Berbagai Perubahan Overwatch League Musim 2020

Persiapan Overwatch League 2020 dimulai pada pembukaan transfer window di bulan September 2019 kemarin. Tim-tim yang akan berlaga di musim 2020 mulai mempersiapkan kontrak dengan pemain lama atau melakukan negosiasi dengan calon pemain baru. Tenggat waktu untuk para tim menyelesaikan kontrak pemainnya adalah pada bulan November 2019. Selain pengumuman minimal 8 pemain untuk satu tim, Overwatch League Season baru akan dimulai pada bulan Februari 2020.

Overwatch League 2020 akan menerapkan pertandingan kandang-tandang, yang berarti tim-tim peserta Overwatch League akan berkeliling dunia untuk bertanding. Masing-masing tim ini berkewajiban untuk menjalankan minimal dua local weekend events. Mereka juga bertugas menjalankan dan memilih venue acara tersebut. Walaupun pada akhirnya pihak Overwatch League yang akan bertugas dalam hal penyiarannya.

Pembagian divisi baru

Overwatch League Musim 2020 juga memunculkan divisi baru pada sistem turnamennya. Pacific conference dibagi menjadi Eastern dan Western, sedangkan Atlantic Conference dibagi menjadi Northern dan Southern.

Sumber: Ginx
Sumber: Ginx

Pacific Conference berisikan tim-tim unggulan yang membuat grup ini jadi yang paling seru. Easter division-nya terdiri dari Chengdu Hunters, Guangzhou Charge, Hangzhou Spark, Seoul Dynasty, dan Shanghai Dragons. Sedangkan di Western Division, ada Dallas Fuel, Los Angeles Gladiators, Los Angeles Valiant, San Fransisco Shock, dan Vancouver Titans.

Pada Atlantic Conference, Southern Division diisi oleh Atlanta Reign, Florida Mayhem, Houston Outlaws, Philadelphia Fusion, dan Washington Justice. Dari Northern Division, Anda bisa melihat Boston Uprising, New York Excelsior, Toronto Defiant, London Spitfire, dan Paris Eternal.

Fokus pada penggemar lokal

Menyasar ke penggemar lokal memang sudah menjadi janji Overwatch League kepada para pemilik tim saat acara perkenalan Overwatch League di Blizzcon tahun 2016 silam. Banyak pemilik tim di Overwatch League juga memiliki tim Olahraga, seperti New England Patriots milik Krafts Sports Group, Los Angeles Rams milik Stan Kroenke, dan New York Mets milik Wilpon Family. Para pemilik tim ini ingin menggabungkan fanbase yang mereka miliki dari kedua tim olahraga dan Overwatch mereka.

Sumber: Ocregister
Sumber: Ocregister

Minggu pertama dari Overwatch League akan dimulai pada tanggal 8 Februari 2020 yang dibuka oleh pertandingan New York Excelsior di New York dan Dallas Fuel di Dallas. Tahun ini, pertandingan Overwatch League hanya diadakan pada hari sabtu dan minggu saja. Dengan format baru, berarti akan ada dua pertandingan di kota yang berbeda pada hari yang sama.

Selain itu, dengan perbedaan waktu yang akan membingungkan bagi para penggemar Overwatch League (OWL), mereka mungkin hanya akan menonton tim-tim favorit mereka saja.

Menariknya, para pemain OWL akan bepergian setiap minggu dan hal ini akan menambah stress mereka. Berarti ada pekerjaan tambahan bagi manajemen tim untuk mengatur pemainnya agar selalu dalam keadaan prima. Namun demikian, untuk para penggemar lokal di kota pertandingan, perubahan ini tentu sangat menguntungkan bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk melihat pertandingan Overwatch League secara langsung.

Pasalnya, waktu pertandingan akan menyesuaikan waktu di kota tersebut juga dan akan memudahkan para penggemar untuk datang ke acara pertandingan. Meski memang,yang dikorbankan di sini adalah penonton online yang harus menyesuaikan diri dengan wilayah waktu yang berbeda-beda. Setidaknya, hari pertandingan di musim ini hanya ada di sabtu dan minggu. Hal ini akan mempermudah penonton live stream Overwatch League untuk mengatur waktunya guna menonton pertandingan.

 

Rilis Overwatch 2 Dibocorkan Oleh PlayStation Brazil

Meski memang belum ada info resmi dari Blizzard, tetapi akun twitter PlayStation Brazil telah membocorkan waktu rilis Overwatch 2.

Sumber: CodigoEsports
Sumber: CodigoEsports

Di tweet tadi mereka berkata “2020 akan jadi tahun Overwatch 2 akan masuk ke PS4.” Hal ini memang tidak bisa dianggap sebagai pengumuman resmi dari Blizzard. Overwatch 2 baru saja diumumkan oleh Blizzard ketika BlizzCon 2019. Bahkan Jeff Kaplan sempat menegaskan bahwa ia dan tim belum mengetahui kapan Overwatch 2 akan siap untuk diluncurkan. Kami tidak tahu juga dari mana sumber dari akun tersebut. Mungkin saja sudah ada pembahasan mengenai tanggal rilis Overwatch 2 dan ada pihak yang berusaha membocorkan tanggal rilis tersebut.

Menurut saya, perilisan Overwatch 2 seharusnya masih dalam kurun waktu yang lama. Pasalnya, tidak mungkin Overwatch 2 dirilis saat Overwatch League musim 2020 berjalan. Hal ini akan mengganggu Overwatch League dalam segi viewership.  Bagaimana Anda ingin menonton Overwatch League yang masih memainkan Overwatch 1, sedangkan Overwatch 2 sudah dirilis. Karena Overwatch 2 merupakan game yang berbeda dari pendahulunya.

Perbedaan antara Overwatch 1 dan Overwatch 2

Sumber: Overwatch
Sumber: Overwatch

Pada saat pengumumannya di BlizzCon 2019, Overwatch 2 akan berisi banyak konten PVE cooperative mode. Pemain dapat bekerja sama melawan musuh-musuh seperti Null Sector Faction. Ada juga fitur level up heroes, guna membuka special abilities yang dapat memodifikasi bagaimana setiap karakter dimainkan. Misinya adalah memberikan story and lore content yang dianggap minim oleh penggemarnya di Overwatch 1. Tentu saja akan tetap ada mode PVP di Overwatch 2, bahkan dengan mode PVP baru. Mode tersebut bernama “Push” yang memberikan tugas bagi para pemain untuk mendorong sebuah robot ke masing-masing base. 

Selain mode game, Overwatch 2 juga akan mengalami perubahan dari segi visual-nya. Akan lebih banyak dynamic environments, improved atmospheric effects and shadows, beserta detail visual yang lebih tajam.

Pemain lama yang ingin bermain Overwatch 2

Sumber: WePlay!
Sumber: WePlay!

Mungkin terpikirkan oleh Anda, player base-nya akan terbagi antara Overwatch 1 dan Overwatch 2. Namun nampaknya hal ini sudah dipikirkan matang-matang oleh pihak Blizzard. Pasalnya, Blizzard membuat konektivitas antara Overwatch 1 dan Overwatch 2. Jangan takut apabila Anda sudah memiliki banyak cosmetic items di akun Overwatch lama Anda. Jeff Kaplan sudah mengumumkan hal tersebut saat BlizzCon 2019, jika Anda dapat membawa semua cosmetics items yang Anda miliki di Overwatch 1 ke Overwatch 2. Lalu pemain Overwatch 1 dapat bermain dengan Overwatch 2 dalam mode PVP. Hanya saja konten PVE-nya hanya eksklusif untuk Overwatch 2. Jadi Anda masih dapat bermain mode ranked dengan teman-teman Anda dengan tenang.

Sony Umumkan Logo PS5 dan Laporan Penjualan PS4

Banyak yang menantikan momen pengumuman Sony di ajang Consumer Electronic Show (CES) 2020. Pasalnya, masih sedikit informasi yang kita terima berkaitan dengan generasi baru dari console PlayStation 5. Perwakilan dari Sony yaitu Jim Ryan mengumumkan logo baru dari Sony PlayStation 5. Di luar dugaan, reaksi dari para penonton di CES 2020 seperti tidak ada yang terkejut dengan pengumuman tersebut. Memang tidak ada yang berubah drastis dari logo tersebut, hanya perubahan angka 4 menjadi 5 saja.

Jim Ryan juga menjabarkan mengenai beberapa fitur hardware yang dimiliki PlayStation 5. Yaitu mendukung 3D Audio Support, penggunaan SSD, Adaptive Triggers untuk controller yang baru, ray-tracing, dan Ultra HD blu-ray drive. Sony juga memastikan peluncuran PlayStation 5 pada musim liburan tahun 2020.

Sumber: Youtube CNET
Sumber: Youtube CNET

PS5 sudah dekat, PS4 masih merajai penjualan dan pengguna aktif konsol

Sony memang tidak memberikan banyak informasi mengenai PlayStation 5 di CES kali ini. Tetapi, Sony juga menjabarkan informasi mengenai statistik yang menunjukan seperti apa PlayStation 4 merajai pasar konsol. Sampai saat ini, ada sebanyak 106 juta PlayStation 4 yang sudah terjual. PlayStation sempat memberikan update mengenai penjualannya di bulan September 2019, saat itu PS4 memiliki penjualan sebanyak 102.8 juta unit. Yang berarti, selama musim liburan 2019 ini PS4 masih terjual sebanyak 3 juta unit. Angka ini terbilang fantastis mengingat sebentar lagi PS4 akan segera tergantikan.

Sumber: Youtube CNET
Sumber: Youtube CNET

Sony juga menyebutkan ada 1.15 miliar game yang terjual untuk PlayStation 4, ada 5 juta unit PlayStation VR, 103 juta pengguna aktif setiap bulan, dan sebanyak 38.8 juta orang berlangganan PlayStation Plus.

Presentasi kali ini nampaknya memang tidak terlalu menarik bagi para penggemar yang menunggu kabar PS5 karena hanya mengungkap logo baru dan spesifikasi yang sudah diketahui oleh khalayak luas sebelumnya. Namun demikian, buat para pengamat industri, angka-angka tadi sebenarnya cukup menarik karena bisa dibandingkan dengan platform gaming lainnya.

Misalnya, pada bulan April 2019 yang lalu, Variety menuliskan angka pengguna Steam (yang bisa mewakili platfom PC gaming). Kala itu, Steam sudah memiliki 1 miliar akun dengan 90 juta pengguna aktif bulanan (MAU). Sedangkan menurut laporan dari Windows Central, pada bulan Juli 2019, Xbox One memiliki 65 juta pengguna aktif bulanan.

Dari data tersebut saja, nampaknya pengguna aktif bulanan PS4 masih memimpin sementara. Sedangkan pengguna Xbox One berada di posisi juru kunci.

Bagaimana Ekosistem Dota 2 Indonesia di Tahun 2020?

Tahun 2019 merupakan tahun yang tidak menyenangkan tapi tidak menyedihkan juga bagi komunitas Dota 2 di Indonesia. Beberapa tim esports memutuskan untuk melepas tim Dota 2 nya di tahun 2019 ini, seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon. Dua tim Dota 2 legendaris yang selama ini menjadi daya tarik para penikmat Dota 2 di Indonesia. Kita tidak bisa lagi melihat el-clasico Dota 2 Indonesia yang sudah ada sejak tahun 2015. Tetapi kita juga mendapatkan kabar menggembirakan dari Kenny “Xepher” Deo yang berhasil ke turnamen Minor dan Andrew “Drew” Halim yang berhasil melaju ke turnamen Major dengan tim barunya yaitu Reality Rift.

Sebelum kita masuk ke prediksi saya di 2020, mari sejenak kita melihat apa yang terjadi di event-event tahun 2019.

Turnamen Dota 2 di Indonesia yang berskala besar di tahun 2019 kemarin bisa dibilang masih ramai. ESL yang datang ke Indonesia bekerjasama dengan Indofood berhasil menghidupkan ranah kompetitif Dota 2 di Indonesia untuk sementara waktu. ESL membawa National Championship selama dua musim dan Clash of Nations untuk para penggemar Dota 2 di Indonesia. ESL National Championship juga menjadi turnamen Dota 2 pertama di Indonesia yang diselenggarakan di tempat bergengsi yaitu Tennis Indoor Senayan Jakarta.

ESL Clash of Nations juga berhasil menghidupkan suasana nasionalisme Dota 2 Indonesia, dengan adanya BOOM Esports sebagai perwakilan Indonesia. BOOM Esports yang bertarung keras melawan perwakilan negara-negara di Asia Tenggara seperti Adroit berhasil memberikan tontonan yang luar biasa menarik. Pertandingan mereka berhasil memadukan serunya menonton turnamen esports dan rasa nasionalisme.

Sumber: UP Station
Sumber: UP Station

Masih belum redup adalah kata yang tepat untuk menggambarkan semangat komunitas Dota 2 di Indonesia. Walaupun sudah kalah pamor dengan titel esports yang lain seperti Mobile Legends atau PUBGM, komunitas Dota 2 di Indonesia masih lapar akan acara-acara internasional yang tidak kunjung datang ke Indonesia.

Melihat ke tahun 2018, antusiasme komunitas Dota 2 Indonesia di acara GESC sangatlah luar biasa. Tiket terjual habis, bahkan saya saja harus rela membeli dari para calo yang ada di sana. Venue acara pun penuh terisi oleh para penggemar Dota 2 yang bersemangat untuk melihat Danil “Dendi” Ishutin secara langsung atau berusaha untuk berfoto bersama Syed “Sumail” Hassan di sela-sela jumpa fans. Selain fans Dota 2 dari Indonesia, tidak sedikit juga fans Dota 2 mancanegara yang juga datang untuk menonton gelaran GESC Jakarta. Acara bertaraf internasional seperti ini juga memiliki potensi untuk menyumbang wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.

Kian banyaknya para pemain Dota 2 Indonesia ke luar negeri

Sumber: Kincir
Sumber: Kincir

Menghilangnya nama-nama besar di Dota 2 Indonesia menjadi salah satu penyebab berkurangnya turnamen bertaraf nasional. Sangat sulit bagi penggelar acara untuk menarik penonton yang banyak apabila mereka tidak tertarik untuk menonton tim yang bermain di turnamen tersebut.

Pasalnya, para pemain Dota 2 Indonesia mulai bermain di tim luar negeri sebagai sebuah jalan keluar dari kebuntuan yang mereka alami. Pemain-pemain ini sudah harus meninggalkan ranah kompetitif nasional karena melanjutkan ke scene internasional adalah pilihan yang lebih masuk akal. Kita sudah melihat Xepher (Geek Fam), Drew (Reality Rift), bahkan Ramzi “Ramz” Bayhaki (MSCerberus) yang bermain untuk tim-tim luar.

Seharusnya, di tahun 2020 kita akan melihat lebih banyak lagi pemain Dota 2 Indonesia yang pergi ke luar negeri. Bergabung dengan tim luar negeri dan meniti karir di ranah kompetitif internasional adalah jalan terbaik. Muasalnya, hal ini semakin memperbesar kemungkinan untuk bertemu pemain yang lebih berkualitas di luar sana karena kapasitas player pool yang jauh lebih besar. Para pemain Indonesia yang bergabung dengan tim luar negeri tadi bisa mengasah dirinya lebih baik lagi di kancah internasional.

Saya sempat bertanya ke beberapa pemain Dota 2 Indonesia juga. Bermain di luar negeri tidak semudah yang dikira. Keterbatasan bahasa menjadi penghalang utama bagi mereka. Menurut salah satu sumber, penduduk Indonesia memang punya kemampuan berbahasa inggris yang lebih rendah dibanding negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Pemain-pemain tersebut juga memang harus memiliki kemampuan berbahasa inggris untuk berkomunikasi dengan rekan timnya. Menurut saya, hal tersebut memang harus dilalui untuk membawa karir mereka sendiri ke tahap yang lebih baik lagi.

Turnamen Dota 2 di Indonesia pada tahun 2020

Sumber: Gamebrott
Sumber: Gamebrott

Sudah ada satu turnamen internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia, yaitu ONE Esports Dota 2 World Pro Invitational Jakarta (April 2020). Menurut sumber yang ada, venue dari acara tersebut juga sudah ditentukan yakni di Indonesia Convention Exhibition BSD Tangerang. Venue yang sama dengan gelaran GESC tahun 2018 kemarin. Menurut sumber yang menolak disebutkan namanya akan ada juga turnamen Dota 2 berskala internasional lain yang akan diadakan di Indonesia. Pihaknya masih merahasiakan tanggal dan nama acaranya. Maka, kemungkinan ada dua acara turnamen Dota 2 berskala internasional yang akan diadakan di tahun 2020 mendatang. Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi saya dan juga komunitas Dota 2 di Indonesia.

Untuk turnamen lain, di tahun 2019 kita melihat beberapa turnamen besar seperti SEACA, Predator League, dan Blibli Esports Championship. Predator League 2020 sudah diumumkan sejak bulan Oktober 2019 lalu, maka ia sudah dipastikan kehadirannya. Sementara SEACA dan Blibli Esports Championship baru saja berakhir dan belum ada pengumuman untuk agenda di tahun depan. Namun SEACA merupakan acara internasional tahunan yang selalu diselenggarakan oleh UniPin dari 2018 dan, besar kemungkinannya, akan ada lagi di 2020.

Sayangnya, di 2020 ini, tidak akan ada turnamen DPC di Indonesia. Pasalnya, Valve sudah mengumumkan daftar lengkap gelaran DPC musim 2019/2020. Meski begitu, menurut saya, di tahun 2020 ini bisa menjadi tahun yang lebih menarik bagi para penggemar Dota 2 di Indonesia. Bagaimana menurut Anda?

Semua yang Perlu Anda Tahu Soal WePlay! Bukovel Minor Dota 2

WePlay! Bukovel Minor akan dimulai tanggal 9 Januari 2020. Inilah turnamen pertama dari rangkaian Dota Pro Circuit di tahun 2020 ini. Turnamen tersebut berlokasi di kota Bukovel, Ukraina. Sebuah kota kecil yang dekat dengan perbatasan antara Ukraina dan Romania. Berikut kami berikan informasi yang berguna untuk Anda yang ingin menonton WePlay! Bukovel Minor.

Format turnamen

Sumber: Sportbox
Sumber: Sportbox

WePlay! Bukovel Minor mempertemukan 8 tim yang berasal dari 6 region yang berbeda. 8 tim tersebut akan bermain di group stage terlebih dahulu yang akan dibagi jadi dua grup. Masing-masing grup berisikan 4 tim dan semua pertandingan di group stage menggunakan format best of three. Dua teratas dari masing-masing grup akan lolos ke babak playoffs. Sedangkan dua terbawah akan gugur. 4 tim yang bermain di playoffs akan bermain dengan format double elimination. Semua pertandingan tadi menggunakan sistem best of three kecuali partai final (best of five). 

Tim yang berpartisipasi

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Total ada 8 tim dari 6 region yang akan bermain di WePlay! Bukovel Minor. Dua perwakilan dari region CIS yaitu Gambit Esports dan Team Spirit. Dua perwakilan dari region Amerika Utara adalah Ninjas in Pyjamas dan Fighting PandaS. Ada juga tim Nigma dari Eropa, Royal Never Give Up dari Tiongkok, Geek Fam dari Asia Tenggara, dan FURIA Esports dari Amerika Selatan.

Nigma seharusnya menjadi favorit juara. Tetapi, melihat beberapa waktu ke belakang, Nigma sendiri sedang memiliki performa yang buruk. Mereka dikalahkan oleh Alliance Dota 2 di babak kualifikasi Eropa untuk DreamLeague Season 13. Di sisi lain, Geek Fam juga memiliki kesempatan untuk mengukir prestasi yang bagus. Melihat performa Geek Fam di Dota Summit 11 kemarin yang berakhir di posisi 5, tentu bukan perkara sulit bagi mereka untuk lolos dari group stage. Para penggemar Dota 2 di Indonesia juga pasti menunggu pertandingan Geek Fam, untuk mendukung Kenny “Xepher” Deo.

Sumber: JoinDOTA
Sumber: JoinDOTA

Sementara perwakilan dari Tiongkok yaitu RNG seperti menghilang kabarnya pasca The International 2019. Mungkin alasannya adalah soal beberapa perombakan formasi yang terjadi di RNG. Zhang “LaNm” Zhicheng berpisah dengan RNG di bulan September kemarin. Tue “ah fu” Soon Chuan juga menyusul kepergian LaNm dari RNG pada bulan yang sama. Semenjak The International 2019, RNG tidak terlihat mengikuti turnamen-turnamen Minor atau Major lagi. Akhirnya mereka berkesempatan untuk mengikuti Minor kali ini setelah mengalahkan CDEC Gaming di final Kualifikasi Tiongkok untuk WePlay! Bukovel Minor.

Dua perwakilan dari Amerika Utara juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Ninjas in Pyjamas diperkuat beberapa pemain legenda yaitu Saahil “Universe” Arora dan Peter “ppd” Dager. Sedangkan Fighting PandaS diperkuat juga oleh beberapa pemain lama yaitu Jacky “EternaLEnVy” Mao, Kurtis “Aui2000” Daniel Ling, dan mantan rekan satu tim Xepher yaitu David “MoonMeander” Tan.

Bagan, siaran langsung dan jadwal pertandingan

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

WePlay! Bukovel Minor berjalan dari tanggal 9 sampai 13 Januari 2020. Untuk penonton dari Indonesia, pertandingan terakhir akan dimulai pada tengah malam di tanggal 13 Januari 2020. Babak group stage dimulai pada tanggal 9 Januari 2020, pukul 15:00 WIB. Berikut kami berikan jadwal lengkap pertandingan di hari pertama.

  • 9 Januari 2020. 15:00 WIB. Ninjas in Pyjamas vs Geek Fam.
  • 9 Januari 2020. 18:00 WIB. Team Spirit vs RNG.
  • 9 Januari 2020. 21:00 WIB. Fighting PandaS vs Nigma.
  • 10 Januari 2020. 00.00 WIB. Gambit Esports vs Furia Esports.

Untuk jadwal lengkap sepanjang turnamen WePlay! Bukovel Minor, Anda bisa melihat halaman berikut.

Semua pertandingan WePlay! Bukovel Minor hanya disiarkan dengan bahasa Inggris melalui channel WePlay di Twitch.tv. Apabila Anda memiliki kesulitan untuk menonton streaming melalui Twitch, Anda bisa memantau jalannya pertandingan melalui TrackDota.

Faker Dapat Tawaran untuk Bebas Tentukan Gajinya Sendiri

Lee “Faker” Sang-hyeok telah memenangkan League of Legends World Championship sebanyak tiga kali. Mudah sekali baginya untuk mendapatkan gaji dengan angka fantastis. Dikutip dari satu sumber, Faker sempat ditawari gaji oleh SK Telecom T1 sebesar US$2.5 juta per tahun. Tercatat pula oleh Esports Earnings, sampai saat ini Faker telah meraih uang hadiah dari turnamen sebesar $1,254,240. Bahkan ia telah masuk dalam daftar 30 Under 30 oleh Forbes.

Ketika berada di acara talkshow Radio Star, Faker mengatakan bahwa ia sempat ditawari cek kosong oleh tim League of Legends asal Amerika Utara. Cek kosong  di sini bukanlah cek yang tidak punya nilai tetapi cek yang bisa diisi nominalnya sesuai keinginan. Apakah Anda pernah memakai cheat uang di dalam game? Mungkin seperti itulah hal yang dirasakan Faker ketika melihat cek kosong tersebut. Ia bisa menulis berapa banyak uang yang ia inginkan di cek itu.

Namun Faker menolak tawaran ini karena ingin tetap bermain di Korea Selatan. Pasalnya, Faker tetap ingin membuat bangga para penggemarnya di sana. Ia tak ingin meninggalkan fanbase yang sudah ia miliki karena para penggemarnya telah mendukung dia sejak ia memulai karir dulu.

Faker memang sudah beberapa kali menolak tawaran dari tim-tim di luar Korea Selatan. Padahal, sudah terhitung banyak pemain League of Legends Korea Selatan yang bermain di luar negeri seperti Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara dengan tawaran angka gaji besar.

Faker seperti tidak pernah terbuai dengan uang. Ia hanya ingin tetap berprestasi dan membawa kembali gelar juara Worlds ke Korea Selatan. Dikutip dari PCGamesN, ia bahkan menyumbangkan pendapatannya pada satu bulan untuk badan amal. Publik juga tidak pernah melihat Faker dengan barang-barang mewah seperti sepatu atau pakaian yang mahal. Dalam acara yang sama, ia mengatakan bahwa ia hanya memiliki pengeluaran sebesar US$170 perbulan. “Ke depannya, saya ingin menggunakan uang saya untuk amal. Karir di esports sangatlah pendek, jadi saya ingin mengatur karir saya sebaik mungkin.”

Sumber: Twitter T1 LoL
Sumber: Twitter T1 LoL

Memang karir bagi pemain profesional di esports terbilang sangat pendek. Rata-rata umur pemain profesional esports memutuskan untuk pensiun adalah 25 tahun. Besar kemungkinannya karir seorang pemain profesional esports tidak melebihi 10 tahun. Mereka harus mengatur karir mereka sedemikian mungkin untuk mendapatkan prestasi dan uang sebanyak-banyaknya.

Esports BAR Cannes 2020, Acara B2B antara Pelaku Industri Esports dan Non-Endemic

Esports sudah tidak lagi dipandang sebagai niche community dan bahkan sudah diakui sebagai olahraga dan business model. Sudah banyak perusahaan besar non-endemic yang ingin ataupun telah terjun ke esports. Di Indonesia sendiri, sudah ada BCA, Indofood, Tokopedia, Gojek, Telkomsel, dan sejumlah perusahaan raksasa lainnya yang telah mengeluarkan dana ke esports. Lebih menariknya lagi, munculnya logo Hello Kitty di jersey dari FNATIC pertengahan tahun 2019 ini.

Sumber: Gadgetren
Sumber: Gadgetren

Esports BAR Cannes adalah ajang berkumpulnya para pelaku bisnis esports dengan non-endemic leaders untuk menjalin hubungan dan bertukar ilmu guna memajukan industri esports ke depannya. Tujuan acara ini adalah menjembatani dunia esports dan industri di luar esports. Sudah banyak brand non-endemic yang berusaha terjun ke esports tanpa mengetahui banyak mengenai industri tersebut. Kenapa para brand non-endemic ini tertarik untuk terjun ke esports?

Angka yang besar dan pasar yang tepat

Sumber: TechStartups
Sumber: TechStartups

Berdasarkan Business insider, esports akan mencapai revenue tahunan sebesar US$1,5 miliar pada tahun 2020. Baru-baru ini, League of Legends World Championship 2019 baru saja mencetak 100 juta penonton dan 44 juta peak concurrent viewers. Final Worlds 2019 yang digelar di AccorHotel Arena Paris berhasil mengumpulkan total 15 ribu penonton di stadion tersebut. Walaupun memang masih lebih rendah dibandingkan liga-liga besar seperti NBA atau NFL, industri ini tidak bisa diabaikan.

Di sisi lain, The International 2019 Dota 2 juga memiliki total hadiah sebesar US$34 juta. Angka ini didapat juga karena bantuan crowdfunding yang dilakukan oleh para penggemar Dota 2 di seluruh dunia dari sistem penjualan Battle Pass.

Olahraga tradisional juga semakin sulit untuk mengejar audience dengan umur 18-35 tahun. Berdasarkan TurfShowTimes, umur rata-rata penonton NFL adalah 50 tahun. Dibandingkan dengan esports, dikutip dari Business Insider, sebesar 62 persen penonton esports berumur 18-34 tahun. Hal ini berarti penontonnya mayoritas Millenials yang memiliki disposable income. Tentu saja angka tersebut sangat menarik bagi pelaku-pelaku di luar industri esports untuk masuk.

Menghubungkan pelaku industri esports dengan brand non-endemic

Sumber: EsportsInsider
Sumber: EsportsInsider

Gelaran acara Esports BAR Cannes ini dibagi menjadi tiga kegiatan. Pertama ada The Forum, seminar yang digelar selama tiga hari ini akan membagikan pengalaman dan pandangan bisnis seperti data, fakta, dan jumlah angka terkini yang ada di industri esports. The Forum akan menghadirkan pembicara-pembicara yang sudah memiliki pengalaman memasukkan brand-nya ke dalam industri esports seperti Mike Sepso selaku co-founder dari Major League (MLG) dan Activision Blizzard SVP. Dalam kesempatannya, Mike Sepso berbicara mengenai usahanya ketika memulai menyamakan esports dengan olahraga dalam hal format kompetitif dan kesempatan bisnisnya.

Matt Schnider selaku Head of Digital NFL juga pernah membagikan pengalamannya terhadap esports. NFL sendiri sudah memiliki kerjasama dengan Fortnite dalam peluncuran skins khusus bertemakan seragam pemain NFL.

1-to-1 Matchmaking adalah acara selanjutnya dari Esports BAR Cannes ini, sebuah klub eksklusif untuk para pelaku esports berbincang dengan pihak dari brand non-endemic. Cara ini sangat efektif bagi kedua pihak yang berbincang untuk mengerti keinginan dan tujuan satu sama lain. Lalu yang terakhir, ada The Game Shaker Awards yang bertujuan untuk menghargai individu yang membantu membangun industri esports di seluruh dunia.

Ketidaktahuan masih menjadi penghalang bagi brand non-endemic untuk terjun dan sukses di esports. Masih banyak juga brand yang memasukkan kakinya ke dalam kolam esports tanpa tahu ada apa di bawah sana. Menurut saya, acara-acara seperti Esports BAR Cannes ini sangat berguna untuk memajukan industri esports karena dapat bertukar insight dan pengalaman dengan industri-industri yang lebih dewasa dan matang.

 

2019 adalah Tahunnya Auto Battler. Mampukah Ia Bertahan Lama?

Auto battler adalah sebuah sub-genre dari strategy games yang memiliki bentuk seperti catur. Para pemainnya menaruh karakter yang mereka mainkan di atas papan ketika waktu persiapan berjalan. Peperangan terjadi setelah waktu persiapan selesai tanpa kontrol apapun dari pemain. Genre ini dipopulerkan oleh game Auto Chess di awal tahun 2019.

Auto Chess merupakan mod dari game Dota 2 yang sangat sukses membuat para pemain Dota 2 bermain Auto Chess pada saat itu. Dengan karakter hero-hero Dota 2 yang bisa Anda mainkan, tentu Auto Chess menjadi sangat menarik bagi para penggemar Dota 2. Semua skill yang dipakai pun sama persis dengan hero Dota 2. Terbilang santai, banyak pemain Dota 2 memainkannya ketika istirahat dari ranked match. Sempat 90% dari total friendlist saya yang sedang online, semuanya bermain Auto Chess ketimbang bermain Dota 2.

Pada akhir bulan Maret, sebelum tiga bulan sejak mereka rilis. Auto Chess berhasil mencapai 7 juta total download. Melihat kesuksesan yang mereka gapai, Drodo Studio akhirnya mengeluarkan game Auto Chess-nya dari platform Dota 2. Mereka merilis standalone Auto Chess ke khalayak luas. Drodo mendapatkan kesuksesannya dari rasa puas yang pemain dapatkan dari unsur keberuntungan karena, pada setiap turn, Anda mendapatkan karakter-karakter yang random. Rasa puas ketika mendapatkan karakter yang Anda inginkan di saat-saat genting dan berhasil mengalahkan musuh saat menggabungkan 3 karakter yang sama membuatnya adiktif. Memainkannya pun cukup mudah, Anda tinggal santai dan melakukan klik pada layar komputer Anda. Mudah untuk dimainkan, meski sulit untuk didalami.

Auto Battler ala Valve dan Riot Games

Pada bulan Juni 2019, Valve merilis Dota Underlords. Auto Battler yang dibuat oleh Valve sendiri yang memiliki hak cipta setiap hero di Dota 2. Tetapi banyak penggemar Dota 2 yang skeptis melihat perilisan Dota Underlords. Pasalnya, tahun lalu Valve meluncurkan Artifact dan hasilnya game tersebut jadi sebuah artefak di platform Steam. Hanya butuh beberapa bulan saja bagi Artefact untuk kehilangan hampir seluruh pemainnya. Game ini memiliki monetization secara berlebihan yang bisa Anda lihat di harga game, pembelian card packs, dan transaksi pembelian kartu di Steam Market yang memiliki biaya tambahan.

Pada bulan perilisannya, Dota Underlords mencapai 202.254 total peak players yang terbilang cukup sukses untuk sebuah game auto battler tapi hal ini tidak bertahan lama. Sampai bulan Desember, Dota Underlords sudah kehilangan hampir 90 persen pemainnya. Tentu saja bukan tanpa alasan, Dota Underlords menghadapi persaingan dari pesaing terberatnya yaitu League of Legends.

Sumber: Steam Charts
Sumber: Steam Charts

Riot Games juga merilis Teamfight Tactics untuk mengikuti tren auto battler yang sedang berjalan. Dengan karakter-karakter League of Legends untuk menarik playerbase League of Legends sendiri, tentu Dota 2 dengan Dota Underlords tidak akan bisa memenangkan persaingan karena kalah jumlah playerbase dibandingkan League of Legends.

Auto Battler Goes to Mobile and Esports

Drodo Studio yang memulai tren auto battler di 2019 ini akhirnya membuat turnamen besar yaitu Auto Chess World Invitational yang berhadiah total US$1 juta dengan 32 peserta. Bukan hanya Auto Chess, Dota Underlords dan Teamfight Tactics juga mengadakan turnamen dengan hadiah yang jauh lebih rendah dibandingkan Auto Chess World Invitational. Namun apakah total hadiah berbanding lurus dengan jumlah viewership yang didapat?

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Viewership untuk WePlay! Dota Underlords Open dan Rise of the Elements Invitational jelas menunjukan viewership yang lebih baik. Auto Chess sepertinya tidak dapat bersaing dengan Dota Underlords apalagi dengan Teamfight Tactics. Auto Chess yang terbilang terlambat merilis versi PC-nya, membuatnya tertinggal jauh dari Teamfight Tactics yang sudah lebih dulu dikenal dan sudah banyak streamer di Twitch menayangkan game Teamfight Tactics.

Chess Rush juga sempat menyelenggarakan turnamen untuk para influencer dari delapan negara yang memiliki total hadiah 16.000 US Dollar. Chess Rush sendiri sudah memiliki jumlah download lebih dari 5 juta di Google Playstore.

Melihat popularitasnya di platform livestream seperti Twitch, Auto Chess yang sempat memiliki banyak penonton akhirnya mengalami penurunan. Rata-rata penonton pada bulan Desember 2019 ini hanya tersisa 424 viewers di bagian kategori game Auto Chess pada platform Twitch.

Sumber: Twitch Tracker
Sumber: Twitch Tracker

Sama seperti Auto Chess, Dota Underlords kini juga mengalami penurunan. Berbanding lurus dengan hilangnya jumlah pemain, pada bulan Desember ini, Dota Underlords kehilangan sekitar 90 persen jumlah penontonnya di Twitch. Hal yang sama diakibatkan oleh menghilangnya streamer-streamer terkenal yang ingin menyiarkan permainan Dota Underlords. Sempat banyak streamer terkenal dari Hearthstone juga ikut bermain Dota Underlords, seperti Janne “Savjz” Mikkonen dan Jeremy “Disguised Toast” Wang, tetapi mereka tidak bertahan lama karena popularitas Teamfight Tactics di platform Twitch.

Sumber: Twitch Tracker
Sumber: Twitch Tracker

Walaupun Teamfight Tactics masih merajai genre auto battler saat ini, bukan berarti mereka tidak mengalami penurunan jumlah penonton juga. Tercatat, Teamfight Tactics mengalami penurunan lebih dari 80 persen dari total penonton yang mereka dapat ketika awal perilisan di platform Twitch.

Jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang jadi tahunnya genre Battle Royale, tahun 2019 tak berhasil membuat Auto Battler mencapai titik popularitas yang setara. Ketika 2018, banyak game Battle Royale yang meroket seperti PUBG, Fortnite, PUBG Mobilem dan Free Fire. Saya tidak perlu menunjukan statistiknya karena Anda mungkin sudah bisa melihatnya juga.

Di sisi lain, saya juga sempat memperkirakan genre Auto Battler ini tidak spectator friendly untuk ranah kompetitif esports-nya. Kesulitan untuk menonton pertandingan esports-nya mungkin juga jadi penghalang untuk genre game tersebut sukses di esports.

 

Kaleidoskop Dota 2 Indonesia Tahun 2019

Tahun 2019 ini cukup memberikan kesan roller coaster bagi komunitas Dota 2 di Indonesia, banyak kejadian mengejutkan dari roster shuffle sampai hasil turnamen yang diikuti oleh tim Indonesia. Berikut adalah rangkuman kejadian-kejadian scene Dota 2 Indonesia di tahun 2019.

Muhammad “InYourdreaM” Rizky transfer

Sumber: IndoEsports
Sumber: IndoEsports

InYourdreaM terbilang sering berpindah-pindah tim di tahun 2019 ini. Pada awal tahun 2019 ia berada di tim Tigers, bahkan sempat memenangkan turnamen Minor saat di sana tahun 2018. Pada akhir bulan Januari, InYourdreaM memutuskan untuk kembali ke tanah air dan memperkuat tim The Prime yang saat itu sedang mengikuti ESL National Championship. Hanya bertahan dua bulan saja, The Prime harus melepaskan InYourdreaM yang berpindah ke EVOS Esports. Sebelum adanya berita perpindahan ke EVOS Esports, banyak rumor yang beredar di komunitas Dota 2 di Indonesia mengenai kemana pindahnya InYourdreaM. Ada bahkan yang membuat rumor bahwa InYourdreaM akan mengisi roster OG Dota 2.

InYourdreaM memperkuat EVOS Esports di ESL National Championship musim kedua dan The International 2019 SEA Qualifier. Tidak lama setelah gagal untuk lolos ke The International 2019, InYourdreaM kembali lagi ke tim yang melambungkan namanya di Dota 2 yaitu BOOM Esports pada bulan Juli. Tetapi banyak orang mempertanyakan role apa yang akan dimainkan oleh InYourdreaM di BOOM Esports. Pasalnya, posisi yang kosong di BOOM Esports adalah role support 4. Akhirnya terlihat bahwa yang bermain role support 4 adalah Randy Muhammad “Dreamocel” Sapoetra. Walaupun InYourdreaM sempat memutuskan untuk vakum, saat ini ia masih bermain di roster Dota 2 BOOM Esports.

Tri “Jhocam” Kuncoro keluar BOOM Esports

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Menjadi salah satu pemain support 4 terbaik di Indonesia, membuat berita keluarnya Jhocam dari BOOM Esports cukup mengejutkan. Pasalnya, terbilang sedikit pemain support 4 yang pantas untuk menggantikan Jhocam. Hal ini membuat komunitas Dota 2 Indonesia berspekulasi banyak mengenai pengganti Jhocam di BOOM Esports. Lebih dari dua setengah tahun Jhocam memperkuat BOOM Esports, dan akhirnya keluar. Cukup lama berselang, akhirnya terdengar kabar bahwa Jhocam akan memperkuat tim nasional Dota 2 Indonesia untuk SEA Games 2019 yang saat itu diwakili oleh tim PG.Barracx.

Tren disband tim Dota 2

Sumber: Revival TV
Sumber: Revival TV

Rex Regum Qeon mengumumkan bubarnya tim Dota 2 mereka pada bulan april. Melepas 4 pemainnya dan hanya menyisakan Rusman “Rusman” Hadi di timnya. Yusuf “Yabyoo” Kurniawan sempat membuat tim dengan teman-teman lamanya di Anthrophy ketika bermain di ESL National Championship, sampai akhirnya pindah ke tim asal Singapura yaitu Resurgence. Sementara Adi “Acil” Syofian Asyauri dipindah ke divisi Mobile Legends RRQ sebagai pelatih menggantikan Farand “Koala” Kowara. Lalu Rivaldi “R7” Fatah juga dipindah ke divisi Mobile Legends RRQ sebagai pemain.  Berita bubarnya RRQ Dota 2 sangat memukul komunitas Dota 2 di Indonesia. Melihat ke belakang, sejarah Dota 2 Indonesia banyak diisi oleh RRQ. Pasalnya, RRQ merupakan tim Dota 2 Indonesia pertama yang mewakili Indonesia di The International SEA Qualifier.

Berselang cukup lama dari bubarnya RRQ Dota 2, EVOS Esports mengumumkan bubarnya tim Dota 2 mereka pada bulan September 2019. Dengan ini, kita sudah tidak mungkin lagi melihat el-clasico Dota 2 Indonesia. Pasalnya, RRQ dan EVOS Esports Dota 2 sudah menjadi rival sejak lama. Sebelum EVOS Esports, tim Dota 2 EVOS Esports bernama Zero Latitude.

Andrew “Drew” Halim akan bermain di Major

Sumber: GameDaim
Sumber: GameDaim

Tidak ada angin, tidak ada buyback. Tiba-tiba Drew dikabarkan bermain memperkuat Reality Rift di kualifikasi Asia Tenggara untuk Leipzig Major. Melihat performanya di turnamen tersebut, Drew terbilang cukup bersinar bermain di Reality Rift saat di group stage dan playoffs. Pemain ini berhasil membawa timnya melaju ke Leipzig Major bersama dengan wakil Asia Tenggara yang lain yaitu Fnatic dan TNC Predator. Drew sekarang telah menjadi idola baru Dota 2 Indonesia dan ia juga terbilang masih muda. Karier di Dota 2-nya masih sangat panjang dan mudah-mudahan semakin sukses ke depannya.

Kenny “Xepher” Deo menuju turnamen Minor lagi

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Xepher bermain di tim Geek Fam bersama nama-nama besar di Dota 2 Asia Tenggara seperti Carlo “Kuku” Palad, Marc Polo “Raven” Luis Fausto, Kim “DuBu” Doo-Young berhasil melaju ke babak utama Dota Summit 11 sebagai perwakilan Asia Tenggara dan berhasil duduk di posisi ke 5 pada turnamen tersebut. Karir Dota 2 Xepher di luar negeri memang sudah sejak lama. Menurut saya, memang sudah sepantasnya pemain Dota 2 Indonesia mulai bergabung dan berkarir di tim luar negeri yang berisikan pemain-pemain berbeda negara. Walaupun timnya tidak berasal dari Indonesia, setidaknya pemain Indonesia yang bermain di luar negeri akan menjadi kebanggaan bagi komunitas Dota 2 di Indonesia sendiri.

2019 telah selesai. Bagaimana menurut kalian tahun 2020 untuk Dota 2 di Indonesia?

5 Cara untuk Direkrut Jadi Pemain Esports Profesional

Bermain game, biasa dilakukan ketika Anda sedang memiliki waktu luang atau butuh hiburan. Tetapi untuk segelintir orang, bermain game adalah sebuah pekerjaan. Melihat para pemain esports profesional bertanding di turnamen besar dan memiliki banyak penggemar, tentu hal tersebut menjadi impian para gamer. Banyak orang yang kebingungan bagaimana caranya menjadi seorang pemain esports profesional. Apabila Anda berpikir sudah memiliki semua kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi pemain esports profesional, inilah cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk direkrut oleh tim esports.

1. Memanjat ranking untuk jadi salah satu yang terbaik di game yang anda tekuni

Sumber: Kpopping
Sumber: Kpopping

Climbing rank atau push rank yang biasa diucapkan sekarang oleh para gamer merupakan tahap awal untuk membuktikan keahlian Anda bermain game tersebut. Masuklah ke tier ranking terbaik di setiap game, seperti Immortal di Dota 2 atau Glorious Mythic di Mobile legends.

Dengan Anda bermain di rank tertinggi tersebut, semakin memperbanyak kesempatan untuk bertemu pemain profesional sungguhan. Bermainlah sepenuh hati, agar terlihat oleh para pemain profesional ini. Intinya adalah pembuktian bahwa Anda memang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi pemain profesional. Seringnya, salah satu cara tim esports profesional mencari anggota pemainnya adalah dengan rekomendasi dari pemain lainnya yang sudah lebih dulu bergabung.

Selain itu, berusahalah masuk ke ranking tertinggi seperti Top Global untuk MLBB. Tidak jarang juga, tim-tim esports mencari para pemain muda berbakat dari melihat peringkat Top Global.

2. Mengikuti turnamen-turnamen dan raih prestasi yang baik

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Selain dari rekomendasi pemain profesional, tim-tim profesional juga memiliki pihak yang khusus mencari bakat pemain-pemain amatir. Para pencari bakat ini memantau pertandingan-pertandingan esports yang berlangsung secara detil. Mereka akan melihat cara bermain Anda, kecepatan dan ketepatan saat mengambil keputusan saat pertandingan, mental dan perilaku saat bertanding, dan lain-lainnya.

Jadi, Anda harus mengeluarkan seluruh kemampuan Anda ketika bertanding, bukan hanya untuk memenangkan turnamen tetapi juga untuk menarik perhatian para pencari bakat tersebut.

Satu hal yang menarik untuk diketahui adalah organisasi esports bisa saja mencari satu tim penuh (berlima untuk MOBA atau berempat untuk Battle Royale misalnya) ataupun satu pemain saja. Jadi tak ada salahnya juga, selain mengasah skill individu, Anda membiasakan diri untuk bekerja sama dengan baik dengan rekan-rekan satu tim. Kalaupun organisasi esports-nya hanya mencari satu orang, kemampuan bekerja sama pun sebenarnya juga sebuah nilai penting dari seorang pro player.

3. Melihat lowongan di akun sosial media tim esports profesional

Sumber: TEAMnxl> Facebook
Sumber: TEAMnxl> Facebook

Tidak sedikit tim esports yang membuka lowongan pemain di sosial medianya. Jadi Anda harus rajin untuk melihat akun sosial media para tim esports untuk mendaftar lowongan mereka.

Sayangnya, kembali lagi, tanpa rekam jejak prestasi ataupun rank tinggi di game, kemungkinan besar, Anda tidak akan dilirik. Jadi, lowongan ini hanyalah sebagai tambahan informasi saja jika Anda memang sudah mengantongi keahlian ataupun pengalaman.

Selain itu, Anda juga bisa follow  para petinggi ataupun pelaku di industri esports seperti AP dari RRQ, Aldean Tegar dari EVOS, Owljan dari BOOM Esports, ataupun petinggi ataupun player lainnya dari Bigetron, Alter Ego, dan kawan-kawannya untuk bisa mendapatkan informasi lebih. Satu hal yang penting dicatat, jika Anda bukan siapa-siapa dan tidak memiliki keahlian apapun, jangan mengganggu mereka juga karena bisa jadi Anda diblok atau di-blacklist kwakkawkwak…

Kecuali Anda sejago Muhammad “inYourdreaM” Rizky di Dota 2 ataupun Hansel “BnTeT” Ferdinand di CS:GO, peluang Anda lebih besar jika Anda punya lebih banyak kenalan — selain juga punya skill tentunya.

4. Melakukan live streaming

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Apabila Anda sudah memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia kompetitif esports dan memiliki tier rank tertinggi di game yang Anda mainkan, cara yang tidak kalah efektif untuk menarik perhatian adalah melakukan live streaming. Daftarkan diri Anda di platform live streaming seperti Youtube Gaming, Facebook Gaming atau Nimo TV. Dengan begini, semakin banyak orang akan melihat kemampuan Anda dalam bermain game.

Kalaupun Anda tidak berhasil untuk di-notice oleh tim profesional, setidaknya Anda bisa melanjutkan karir Anda menjadi seorang live-streamer. Ada beberapa contoh live-streamer yang menjadi pemain esports profesional, seperti Alex “Entruv” Prawira yang sekarang menjadi pelatih PUBGM dan Free Fire untuk tim Aura Esports.

5. Mengikuti akademi esports

Sumber: Revival TV
Sumber: Revival TV

Beberapa tim esports profesional menggelar akademi esports sendiri. Contohnya RRQ Academy PUBGM dari tim Rex Regum Qeon. Di RRQ Academy PUBGM, pemain akan dilatih oleh para pemain dan pelatih RRQ divisi PUBGM yaitu Michael “StMichael” Chandra. Kesempatan ini sangat berharga bagi para pemain amatir karena Anda akan dilatih oleh para tokoh-toko profesional dan berkesempatan untuk masuk dalam organisasi esports menjadi pemain profesional.

Apabila Anda sudah diberikan penawaran untuk bergabung dengan tim esports profesional, biasanya akan dilakukan masa percobaan atau try out. Masa percobaan ini biasanya akan memakan waktu berbulan-bulan untuk melihat kecocokan permainan dengan tim yang sudah ada.

Jangan lupa akan ada sesi wawancara juga. Karena, sebagai pemain profesional, penilaiannya tidak hanya soal kemampuan bermain tetapi juga soal perilaku di depan para pelaku industri esports Indonesia. Apakah kalian memang pantas berlaku dan bermental layaknya seorang pemain profesional? Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi yang terbaik. Dikutip dari TechRadar, pemain professional dari Gen.G Esports Korea harus berlatih selama 15 jam per hari.

Akhirnya

Karena menjadi pemain esports profesional adalah sebuah pekerjaan, jangan anggap Anda hanya akan bersenang-senang di sini. Jadi pemain pro itu memang seperti profesi lainnya yang menuntut tanggung jawab, kemauan belajar, dan kemampuan untuk bisa bekerja sama dengan rekan-rekan Anda.

Jika Anda memang sudah punya kemampuan, 5 hal tadi bisa Anda gunakan sebagai jalur untuk menuju ke tingkat profesional. Namun demikian, jika Anda masih belum punya kemampuannya, ada baiknya Anda mengasahnya terlebih dahulu.