah konsumen membutuhkan tablet?

Pernyataan klasik yang akan mengikuti perangkat yang masuk segmen senja adalah apakah konsumen (masih) membutuhkan tablet atau kebutukan akan komputasi (hiburan dan produktivitas) mobile sudah terpenuhi oleh smartphone?

Kalau melihat laporan pengiriman tablet berdasarkan data Statista dari Samsung, Q3 tahun laku naik sedikit dari kuarter sebelumnya, meski kalau melihat dua tahun ke belakang terlihat stagnan.

Kepercayaan diri Samsung untuk tetap merilis tablet di awal tahun 2019 bisa menjadi hal yang menarik untuk dicermati, apakah strategi ini akan membawa hasil atau hanya akan menjadi masukan kecil bagi pendapatan Samsung secara keseluruhan, meski ia bisa membuat Samaung jadi raja tablet Android, setidaknya di Indonesia.

Tab S5e

Penjualan ketiga tablet ini akan mulai 15 April dengan Tab A with S Pen sebagai pembuka, disusul yangain dengan rentang waktu, yabg disebut perwakilan  Samsung tidak terlalu jauh. Dari waktu setelah penjualan ini sebenarnya bisa melihat sedikit peluang tablet untuk comeback atau setidaknya growth sedikit. Mungkin akhir tahun baru bisa kita lihat efeknya.

Namun sebagai penikmat teknologi, saya sendiri berharap bahwa adittional value yang ditambahkan Samsung ke tablet baru mereka bisa memberikan semacam pemikat bagi konsumen agar bisa melirik tablet kembali. Alasannya sederhana, sebagai pekerja digital yang harus membawa laptop keberbagai lokasi, sepertinya sudah waktunya pensiun untuk membawa perangkat yang memberatkan punggung, dan itu bisa dilakukan oleh tablet, asalkan value tambahannya bisa lebih tinggi dari smartphone.

Untuk 3 seri Samsung ini, tidak hanya menjual spesifikasi saja tetapi menjual layanan tambahan, misalnya Tab S5e dari sisi suara, desain dan dolby atmos untuk pengalaman all around, Tab A with S Pen dengan value edukasi dan parental control.

Tab S5e

Mencoba OPPO F11, Varian ‘Biasa’ Dari Seri F11

OPPO telah mengumumkan secara resmi kehadiran seri F11 pertengahan bulan Maret lalu, dan penjualan umum ditandai dengan sebagai awalan dengan seri pro atau F11 Pro yang telah bisa secara luas dibeli sejak akhir Maret. Nah, kini giliran DailySocial mencicipi, perangkat varian ‘biasa’ dari OPPO F11.

Hands-on atau mencoba secara singkat kali ini sebagai awalan sebelum perangkat ini masuk Lab DailySocial/Gadget dan diuji untuk dibuatkan artikel review-nya. Di artikel ini saya hanya akan menceritakan pengalaman singkat saya bersama F11 dan memamerkan beberapa hasil kamera dengan mode malam yang membuat saya cukup terkejut. Mari kita mulai.

OPPO F11

Body dan layar

Perangkat OPPO F11 Pro yang DailySocial review berwarna hitam kilat, ada perbedaan kesan memang ketika pertama kali menyentuk F11 Pro dibandingkan dengan F11 versi biasa. F11 lebih memberikan kesan bahwa perangkat ini merupakan kelanjutan dari OPPO F9, ada beberapa kesamaan feel dari keduanya. Sedangkan F11 Pro seperti memberikan kesan bahwa perangkat ini ingin memberikan ruang baru, bukan hanya sebagai penerus seri sebelumya.

Dari sisi layout, meski ada perbedaan namun pondasinya bisa dibilang sama antara versi pro dan yang biasa. Anda akan menemukan layout kamera yang berada di tengah, lalu penempatan logo serta teks ‘design by OPPO’ yang hadir vertikal juga sama. Secara keseluruhan, pengalaman menggenggam memang ada perbedaan kasta antara F11 Pro dan F11, namun ini masuk bisa dimaklumi karena memang segmennya beda, dari sisi harga ataupun dari sisi fitur.

OPPO F11

Untuk layar sendiri, ada perbedaan kecil tapi cukup signifikan. Layar F11 dilengkapi waterdrop notch di bagian atas yang juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan kamera depan. Sedangkan F11 Pro memiliki layar penuh karena kamera depan hadir dalam bentuk pop up. Untuk besarnya layar depan, kedua seri F11 yang telah dirilis hadir dengan 6.5 inci dan kualitas FHD+.

Secara umum, pengalaman genggam F11 masih cukup familiar bagi Anda yang pernah menggunakan perangkat OPPO seri F. Penyegaran tampilan dari layout kamera dan teks branding bagi saya cukup menyenangkan, setidaknya tampilannya jadi lebih kekinian. Untuk layar juga masih senada dengan seri F sebelumnya, jadi masih terasa familiar meski ukurannya kini menjadi lebih besar, berbeda 0.3 inci dari seri F sebelumnya.

OPPO F11

Kamera, baterai dan spesifikasi lain

Berbicara di sektor kamera, F11 hadir dengan kamera utama bagian belakang 48 MP + 5MP. Aplikasi kamera telah dielengkapi dengan fitur night mode (mode malam) serta AI scene recognition. Kamera depannya 16 MP lalu untuk spesifikasi lainnya adalah. CPU: Mediatek Heli0P70 dengan RAM 4GB dan ROM 128GB sedangkat untuk baterai 4020mAh.

UI yang disediakan sudah yang paling baru yaitu Color OS 6 berbasis Android P. Untuk urusan pengisi daya juga sudah dilengkapi dengan VOOC 3.0. VOOC memang salah satu fitur yang cukup menjanjikan yang dimiliki OPPO, pengisian daya cepat ini bisa mengubah perilaku kita dalam menggunakan perangkat. Dijelaskan OPPO VOOOC 3.0 ini telah dilengkapi dengan algoritma baru, bisa mengatur tegangan tinggi sewaktu melakukan ticle charging dan bisa mempersingkat waktu pengisian secara keseluruhan.

OPPO F11

Kalau mau berbicara perbedaan antara F11 dengan versi Pro, secara singkat ada perbedaan di RAM, F11 lebih kecil tetapi ROM-nya lebih besar. Lalu baterai lebih besar meski bisa dibilang tidak signifikan. Lalu penempatan kamera depan yang berpengaruh pada hadirnya notch di F11 tetapi tidak di F11 Pro.

Hasil kamera yang sangat menarik

Pembicaraan cukup menarik akan terjadi ketika membicarakan hasil foto dari OPPO F11, terutama night mode dan chroma boost. Dua fitur ini, bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk objek foto yang tepat. Saat hands-on kemarin, di salah satu hotel dekat halte MRT Dukuh Atas, saya mengalami sendiri bahwa perangkat, yang sejatinya masuk ke pasar menengah ini, bisa memberikan hasil kamera yang cukup ciamik. Tentu saja momen dan objek juga memberikan faktor penentu.

OPPO F11

Untuk penjelasan fitur sendiri, pada dasarnya mode malam bisa memberikan hasil kamera yang lebih terang untuk bagian tertentu, dan bisa juga mengambil objek yang cukup tajam di suasana malam. Cukup menyenangkan untuk menfoto suasana kota yang terdapat banyak lampu. Sedangkan chroma boost, teorinya meningkatkan rentang dinamis, warna, dan mengurangi noise. Awalnya fitur ini saya kira hanya cocok untuk foto-foto banyak warna seperti makanan atau buah-buahan, namun fitur ini juga ternyata cukup cocok untuk memfoto gedung perkantoran yang banyak menghadirkan lampur warna-warni.

Harga jual OPPO F11 sendiri adalah Rp3.999.000. Dengan harga seperti ini, Anda bisa menilai lewat beberapa foto di bawah ini. Apakah penggunaan kata ‘sangat menarik’ yang saya gunakan berlebihan atau tidak.

OPPO telah membuka pre-order perangkat F11 (dari tanggal 1 April – 18 April), dan akan dijual secara umum setelah pre-order selesai. Itu dia pengalaman hands-on OPPO F11, nantikan review perangkat ini di DailySocial.id.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh OPPO.

Laporan dari Samsung Forum 2019: Device, Connectivity, Intelligence

Samsung mengundang media untuk menghadiri acara Samsung Forum 2019 di Singapura, lebih tepatnya di Resort World Sentosa. Acara tahun ini menandai 10 tahun diadakannya Samsung Forum. Berbagai produk diperlihatkan Samsung di acara ini.

Samsung Forum memang bukan ajang rilis produk, meski dalam penjelasannya ada beberapa produk yg dirilis untuk market SEAO (SEA & Oceania) di acara ini. Di sini undangan lebih ditunjukkan tentang perkembangan teknologi yang sudah dan sedang dikerjakan Samsung, khususnya untuk wilayah SEAO. Tidak semua akan saya bahas, highlight akan bertuju pada produk TV – terutama 8K QLED 2019, The Wall serta connected living.

QLED history

 

Sebuah jargon yang menandai arah strategi

Saya lebih menyukai acara yang dirangkum dalam sebuah jargon atau statement singkat di-slide terakhir saat pembukaan acara. Dan untungnya, itu yang saya dapatkan saat acara Samsung Forum 2019 ini.

Device, connectivity, intelligence. Begitu tulisan di salah satu slide yang dipamerkan oleh Eugene Goh, President Electronics Singapore. Dan itu pula yang saya tangkap dalam keseluruhan presentasi berikutnya, termasuk sesi tanya jawab dengan beberapa perwakilan Samsung sampai dengan pameran atau experience dari produk-produk yang diperlihatkan.

Dari jargon ini saya mendapat gambaran jajaran produk dan teknologi apa yang akan Samsung hadirkan/perlihatkan dan kembangkan pada khalayak umum, setidaknya penikmat teknologi. Ada perangkat yang terdiri dari home appliance mulai dari kulkas, mesin cuci, AC, sampai dengan penyedot debu (sebagian besar diantaranya sudah bisa terkoneksi dengan Bixby via IoT). Ada pula TV dengan teknologi terbaru dari Samsung, soundbar untuk audio, layar multifungsi – The Wall, dan tentu saja yang lebih dulu populer dan jadi salah satu produk pemimpin pasar premium di Indonesia, smartphone Samsung seri S terbaru.

Untuk konektivitas ada Family Hub dan Connected Living yang menghubungkan berbagai perangkat dalam satu ekosistem, dengan Bixby sebagai perekatnya. Untuk Inteligence, penyebutan AI tidak luput dari presentasi Eugene, termasuk Bixby yang perannya menurut saya memiliki porsi yang cukup besar di acara kali ini. Penyebutan AI pun tidak luput, masuk ada produk TV dengan AI sound dan AI up-scaling yang ditopang oleh Quantum Processor, termasuk untuk seri TV 8K (Quantum Processor 8K) maupun yang 4K (Quantum Processor 4K) dengan up-scalling maksimal sesuai dengan jenis TV-nya, 4K atau 8K.

TV 8K dan update di seri 4K untuk 2019

QLED 8K

Saya menaruh perhatian pada jajaran TV yang dibahas pada Samsung Forum kali ini, ada ketertarikan tersendiri untuk mulai mengikuti teknologi TV (dan monitor gaming), bahasa lainnya belajari bagaimana Samsung mengembangkan teknologi TV mereka. Beberapa produk mungkin sudah pernah Anda baca informasinya, karena sebagian besar telah diperkenalkan untuk publik pada ajang CES kemarin, namun untuk pasar SEA dan Oceania, baru kali ini.

Salah satu yang menjadi highlight adalah TV 8K serta seri terbaru alias update line up untuk tahun 2019 dari seri TV 4K Samsung. Untuk ajang Samsung Forum di Singapore kali ini menjadi cukup spesial, karena awal media dari regional seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia serta Singapura bisa melihat televisi QLED 8K dengan ukuran terbesar yaitu 98 inci di ruang pameran.

Jajaran TV 8K (Q900R) yang disediakan Samsung antara lain (yang akan dirilis di Indonesia): QLED 8K ukuran 98 inci lalu ukuran 65 inci, 75 inci, dan 82 inci. Untuk seri 8K akan hadir bulan April kecuali ukuran 98 inci yang akan hadir di bulan Mei 2019.

Sedangkan untuk QLED 4K terbaru alias 2019 adalah Q60/Q65 dengan ukuran 43 inci, 49 inci, 55 inci, 65 inci, 75 inci, dan 82 inci. Q70 dengan ukuran 49 inci, 55 inci, 65 inci dan 75 inci. Lalu Q80 dengan layar 55 inci dan 65 inci, serta terakhir Q90 dengan ukuran 65 dan 82 inci.

Harga untuk TV 8K tahun 2019 antara lain 65 inci – 80.499.000 rupiah, 75 inci – 119 999.000 rupiah, 82 ini – 166 999.000 rupiah dan 98 inci 1.499.999.000 rupiah alias 1.5 M. Preorder TV Samsung QLED 8K dibuka tanggal 25 Maret sampai 4 April 2019 dengan bonus S10+ untuk tipe 8K yang mana saja.

Tahun 2019 ini semua seri QLED juga akan mendapatkan fitur HDR10+ yang membuat terang lebih terang dan gelap lebih gelap karena dipotimasi untuk tiap skena gambar. Sedangkan QLED 8K akan mendukung HDMI 2.1 (8K 60P).

Perbandingan ukuran TV dan tinggi orangPerbandingan ukuran TV dan tinggi orang

Up-scaling adalah koentji

Pertanyaan dasar yang muncul adalah, dari mana konten 8K bisa didapatkan secara umum? Jumlahnya sudah ada/banyak kah? Nah di sini saya melihat peran teknologi dari QLED 8K Samsung yaitu teknologi up-scalling (atau bahasa rilis yang dituliskan Samsung adalah kalibrasi resolusi gambar yang lebih rendah dan optimasi) ke konten 8K dengan dukungan Quantum Processor 8K. Jadi apapun sumber file-nya (SD, HD, FHD dan UHD/4K) Anda bisa menikmati pengalaman setara 8K dengan TV ini. Memang tidak akan sebanding dengan sumber konten yang benar-benar 8K tetapi pengalamannya bisa memberikan nuansa yang sama dengan 8K. Dari peningkatan resolusi, menajamkan gambar dan menghilangkan artifak kompresi agar lebih nyaman ditonton. Quantum Processor 2019 juga memungkinkan untuk mengidentifikasi area tertentu untuk ditingkatkan pengalamannya agar kualitas kontennya jadi lebih baik. Teknologi yang ada di belakangnya menggunakan AI serta machine learning.

Pada demo yang dilakukan ada beberapa hasil yang bisa dinikmati. Misalnya untuk warna pohon dan taman yang lebih cerah hijaunya, atau ketajaman di area tertentu pada gambar, sampai dengan menghilangkan area gambar yang ‘pecah’ menjadi lebih nyaman dilihat serta HDR mastering. Lebih detail tentang TV ini akan coba saya bahas dan ceritakan di artikel lain sebagai rangkaian dari seri Samsung Forum 2019.

Quantum Processor 8K menjadi pelengkap untuk jajaran TV samsung, memberikan batas yang lebih tinggi setelah up-scalling ke 4K kini bisa dilakukan ke 8K. Gabungan antara database yang diolah oleh Machine Learning menghadirkan teknologi AI atas jajaran TV yang sudah menjadi tombak terdepan Samsung sebagai sebuah brand. Saat tanya jawab, salah satu rekan media menanyakan detail tentang pengembangan teknologi ini, dan ternyata sudah dkembangkan lebih dari 10 tahun untuk pengumpulan database serta testing untuk otomisasi penyesuaian gambar yang ada. TV yang notabene adalah produk konsumen sehari-hari, telah mendapatkan kemajuan teknologi terkini berupa AI. Menjadi pengejewantahan akan jargon yang telah saya jelaskan sebelumnya: Intelligence.

Dari sisi konsumen, up-scalling ini sebenarnya bisa menjadi jawaban sederhana akan kebutuhan kualitas gambar yang lebih baik, meski kita masih berada pada era menuju mainstream 4K, namun persiapan yang dilakukan Samsung telah jauh-jauh hari. Minimal konten 4K bisa dinikmati dengan lebih baik sambil menunggu konten dibanjiri kualitas 4K dan berlanjut ke 8K.

Salah satu hal yang menarik lainnya adalah kemampuan QLED 8K untuk tidak hanya mengoptimasi tayangan offline non 8K menjadi setara 8K, namun dalam penjelasannya Samsung juga menggarisbawahi bahwa Quantum Processor juga bisa menangani konten streaming (dengan catatan tidak akan bisa 100% presisi 4K atau 8K, namun dengan pengalaman yang serupa). Meski demikian, pertanyaan akan berlanjut ke seberapa cepat internet yang dibutuhkan untuk menayangkan konten streaming ini, jawaban pastinya belum bisa didapatkan namun sebagai gambaran UHD/4K bisa di kecepatan stabil 15/20 Mbps, nah bisa diperkirakan berapa koneksi stabil (garis bawah) yang diperlukan.

game mode

Tidak hanya gambar, suara pun bisa ditingkatkan kualitasnya dengan QLED terbaru, AI akan menganalisa trek audio dan jenis konten lalu menyesuaikan untuk pengalaman yang lebih baik. Misalnya konten dialog dan olahraga akan dioptimasi secara berbeda.

Gaming juga tidak lepas dari tenologi terbaru yang disematkan di QLED. Game mode memang telah ada di jajaran TV Samsung sebelumnya, namun peningkatan di seri 2019 ini mengalami peningkatan di dynamic black equalizer (area gelap menjadi lebih jelas terlihat) serta dukungan variable refresh rate. Satu yang dijanjikan yang akan menggoda para gamers ruang keluarga (TV) adalah lag time untuk QLED terbaru adalah 13.5 ms. Sedangkan untuk FreeSync dan VRR, Samsung memberikan dukungan untuk FreeSync dan VRR di jajaran QLED TV tahun 2019. Dukungan untuk auto game mode bagi Xbox One Series, PS4 dan Nintendo Switch juga telah ditambahkan.

Lebih detail untuk gaming di QLED TV akan kita bahas di artikel yang akan dipublikasikan di Hybrid.co.id.

Teknologi untuk tampilan layar yang lebih baik telah dibahas, selanjutnya adalah pengenalan integerasi teknologi yang sedang menjadi tren saat ini yaitu AI serta voice assistant.

Bixby dan perangkat di connected living antar produk Samsung

Ketika Bixby pertama kali diperkenalkan, sebagian penikmat teknologi sudah bisa menebak arah dari pengembangan teknologi Samsung ini, yaitu integrasi dengan berbagai perangkat yang dirilis dalam satu nama, Samsung. Entah itu mesin cuci, AC, TV kulkas bahkan ke robot penyedot debu. Hal itu pula yang saya lihat ingin dipamerkan oleh Samsung di Samsung Forum 2019 untuk pasar SEAO.

connected living

Kami disuguhkan dengan demo penggunaan kulkas dengan Family Hub, yang terkoneksi dengan TV, AC, speaker serta sensor untuk di jendela/pintu. Semua direkatkan oleh Bixby yang hadir lewat speaker Samsung Home. Mata saya pertama kali tertuju pada spaker-nya, bekerja sama dengan AKG dan telah dilengkapi dengan Bixby yang menjadikannya sebagai smart speaker, tapi tentu saja kita tidak lagi berbincang tentang audio melainkan perngkat yang terkoneksi.

galaxy home

Anda bisa menjalankan perintah lewat speaker ini yang nantinya display akan muncul di TV, atau Anda bisa melakukan preset tertentu sehingga ketika memberi tahu Bixby Anda telah berada di rumah maka suasana lampu, konten yang dimainkan di TV akan disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

Untuk urusan perangkat home appliance, Family Hub dalam bentuk layar sudah diintegrasikan pada kulkas lengkap dengan speaker yang juga dari AKG. Ini memugkinkan Anda untuk mendengarkan Spotify saat memasak di dapur atau menonton konten video sambil belajar memasak.

Family Hub dan Bixby memang bukan barang baru, namun tahun 2019 ini Samsung memperkenalkan New Bixby serta generasi terbaru dari Family Hub dengan peningkatan dan fitur baru seperti Family Board yang terbaru serta kemampuan dan layanan Bixby yang telah ditingkatkan. Konektivitas antara perangkat juga jadi highlight, misalnya Anda bisa melihat isi kulkas via televisi atau mengakses Family Hub via smartphone Samsung.

AKG kulkas

TV When It’s Off, Art When It’s On

Kalau ada salah satu produk yang menarik meski penggunaannya masih bisa diperdebatkan, setidaknya untuk pasar konsumen umum adalah The Wall dan The Frame. Yang disebutkan terakhir memang ditujukan untuk pasar B2B, setidaknya untuk saat ini, dan yang disebutkan pertama, melihat dari bentuk fisik dan fungsinya juga saya menebak memang ditujukan untuk pasar B2B bukan konsumen umum.

The Wall yang dipamerkan di pintu masuk pameran adalah layar super besar dengan kualitas yang sepintas sangat baik, ketajaman dan warna yang dihadirkan cukup mencuri perhatian. Pinggiran bezel yang tipis juga akan cukup apik untuk diplay saat pameran atau acara party. Apalagi kalau membaca tulisannya perangkat ini modular, jadi bisa diatur ukurannya tanpa mengorbankan kuaitas gambar.

The Frame bisa jadi adalah barang mewah yang ditujukan untuk kalangan tertentu serta lokasi tertentu pula. Seperti iklannya, perangkat ini adalah TV ketika menyala dan diplay karya seni ketika TV tidak digunakan. Intinya Anda bisa menikmati karya visual lewat toko aplikasi karya seni yang bisa digunakan sebagai pajangan di ruang kantor, cafe atau dinding rumah (mewah). Bentuknya seperti frame foto atau lukisan namun sebenarnya ini adalah TV. Samsung mempersiapkan The Wall dan The Frame terbaru dengan adopsi QLED display untuk pertama kali.

Perubahan TV menjadi display art work sebenarnya bisa dilakukan TV QLED ‘biasa’ Samsung lewat fitur Ambient Mode, namun mendengarkan penjelasan presentasi bahwa kita bisa membeli karya seni serta foto dari semacam toko aplikasi adalah kemewahan tersendiri yang bisa jadi cocok untuk beberapa kalangan. At least, konsumen bisa menikmati kualitas gambar QLED sebagai pajangan dinding dan bisa menggantinya semudah mengganti wallpaper smartphone.

Demokratisasi teknologi pada connected living

Kalau mau jujur, premis tentang perangkat terkoneksi dengan iternet dan ada data yang bisa diakses alias IoT, sebenarnya bukan barang baru. Impian untuk perangkat saling berkomunikasi pada intinya adalah untuk memudahkan si penggunanya, alias manusia. Anda berada di kantor dan butuh melihat isi kulkas Anda di rumah, tinggal melihatnya di smartphone Anda. Anda ingin masuk rumah dan secara otomatsi lampu ruangan, AC menyala termasuk TV Anda langsung menayangkan acara favorit? Anda tinggal melakukan preset dan mengkoneksikan semuanya. Anda ingin mencari sesuatu di internet ketika menonton televisi? Anda tinggal berbicara dengan remote dan si TV pintar akan mencarikan informasi sambli tetap memutar konten. Atau Anda ingin mengakses semuanya hanya dengan suara? Anda tinggal berbicara pada speaker di depan Anda.

Dengan adakan konektivitas antar perangkat, Anda juga bisa melakukan berbagai hal secara bersamaan, misalnya suasana ruang akan teratur secara langsung hanya dengan perintah suara, jadi Anda tidak perlu beranjak dan mengatur satu-satu perangkat dari sofa Anda. Atau masih ada banyak skenario lain yang bisa dilakukan jika perangkat saling terkoneksi. Namun pada prakteknya tidak semudah ini.

Samsung Forum 2019

Yang pertama adalah akses atas perangkat itu sendiri, biasanya perangkat dengan teknologi terkini akan dihargai cukup mahal. Aritnya ketika ada 5 perangkat canggh maka dana yang dikeluarkan juga akan membengkak, seperti halnya teknologi lain, demokratisasi dan murahkan harga perangkat biasanya berbanding rulus dengan adopsi. Maka ketika perangkat canggih IoT ini semakin terjangkau maka connected living akan bisa semakin berkembang.

Hambatan kedua adalah perintah lewat percakapan yang bagi sebagian orang masih canggung dilakukan, belum lagi speach recognition yang terkadang tidak semulus bayangan. Pengucapan perintah yang sering kali harus diulang.

Menurut saya, Samsung punya peluang besar di sana. Pilihan produk elektronik Samsung yang menyebar dari smartphone sampai robot vacum cleaner adalah modal yang tidak dimiliki oleh banyak brand. Samsung juga berinvestasi ke Bixby untuk mengembangkan secara berkelanjutan asisten suara, mereka juga punya banyak input yang datanya bisa diolah untuk terus memperbaiki asisten pintar ini. Itu kenapa saya selalu tertarik untuk melihat demo dari connected living meski sudah berkali-kali bersentuhan dengan tema serupa, karena ingin melihat sejauh apa keterbukaan akses konsumen umum atas perangkat canggih ini.

Memang, di acara seperti Samsung Forum, demo produk lebih ditujukan pada sejauh mana kemampuan dari pengembangan teknologi, dan lebih pada demo atas pencapaian teknologi. Namun kita berbicara tentang Samsung, yang memiliki sumber daya dari ujung sampai hilir, termasuk divisi R&D, jadi kalau kita berharap akses yang lebih luas (baca: murah) untuk perangkat IoT dan teknologi konektivitas antara perangkat yang canggih pada Samsung, hemat saya itu sangat relevan.

Dukungan pengembangan developer juga menurut saya penting dalam menunjang ekosistem connected dan intteligence. Seperti halnya cerita pengembangan database yang mendukung Quantum Processor 8K, yang mengajak berbagai universitas untuk mengumpulkan data (karena machine learning memang membutuhkan data dan uji data yang sangat banyak), maka pengembangan connected living (AI dan IoT) juga membuatuhkan akses terbuka terhadap pengembang.

Samsung Forum 2019

Itulah yang saya tanyakan pada perwakilan Samsung (Daren Tay – Regional Head of Digital Appliance Samsung Electronics SEAO dan Simon SIm – Regional Had of TV Samsung Electronics SEAO) saat sesi panel discussion. Apakah Samsung akan membuka akses terhadap pengembang aplikasi/layanan teknologi seperti yang pernah mereka lakukan untuk Tizen? Meski tidak menjawab secara detail, namun saya mendapatkan indikasi bahwa Samsung tidak menutup kemungkinan akan hal ini. Apalagi IoT dan AI memang secara mendasar membutuhkan partisipasi para ahli teknologi termasuk pengembang aplikasi/layanan yang cukup banyak. Terutama agar ekosistem berkembang dan bisa digunakan secara masif oleh konsumen kebanyakan.

Saya melihat sendiri kemana pengembangan teknologi Samsung di acara Samsung Forum 2019, setidaknya untuk beberapa hal seperti TV, connected living (yang di dalamnya sudah ada lebih dari 4 perangkat), termasuk AI dan IoT. Layaknya teknologi TV canggih yang kini semakin terjangkau, saya sedikit berharap ekosistem connected living-nya akan semakin terjangkau sehingga kita bisa melihat konsumen umum mengadopsi teknologi ini.

Vivo V15 Pro Diperkenalkan di Indonesia Secara Resmi, Kerja Sama dengan Telkomsel untuk Bundling

Ada yang menarik dari strategi Vivo merilis seri V15 di Indonesia. Yang pertama adalah jeda waktu antara versi ‘biasa’ dan versi pro, serta yang kedua adalah tentang info harga dan penjualan online yang lebih dulu dilakukan dari acara rilis resmi sendiri. Namun apa pun itu, Vivo 15 Pro akhirnya resmi diperkenalkan, hanya selang beberapa minggu dari peluncuran V15 versi ‘biasa’.

Pengenalan Vivo V15 Pro memang tidak semegah acara peluncuran Vivo V15, tidak pengumuman live stream di TV nasional dan tidak dilakukan di lokasi tertentu. Acara digelar di tempat ‘normal’ layaknya rilis produk kebanyakan, yaitu di Glass House – Ritz Carlton Jakarta pada tanggal 21 Mareet 2018. Namun meski begitu, ada beberapa hal menarik yang bisa kita bahas dari peluncuran Vivo V15 Pro di Indonesia.

Seperti yang disebutkan di atas, V15 Pro sendiri dirilis oleh Vivo tidak terlalu jauh dari V15, bahkan dalam satu bulan, tidak seperti seri V sebelumnya. Di acara rilis kemarin, pihak Vivo memang mengakui hal ini ketika salah satu audiens bertanya, dan mereka sedikit menjelaskan bahwa rilis berdekatan karena perubahan dinamis pasar setelah merilis versi ‘biasa’, Vivo ingin menangkap pasar yang masih hype dengan rilis V15.

Vivo V15 Pro

Untuk fitur sendiri, V15 Pro membawa prosesor Snapdragon 675 AIE, 6GB RAM 128GB ROM (tersedia dukungan upgrade sampai 256GB) lalu baterai 3700mAh dengan dual engine fast charging serta Funtouch OS 9.0 untuk UI (basisnya adalah Android 9.0). Sektor kamera diisi oleh kamera depan model pop up 32MP dan kamera belakang 3 buah masing-masing 48 million quad pixel sensor + 8MP AI super wide angle serta terakhir 5MP depth camera.

Sedangkan tampilan depan adalah layar 6.39 inci FHD+ dengan tipe super Amoled dan generasi 5 untuk teknologi in display fingerprint scanning.

Beberapa perbedaan dari V15 antara lain kamera utama yang hanya 24 million photosensitive units, layar lebih besar yaitu 6.53 inci, ROM hanya 64GB, fingerprint sensor masih terletak di bagian belakang body bukan di layar depan.

Untuk harga sendiri Vivo V15 Pro dijual dengan harga Rp5.699.000 dan penjualan di offline Vivo store dan mitra retail Vivo dan online di JD.id. Untuk yang membeli lewat toko resmi Vivo di JD.id dari 22 Maret sampai 5 April akan mendapatkan tambahan gift box senilai 1 juta rupiah, paket telkomsel 30GB dan garansi purna jual hinggal 2 tahun.

Nah, berbicara tentang harga, ada hal yang menarik lain yang bisa dibahas. Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa Vivo telah membuka gerbang pre-order beserta harga sehari sebelum peluncuran Vivo 15 Pro. Ditanya tentang hal ini, Vivo menyebutkan mereka ingin mencoba strategi baru. Meski memang agak terkesan jawabannya sedikit normatif, namun menjadi menarik ditengah persaingan rilis smartphone dua bulan belakang ini. Di hari yang sama saja, ada dua rilis produk smartphone.

Peluncuran Vivo V15 Pro memang terkesan fomalitas saja, tetapi Vivo tetap percaya diri, salah satunya adalah karena Vivo menyebutkan bahwa penjualan V15 cukup memuaskan dan kini mereka ingin menangkap minat akan versi pro dengan merilis versi V15 Pro.

Vivo V15 Pro

Sudah menjadi rutin juga ketika ada rilis smartphone baru, kata-kata berdasarkan riset konsumen akan dikeluarkan sebagai salah satu ‘ajian’ untuk memikat para awak media. Tidak terkecuali Vivo pun menyebutkan bahwa riset atas minat konsumen berpengaruh di perilisan Vivo V15 Pro ini. Termasuk kenapa rilisnya berdekatan dengan versi V15 ‘normal’ sampai dengan fitur yang mereka rilis, seperti 3 kamera belakang, belum tersedianya NFC sampai dengan kenapa masih memilih tipe USB bukan yang type C.

Vivo menyebutkan bahwa konsumen tertarik dengan fitur-fitur yang disediakan V15 Pro, konsumen yang menjadi target Vivo belum menginginkan NFC bagi perangkat mereka atau setidaknya kebutuhannya belum sebanyak fitur 3 kamera misalnya, dan untuk type C, Vivo menyebtukan bahwa konsumen Indonesia (red: setidaknya yang menjadi sasaran Vivo), masih belum terbiasa dengan type C.

Menutup artikel liputan untuk Vivo V15 Pro ini, ada satu hal menarik terakhir yang ingin saya bagikan, yaitu terkait bundling dengan Telkomsel. Vivo V15 Pro dikemas dengan paket bersama Telkomsel yaitu paket TAU 30GB.

Dalam penjelasan saat peluncuran, pihak Telkomsel diwakili oleh Basuki Ebtayani (General Manager Device Bulding & Customization Strategy Telkomsel) membagikan satu slide yang menarik untuk dicermati. Yaitu penjualan Vivo dengan paket Telkomsel yang memiliki tren bertumbuh sejak Q4 tahun 2017. Angka cukup besar yaitu 102% pertumbuhan pertahun dari Q4 2017 sampai dengan Q4 2018.

telkomsel vivo

Untuk pengalaman singkat atas V15 Pro sendiri, saya harus bilang bahwa ini smartphone yang cukup menarik. Memang dari segi harga dan spesifikasi ada beberapa kesamaan dengan perangkat yang lebih murah, namun di sisi lain ada kesamaan dengan perangkat yang lebih mahal. Namun fitur-fitur yang ada bagi saya cukup menarik, misalnya untuk urusan foto wide (seperti foto featured di artikel ini), meski bukan fitur baru di perangkat smartphone, namun hasil yang saya dapatkan di V15 Pro cukup baik dan menarik. Lalu untuk hasil foto malam, juga hasilnya tidak mengecewakan, meski memang harus diuji lebih lanjut. Untuk urusan performa, sekilas memang cukup menjanjikan, ini memang harus diuji lebih lanjut yang akan dituliskan dalam artikel review. Satu hal lain yang sempat saya rasakan adalah fingerprint di layar cukup baik dan cukup cepat.

Satu kekurangan yang cukup terasa saat mencoba beberapa hari produk ini adalah, smartphone ini ternyata agak berat saat menggunakan satu tangan. Namun layarnya yang lebar memang menjadi lebih nikmat saat menonton konten dan ketika bermain game.

Tunggu review Vivo V15 Pro di DailySocial. Semua foto yang tampil di artikel ini menggunakan smartphone Vivo V15 Pro dan berikut beberapa hasil kamera lainnya dari Vivo V15 Pro.

Vivo V15 Pro

Menggunakan fitur night mode.
Menggunakan fitur night mode.

Panduan Mengoptimalkan PC Anda dengan SSD WD Blue dari Western Digital

Pernahkah Anda mengalami saat menyalakan komputer, membutuhkan lebih dari satu menit untuk masuk ke dalam sistem operasi? Atau mungkin saat bermain game membutuhkan beberapa saat untuk menunggu agar dapat bermain? Atau mungkin merasa telah melakukan upgrade PC namun kecepatan konversi video masih kurang kencang?

Konsumen kerap kali menganggap bahwa melakukan upgrade komputer cukup mengganti RAM atau prosesor saja. Memang, mengganti kedua peripheral tersebut akan meningkatkan kinerja komputer. Namun, kinerja transfer data antara RAM, komputer, dan media penyimpanan membutuhkan ketiga perangkat tersebut kencang.

Banyak pengguna komputer yang melakukan upgrade masih menggunakan media penyimpanan berbasis piringan atau dikenal dengan Hard Disk Drive (HDD). HDD memang saat ini memiliki kapasitas yang sangat tinggi, sehingga banyak data yang dapat disimpan di dalamnya. Akan tetapi, HDD yang paling kencang pun juga memiliki keterbatasan dalam melakukan akses data.

Tidak sedikit pengguna komputer yang menggunakan HDD tidak melihat secara rinci spesifikasi media penyimpanan tersebut. Saat ini masih banyak HDD yang memiliki kecepatan putaran yang hanya 5400 RPM saja. Selain itu, memori penyimpanan sementara dari HDD tersebut (cache) juga kerap sangat kecil. Dan terakhir, HDD yang ada tidak didukung dengan garansi yang memadai.

Masih banyak lagi masalah yang membuat sebuah komputer tidak optimal saat digunakan. Namun Anda tidak usah khawatir, karena Western Digital memiliki solusi yang bisa Anda terapkan. Solusi yang dihadirkan adalah dengan memberikan pilihan pada konsumen untuk menggunakan HDD dan SSD dengan label biru (Blue) dari Western Digital.

WD Blue

WD Blue

HDD WD Blue memiliki cache sebesar 64 MB yang mampu meningkatkan kinerja piringannya saat mengakses data kecil. Selain itu, putarannya yang mencapai 7200 RPM mampu meningkatkan kinerja baca dan tulis dari perangkat tersebut. Hal ini tentu sangat cocok digunakan untuk keperluan komputasi sehari-hari.

Yang lebih kencang lagi adalah SSD WD Blue 3D NAND yang saat ini sudah tersedia secara luas di Indonesia. Dengan kecepatan sampai dengan 550 MB/s, SSD ini mampu meningkatkan kinerja komputer saat melakukan loading, rendering, dan lain sebagainya. SSD pun juga secara teoritis memiliki kinerja yang sampai 10 kali lipat dari HDD.

Akan tetapi, pertanyaan yang sering ditanyakan adalah SSD tidak memiliki kapasitas yang sama dengan sebuah HDD. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Ada beberapa tips yang bisa Anda ikuti untuk mendapatkan perbandingan kapasitas dan kinerja yang seimbang.

Membeli SSD dengan kapasitas besar

Membeli SSD dengan kapasitas besar akan meringkas ruang yang ada dalam sebuah casing komputer. Anda dapat menggunakan SSD WD Blue 3D NAND dengan kapasitas 1 TB. Hal ini akan membuat sistem operasi dan data-data akan tersimpan pada satu perangkat yang sama.

Kinerja komputer Anda tentunya akan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satu HDD saja. Selain itu, dengan kecepatan yang tinggi, membuat akses dari yang dibutuhkan oleh sistem operasi menjadi tidak terhambat.

Membeli SSD berkapasitas kecil dan HDD berkapasitas besar

Saat ini, WD memiliki SSD WD Blue dengan kapasitas yang lebih kecil, yaitu 250 GB. Dengan kapasitas tersebut, memang tidak akan memadai untuk kebutuhan penggunaan komputer saat ini. Akan tetapi, dengan kapasitas 250 GB cukup untuk digunakan sebagai drive sistem operasi. Lalu, di mana data akan disimpan?

Media penyimpanan seperti HDD WD Blue saat ini memiliki kapasitas yang cukup besar, hingga 4 TB. Kapasitas ini tentunya lebih dari cukup untuk menyimpan data seperti foto, dokumen, video, dan lain sebagainya. Gunakan saja HDD WD Blue sebagai drive kedua.

Dengan kombinasi ini, loading aplikasi yang di install pada SSD tentu akan kencang. Saat butuh melakukan pembacaan data, tentu saja tidak memerlukan kinerja yang sangat tinggi.

WD Blue

Menggunakan SSD sebagai cache drive

Pada sebuah HDD, terdapat satu chip dengan kapasitas yang kecil yang bernama cache memory. Chip kecil ini menampung data sementara yang akan diambil atau ditulis ke HDD. Tujuan utamanya tentu untuk meningkatkan kinerja sebuah HDD. Semakin besar kapasitas cache, maka akan semakin tinggi kinerjanya.

Menggunakan WD SSD Blue untuk menjadi cache dari WD HDD Blue saat ini cukup mudah. Hal tersebut dikarenakan para produsen prosesor seperti Intel dan AMD sudah memberikan software-nya secara gratis. Intel memiliki Intel Rapid Storage Technology sedangkan AMD memiliki StoreMi. Keduanya mampu membuat kinerja HDD menjadi mirip dengan menggunakan sebuah SSD.

Untuk melakukan hal ini, kombinasi menggunakan SSD berukuran kecil serta HDD berukuran besar bisa dilakukan. Hal ini akan membuat HDD WD Blue Anda memiliki cache sebesar 256 GB.

Dengan WD Blue SSD yang saat ini sudah banyak tersedia di pasar Indonesia, kinerja komputer akan menjadi lebih kencang. Bagi Anda yang sedang berencana untuk meng-upgrade PC Anda akan bisa bekerja lebih maksimal, Anda bisa memilih untuk menggunakan produk dari WD, SSD Blue untuk urusan kecepatan dan HDD Blue untuk urusan penyimpanan.

Disclosure: Artikel advertorial ini didukung oleh Western Digital.

Melepas Status ‘Beta’, Memperkenalkan Hybrid dengan Beragam Produk Baru

Hari ini, Hybrid.co.id melepas status ‘beta’ dan secara resmi hadir dengan layanan penuh dan 4 produk baru.

Sebagai holding company, beberapa waktu lalu CEO DailySocial telah memperkenalkan Hybrid sebagai produk baru dari inovasi yang ingin dihadirkan DailySocial. Kali ini izinkan kami, tim Hybrid, untuk memperkenalkan sendiri tentang layanan yang kami hadirkan untuk para pembaca dan penikmat esports (serta gaming secara general).

Hybrid.co.id hadir dari proses yang tidak sebentar, seperti hadirnya berbagai inovasi yang ada di DailySocial, kami melakukan uji atas konten seputar esports dan gaming dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya kami memutuskan bahwa ekosistem esports yang kini masih dalam tahap perkembangan memiliki banyak elemen yang patut disampaikan pada pembaca.

Hybrid hadir dengan tujuan untuk ikut serta membangun ekosistem esports dan gaming lokal ke arah yang lebih baik, maju dan berkembang. Seperti halnya yang dilakukan DailySocial selama 10 tahun ke belakang dan di masa yang akan datang, Hybrid pun berharap bisa memberikan kontribusi yang signifikan atas ekosistem esports secara keseluruhan. Bukan hanya sekedar media yang meliput tentang game dan kompetisi, tetapi yang membahas esports sebagai sebuah ekosistem. Itu kenapa, angle artikel yang kami hadirkan lebih merujuk pada edukasi, pembahasan elemen ekosistem secara mendalam, serta analisis dan prediksi. Angle artikel kami secara sadar menghindari drama-drama, terlebih yang merujuk pada urusan personal.

Kami memandang Hybrid.co.id sebagai sebuah ekosistem hub, sebagai sebuah platform. Untuk kami tidak hanya hadir sebagai sebuah media online saja tetapi mengembangkan juga berbagai program dan produk yang saling berkaitan menjadi sebuah lingkaran utuh. Layanan utama Hybrid sendiri terdiri dari 4: media, Hybrid Day, Hybrid Dojo dan Esports Database.

Media Hybrid.co.id sendiri telah online sejak akhir tahun dengan tim yang menurut kami bisa dibilang pengalaman dan memiliki jam terbang yang cukup baik. Ada Yabes Elia, senior editor yang memiliki pengalaman di ranah gaming serta esports yang tidak perlu lagi dipertanyakan, lalu para penulis seperti Ayyub Mustofa dengan gaya review serta relasi dengan developer lokal yang memberi warna menarik di Hybrid, Akbar Priono yang tidak hanya menjadi penulis tetapi juga caster, dan ada Yoga Wisesa, penulis DailySocial yang bisa memberikan review gadget dan game secara menyenangkan untuk Anda baca. Dan saya sendiri, Wiku Baskoro, yang bertugas menyiapkan lahan bermain yang nyaman untuk tim serta mengolah produk yang telah dan akan diluncurkan selanjutya.

Bersamaan dengan lepasnya status beta hari ini, Hybrid.co.id menghadirkan dua fitur baru, yaitu versi bahasa Inggris serta Hybrid Jobs. Anda bisa langsung melihat dua fitur ini di sini dan sini.

Hybrid Jobs

Untuk Hybrid Jobs sendiri, kami berharap bisa memberikan ruang yang lebih luas bagi ekosistem, karena seiring berkembangkan dunia esports, maka kebutuhan untuk mengisi berbagai posisi di organisasi esports akan semakin bertumbuh. Hybrid Jobs hadir secara gratis baik untuk pembaca maupun pemberi lowongan kerja, dengan metode pendaftaran untuk pemberi kerja sebagai sistem review agar lowongan yang dihadirkan memang benar.

Hybrid Day adalah program offline yang dijalankan bersama berbagai partner, tujuannya sederhana, untuk memberikan edukasi dan gambaran yang lebih mendalam tentang industri esports, terutama dari banyak elemen pendukung yang ada di belakangnya, mulai dari manajemen organisasi, tim, kompetisi, sponsorship dan lainnya.

Hybrid Dojo dan Esports Database adalah dua program yang bisa jadi sedikit ambisius namun menjadi mimpi yang kami berharap bisa berlanjut dan memberi kontribusi di ekosistem. Hybrid Dojo adalah ruang komunitas untuk berlatih, berguru dan berkompetisi. Dojo ini dihadirkan sebagai dukungan bagi komunitas, karena tidak bisa dipungkiri, berkembangnya esports tidak akan lepas dari pergerakan komunitas. Dojo juga akan menghadirkan coaching clinic dengan bentuk workshop satu bulan untuk para calon atlet esports yang ingin secara serius mempersiapkan diri mereka, akhir dari coaching clinic ini nantinya akan digelar kompetisi rookie, kami juga akan mengundang tim esports profesional untuk scouting talent.

Hybrid Dojo

Sedangkan Esports Database adalah produk yang saat ini masih dikembangkan, dan diharapkan bisa kami luncurkan pertengahan tahun. Esports database ingin kami kembangkan seperti yang kami lakukan pada startup database yang saat ini telah kami miliki dan digunakan untuk beberapa klien partner di Dailysocial.id. Harapannya, database ini bisa menjadi rujukan bagi semua unsur di ekosistem esports, baik yang berkecimpung di dalamnya, mereka yang tertarik dengan esports sampai dengan para pemilik merek yang juga merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem.

Selain dari topik esports yang memang memegang porsi cukup besar di Hybrid, kami tidak melupakan sebuah mimpi lain yang embrionya telah muncul selama DailySocial hadir. Yaitu dukungan untuk pengembang game lokal. Hybrid memiliki semacam rubrik rutin yang akan mengangkat para developer game lokal, baik secara entitas bisnis maupun dari karya (game) yang mereka hadirkan. Ada pula mimpi yang kami sematkan, berharap esports di Indonesia nantinya akan menggunakan game buatan developer lokal.

Tidak lupa pula Hybrid akan menghadirkan review dan guide, baik tentang game ataupun gaming gear (gadget) yang tentunya tidak bisa terpisahkan dari media game. Gaming gear termasuk di dalamnya PC (dan laptop) serta hardware pendukung juga memberikan porsi yang cukup besar dalam perkembangan esports, karena dukungan para pabrikan ini sebagai alat bermain atau sponsorship.

Semua produk yang dihadirkan dikembangkan secara internal dengan tim developer yang juga mengembangkan produk di DailySocial, dukungan teknis secara internal tentunya memudahkan kami untuk terus memperbaiki bug dan fitur agar nyaman dinikmati.

Seperti yang disebutkan di atas, kami memandang Hybrid.co.id sebagai sebuah ekosistem hub, sebagai sebuah platform. Sebagai platform, fitur dan produk yang ada akan terus dikembangkan secara bertahap. Meski telah melepas versi ‘beta’ bukan berarti perbaikan atas bug dan fitur akan berhenti, namun akan terus dikembangkan dan ditambahkan.

Sebagai ekosistem hub, Hybrid sangat terbuka untuk kolaborasi dengan beragam elemen ekosistem esports dan gaming. Kami sadar bahwa ada banyak peran yang tidak bisa kami ambil, dan kolaborasi adalah salah satu solusi untuk ikut serta membangun ekosistem dan memberikan manfaat seluruh elemen di ekosistem.

Selamat menikmati, semoga Hybrid.co.id bisa menjadi acuan untuk konten esports dan gaming. Kolom kontak selau terbuka untuk diskusi dan kolaborasi, atau bisa juga ke email di [email protected] (wiku at dailysocial dot id).

Daftar Super Gadget Awards 2018, Kolaborasi Antara Dua Media Teknologi Lokal

Tahun 2018 telah hampir dua bulan terlewati. Dari sisi perkembangan teknologi, khususnya smartphone dan laptop, kami mencatat ada berbagai perkembangan, inovasi serta perkembangan yang menarik. Beberapa diantaranya membawa aura kegembiraan bagi para gadget antusias.

Untuk menangkap perkembangan teknologi ini, DailySocial divisi gadget (lifestyle) dan Yangcanggih.com berkolaborasi untuk memberikan penghargaan pada brand/pabrikan yang telah merilis produk mereka untuk pasar Indonesia.

Super Gadget Awards 2018 diharapkan hadir untuk menjadi barometer bukan hanya bagi pengguna tetapi juga bagi pemilik merek/pabrikan dalam mengembangkan teknologi mereka, khususnya inovasii yang diterapkan pada produk yang dirilis untuk konsumen.

Penghargaan atau awards ini juga diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk mendorong inovasi yang dikembangkan oleh brand/pabrikan. Yang nantinya akan juga menguntungkan konsumen sebagai pemakai.

Untuk tahun 2018, ada dua segmen perangkat yang menjadi pertimbangan untuk diberikan penghargaan, dengan masing-masing 6 kategori awards di tiap jenis produk. Untuk segmen smartphone terdapat kategori: Best Camera, Best Value, Best Selfie, Best Flagship, Best Design, serta Best Innovation. Sedangkan untuk segmen Laptop terdapat kategori: Best Gaming, Best 2 in 1, Best for work, Best ultra portable, Best design, dan Best value.

Penilaian atas setiap award dilakukan oleh para reviewer dari Yangcanggih dan DailySocial/lifestyle, yang memang sehari-harinya untuk mengulas, mencoba dan membahas berbagai gadget yang dirilis di pasar Indonesia. Dan hal terakhir itu menjadi salah satu syarat untuk menjadi kandidat peraih Super Gadget Awards.

Semua produk yang kami nilai harus dijual secara resmi di Indonesia. Anda mungkin tidak akan melihat beberapa nama populer, karena memang tidak masuk secara resmi di pasar lokal.

Pilihan segmen dan kategori yang diberikan, berdasarkan penilaian bahwa dua segmen ini adalah segmen paling menarik, tidak hanya dari sisi inovasi tetapi juga dari sisi kegunaan, yang berhubungan langsung dengan konsumen. Dua faktor yang sesuai dengan visi dari Super Gadget Awards, memberikan penghargaan untuk brand dan menyediakan panduan bagi konsumen.

Berikut daftar Super Gadget Awards:

Smartphone

 

Best Smartphone Innovation (3D Stealth Camera)
OPPO Find X

super gadget awards

Best Smartphone Selfie
Vivo V11 Pro

super gadget awards

Best Smartphone Flagship
Galaxy Note 9

super gadget awards

Best Smartphone Value
Xiaomi Pocophone F1

super gadget awards

Best Smartphone Camera
Huawei P20 Pro

super gadget awards

Best Smartphone Design
OPPO Find X

super gadget awards

Laptop

 

Best Laptop Value
Asus Vivobook X505Za

super gadget awards

Best Laptop Design
HP Spectre X360 AF0055TU

super gadget awards

Best Laptop Ultraportable
HP Spectre AF517TU

super gadget awards

Best Laptop for Work
Lenovo Thinkpad P1

super gadget awards

Best Laptop 2 in 1
HP Envy X360

super gadget awards

Best Laptop Gaming
ASUS ROG Zephyrus S GX531

super gadget awards

[Panduan] Memilih Smartphone OPPO Sesuai Budget dan Kebutuhan

Tak terasa kita telah memasuki tahun yang baru dan biasanya tahun baru merupakan salah satu momen yang tepat untuk mewujudkan wishlist, misalnya smartphone baru. Nah di artikel ini akan dibahas tentang panduan memilih smartphone dari OPPO.

Seperti yang Anda tahu, OPPO Indonesia tengah menggelar kampanye baru dengan tema #MimpiJadiGampang. Di mana dengan membeli smartphone OPPO tipe tertentu pada periode 1 Desember 2018 hingga 31 Januari 2019, kita berkesempatan untuk mewujudkan salah satu impian.

Pertanyaannya adalah tipe smartphone OPPO yang cocok buat Anda? Mari cari tahu, berikut panduan memilih smartphone OPPO.

 

1. OPPO Find X – Rp13.499.000

 

OPPO-Find-X

Ya, Find X adalah smartphone flagship tercanggih OPPO yang bisa Anda miliki saat ini di Indonesia. Smartphone ini sangat unik dan inovatif karena memiliki kamera tersembunyi, serta cantik dalam desainnya.

Cocok untuk Anda yang tidak mau kompromi soal kinerja, chipset Snapdragon 845 dikombinasikan dengan besaran RAM 8GB, dan storage 256GB memastikan semuanya gesit. Baterai 3730mAh melengkapi paket di atas bersama dengan dukungan teknologi pengisian super cepat VOOC.

Untuk spesifikasi lainnya, smartphone Android 8.1 Oreo ini mengusung panel AMOLED 6,4 inci beresolusi Full HD+ dalam rasio 19,5:9 yang hampir tidak memiliki panel di bagian atas atau samping dengan rasio layar ke body mencapai 93,8%. Dilengkapi dengan sensor utama 16MP f/2.0, sensor kedua beresolusi 20MP f/2.2 di bagian belakang, dan kamera depan 25MP.

2. OPPO R17 Pro – Rp9.999.000

a8b96e4f7b807a724bcbd524e6aebf3c_OPPO-R17-Pro-Indonesia-9

Selamat datang kembali R series, seri ini satu level di atas midrange smartphone F series dan satu level di bawah true flagship Find series. OPPO R17 Pro mengusung desain dan fitur-fitur premium seperti SuperVOOC Flash Charge, konfigurasi triple camera, NFC, sensor fingerprint under-display, dan layar AMOLED.

Bedanya dengan Find X ialah jeroannya, di mana R17 Pro diotaki chipset Snapdragon 7 series Mobile Platform yakni Snapdragon 710. Disokong besaran RAM 8GB, storage 128GB, dan baterai berkapasitas 3.700 mAh.

3. OPPO F9 – Rp4.999.000 (6/64) Rp3.999.999 (4/64)

OPPO-F9

Tentu saja, F9 adalah mid-range premium smartphone spesialis selfie andalan OPPO di tahun 2018. Dibanding F7, smartphone ini menerima sejumlah upgrade yang cukup signifikan, baik pada desain, kemampuan fotografi di kamera utama, hingga fitur fast charging VOOC.

Tampilannya kece, dengan notch berwujud tetesan air (waterdrop) dan bagian punggung dengan warna gradasi serta pola yang menarik. Smartphone Android 8.1 Oreo ini dilengkapi layar 6,3-inci beresolusi Full HD+ dalam rasio 19.5:9. Panel ini diproteksi oleh Corning Gorilla Glass 6.

Kamera ganda di belakang beresolusi 16-megapixel (f/1.8) dan 2-megapixel (f/2.4) sebagai depth sensor. Sementara, kamera depannya 25-megapixel (f/2.0). Jeroannya mengandalkan chipset Mediatek Helio P60 dengan besaran RAM 4GB/6GB, memori internal 64GB, dan baterai 3500 mAh dengan waktu isi ulang yang singkat.

4. OPPO A7 – Rp3.299.000

OPPO-A7

OPPO A7 merupakan mid-range smartphone terbaru yang memiliki desain serupa dengan OPPO F9. Namun, dengan sejumlah penyesuaian spesifikasi dan harga lebih terjangkau.

Seperti desain Waterdrop FullScreen, tapi dengan layar 6,2 inci beresolusi HD+ dalam aspek rasio 19:9. Serta, dikemas dalam balutan warna baru yakni Glazing Gold dan Glaze Blue.

Adapun, kamera belakangnya punya konfigurasi dual camera yakni 13-megapixel (f/2.2) dan 2-megapixel (f/2.4). Sementara, kamera depannya 16-megapixel (f/2.0). Jeroannya mengandalkan chipset Snapdragon 450 dengan RAM sebesar 4GB, memori internal 64GB, dan baterai 4.230 mAh.

5. OPPO F7 – Rp3.499.000

OPPO-F7

Kemunculan OPPO F9 memang cukup cepat, OPPO F7 sendiri dirilis di Indonesia pada bulan April 2018 dan menjelang akhit tahun hadir seri F9. Namun keduanya masih menggunakan dapur pacu yang sama yakni chipset Mediatek Helio P60 dengan kombinasi RAM 4GB/6GB dan storage 64GB/128GB.

Bedanya pada penampilan, kamera, dan baterai. OPPO F7 belum mengusung desain waterdrop, bentukan notch-nya masih lebar. Layarnya 6,23 inci resolusi Full HD+ dalam rasio 19:9.

Kamera utamanya satu, 16-megapixel (f/1.8) dan kamera depan 25-megapixel (f/1.8). Lalu, kapasitas baterai 3.400 mAh yang dimilikinya belum didukung teknologi pengisian cepat VOOC.

6. OPPO A3S – Rp1.999.000 (2/16) – Rp2.499.000 (3/32)

OPPO-A3S

Buat yang punya budget minimum, tetapi ingin merasakan sensasi menggunakan smartphone premium OPPO F series dengan harga di bawah Rp2 juta – OPPO A3S ialah jawabannya. Bisa dibilang ia merupakan versi hemat dari OPPO F7, layarnya 6,2 inci dengan bentuk notch yang sama, dengan resolusi HD+ dalam rasio 19:9.

Untuk fotografi, OPPO A3s dibekali kamera utama beresolusi 13-megapixel (f/2.2) dan 2-megapiksel (f/2.4) sebagai depth sensor. Kepiawaian selfie tetap dimiliki OPPO A3s, kamera depannya 8-megapixel (f/2.2 dan A.I Beauty).

Smartphone Android 8.1 Oreo ini diotaki Snapdragon 450. Di-support RAM 2GB, storage 16GB yang bisa diperluas dengan slot microSD, dan kapasitas baterai 4.230 mAh. Ada juga varian RAM 3GB dengan penyimpanan 32GB.

Konklusi

Kehadiran Find series dan R series di pasar menengah dan premium smartphone di Indonesia melengkapi portofolio OPPO di beragam level. Dari true flagship (Find X), semi flagship (R17 Pro), mid-range premium macam F9 dan F7, mid-range A7, hingga entry level A3S.

Dengan paparan penjelasan di atas, semoga Anda sudah tidak lagi bingung memilih smartphone OPPO yang tetap sesuai kebutuhan dan kemampuan Anda. Jangan lupa, unduh dan lakukan pendaftaran pada aplikasi #MimpiJadiGampang setelah membeli smartphone OPPO di tautan ini https://mimpijadigampang.oppomobile.id.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dan didukung oleh OPPO.

Mengungkap Tiga Fitur Utama yang Dimiliki OPPO A7

Pada zaman ini, smartphone telah menyatu dalam kehidupan. Kita senantiasa mengandalkannya untuk menunjang beragam aktivitas sehari-hari. Tentu sangat penting untuk memilih smartphone yang sesuai kebutuhan, misalnya OPPO A7.

Mid-range premium smartphone terbaru dari OPPO ini tak hanya hadir untuk mengakomodir kebutuhan kalangan muda, tetapi juga sebagai pelengkap gaya hidup penggunanya. Setidaknya ada tiga aspek atau fitur utama yang diunggulkan oleh OPPO A7, mari bahas satu per satu.

1. Desain Waterdrop FullScreen

OPPO A7

OPPO A7 mengusung desain minim bezel yang disebut Waterdrop FullScreen yang tampil futuristis dengan rasio layar ke body mencapai 88,4 persen dan punya notch kecil yang tersemat di tepi atas panel berdiagonal 6,2 inci. Bentukan notch-nya memang unik, seperti embun pagi yang menyapa lembut hijaunya dedaunan, menggantung dan nyaris jatuh ke bumi.

Area notch tersebut menampung kamera depan 16-megapixel (f/2.0) yang andal untuk selfie dan sebagai autentifikasi face unlock di samping sensor sidik jari. Adapun, kamera belakangnya punya konfigurasi dual camera yakni 13-megapixel (f/2.2) dan 2-megapixel (f/2.4).

Layar 6,2 inci-nya sendiri beresolusi 720×1520 piksel dalam aspek rasio 19:9 yang menyuguhkan kerapatan layar 271 piksel per inci. Memastikan semua konten yang tampil dapat dinikmati secara optimal. Benar saja, aktivitas seperti streaming video di YouTube, eksplorasi Instagram, dan bermain game disajikan dengan baik.

 

2. Build Quality Premium

OPPO A7

Penampilan OPPO A7 juga didukung oleh penggunaan material yang berkualitas dan teknik tinggi. OPPO menyebut material yang digunakan sebagai Polycarbonate Composite, yang memberikan efek reflektif layaknya kaca.

Untuk pertama kalinya OPPO menerapkan teknik pemanasan berulang 3D Thermally Bent Sheet pada material Polycarbonate Composite. Di mana sudut-sudut bagian belakang dibuat agak melengkung seperti kaca 2.5D, sehingga lebih ergonomis dalam kuasa tangan.

OPPO A7 juga dikemas dalam balutan warna baru dan punya memiliki pola garis-garis yang menawan, tak kalah kece dengan OPPO F9. Seperti warna Glazing Gold yang tampil lebih mewah dibanding warna emas biasa dan Glaze Blue yang tampil eksklusif. Warna tersebut hadir disesuaikan dengan tren yang diinginkan konsumen muda OPPO.

3. Kapasitas Baterai 4.230 mAh

OPPO A7

Buat sebagian orang, daya tahan baterai yang cukup awet juga merupakan aspek yang tak kalah penting. Untuk menopang kelangsungan hidup agar mampu bertahan lebih dari 1 hari dengan penggunaan normal, OPPO A7 disuplai baterai berkapasitas 4.230 mAh.

Selain tanki baterai yang besar, manajemen baterainya juga didukung teknologi kecerdasan buatan. A.I Battery Management ini akan mempelajari kebiasaan pemiliknya dalam menggunakan OPPO A7.

Setelah pola konsumsi baterai telah dipelajari, sistem akan memutuskan aplikasi mana yang menjadi prioritas pengguna. Sementara, aplikasi lain yang tidak atau jarang disentuh akan dihentikan secara otomatis.

OPPO A7 juga sudah menganut fast charging dan dibekali adapter charger 5V 2A. Menjadikan waktu charging menjadi dipersingkat, berdasarkan pengujian yang telah kami lakukan – dalam waktu 30 menit baterai terisi 25 persen, 1 jam 50 persen, dan untuk terisi penuh hanya dalam waktu 2 jam saja (tergantung kondisi pemakaian).

Perpaduan baterai besar dan penggunaan kecerdasan buatan ini juga didukung oleh chipset Qualcomm Snapdragon 450 yang powerful sekaligus irit daya. Kemudian, besaran RAM 4GB dan internal storage 64GB memastikan kinerjanya mulus.

Verdict

OPPO A7 merupakan mid-range premium smartphone, versi hemat dari OPPO F9. Dengan sejumlah penyesuaian spesifikasi dan dibanderol dengan harga lebih terjangkau yakni Rp3.699.000, namun tetap menyuguhkan experience yang mendekati.

Desain sekeren OPPO F9, build quality premium, dan menawarkan daya tahan baterai yang awet. Kinerjanya juga cukup gesit untuk mendukung aktivitas multitasking para milenial sehari-hari.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Melalui Kampanye #MimpiJadiGampang, OPPO Bantu Wujudkan Mimpi Pengguna Setianya

Setelah merilis OPPO A7 beberapa waktu lalu, kini OPPO Indonesia menggelar kampanye baru dengan tema #MimpiJadiGampang. Tujuan dari program ini adalah untuk membantu mewujudkan mimpi-mimpi konsumennya.

PR Manager OPPO Indonesia Aryo Meidianto menerangkan, kampanye online ini akan berlangsung pada periode 1 Desember 2018 hingga 31 Januari 2019. Totalnya ada 65.000 hadiah yang akan diundi.

“OPPO Indonesia mengadakan kampanye #MimpiJadiGampang untuk mewujudkan mimpi konsumen Indonesia, termasuk memiliki rumah mewah, umroh, jalan-jalan ke luar negeri, dan mimpi-mimpi lainnya.” Tambah Aryo Meidianto dalam keterangan resminya.

Bagaimana cara mengikuti kampanye #MimpiJadiGampang ini? Caranya dengan membeli smartphone OPPO tipe tertentu pada periode yang telah ditentukan yakni 1 Desember 2018 hingga 31 Januari 2019.

Tipe smartphone OPPO tersebut antara lain Find X, F9 series, F7 series, A7, A3s series, A83 dan A71. Berlaku untuk pembelian secara online maupun offline seperti pada OPPO Store, peritel modern atau toko-toko yang menjual perangkat OPPO.

“Secara keseluruhan, pada #MimpiJadiGampang OPPO menyediakan hadiah dengan nilai lebih dari Rp10 miliar.” Tambah Aryo.

Setelah itu, unduh dan lakukan pendaftaran pada aplikasi #MimpiJadiGampang yang nantinya tersedia melalui tautan ini: https://mimpijadigampang.oppomobile.id/.

Setelah mendaftar, Anda akan diberikan opsi untuk memilih hadiah yang diinginkan. Anda juga secara otomatis akan diikutsertakan pada pengundian hadiah utama berupa 2 rumah masing-masing bernilai 1 miliar rupiah.

OPPO sendiri akan melakukan pengundian hadiah setiap dua minggu sekali. Sedangkan, untuk hadiah utama, OPPO akan melakukan dua kali pengundian pada 4 Januari 2019  dan 7 Februari 2019.

Sebagai catatan, program ini tidak berlaku bagi konsumen yang melakukan pembelian produk daur ulang, bekas, atau perangkat yang bukan dijual secara resmi oleh OPPO Indonesia. Syarat lain adalah undian ini hanya berlaku bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki kartu identitas resmi (KTP/SIM).

Apabila konsumen belum memiliki kartu identitas resmi, maka dapat diwakilkan oleh orangtua/ wali. Anda dapat mendaftarkan lebih dari 1 perangkat dengan menggunakan kartu identitas dan alamat email yang sama.

OPPO #mimpijadigampang

OPPO #mimpijadigampang

*Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dan didukung oleh OPPO.