MegaFon Winter Clash Tandingkan Enam Tim Dota 2 dalam Dinginnya Kota Moskow

Perusahaan esports organizer asal Rusia, Epic Esports, baru saja mengumumkan turnamen Dota 2 terbaru mereka yang akan digelar pada tanggal 8 – 9 Desember nanti. Turnamen ini bernama MegaFon Winter Clash, kompetisi LAN (offline) dengan hadiah total senilai US$300.000. Epic Esports mengundang lima tim Dota 2 terkenal untuk berpartisipasi, ditambah satu slot tim dari kualifikasi.

Lima tim yang diundang itu adalah Virtus.pro, Team Liquid, Forward Gaming, Team Secret, dan PSG.LGD. Bila Anda merasa familier dengan nama-nama ini, tidak perlu heran. Semuanya merupakan tim kuat yang lolos ke babak utama Kuala Lumpur Major, kecuali Team Liquid yang beberapa waktu lalu dikabarkan rehat dari kompetisi karena alasan kesahatan.

MegaFon Winter Clash | Team Secret
Akankah MegaFon Winter Clash jadi gelar ketiga Team Secret tahun ini? | Sumber: Team Secret

Epic Esports sendiri bukan pemain baru di dunia Dota 2 kompetitif. Mereka dikenal sebagai organizer kompetisi besar tahunan yang bernama EPICENTER. Terakhir kali, turnamen EPICENTER XL digelar pada bulan April – Mei 2018 lalu, dan merupakan salah satu bagian dari turnamen Dota 2 Major untuk musim kompetisi Dota Pro Circuit 2017 – 2018. Turnamen tersebut menawarkan hadiah US$1.000.000, sesuai standar Major pada umumnya.

Venue yang dipilih sebagai lokasi pertandingan untuk MegaFon Winter Clash adalah Crocus Expo International Exhibition Center, sebuah gedung pameran yang terletak di Moskow. Crocus Expo merupakan business center terbesar di Russia, dan sudah sering digunakan untuk acara-acara bergengsi, termasuk China Business Forum 2018 dan pameran anggur internasional Wine Card 2018. Crocus Expo juga digunakan untuk pameran video game tahunan IgroMir, serta acara Comic-Con Russia.

MegaFon Winter Clash | Forward Gaming
Forward Gaming mundur dari DOTA Summit 10 demi MegaFon Winter Clash | Forward Gaming

Ada salah satu tim partisipan MegaFon Winter Clash yang terpaksa mengorbankan turnamen lain demi tampil di turnamen ini. Mereka adalah Forward Gaming, tim asal Amerika Serikat yang merupakan juara kompetisi King’s Cup 2: North America. Prestasi mereka di King’s Cup membuat mereka berhak maju ke turnamen DOTA Summit 10, akan tetapi mereka memilih mundur karena jadwal yang bentrok dengan MegaFon Winter Clash.

Keputusan Forward Gaming untuk mundur dari DOTA Summit 10 cukup bisa dimengerti. Selain uang hadiahnya yang lebih besar, MegaFon Winter Clash juga memberi kebanggaan tersendiri karena mereka tampil sebagai tim undangan. Akan tetapi lawan-lawan yang mereka hadapi di turnamen ini sangat berat. Bisakah Forward Gaming menjadi juara, dan bagaimana performa Team Liquid setelah vakum sejenak dari dunia Dota 2?

Sumber: GosuGamers, Epic Esports

BOOM ID Lepas SaintDeLucaz, Salah Satu Pemain Terlama Mereka

Kemarin (14/11),  BOOM ID memberikan kabar mengejutkan. Divisi Dota 2 mereka melepas Dolly “SaintDeLucaz” Van Pelo (SDL), salah satu pemain yang membela tim ini dari pertama kali dibentuk.

Musababnya adalah alasan personal yang mengharuskan SDL harus vakum sementara dari dunia kompetitif Dota 2.

Saya pun menghubungi Marzarian Ojan Sahita (Owljan), General Manager untuk BOOM ID, dan Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2, untuk berbincang-bincang mengenai SDL.

“Betul sekali. Tanpa Dolly, BOOM ga akan sampai ke titik sekarang ini,” kata Owljan mengawali pembicaraan kami.

Lebih lanjut dia bercerita, “ketika gua berbicara soal ‘kita gak akan sampai di sini tanpa Dolly’, itu gak hanya soal performa in-game karena ada banyak sekali yang sudah terjadi di BOOM ID. Bukan tanpa alasan juga di tim dia dijuluki ‘papa’. Orangnya lumayan objektif tanpa menyampingkan perasaan orang lain. Sebagai player, di mata organisasi, Dolly adalah orang yang punya komitmen dan kemauan serta dedikasi. Salah satu player yang secara attitude masuk ke dalam kriteria ‘professional’ gua.”

Owljan mengakui bahwa haru dan duka menyertai mereka (BOOM ID) ketika berdiskusi soal kepergian SDL. Bahkan, menurut Owljan, tak hanya divisi Dota 2 nya saja yang sedih atas kepergian itu, pemain dan staff divisi lain juga merasakannya. Bagi Owljan, hal tersebut adalah bukti bahwa Dolly merupakan orang yang sangat bersahabat dan menyenangkan sehari-harinya.

Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports

Alfi “Khezcute” Nelphyana, kapten tim dari divisi Dota 2 BOOM ID, juga sempat memberikan pendapatnya atas SDL. “Dia teman yang baik dan menyenangkan, punya semangat, dan daya juang. Semoga ketika seluruh urusannya selesai, Dolly bisa kembali aktif di kompetisi.” Ujarnya.

Brando juga bercerita bahwa Dolly merupakan pemain yang lumayan agresif di dalam game dan ia juga sering menjadi inisiator saat di Mid Game. Selama ini, ia mengisi posisi offlaner, alias posisi 3. Dolly juga disebut Brando sebagai seorang space creator. Terkadang, Dolly juga yang memberikan komando saat di Mid Game.

Menurut penuturan Brando, komando permainan di BOOM ID sendiri memang dinamis. Di awal permainan, alias Early Game, sang kapten Khezcute yang memegang komando. Sedangkan di akhir, Late Game,  Randy “Dreamocel” Sapoetra, sang carry, yang mengatur tempo.

Lebih lanjut Brando menjelaskan SDL memiliki 2 hero favorit, yaitu Dark Seer dan Enigma. Kedua hero tersebut punya laning phase yang kuat dan skill yang baik untuk team fight. Hal itu sejalan dengan gaya permainan SDL yang memang suka push lane cepat. Oh iya, karena mengisi posisi 3, SDL alias Dolly juga merupakan pemain yang bisa berkontribusi tanpa farming terlalu lama.

Menariknya, BOOM ID juga langsung mengumumkan pemain penggantinya, yaitu Rafli “Mikoto” Fathur di hari yang sama; sore harinya. Hal ini menarik karena Mikoto bukanlah pemain yang biasa bermain di posisi 3, melainkan di posisi 2 yang butuh farming lebih lama.

Namun demikian, Mikoto sendiri bukanlah pemain baru juga. Ia telah malang melintang di dunia persilatan Dota 2 Indonesia. Sebelum bergabung ke BOOM ID, Mikoto adalah pemain dari Alter Ego dan, sebelum ke sana, ia adalah pemain Pandora Esports.

Meski telah menggandeng pemain baru, SDL masih tetap akan bermain saat BOOM ID akan bertarung untuk kualifikasi Asia Tenggara WESG 2018 karena memang aturan dari turnamen tersebut yang tidak mengijinkan pergantian pemain.

Pergantian pemain dari SDL ke Mikoto ini menarik karena, seperti yang saya tuliskan tadi, perbedaan posisi antara keduanya. Jadi, apakah BOOM ID, yang mungkin selama ini bisa dibilang tim Dota 2 Indonesia yang paling stabil performanya, bisa mempertahankan gaya permainannya?

Akhir November, Turnamen AOV XL Axiata Digifest Sambangi Kota Pekanbaru

AOV National Championship 2018 telah berakhir, akan tetapi kemeriahan turnamen AOV masih bisa Anda temukan di berbagai penjuru Indonesia. Alasannya adalah Garena dan XL Axiata telah bekerja sama untuk menghadirkan sederet kompetisi AOV di lima kota besar. Salah satunya, yang akan berlangsung pada akhir November 2018 yaitu di kota Pekanbaru, provinsi Riau.

Turnamen ini adalah bagian dari rangkaian acara XL Axiata Digifest yang sudah berlangsung sejak bulan September lalu. Tak hanya Arena of Valor, Digifest yang digadang-gadang sebagai festival musik dan kompetisi digital pertama di Indonesia tersebut juga menghadirkan lomba menyanyi (Digi Musik), lomba tari (Digi Dance), dan sebagainya.

AOV XL Axiata Digifest Pekanbaru
Turnamen AOV XL Axiata Digifest Pekanbaru | Sumber: Garena

XL Axiata Digifest diselenggarakan di Makassar, Bandung, Pekanbaru, Sidoarjo, serta Bogor. Pada pengumuman awal, Digifest Pekanbaru rencananya akan digelar di Living World hari Sabtu, 20 Oktober 2018. Akan tetapi rupanya telah terjadi perubahan rencana. Event tersebut baru akan digelar pada tanggal 24 November mendatang, dan lokasinya pun dipindahkan ke Mal Ciputra Seraya.

Sama seperti kompetisi Digifest sebelumnya di kota Makassar, turnamen Arena of Valor ini menawarkan hadiah senilai total Rp6.000.000. Para peraih juara juga akan mendapat piala dari XL Axiata. Pendaftaran turnamen tidak dipungut biaya, hanya saja setiap peserta diwajibkan untuk membeli paket produk XL Axiata senilai Rp25.000 per orang.

XL Axiata Digifest | Photo
Suasana XL Axiata Digifest | Sumber: XL Axiata

Turnamen AOV XL Axiata Digifest terbuka untuk siapa saja dengan umur maksimal 25 tahun. Bila Anda tinggal di wilayah Pekanbaru dan berminat mengikuti turnamen ini, Anda dapat langsung mengirimkan pesan via WhatsApp ke nomor 087779114267. Slot pendaftaran dibatasi hanya 16 tim, dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2018 atau bila kuota sudah penuh.

Peserta yang sudah mendaftar juga harus mematuhi beberapa peraturan lain, misalnya kewajiban membawa fotokopi KTP atau akta kelahiran, serta larangan untuk mengenakan warna dominan merah dan kuning. Untuk peraturan lebih lengkapnya, silahkan langsung kunjungi situs resmi XL Axiata Digifest lewat tautan berikut.

Sumber: Garena

Umpan Lambung dari Liga1PES Menggarap Esports PES di Indonesia

Setelah beberapa waktu lalu kami membahas soal dunia persilatan fighting game di Indonesia bersama dengan Advance Guard, kali ini kita kembali membahas tentang satu lagi esports yang juga boleh dibilang minoritas, yaitu Pro Evolution Soccer.

Karena itulah, saya menghubungi Valentinus Sanusi, Founder Liga1PES, untuk berbincang. Liga1PES sendiri merupakan komunitas PES terbesar di Indonesia yang menjadi tempat berkumpulnya para gamer bola besutan KONAMI.

Kondisi Esports PES di Indonesia

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Untuk memulai perbincangan, saya pun menanyakan seperti apa kondisi ekosistem esports PES di Indonesia. “Untuk PES atau yang dulu dikenal dengan nama Winning Eleven itu bisa dibilang hampir tiap minggu ada lomba yang diadakan di rental PS (PlayStation) oleh komunitas ataupun pemilik rental.” Jawab Valentinus.

“Kita dari Liga1PES melihat apa yang dilakukan komunitas tadi tidak terwadahi dan terkelola dengan baik. Makanya, sejak tahun 2016, kita di Liga1PES mencoba untuk mengembangkan sistem kompetisi yang sifatnya nasional dan terstruktur bersama dengan rental-rental PS dan komunitas tadi,” tambahnya.

Seperti biasanya, sejak dahulu kala, seri PES selalu dibanding-bandingkan dengan FIFA rilisan EA. Keduanya, sekarang memang boleh dibilang minoritas karena platform mobile yang jadi mayoritas dari segi platform dan MOBA dari sisi genre (yang dibuntuti ketat oleh Battle Royale).

Bagaimana perbandingan kondisi esports antara FIFA dan PES di Indonesia? Sebelum Anda yang fans FIFA protes, lain kali kita akan ambil jawaban dari perwakilan FIFA Indonesia ya.

Valentinus pun bercerita cukup panjang soal ini. Kompetisi Liga1PES sudah memasukin tahunnya yang keempat. Lewat kompetisi ini, komunitas tidak hanya mencari pemain PES terbaik di level nasional namun mereka juga mencoba menyalurkan atau memberikan kesempatan bagi para pemain nasional untuk bertanding lagi di tingkat yang lebih tinggi, seperti di tingkat SEA (Asia Tenggara) ataupun internasional.

Muasalnya, Liga1PES akan membawa pemain terbaik Indonesia untuk bersaing lagi dengan pemain PES terbaik di ajang SEA melawan pemain-pemain dari negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, ataupun Myanmar.

“Jadi secara esports, saya bisa bilang PES jauh lebih unggul dibanding FIFA karena kita sudah memiliki sistem kompetisi skala nasional yang berjalan rutin, terkoneksi dengan kompetisi tingkat regional, dan saat ini juga kita sedang menjajaki kompetisi level internasional bekerja sama dengan komunitas di Eropa dan Amerika.”

Tantangan Esports PES di Indonesia

Satu hal yang menarik dari PES di Indonesia adalah game ini mungkin bisa dibilang game paling laris di jamannya, saat era PS1 dan PS2. Muasalnya, kemungkinan besar, PES merupakan game terlaris di setiap rental yang ada di Indonesia. Sebagian besar gamer, baik PC ataupun console, juga setidaknya pernah memainkan PES atau WE saat itu.

Namun demikian, seiring waktu dan perkembangan teknologi, PES pun meredup popularitasnya digantikan oleh MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang sekarang masih menjadi esports terlaris. PC dan console pun juga tergerus popularitasnya gara-gara platform Android.

Bagaimananakah Valentinus melihat hal tersebut?

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

“Saya rasa hal ini tidak berlaku di PES saja sih. Esports sendiri memang industri baru yang pertumbuhannya sangat luar biasa yang sayangnya masih didominasi oleh platform PC dan mobile.

Ia juga menambahkan banyak faktor yang berpengaruh terhadap popularitas PES yang menurun. Namun satu hal yang tak dapat dipungkiri, menurut Valentinus, adalah pasar mobile yang lebih besar ketimbang console. 

“Mayoritas penduduk Indonesia punya ponsel dan bisa akses game-nya tanpa ribet bawa-bawa TV seperti kita di konsol. Faktor ini yang saya rasa buat MOBA lebih cepat dan bahkan sangat cepat pertumbuhannya karena aksesnya yang sangat mudah.”

Lebih jauh menjelaskan, Valentinus juga percaya bahwa ada faktor pembajakan yang begitu kental di Indonesia yang membuat pihak publisher atau developer game console seolah ogah melirik dan mengeluarkan dana untuk pasar Indonesia.

Itu tadi kondisi yang spesifik dengan kondisi di Indonesia, bagaimana dengan di luar sana? Apakah PES juga bisa dibilang kurang laris di luar sana?

Valentinus pun mengatakan, “kalau di luar sendiri bukan dibilang kurang laris sih, hehehe… Namun memang kalah exposure saja.” Ia juga kembali mengatakan bahwa pasar console memang lebih segmented ketimbang PC ataupun mobile.

“Ibaratnya penggemar RPG sedunia juga lebih besar dari penggemar MOBA tapi perbandingan ini bukan apple-to-apple, seperti halnya membandingkan MOBA dengan PES.”

Valentinus juga percaya bahwa PES sebenarnya punya potensi pasar yang lebih besar dibandingkan genre lainnya. Pasalnya, PES merupakan genre olahraga dan sepak bola juga merupakan cabang olahraga favorit di Indonesia dan dunia.

Maka dari itu, ia pun berargumen bahwa lebih mudah untuk mengajak masyarakat awam untuk nonton esports bola dari genre lainnya. Hal ini juga terbukti dengan perkembangan pesat esports PES di dunia olahraga di negara-negara Eropa dan Asia. Klub-klub bola besar sudah mulai merekrut para pemain PES untuk menjadi wakil klubnya.

“Kancah esports PES di Thailand bahkan juga sudah didukung pemerintah dan KONAMI juga akan menggelar liga esports untuk klub-klub sepak bola Thailand. Dengan perkembangan ini, saya rasa exposure gabungan antara sepak bola dan esports game bola bakal jadi kombinasi yang luar biasa banget di tahun-tahun mendatang.”

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Dukungan Berbagai Pihak ke Komunitas PES

Meski memang nyatanya bisa dibilang kurang exposure di Indonesia, komunitas PES di Indonesia sudah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak.

Liga1PES yang memiliki visi untuk menjadikan gamer PES sebagai teladan masyarakat dan komunitas gamer sendiri dengan menjadi wadah bagi komunitas untuk bermain PES secara positif dan meraih prestasi baik di dalam ataupun luar negeri ini, menurut pengakuan Valentinus, telah mendapatkan dukungan dari True Digital Plus Indonesia, Telkom Group dan sejumlah partner lokal.

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Mereka juga punya hubungan dekat langsung dengan KONAMI. Liga1PES juga mengantongi lisensi (endorsement dan validasi) resmi dari KONAMI untuk turnamen mereka. Misalnya saja salah satunya adalah PES League Asia 2v2 di awal tahun ini (2018). Liga1PES bersama-sama dengan KONAMI menyelenggarakan kualifikasi di 7 kota dan juga online. Mereka juga berhasil membawa pemain-pemain Indonesia untuk bertanding di Bangkok, Thailand. Saat itu, Indonesia berhasil meraih posisi Runner-Up karena kalah dari Jepang di partai final.

Menyoal Asian Games 2018, Liga1PES juga turut andil di sana. Mereka didukung KONAMI untuk menyelenggarakan PES Party menjelang Asian Games kemarin. Liga1PES sendiri juga menjadi organizer untuk kualifikasi mencari wakil Indonesia di Asian Games 2018.

Valentinus juga mengatakan bahwa mereka bisa memberikan feedback langsung ke pihak KONAMI, baik dalam aspek game itu sendiri ataupun untuk urusan komunitas, esports, ataupun pemasaran mereka. Sebaliknya, KONAMI juga bisa mengakses perkembangan komunitas PES Indonesia melalui Liga1PES.

“Tentunya, dengan hubungan ini, kita sangat mengharapkan ada aksi konkrit yang bisa kita realisasikan di komunitas. Hanya saja, untuk setiap kebijakan atau program yang berhubungan dengan KONAMI selalu membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.” Tutupnya.

Itu tadi obrolan singkat saya dengan Valentinus tentang komunitas PES Indonesia dan Liga1PES.

Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus
Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus

Di satu sisi, mungkin memang benar apa yang dikatakannya tadi soal sepak bola yang mudah diterima banyak orang. Namun demikian, di sisi lainnya, game bola juga sebenarnya tidak hanya PES. FIFA besutan EA selalu menjadi rival beratnya.

Lain kali, saya akan mengajak perwakilan dari komunitas FIFA untuk mendengarkan pendapatnya. Namun satu hal yang pasti, pertarungannya sebenarnya bukan hanya pada komunitasnya. Andil KONAMI dan EA sendiri juga nantinya akan sangat berpengaruh besar atas perkembangan esports-nya, termasuk di Indonesia.

Saya pribadi inginnya dua-duanya sama besarnya dan sama populernya, bahkan dibanding MOBA sekalipun. Makanya, saya sengaja bawa-bawa nama FIFA di sini karena harapannya KONAMI seharusnya tambah panas jika EA yang lebih dulu investasi besar-besaran di Indonesia – demikian juga sebaliknya. Hahaha…

Terima kasih buat Valentinus yang sudah menuangkan waktu dan ceritanya di sini. Semoga komunitas PES dan Liga1PES semakin kuat ke depannya ya!

Final Rainbow Six Pro League Season 8 Segera Hadir di Rio de Janeiro, Brasil

Organizer turnamen esports ESL terkenal sebagai penyelenggara salah satu kompetisi Dota 2 paling bergengsi di dunia, ESL One. Akan tetapi kiprah mereka sebetulnya tidak terbatas pada cabang esports Dota 2 saja. Mereka juga menangani turnamen untuk bermacam game lain, seperti Counter Strike: Global Offensive, Rocket League, Hearthstone, dan Overwatch.

Salah satu liga besutan ESL itu adalah Rainbow Six Pro League, atau dikenal dengan singkatan R6PL. Liga yang mengusung game Tom Clancy’s Rainbow Six: Siege ini sekarang sudah memasuki season kedelapan, dan dalam waktu dekat akan mencapai titik puncak di babak final. Setelah sebelumnya digelar di kota Atlantic City, Amerika Serikat, kali ini ESL menghadirkan final R6PL di kota Rio de Janeiro, Brasil.

Team Liquid Rainbow Six
Team Liquid juara R6PL Season 7, bisakah mereka mengulang prestasi? | Sumber: ESL

Final Rainbow Six Pro League Season 8 mempertemukan delapan tim terbaik dari empat wilayah kompetisi, yaitu Asia Pasifik, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin. Mereka akan berebut hadiah senilai total US$275.000 (sekitar Rp4,09 miliar) di gedung Jeunesse Arena, Rio de Janeiro.

Tidak seperti pertandingan Dota 2 yang umumnya menggunakan sistem double elimination, final Rainbow Six Pro League Season 8 hanya menggunakan sistem single elimination biasa. Artinya tidak ada Upper Bracket atau Loser Bracket di sini, setiap tim hanya boleh kalah satu kali sebelum tersingkir pulang.

Rainbow Six Pro League Season 8 | Final Teams
Daftar tim yang bertanding di final R6PL Season 8 | Sumber: ESL

Babak perempat final Rainbow Six Pro League Season 8 akan dimulai pada hari Sabtu, tanggal 17 November 2018 pukul 20.00 WIB. Sementara itu babak penentuan Grand Final nantinya berlangsung pada hari Senin, 19 November 2018 pukul 04.00 WIB. Anda dapat menyaksikannya secara live streaming di channel Twitch resmi Rainbow Six: Siege.

Dibandingkan dengan cabang esports lain seperti Dota 2 atau Arena of Valor, Rainbow Six: Siege memang termasuk game yang cukup niche. Sebagian dari Anda bahkan mungkin tidak tahu bahwa game tactical first-person shooter ini memiliki pertandingan esports. Di dunia sesama shooter pun nama Rainbow Six: Siege mungkin tidak seheboh game lain, misalnya Overwatch atau PUBG.

Rainbow Six Pro League Season 8 | Poster
Rainbow Six Pro League Season 8 | Sumber: ESL

Meski gaungnya tidak begitu terdengar, sebenarnya Rainbow Six: Siege adalah salah satu game keluaran Ubisoft yang paling sukses. Sejak dirilis pada akhir 2015 lalu Rainbow Six: Siege telah memiliki lebih dari 40 juta pemain di console dan PC. Angka yang fantastis, apalagi mengingat Rainbow Six: Siege bahkan bukan game free-to-play. Ekosistem esports Rainbow Six: Siege bisa berkembang karena kuatnya dukungan dari Ubisoft sendiri. Rainbow Six Pro League ini pun terwujud berkat kerja sama antara Ubisoft dan ESL.

Aerowolf Scrypt
Dulu bernama Aerowolf Scrypt, sekarang tim ini telah diakuisisi GOSU | Sumber: Aerowolf

Indonesia termasuk salah satu negara yang berpartisipasi di Rainbow Six Pro League dari wilayah Asia Pasifik. Ada dua tim Indonesia yang berlaga di liga ini, yaitu Ferox E-Sports dan Scrypt (sempat dikenal juga dengan nama Aerowolf Scrypt). Sayang, keduanya belum bisa lolos ke babak final Rainbow Six Pro League Season 8. Semoga saja di season berikutnya mereka lebih beruntung.

Sumber: ESL

StarLadder Umumkan Jadwal Kualifikasi dan Tim Undangan Chongqing Major

Turnamen Dota 2 Major kedua musim 2018 – 2019 telah diumumkan beberapa waktu lalu dengan nama Chongqing Major. Bila Kuala Lumpur Major diselenggarakan oleh PGL, dan Stockholm Major nanti ditangani oleh DreamHack, Chongqing Major dipegang oleh StarLadder yang juga merupakan organizer kawakan di dunia esports Dota 2. StarLadder bekerja sama dengan perusahaan live streaming ImbaTV dalam pengerjaan kompetisi di Tiongkok tersebut.

StarLadder telah mengumumkan detail lebih lanjut tentang jadwal babak kualifikasi turnamen ini. Open Qualifier dibuka untuk wilayah Asia Tenggara, Eropa, PNM (CIS), Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Tiongkok, mulai tanggal 15 November 2018. StarLadder juga mengumumkan daftar tim undangan yang akan tampil di Closed Qualifier nantinya. Daftarnya dapat Anda lihat dalam gambar di bawah.

Chongqing Major | Invited Teams
Daftar tim undangan Chongqing Major | Sumber: StarLadder

Perhatikan bahwa wilayah Eropa dan Tiongkok memiliki sedikit perbedaan dibanding wilayah-wilayah kompetitif lainnya. Di Eropa, hanya ada tiga tim yang masuk dari Open Qualifier, sementara di wilayah lain umumnya empat. Belakangan ini performa tim-tim Eropa di kompetisi Dota 2 memang sangat kuat, jadi wajar bila StarLadder langsung mengundang banyak tim dari wilayah ini untuk membuat Chongqing Major lebih menarik.

Selain itu, di Tiongkok ada satu slot undangan yang diisi oleh pemenang turnamen H-Cup Season 10. H-Cup merupakan turnamen lokal Tiongkok yang digelar oleh ImbaTV, dan Season 10 akan berlangsung pada tanggal 20 – 25 November besok.

The International 2018 | Champion
Setelah rehat sejenak, sang juara akhirnya “turun gunung” juga | Sumber: Wykrhm Reddy

Satu lagi hal menarik dari daftar tim yang bertanding adalah kembalinya tim OG. Anda mungkin masih ingat bahwa tim juara The International 2018 ini sempat menolak undangan untuk tampil di Kuala Lumpur Major. Alasannya adalah karena mereka ingin istirahat setelah perjuangan yang begitu keras menjadi kampiun dunia. Kini OG akan mulai bertarung lagi untuk mengumpulkan DPC Point agar bisa mendapat tiket ke The International 2019.

Babak utama Chongqing Major akan diadakan pada tanggal 19 – 27 Januari 2019. Total hadiah yang ditawarkan senilai US$1.000.000, dan juaranya sendiri berhak pulang dengan membawa US$350.000. Para kontestan juga berkesempatan meraih DPC Point sebesar total 15.000 poin, dengan 4.950 poin jatuh ke juara pertama. Dari sekian banyak tim yang bertanding itu, kira-kira siapakah yang akan menjadi juara?

Sumber: GosuGamers, StarLadder

Jagoan Tekken Indonesia Terhenti di 8 Besar IESF World Championship 2018, Arab Saudi Juara

IeSF World Championship 2018 merupakan acara kompetitif tahunan dari International e-Sports Federation (IeSF) yang merupakan organisasi esports dunia yang menaungi banyak organisasi esports di tiap negara, seperti IESPA di Indonesia.

Gelaran yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 November 2018 di Kaohsiung, Korea Selatan ini mempertandingkan 3 game, yaitu CS: GO, LoL, dan Tekken 7. Sayangnya, Indonesia sendiri hanya mengirimkan 1 perwakilan untuk Tekken 7 yaitu sang jagoan Tekken Indonesia: Adrian “Meat” Jusuf.

Sayangnya, Meat harus tersandung di babak 8 besar saat bertemu Tejan dari India.

Menurut Bram Arman, pendiri Advance Guard dan pejuang esports fighting Indonesia, Tejan sebenarnya terbilang underdog meski memang ia pernah mengalahkan dewa game fighting dari Korsel di South East Asia Major. Kala itu, Tejan juga berhasil menjadi juara ketiga di sana.

Bram juga tadinya berpendapat bahwa jika Meat menang atas Tejan, harusnya ia bisa melangkah lebih jauh karena Meat berada di sisi bracket yang, di atas kertas, lebih mudah. Andaikan Meat menang, ia akan bertemu dengan pemain Arab Saudi, Sora. Muasalnya, para pemain dari Jepang, Korsel, dan Filipina berada di bracket yang berseberangan.

Setidaknya, itu pendapatnya sebelum Arab Saudi ternyata yang memenangkan pertandingan. “Mas, saya revisi pendapat saya ya. Juaranya Arab Saudi, ternyata underdog sekali. Hahaha… Kaget saya.” Ujar Bram sembari tertawa.

Sumber: IESF
Sumber: IESF

Pertandingan game fighting mungkin memang sulit diprediksi bahkan oleh pemerhati sekalipun yang telah bertahun-tahun menekuni esports fighting. Berikut ini adalah hasil peringkat dan pertandingan dari semua pertandingan IeSF World Championship 2018 untuk Tekken 7 yang dihimpun dari EventHubs:

Tekken 7 — Results
1. [Saudi Arabia] Sora (Jin)
2. [Japan] Hakaioh (King)
3. [South Korea] ROX|Chanel (Eliza, Alisa, Anna)
4. [India] Tejan (Asuka, Alisa, Nina)
5. [Philippines] AK (Shaheen)
5. [Switzerland] KiraKira (Eliza, Katarina)
5. [Indonesia] SOA|Meat (JACK-7, Steve, Feng, Dragunov)
5. [Australia] Dee-On Grey (JACK-7, Geese)

9. [Serbia] RuRColdHeart (Nina, Paul)
9. [Iran] AFK (Heihachi, Akuma)
9. [New Zealand] Dan Banter (Geese, Claudio, Dragunov)
9. [Sweden] Cyrox (Heihachi)
9. [Thailand] LordBear (JACK-7)
9. [Malaysia] ABA (JACK-7, Bryan, Paul, Kuma, Feng)
9. [Finland] Joplex (Kazumi, Claudio)
9. [Tunisia] Nindo (Master Raven)

Sumber: IESF
Sumber: IESF

Tekken 7 — Top 8 battle log
• Finals: [Saudi Arabia] Sora (Jin) eliminated [Japan] Hakaioh (King) 5-4.

• Third place match: [South Korea] ROX|Chanel (Eliza) defeated [India] Tejan (Asuka) 5-3.

• Semi-finals: [Saudi Arabia] Sora (Jin) eliminated [India] Tejan (Asuka, Nina) 5-1.

• Semi-finals: [Japan] Hakaioh (King) eliminated [South Korea] ROX|Chanel (Alisa, Eliza, Anna) 5-2.

• [Saudi Arabia] Sora (Jin) eliminated [Australia] Dee-On Grey (JACK-7, Geese) 4-1.

• [India] Tejan (Asuka, Alisa) eliminated [Indonesia] SOA|Meat (JACK-7, Feng, Dragunov, Steve) 4-2.

• [Japan] Hakaioh (King) eliminated [Switzerland] KiraKira (Eliza, Katarina) 4-0.

• [South Korea] ROX|Chanel (Eliza, Alisa) eliminated [Philippines] AK (Shaheen) 4-3.

CS: GO dan LoL

Sumber: IESF
Sumber: IESF

Sedangkan untuk cabang CS: GO dan LoL, keduanya justru lebih bisa diprediksi para juaranya.

Meski terpuruk di World Championship 2018 resmi dari Riot Games, Korea Selatan berhasil menjadi juara di cabang LoL gelaran ini. Hal ini memang bisa dibilang sesuai prediksi karena memang dunia persilatan LoL internasional sendiri dikuasai oleh 2 negara Asia, Cina dan Korea Selatan.

CS: GO yang memang masih dikuasai oleh tim-tim dan pemain Eropa juga sesuai dengan prediksinya. Finlandia berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Swedia di partai final.

Ada Apa dengan Korea Selatan di META LoL World Championship?

Hari Sabtu, 3 November 2018 lalu, gelaran kompetitif termegah untuk League of Legends (LoL) tahun ini alias World Championship 2018 telah menemukan juaranya.

Di partai penghujung, Invictus Gaming dari Tiongkok (LPL) membabat habis Fnatic (EU LCS) tanpa balas dengan skor 3-0 (Bo5). Buat Anda yang mengikuti perkembangan esports LoL, final tadi tentunya mengejutkan karena tidak ada tim Korea Selatan (LCK) yang berada di partai final.

Muasalnya, tim-tim Korea Selatan sebelumnya selalu mendominasi dunia persilatan LoL internasional sejak beberapa tahun silam (2013). Mari kita lihat ke belakang sejarah final World Championship dari sejak diadakan pertama kali tahun 2011.

Invictus Gaming, sang juara World Championship 2018. Sumber: LoL Esports
Invictus Gaming, sang juara World Championship 2018. Sumber: LoL Esports
  • World Championship 2011: Fnatic (Eropa) vs. against All authority (Eropa): 2-1.
  • World Championship 2012: Taipei Assassins (Taiwan) vs. Azubu Frost (Korea Selatan): 3-1.
  • World Championship 2013: SKT Telecom T1 (Korea Selatan) vs. Royal Club (Tiongkok): 3-0.
  • World Championship 2014: Samsung White (Korea Selatan vs. SH Royal (Tiongkok): 3-1.
  • World Championship 2015: SKT Telecom T1 (Korea Selatan) vs. KOO Tigers (Korea Selatan): 3-1.
  • World Championship 2016: SKT Telecom T1 (Korea Selatan) vs. Samsung Galaxy (Korea Selatan): 3-2.
  • World Championship 2017: Samsung Galaxy (Korea Selatan) vs. SKT Telecom T1 (Korea Selatan): 3-0.
  • World Championship 2018: Invictus Gaming (Tiongkok) vs. Fnatic (Eropa):  3-0.

Jadi, sejarah mencatat, dari 8 kali World Championship tim Korea Selatan menjadi juara dunia sebanyak 5 kali dan bertanding di partai final sebanyak 6 kali.

Karena itulah, bisa dibilang Korea Selatan memang mendominasi kancah internasional di LoL sampai mereka tenggelam di 2018. Di 2018 ini, tim Korea Selatan bahkan tidak ada yang berhasil tembus ke babak semifinal sekali pun.

Jika Anda tanya saya, berhubung saya fanatik sama yang namanya Faker, jawabannya ya karena tidak ada SKT Telecom T1 di World Championship 2018. Hahaha… Namun, berhubung kali ini saya ingin mendalami lebih jauh tentang META World Championship 2018, saya telah menghubungi 2 tokoh LoL Indonesia, Yota dan Wolfy.

Yota (kiri) dan Wolfy (kanan) saat jadi shoutcaster untuk PvP Esports
Yota (kiri) dan Wolfy (kanan) saat jadi shoutcaster untuk PvP Esports. Sumber: Yota

Mungkin tidak ada yang lebih pas dalam menyandang predikat pakar LoL di Indonesia selain Pratama “Yota” Indraputra. Ia pernah bergabung di Hasagi, media yang khusus membahas soal LoL, pernah juga jadi shoutcaster untuk LoL, dan pernah juga bertanggung jawab untuk esports LoL di Indonesia saat masih bekerja di Garena.

Satu lagi narasumber kita kali ini juga tidak kalah ‘sakti’ di dunia persilatan LoL Indonesia. Florian “Wolfy” George adalah mantan pemain LoL profesional sebelum ia memutuskan untuk membuat organisasi-nya sendiri, Armored Project.

Lalu apa pendapat mereka berdua tentang META di World Championship 2018?

Menurut Yota, “META Worlds sekarang lebih menghargai tim yang berani ambil resiko buat main agresif.

Bandingin sama tahun lalu, vision control lebih diutamakan dan ditambah lagi Trackers Knife buat jungle; otomatis Ward ada di mana-mana, semua pasang mata. Akhirnya permainan lebih konservatif, slow tempo dan calculated. Tim-tim LCK menguasai META karena di region mereka sendiri tempo permainannya lebih reserved.

Sekarang kita liat, di Mid ada LeBlanc, Top ada Akali, Urgot, Aatrox, dan Champion lain yang ngasih reward tinggi buat yang bisa dapet lead di early game dan itu yang bikin Worlds sekarang gak dikuasai tim LCK.

Afreeca Freecs, tim Korsel yang gugur di perempat final Worlds 2018. Sumber: LoL Esports
Afreeca Freecs, tim Korsel yang gugur di perempat final Worlds 2018. Sumber: LoL Esports

Ada 1 pattern lagi yang aneh, tim-tim besar terlalu mengandalkan Kaisa di Bottom Lane. Padahal early trading-nya sangat jelek dan scaling ke late game-nya harus bergantung sama komposisi tim yang memadai.

Sedangkan Wolfy punya pendapat yang tak jauh berbeda. Menurutnya, META tahun ini acak-acakan. “Bener-bener anything goes, siapa yang lebih inovatif dan kreatif bakal dapet banyak benefit.”

Menurutnya musim ini Riot, developer League of Legends, mengubah banyak hal. “Dari funneling, mage di Bot Lane, Champion yang bisa di-flex ke beberapa role.”

Funneling yang dimaksud Wolfy di sini adalah menggunakan Support di Mid Lane ataupun Mid Laner yang menggunakan Smite. Dengan strategi tersebut, sang Mid Laner pun dapat farming lebih cepat. Selain itu META di Worlds kali ini memang punya ritme yang lebih cepat ketimbang META jaman Ardent Censer (2017).

Jadi, sebenarnya memang bukan hanya di Worlds ini saja Korea Selatan tersandung di tingkat internasional. Wolfy menunjukkan bahwa Korea Selatan juga gagal di MSI (Mid Season Invitational) dan Asian Games. Tim Tiongkok yang menang di kedua turnamen tersebut.

Karena META yang lebih cepat inilah tim-tim Tiongkok berhasil mendominasi dunia persilatan LoL internasional di 2018 ini. Tim-tim Tiongkok memang lebih agresif dan berani ketimbang Korsel. Sedangkan tim Korsel lebih dominan ke warding, wave control, dan kendali tempo permainan.

“Sedangkan ward tahun ini menurun yang berarti ada informasi (vision) yang tak tersampaikan dan tim Korsel cenderung tidak mau bermanuver jika vision terbatas. Sedangkan tim Amerika dan Eropa lebih berani tanpa vision.” Lanjut Wolfy.

kt Rolster, tim Korsel yang juga gugur di Worlds 2018. Sumber: LoL Esports
kt Rolster, tim Korsel yang juga gugur di Worlds 2018. Sumber: LoL Esports

Memang, secara keseluruhan, META tahun ini lebih chaos. Hal ini menguntungkan tim-tim Tiongkok yang memang cenderung menyukai team fight karena mereka lebih cepat beradaptasi.

Bagaimana dengan skill individu? Apakah skill individu jadi tak terlalu relevan di META sekarang?

Wolfy berpendapat bahwa skill individu sebenarnya masih berpengaruh besar namun karena memang tim-tim Korea memang biasanya bermain dengan resiko minimal, sedangkan tanpa vision sama dengan resiko. Meski memang Wolfy mengakui tim-tim Korsel yang ada di Worlds kali ini punya objektif kontrol yang lemah.

Apakah tahun ini skill individu para pemain Korea menurun? Atau justru tim-tim lain yang meningkat?

Menurut Wolfy, skill individu antara region mulai seimbang juga. Sedangkan Yota mengatakan, “Sebenernya skill individu player LCK (Korsel) juga tinggi. Tapi sepertinya karena memang mereka terbiasa main sesuai arahan coach, individual play bakal dirasa terlalu high risk.”

Jika tim Tiongkok dijagokan di META kali ini, kenapa RNG (Royal Never Give Up) yang merupakan tim favorit dari Tiongkok justru gagal di perempat final?

“Rumornya, sebenernya ada internal team issue yang ngaruh ke gameplay. Tapi itu cuma rumor aja, gua juga gak ngerti kenapa mereka bisa kalah haha…” Jawab Yota sembari tertawa.

Menurut Wolfy, RNG memang lagi underperformed dan tidak stabil makanya mereka terpeleset.

RNG, tim favorit dari Tiongkok. Sumber: LoL Esports
RNG, tim favorit dari Tiongkok. Sumber: LoL Esports

Lalu, bagaimana dengan prediksi Yota dan Wolfy tentang masa depan tim-tim Korsel di kancah internasional? Apakah mereka akan mendominasi kembali?

Yota dan Wolfy sedikit berbeda pendapatnya tentang peluang tim-tim Korsel akan kembali bersinar di META yang selanjutnya.

“Gua rasa work ethic dan game knowledge mreka masih terbaik sedunia. Harusnya gak butuh waktu lama buat mereka (tim Korsel) bounce back.” Ujar Wolfy.

Wolfy lebih yakin tim Korsel akan kembali ke performa maksimalnya. Sedangkan Yota lebih terbuka dengan kemungkinan itu.

Deft, salah satu pemain bintang dari Korsel. Sumber: LoL Esports
Deft, salah satu pemain bintang dari Korsel. Sumber: LoL Esports

“Bisa jadi LCK dominan lagi. Harusnya, META nya juga berubah lagi tahun depan. Plus tim-tim Korea juga sudah mulai regenerasi.” Tutup Yota.

Itu tadi obrolan singkat saya dengan 2 pengamat LoL Indonesia ini. Apakah Korea Selatan akan benar-benar kembali berjaya di musim depan?

 

AOV National Championship 2018 Season 2 Dimenangkan WAW Esports

Hari Sabtu, tanggal 10 November 2018 lalu adalah hari yang spesial bagi para penggemar Arena of Valor di Indonesia. Setelah melalui jalan yang panjang, pada hari itulah babak final kompetisi AOV National Championship (ANC) 2018 Season 2 berlangsung. Berbarengan juga dengan final kompetisi khusus wanita yaitu AOV Princess Cup, semakin menambah semarak acara yang diadakan di Sasana Budaya Ganesha ITB ini.

Empat tim AOV profesonal papan atas bersaing dalam babak final ANC 2018, yaitu TEAM nxl>, We Against the World (WAW) Esports, Aura Esports, dan ONIC Esports. Pada pertandingan semifinal, TEAM nxl> harus takluk terhadap WAW Esports, sementara itu Aura Esports berhasil unggul terhadap ONIC Esports. Grand Final mempertemukan WAW Esports dengn Aura Esports, tapi sebelum itu ANC rehat sejenak untuk memberi ruang pada AOV Princess Cup.

Aura Esports | Photo 1
Aura Esports | Sumber: Garena

Divisi wanita dari Saudara e-Sports (SES), yaitu SES Ladies di sini berhadapan dengan divisi wanita dari Dunia Games (DG) Esports. SES Ladies tampil meyakinkan, mereka memilih beberapa hero yang terkenal sangat kuat di meta seperti Maloch dan Slimz. Kombinasi dual tank Maloch dan Thane juga menyulitkan DG Ladies.

Dengan skor 1-1, pertandingan terakhir antara SES Ladies dan DG Ladies cukup menegangkan. DG Ladies unggul di early game berkat kemampuan ganking yang kuat dari Lindis, Mina, dan Natalya, bahkan sempat mendapat selisih kill hingga 9 angka dan net worth 6.000 Gold. Tapi SES Ladies bertahan dengan baik hingga berhasil merealisasikan potensi puncak hero-hero mereka di late game.

Clash besar di menit 20 dimenangkan SES Ladies, bahkan walau saat itu DG Ladies memiliki buff dari Dark Slayer. Airi dan Krixi yang memiliki kemampuan nuke kuat sangat dominan di pertarungan. DG Ladies tak mampu membendung serangan SES Ladies, sehingga harus menyerah di menit 30.

Sama seperti Princess Cup, Grand Final ANC kali ini pun berjalan dengan sengit. Dalam laga berformat best-of-five, Aura Esports dan WAW Esports harus menjalankan kelima ronde sebab skor mereka imbang. WAW Esports sempat unggul 0-2 terhadap Aura Esports, akan tetapi Aura Esports berhasil mengejar ketertinggalan.

SES Ladies | Photo 1
SES Ladies | Sumber: Garena

Uniknya, komposisi hero andalan WAW Esports cukup mirip dengan SES Ladies, sementara komposisi Aura Esports cukup mirip dengan DG Ladies. Tiga hero pilihan WAW Esports adalah Maloch, Thane, dan Slimz, sedangkan tiga hero pilihan Aura Esports adalah Lindis, Mina, dan Natalya. Hero sisanya cukup bervariasi, termasuk Omen, Roxie, bahkan Wiro, tetap enam hero di atas punya porsi sangat dominan di meta game saat ini.

Aura Esports kuat di early game, sementara WAW Esports mengandalkan late game. Pada akhirnya hasil ditentukan oleh seberapa baik WAW Esports bisa menahan gaya permainan snowball yang dilakukan Aura Esports, dan di ronde kelima, pemilihan Kahlii di posisi Mage sangat menguntungkan WAW Esports.

Kahlii memang terkenal sebagai Mage yang sangat jago mempertahankan tower. Ini membuat Aura Esports kesulitan melakukan pushing. Kedua tim tampak imbang, tapi sebenarnya, makin lama pertandingan berjalan, Aura Esports semakin terdesak. Clash di lokasi Dark Slayer pada menit 18 membuat Aura Esports porak-poranda, dan dua menit kemudian, mereka menyerah kalah.

WAW Esports | Photo 1
WAW Esports | Sumber: Garena

WAW Esports sang juara utama berhak pulang membawa hadiah senilai Rp50.000.000. Sementara itu juara AOV Princess Cup, tim SES Ladies, mendapat hadiah sebesar Rp5.000.000. Selamat kepada para pemenang, dan semoga ke depannya mereka semua bisa terus berprestasi. Jayalah esports Indonesia!

Sumber: Garena, ARKA-Gaming

Turnamen Dota 2 ESL One Birmingham 2019 Akan Digelar di Bulan Mei

ESL One Hamburg 2018 telah berakhir, dan ESL baru-baru ini mengumumkan di mana kompetisi berikutnya akan digelar. Kompetisi pertama di tahun 2019 segera menyambangi Polandia dengan nama ESL One Katowice 2019 pada bulan Februari. Kemudian, mengikuti tingginya permintaan penggemar, ESL One akan kembali ke Inggris, tepatnya di kota Birmingham, pada bulan Mei 2019 mendatang.

Ini adalah kedua kalinya ESL One digelar di Birmingham. Sebelumnya, ESL One juga hadir di kota yang sama pada bulan Mei 2018. Acara tersebut sangat sukses, bahkan menurut ESL, ESL One Birmingham 2018 adalah event Dota 2 buatan ESL yang tiketnya paling cepat laku terjual. Setelah itu setiap kali mereka menulis post di media sosial, selalu ada para penggemar yang meminta agar ESL One Birmingham diadakan kembali.

ESL One Birmingham 2018 | Champion
Virtus.pro saat menjuarai ESL One Birmingham 2018 | Sumber: ESL

“Selama dua bulan terakhir, satu permintaan telah menekan meta permainan media sosial kami. Tiap kali kami mem-post tentang salah satu event lain, misalnya tentang ESL One Katowice di bulan Februari, atau bahkan tentang game lain, selalu muncul tanggapan-tanggapan yang isinya kurang lebih: pls cnfrm doto back 2 uk 2019,” demikian keterangan ESL yang cukup jenaka dalam situs resminya.

ESL One Birmingham 2019 mempertandingkan 12 tim ternama dari seluruh dunia, 6 di antaranya adalah undangan langsung sementara 6 sisanya datang dari kualifikasi terbuka. Babak kualifikasi sendiri nantinya dibuka untuk tim-tim dari Eropa, Amerika Utara, Tiongkok, serta Asia Tenggara mulai bulan Maret 2019. Cukup mengejutkan, kali ini Amerika Selatan dan PNM (CIS) tidak mendapat jatah tampil, setidaknya tidak lewat kualifikasi.

Dari 12 tim partisipan akan dibentuk dua grup, masing-masing bertanding dalam format round robin best-of-two. Dua tim teratas tiap grup akan menduduki Upper Bracket, peringkat 3 dan 4 masuk ke Lower Bracket, sementara sisanya langsung tereliminasi, sehingga menyisakan 8 tim. Setelah itu barulah mereka menjalankan playoff dengan format double elimination best-of-three, dan diakhiri dengan Grand Final best-of-five. Format playoff seperti ini sudah lama diterima sebagai standar populer di dunia kompetisi Dota 2.

Sesuai tradisi ESL One, kompetisi ini juga akan memiliki kontes cosplay sebagai salah satu agendanya. Para pemenang lomba cosplay akan berkesempatan tampil di atas panggung untuk memeriahkan seremoni penyerahan piala juara ESL One Birmingham 2019. Untuk informasi lebih lanjut seputar ESL One Birmingham, Anda dapat mengakses situs resmi ESL One, atau mengikuti ESL di Instagram, Facebook, dan Twitter.

Sumber: ESL