Masahiro Sakurai: Super Smash Bros. Ultimate Tidak Didesain untuk Esports Saja

Perdebatan tentang apakah seri Super Smash Bros. layak disebut fighting game atau tidak hingga kini masih terus ada. Akan tetapi faktanya Super Smash Bros. adalah salah satu game paling populer di EVO. Bahkan tidak hanya entri Super Smash Bros. terbaru, tapi Super Smash Bros. Melee yang terbit di GameCube pada tahun 1999 pun masih punya banyak penggemar setia. Dunia esports Super Smash Bros. telah hidup cukup lama, dan tampaknya masih akan terus tumbuh di masa depan.

Ada masa di mana Nintendo tidak begitu mendukung esports, namun masa itu sudah lewat dan kini mereka menjadi sponsor tetap di EVO. Para penggemar Super Smash Bros. mungkin bertanya-tanya, bagaimana pandangan Nintendo terhadap esports saat ini? Bagaimana esports mempengaruhi desain gameplay di game terbaru mereka, Super Smash Bros. Ultimate? Masahiro Sakurai, desainer seri Super Smash Bros., menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam wawancara yang diterbitkan oleh Nintendo Everything.

Keajaiban yang mungkin tidak akan terulang

Ketika Super Smash Bros. Ultimate (SSBU) pertama kali diumumkan, hal yang paling menarik perhatian adalah bahwa Nintendo menjanjikan game ini “mengandung semua karakter yang pernah muncul di seri Super Smash Bros.”. Secara keseluruhan, SSBU memiliki 74 karakter saat dirilis, dengan tambahan enam karakter sebagai DLC nantinya. Jumlah ini merupakan yang terbanyak dalam sejarah Super Smash Bros.

Serunya lagi, karakter-karakter itu tidak hanya datang dari game buatan Nintendo saja. Banyak juga karakter tamu dari game lain, seperti Ryu dari Street Fighter, Cloud dari Final Fantasy VII, dan Bayonetta. Menciptakan game dengan roster semasif ini tentu tak mudah, bahkan Masahiro Sakurai menyebutnya sebagai keajaiban.

“Saya harus melewati segala macam perjanjian di berbagai tempat; biasanya kami bisa langsung membuat sekuel begitu saja, tapi kali ini berbeda. Kepada semua staf yang bekerja membuat game ini, dan kepada semua pihak yang memperbolehkan kami menggunakan karakternya, saya sungguh ingin mengucapkan terima kasih,” ujar Sakurai.

Super Smash Bros. Ultimate - Richter Belmont
Richter Belmont, salah satu karakter tamu di Super Smash Bros. Ultimate | Sumber: Nintendo

Proses penciptaan karakter baru di SSBU juga ternyata punya cerita-cerita tersendiri. Para pemain tentu ingin agar tiap karakter punya ciri khas yang mencerminkan game asal mereka, tapi pada praktiknya menciptakan ciri-ciri khas itu bisa sangat sulit. Contoh yang paling sulit adalah karakter Inkling dari Splatoon.

Sakurai menjelaskan, “Mekanisme tinta milik Inkling membuat kami cukup kesulitan di sisi teknis. Setiap karakter dan setiap stage harus bisa dilumuri dengan tinta, jadi bisa dibilang Inkling memberi pengaruh terhadap semua hal lain. Karena itulah karakter ini sangat sulit ditangani.” Mirip seperti di Splatoon, Inkling memiliki kemampuan untuk meningkatkan damage tim dengan memanfaatkan tinta. Jadi peran Inkling lebih ke arah support ketimbang petarung solo.

Tim developer SSBU juga harus jeli memilih karakter untuk mewakili game tertentu. Contohnya pemilihan Simon dan Richter Belmont dari Castlevania. Di beberapa game Castlevania modern, peran mereka tidak begitu terasa, dan mungkin kalah populer dibanding karakter Alucard. Tapi pada akhirnya Simon/Richter berhasil memberi variasi yang menarik, karena mereka bertarung menggunakan cambuk dan berbagai item untuk dilempar. Simon/Richter menjadi karakter dengan gerakan-gerakan simpel, namun efektif untuk pertarungan jarak jauh.

Sayangnya Sakurai tak yakin ia bisa melakukan hal yang sama untuk entri Super Smash Bros. berikutnya. Ia belum tahu kapan Nintendo akan menciptakan sekuel lagi, namun ia berkata, “Pasti akan sulit bagi saya untuk melampaui (SSBU); merealisasikan konsep ‘semua orang ada di sini’ sejujurnya adalah sebuah keajaiban, dan karena itu, saya rasa kami hanya bisa melakukannya sekali ini.” Pencapaian Sakurai dan Nintendo kali ini memang luar biasa, dan layak sekali menyandang kata “Ultimate” di judulnya.

Super Smash Bros. Ultimate - Inkling
Inkling dapat melumuri stage dengan tinta | Sumber: Nintendo

Multiplayer lokal lebih penting dari online

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang tersedia untuk Wii U dan 3DS, kali ini tim developer Super Smash Bros. hanya perlu fokus di satu hardware saja, yaitu Nintendo Switch. Sakurai sudah mengetahui spesifikasi Switch sejak SSBU masih ada di tahap desain awal, namun sebenarnya SSBU tidak memiliki banyak fitur yang bergantung pada hardware Switch itu sendiri. Sakurai sempat berencana memisahkan antara permainan di portable mode dan docked mode, namun mengurungkannya karena ternyata layar Switch cukup lebar dan tajam. Bermain di portable mode sama sekali bukan masalah.

Ukuran layar ini juga berpengaruh terhadap desain gameplay, terutama tempo permainan yang kini dibuat lebih cepat. Pada intinya, Sakurai ingin memperpendek waktu di mana seorang pemain tidak bisa mengontrol karakternya (stun), karena itu memunculkan perasaan tidak enak. Caranya antara lain dengan mengubah kecepatan ketika karakter terpental (misalnya akibat Smash Attack).

“Mudah sekali bagi kita untuk kehilangan pandangan atas karakter di layar 3DS yang kecil, jadi saya tidak menerapkan perubahan itu di game sebelumnya. Tapi sebetulnya hal yang sama juga tetap bisa terjadi di Switch. Jadi dengan memunculkan jejak asap yang mengikuti karakter setelah mereka terpental, kami membuat para pemain lebih mudah memantau gerakan karakter mereka.” Sakurai juga menerapkan fitur radar di ujung layar untuk lebih membantu visibilitas.

Super Smash Bros. Ultimate - Screenshot
Layar Switch yang lega turut mempengaruhi desain gameplay | Sumber: Nintendo

Uniknya, percepatan tempo permainan di SSBU ini menimbulkan masalah tersendiri. Karena animasi tiap karakter kini punya jumlah frame lebih sedikit (lebih cepat), maka lag di mode online akan lebih terasa. “Di 3DS tidak ada fitur-fitur yang begitu mendalam, dan kami menyesuaikan kecepatan game dengan ukuran layar yang kecil. Kali ini saya lebih fokus memperbaiki tempo permainan. Pada akhirnya ini membuat kami lebih sulit menjaga konsistensi di mode online. Namun saya merasa bahwa membuat orang-orang berkumpul dan bermain bersama itu lebih penting daripada mode online, jadi saya tetap melakukannya,” kata Sakurai.

Ingin memuaskan penggemar esports maupun pemula

Sakurai dan Nintendo sadar bahwa ada dunia esports Super Smash Bros. di luar sana. Mereka tahu bahwa ada banyak pemain yang sudah sangat ahli. Karena itulah Super Smash Bros. Ultimate memiliki mode khusus yang disebut Elite Smash. Mode ini dirancang untuk memisahkan para veteran dengan para pemula, dan hanya bisa diakses oleh pemain yang memiliki lebih dari 400.000 poin GSP (Global Smash Power).

Sakurai menjelaskan, “Saya rasa lebih mudah bagi para pemain kasual untuk melupakan saja keberadaan Elite Matches, dan itu tidak apa-apa. Sejujurnya, bila (Elite Smash) dapat selalu mencegah para pemain veteran bertemu dengan pemain pemula, itu akan jauh lebih baik.”

EVO 2018 - Leffen
Leffen (William Hjelte) saat menjuarai SSB Melee di EVO 2018 | Sumber: ESPN

Namun selain penambahan fitur Elite Smash, Sakurai sama sekali tidak memberi perlakuan spesial pada para atlet esports. Ia tidak mendesain SSBU agar lebih optimal secara kompetitif. Menurutnya, esports bukan satu-satunya cara untuk menikmati seri Super Smash Bros. Sakurai ingin para penggemar esports merasa puas dengan game ini, tapi ia juga ingin para pemula merasakan kepuasan yang sama.

“Saya paham mengapa orang-orang yang menyukai esports sangat memperhatikan spesifikasi dan produksi game ini, tapi pada akhirnya saya hanya berharap game ini bisa menjangkau segala macam pemain. Saya sangat ingin penggemar esports merasa puas dengan game ini, tapi saya juga ingin para pemula merasakan hal yang sama. Saya berusaha sebisa mungkin mengimplementasikan stage dan item dengan tujuan itu. Menurut pendapat saya tidak ada batasan tentang bagaimana seharusnya Anda bermain; saya tidak fokus hanya memperbaiki bagian-bagian tertentu dari game ini,” jelasnya.

Prinsip inilah yang menjadi landasan Sakurai dalam mendesain elemen-elemen gameplay di SSBU, terutama desain stage dan item. Setiap stage dalam SSBU memiliki wujud alternatif yang disebut Battlefield Form, di mana segala unsur random diminimalkan agar keseimbangan kompetitif tetap terjaga. Ini mengakomodasi para pemain yang ingin bermain serius tanpa bosan melihat stage yang itu-itu saja.

Pertandingan Super Smash Bros. kompetitif biasanya menghilangkan penggunaan item sama sekali, namun Sakurai berpendapat bahwa item justru membuat pertandingan lebih menarik. Lagi pula, seorang pemain yang berkemampuan tinggi tentu bisa memanfaatkan item lebih baik daripada lawannya. Beragam item tersebut juga memberikan efek yang lucu-lucu. Contohnya Fake Smash Ball yang, bukannya memberi kekuatan untuk melakukan Final Smash seperti Smash Ball asli, justru malah membuat semua karakter di sekitarnya terpental.

“Memecahkan Fake Smash Ball dan tertawa bersama-sama adalah esensi Super Smash Bros. yang sebenarnya,” ujar Sakurai.

Sumber: Nintendo Everything

PUBG Dapatkan Update Map Vikendi, Medan Tempur dengan Lingkungan Bersalju

PlayerUnknown’s Battleground masih terus mendapat update konten secara berkala dari developernya. Kali ini mereka meluncurkan sebuah map baru dengan tema es, yaitu Vikendi. Vikendi merupakan map keempat dalam PUBG. Dengan latar belakang pegunungan menakjubkan, hamparan salju, serta danau yang membeku, Vikendi menghadirkan pertarungan battle royale dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.

Vikendi memiliki ukuran map seluas 6×6 km, lebih kecil dari Erangel dan Miramar namun tidak sampai sekecil Sanhok. Pemain dapat menemui permainan yang sedikit cepat, tetapi masih tetap taktis. Variasi drop zone relatif mudah dihapal, namun masih memfasilitasi pergerakan yang leluasa, sambil ditemani pemandangan lingkungan yang memukau. Vikendi yang berada di tengah Laut Adriatik memiliki bangunan-bangunan dengan gaya Eropa, terutama Italia dan Eropa Tengah.

Vikendi - Squad
Lingkungan di map Vikendi | Sumber: PUBG Corp

Berbagai elemen gameplay unik bisa Anda temukan di Vikendi, karena map ini memiliki cuaca dingin dan bersalju. Sebagai contoh, langkah kaki pemain ataupun kendaraan bisa meninggalkan jejak di salju, sehingga musuh dapat melacak keberadaan kita dengan lebih mudah. Berbagai perubahan cuaca juga bisa terjadi, misalnya salju yang tipis atau tebal, cuaca cerah atau berangin, dan sebagainya.

Selain beberapa senjata standar, Vikendi menyajikan beberapa senjata eksklusif yang hanya ada di map ini, antara lain senapan serbu (assault rifle) G36C yang menggunakan peluru 5,56 mm. Senapan ini lebih mudah ditangani daripada kaliber 7,62 mm, akan tetapi juga memiliki rate of fire yang sedikit rendah. Kendaraan baru juga tersedia di Vikendi, berupa Snowmobile sesuai dengan tema lingkungannya.

Vikendi - Snowmobile
Snowmobile, kendaraan unik Vikendi | Sumber: PUBG Corp

Bersamaan dengan update Vikendi, PUBG Corp merilis Survivor Pass baru berisi Skin maupun imbalan lainnya yang bisa didapat dengan menyelesaikan misi. Ada lebih dari 300 misi dalam Survivor Pass ini, jadi semakin sering Anda bermain, semakin banyak imbalan yang Anda dapat. Melakukan upgrade ke Premium Pass seharga US$9,99 akan memberikan akses ke misi-misi eksklusif, hadiah tambahan, serta progres leveling yang lebih cepat.

Survivor Pass: Vikendi
Beberapa Skin dalam Survivor Pass: Vikendi | Sumber: PUBG Corp

Vikendi dan Survivor Pass: Vikendi saat ini sudah tersedia di PC, dan akan dirilis untuk Xbox One serta PS4 pada Januari 2019. Namun bila Anda sudah tak sabar mencobanya di console, Anda dapat memainkan Vikendi di Public Test Server (PTS). Siapkah Anda memperebutkan Chicken Dinner di tengah medan tempur yang membeku?

Bocoran Video Isyaratkan Eksistensi Red Dead Redemption 2 Versi PC

PC dan Rockstar mempunyai hubungan yang tidak biasa. Tim developer yang terkenal berkat franchise Grand Theft Auto ini meluncurkan kreasi pertamanya di platform PC (saat itu mereka dikenal dengan nama DMA Design, cikal bakal Rockstar North), namun beberapa game buatan Rockstar malah hanya disediakan secara eksklusif di console, meski gamer PC sangat menginginkannya.

Satu seri yang menimbulkan dilema adalah Red Dead Redemption. Game pertamanya tidak pernah dirlis di komputer personal dengan alasan Rockstar mendesainnya dari awal buat console last-gen. Sekuelnya baru tersedia di bulan Oktober kemarin dan berhasil menjadi permainan paling fenomenal di tahun ini. Namun hingga sekarang, Rockstar sama sekali belum mengonfirmasi eksistensi versi Windows-nya.

Melihat kesuksesan Grand Theft Auto V dan bagaimana ada puluhan ribu pemain mengakses Grand Theft Auto Online setiap hari via Steam, sejumlah pakar dan analis berkeyakinan bahwa pada akhirnya RDR2 juga akan tersedia di PC, apalagi game action-adventure baru itu dikembangkan dengan menggunakan teknologi GTA5 sebagai basisnya. Rumor tentangnya jadi semakin panas setelah versi PC sempat disebutkan situs retail, di LinkedIn, serta muncul di app companion.

Kali ini beredar sebuah rekaman ‘off-screen‘ yang menunjukkan konten dari Red Dead Redemption 2 PC. Durasinya cukup singkat, hanya 26 detik, namun mengekspos hal-hal krusial. Video aslinya sudah diturunkan, namun channel Reupload Deleted Videos mengungahnya kembali. Berdasarkan komentar, banyak orang percaya bahwa video tersebut merupakan rekaman sungguhan. Silakan Anda simak sendiri di bawah.

Hal pertama yang membuat orang meyakini keaslian video tersebut adalah gerakan kursor mouse dan respons tombol di menu pause. Rekaman dimulai dengan memperlihatkan Arthur Morgan di kota Valentine. Kemudian video di-pause, dan sesaat pemain menavigasi sejumlah pilihan di sana. Selanjutnya, ia segera masuk ke setting display – pilihan lainnya meliputi kendali, kamera, audio dan general.

Menu display menunjukkan elemen-elemen khas PC. Anda bisa menentukan mode tampilan (misalnya fullscreen atau windowed), refresh rate, fitur grafis seperti FXAA dan VSync, serta opsi kualitas shader, tekstur, bayangan hingga jarak pandang.

Semuanya terlihat meyakinkan, namun tentu saja ada beberapa aspek yang menimbulkan keraguan. Pertama, mengapa pembuat video hanya menampilkan menu display? Dan kedua, untuk versi PC, setting grafis di sana terasa terbatas. Sebagai komparasi, bagian opsi grafis GTA5 PC bahkan menampilkan konsumsi memori video. Mereka yang berpikiran positif mungkin akan bilang, ini hanyalah versi belum jadi. Semoga benar begitu…

Via PC Gamer.

Wawancara Niji Games – Pelajaran yang Dipetik dari Indie Games Accelerator 2018

Indie Games Accelerator (IGA) adalah program baru Google yang baru dilaksanakan pertama kalinya mulai tahun 2018 ini. Setelah melalui seleksi yang ketat, 30 studio game dari India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam berkumpul untuk mendapat bimbingan dari para developer veteran mancanegara. Mereka juga mendapat berbagai fasilitas dari Google, seperti pelatihan leadership dan akses ke berbagai tools.

Salah satu developer peserta dalam program Indie Games Accelerator 2018 adalah Niji Games yang berasal dari Indonesia. Hybrid mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Nikko Soetjoadi, co-founder sekaligus CEO Niji Games yang hadir di markas Google Asia Pacific di Singapura. Apa saja pelajaran yang didapat Niji Games dari Indie Games Accelerator 2018, dan bagaimana program tersebut mempengaruhi kesuksesan game buatan mereka?

Kata kuncinya adalah “akses”

Berbicara tentang bootcamp atau pelatihan, kita akan berpikir bahwa hasil terbesar yang bisa dibawa pulang adalah aneka ragam materi pembelajaran dari para pembicara. Hal itu tentu juga ada dalam IGA 2018, karena para peserta mendapat presentasi serta seminar yang bermanfaat. Tapi lebih dari itu, manfaat terbesar program ini adalah akses.

Akses yang dimaksud mencakup banyak hal. Setidaknya ada tiga jenis sumber daya yang didapat oleh para peserta dalam IGA 2018, yaitu:

  • Kesempatan bertemu para mentor yang berpengalaman dan dapat memberi feedback tepat sasaran
  • Akses berbagai tools dan data milik Google seputar pengembangan mobile game
  • Koneksi ke berbagai pelaku industri game—baik sesama developer, penerbit, hingga investor—yang berpotensi menjadi kerja sama jangka panjang

“Kita bisa cerita studio kita lagi gimana, game kita lagi gimana, challenge yang kita hadapi kayak gimana,” ujar Nikko. Berbeda dengan kelas workshop biasa di mana satu mentor menangani banyak peserta sekaligus, mentorship di IGA 2018 berjalan lebih intim. Peserta bisa bertatap muka dan berdiskusi empat mata dengan masing-masing mentor, sehingga masalah yang didiskusikan pun bisa sangat detail.

Nikko Soetjoadi
Nikko Soetjoadi, co-founder Niji Games | Sumber: Dokumentasi Hybrid

“Yang pasti nanti semua developer akan punya akses ke resource punya Google ini. Kita akan dikasih informasi-informasi yang lumayan sensitif, yang cuman mereka kasih buat partner-partner. Kedua, kita belajar dari pengalaman-pengalaman Google dan mentor. Gimana sih startup itu? Gimana cara bikin game yang bagus, begitu,” lanjut Nikko. Informasi yang didapat selama IGA 2018 adalah informasi yang sifatnya paten. Artinya manfaat informasi tersebut tidak hanya terasa beberapa waktu setelah bootcamp, tapi merupakan bekal yang bisa dimanfaatkan jauh di masa depan.

Menariknya, ketika dikonfirmasi kepada Marcus Foon (Program Manager Google), ia berkata bahwa sebenarnya data yang diberikan pada para peserta itu bukan termasuk data sensitif. Google memiliki data lengkap tentang performa seluruh game yang ada di Google Play, mulai dari error report, data monetisasi, dan sebagainya. Pada dasarnya yang diberikan pada para peserta adalah insight berkaitan dengan data tersebut. Dengan insight itu, harapannya para developer bisa merilis game dengan kondisi paling optimal.

Walau bukan data sensitif, tentu sulit bagi para developer untuk mendapatkan akses ke insight yang dimaksud dalam kondisi normal. Akses itulah yang difasilitasi Google melalui Indie Games Accelerator. Selain itu, networking yang terjadi di kalangan peserta dan mentor juga merupakan manfaat yang besar. Para peserta telah membentuk komunitas developer indie sendiri, dan beberapa di antaranya bahkan telah menjalin kerja sama. Salah satu peserta berhasil mendapat kontrak penerbitan game di tengah IGA 2018, sementara beberapa peserta lain berinisiatif untuk mendirikan asosiasi developer game indie di negara asalnya.

IGA 2018 - Indonesian Developers
Tiga perwakilan Indonesia: Gaco Games, Everidea, dan Niji Games | Sumber: Dokumentasi Google

Menunda perilisan demi feedback

Selama IGA 2018 berjalan, Niji Games sebenarnya tengah mengembangkan sebuah mobile game berjudul Jones: Jomblo is Happiness. Pada awalnya mereka berencana untuk merilis game tersebut di awal bulan November 2018, namun Niji Games memutuskan untuk menunda perilisannya. Alasannya, supaya mereka bisa membawa game tersebut ke IGA 2018 dan mendapatkan feedback dari para mentor.

“Sebenarnya kita mau launching, tapi ditahan. Tunjukin ke mentornya dulu, minta feedback, tunggu dapat ilmu dulu,” tutur Nikko. Benar saja, ternyata banyak hal yang berubah setelah game tersebut dibawa ke IGA 2018. “Beberapa bagian, terutama bagian depannya banyak yang kita ubah.”

Bagian depan yang dimaksud adalah pembukaan game dan bagian tutorial. Jones: Jomblo is Happiness sebenarnya bukan game dengan sistem permainan rumit, hanya berupa sejenis visual novel. Namun pemain akan dihadapkan pada banyak pilihan yang mempengaruhi ending. Tutorial yang baik dapat membantu pemain lebih mengerti aturan dalam game, sehingga mereka tidak melakukan kesalahan dan mendapat ending yang buruk.

Niko melanjutkan, “Mengubah itu juga makan waktu, hampir telat kita. Sampai hari ini kita kebut ya, dan baru selesai kemarin sebetulnya. Kita launching supaya available buat acara ini.” Jones: Jomblo is Happiness akhirnya dirilis pada tanggal 27 November 2018, hanya sehari sebelum acara puncak IGA 2018 yaitu upacara kelulusan di tanggal 28.

Perubahan tersebut membawa hasil sangat positif. Setelah perilisannya, Jones: Jomblo is Happiness berhasil menjadi salah satu game premium terlaris di Google Play, bahkan menduduki peringkat 6 daftar Top Paid Games. Menurut Nikko, 99% pembeli berasal dari Indonesia, tapi mereka tidak terpaku pada pasar lokal saja. “Kalau di Niji kita menjamah dua-duanya sih, lokal dan global,” katanya. “Kita sudah siapin localization ke bahasa Inggris, jadi orang luar juga bisa main.”

Lebih percaya diri menjalankan perusahaan

Indie Games Accelerator 2018 bukan hanya soal bagaimana cara membuat game yang bagus. Lebih dari itu, Google ingin program ini dapat menelurkan perusahaan-perusahaan game yang kokoh dan sustainable untuk jangka panjang. Karena itulah mereka juga memberikan pelatihan bisnis, motivasi, leadership, recruitment, dan sebagainya. Google juga memberikan materi manajemen berbasis OKR (Objective and Key Results) sebagai salah satu cara menjalankan perusahaan.

Namun itu bukan berarti Google mewajibkan semua peserta untuk menjalankannya. Niji Games termasuk perusahaan yang tidak melakukan perubahan sistem manajemen, namun ada juga developer negara lain yang melakukan perubahan drastis dan mengaku hasilnya sangat baik.

Nikko Soetjoadi - Developers Panel
Nikko bersama peserta-peserta IGA 2018 lainnya | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Lalu apa perubahan yang dirasakan oleh Niji Games sendiri setelah IGA 2018? “Mungkin lebih pede ya,” jawab Nikko. “Punya confidence gitu. Kita ada ilmu baru, kita ada network, jadi kalau kita ngerjain produk, atau approaching investor, atau apa, gitu lebih bisa ngomong.” Niji Games memang tergolong perusahaan game yang sudah cukup lama berdiri di Indonesia. Mereka sudah beroperasi sejak tahun 2015 dan sejauh ini cukup stabil, jadi belum membutuhkan perubahan sistem manajemen yang drastis.

Nikko juga mengaku tidak begitu khawatir dengan persaingan di dunia mobile game yang kini semakin ketat. Memang banyak game besar meledak di pasaran, seperti Mobile Legends atau PUBG Mobile, tapi itu tidak begitu mempengaruhi Niji Games. “Indie punya market sendiri. Game yang kita bikin kan bukan Mobile Legends. Kita nggak nyaingin mereka, tapi lain.”

Ke depannya, Niji Games berencana untuk merekrut kru tambahan sebagai tenaga programmer. Mereka kini tengah mengembangkan lima game, dan salah satunya direncanakan untuk terbit di tahun 2019. Niji Games juga terbuka dengan kemungkinan pengembangan game di platform selain mobile, tapi itu semua tergantung kondisi. “Kalau ada ide produk yang tepat kita open sih untuk membuat game di console atau PC. Tergantung jenis game-nya, sama tergantung nanti timnya. Soalnya dunia itu kan dunia asing ya, kita belum punya pengalaman dan semua belajar dari nol,” demikian jelas Nikko.

Indikasi Dikembangkannya Game Titanfall Baru Semakin Kuat

Meski penjualannya kurang memuaskan karena momen perilisannya berdempetan dengan Battlefield 1 dan Call of Duty: Infinite Warfare, banyak gamer setuju Titanfall 2 merupakan salah satu permainan terbaik di tahun 2016. Kreasi terakhir Respawn ini menyajikan pengalaman single-player unik ala Half-Life dan multiplayer adiktif bertempo cepat yang didukung beragam konten serta opsi kustomisasi.

Titanfall 2 terus mendapatkan update gratis secara konsisten. Tetapi tambahan-tambahan konten pasca rilis berakhir saat tim diakuisisi oleh Electronic Arts. Kabar gembiranya, komunitas game tetap solid dan Respawn terus mengelola serta mengawasi porsi multiplayer-nya. Proyek besar Respawn selanjutnya adalah game Star Wars Jedi: Fallen Order, namun ternyata developer juga punya agenda buat menggarap penerus game shooter andalannya itu.

Setelah CEO Electronic Arts Andrew Wilson sempat menyampaikan bahwa Respawn tengah mengembangkan dua permainan anyar, mulai jelas terlihat salah satunya adalah sekuel Titanfall 2. Informasi tersebut terungkap lewat dibukanya lowongan pekerjaan baru di studio Respawn Entertainment. Di sana, hanya ada dua IP yang disebutkan, Titanfall dan Star Wars. Silakan lihat sendiri dan Anda akan menyadari betapa banyaknya staf baru yang mereka butuhkan.

Respawn (dan EA sebagai perusahaan induk) sedang membutuhkan beragam talenta, dari mulai Environment Artist, Build & Release Manager, VFX Artist sampai Project Manager. Bidang pekerjaannya bervariasi mulai dari bagian art, audio, software, verifikasi kualitas, desain serta produksi. Lowongan terkininya, di-update pada tanggal 15 Desember kemarin, adalah Senior Technical Animator. Mereka semua akan bergabung dengan tim yang berada di Los Angeles.

Sejauh ini memang belum ada pengumuman resmi ‘Titanfall 3’ atau spin-off-nya dan Respawn sudah cukup lama membuka lowongan kerja. Namun melihat kondisi saat ini, peluang dikembangkannya permainan Titanfall baru terbuka lebih lebar. Indikator terkuatnya ialah update terakhir Titanfall 2 – yaitu pada bulan Desember 2017. Sampai sekarang, belum ada lagi tambahan konten buat permainan ini. Itu berarti, ada proyek anyar yang jadi fokus studio.

Pertanyaan yang kini muncul adalah, akan seperti apa game baru Titanfall tersebut? Apakah Respawn akan tetap mempertahankan formula tradisional Titanfall, mencoba memberikan kejutan bagi fans-nya, atau mereka malah mencoba mengikuti tren populer di ranah permainan action multiplayer dengan mencantumkan mode battle royale?

Jika memang benar Titanfall 3 sedang dikerjakan, maka ada kemungkinan penyingkapannya dilakukan di ajang E3 2019, boleh jadi berbarengan dengan diungkapnya detail lebih lanjut mengenai Star Wars Jedi: Fallen Order.

Via PC Gamer.

Valve Umumkan Game dan Developer Finalis Steam Awards 2018

Diperkenalkan Valve di tahun 2016, Steam Awards dilangsungkan dalam dua fase. Pertama, sang penyelenggara menentukan kategori penghargaan, lalu selanjutnya, memperkenankan pengguna Steam untuk melakukan pemilihan. Tapi berbeda dari event pemberian penghargaan lain, Steam Awards biasanya menyajikan kategori permainan yang unik dan tidak biasa.

Dan mendekati dimulainya ajang Winter Sale yang ditunggu-tunggu jutaan pelanggan Steam, Valve turut mengumumkan daftar nominasi Steam Awards tahun ini. Sesuai tradisi, game-game di sana bukan cuma meliputi judul di tahun 2018, tapi juga permainan-permainan populer yang dirilis beberapa tahun silam. Menariknya, kali ini Valve memutuskan buat lebih menyederhanakan kategori Steam Awards, jadi kita tidak lagi menemui titel-titel lucu seperti ‘Whoooaaaaaaa, dude!’ atau ‘Mom’s Spaghetti’.

Ini dia daftar finalisnya serta nominasi developer terbaik:

 

Game of the Year

  • PlayerUnknown’s Battlegrounds
  • Monster Hunter: World
  • Kingdom Come: Deliverance
  • Hitman 2
  • Assassin’s Creed Odyssey

 

VR Game of the Year

  • The Elder Scrolls V: Skyrim VR
  • VRChat
  • Beat Saber
  • Fallout 4 VR
  • SUPERHOT VR

 

Labor of Love

  • Dota 2
  • Grand Theft Auto V
  • No Man’s Sky
  • Path of Exile
  • Stardew Valley

 

Best Environment

  • The Witcher 3: Wild Hunt
  • Subnautica
  • Shadow of the Tomb Raider
  • Far Cry 5
  • Dark Souls III

 

Better with Friends

  • Counter-Strike: Global Offensive
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Siege
  • Payday 2
  • Dead by Daylight
  • Overcooked! 2

 

Best Alternate History

  • Wolfenstein II: The New Colossus
  • Assassin’s Creed Odyssey
  • Hearts of Iron IV
  • Sid Meier’s Civilization VI
  • Fallout 4

 

Most Fun with a Machine

  • Euro Truck Simulator 2
  • Rocket League
  • NieR: Automata
  • Factorio
  • Space Engineers

 

Best Developer

  • CD Projekt Red
  • Ubisoft
  • Bethesda
  • Rockstar Games
  • Digital Extremes Ltd.
  • Square Enix
  • Capcom
  • Paradox Interactive
  • BANDAI NAMCO Entertainment
  • Klei

 

Gerbang pemilihan Steam Awards 2018 rencananya akan dibuka pada hari Kamis tanggal 20 Desember besok, bersamaan dengan dimulainya Steam Winter Sale. Setiap pengguna Steam dipersilakan berpartisipasi hingga kesempatan memilih ditutup pada tanggal 3 Januari 2019. Mereka yang mengikutinya juga akan mendapatkan trading card spesial. Setelah itu, pengumuman pemenang kabarnya akan dilangsungkan pada bulan Februari 2019.

Hal menarik yang mungkin Anda lihat di daftar ini adalah, ketika ada lima judul di masing-masing kategori game, nominasi developer terbaik diisi oleh sepuluh nama. Valve menjelaskan bahwa ‘best developer‘ merupakan kategori bergengsi yang sangat diperebutkan. Karena alasan itu, mereka memperluas slotnya.

Via GameSpot.

Pemerintah Tiongkok Bentuk Komite Etika Game Online, 20 Game Terkena Sensor

Tiongkok selama ini terkenal sebagai negara yang ketat dalam hal regulasi industri video game, termasuk game online. Anda mungkin sudah pernah mendengar bahwa di Tiongkok, Arena of Valor (alias King of Glory) memiliki batasan usia pemain. Pemain dengan usia 12 tahun ke bawah hanya boleh bermain AOV selama sejam per hari, sementara usia 12 – 18 tahun hanya dua jam per hari. AOV juga menggunakan teknologi face recognition untuk mengenali wajah pemainnya, jadi usia tidak dapat dipalsukan dengan mudah.

Pada tanggal 7 Desember 2018, pemerintah Tiongkok mendirikan Komite Etika Game Online. Komite ini terdiri dari para pakar yang mempelajari game online serta isu-isu seputar kawula muda. Mereka berasal dari universitas, institusi profesional, serta media. Tujuan pendirian komite ini adalah untuk mengadakan pemeriksaan terhadap judul-judul game online yang telah atau akan beredar di Tiongkok, kemudian menilai apakah game tersebut punya dampak negatif bagi pemain atau tidak.

King of Glory - Zhuang Zhou
Hero-hero King of Glory terinspirasi dari tokoh Tiongkok, misalnya Zhuang Zhou | Sumber: Tencent

Game yang dinilai “perlu peningkatan etika” harus melakukan perubahan konten, atau bisa jadi malah dilarang beredar sama sekali. Dilansir dari Esports Observer, Komite Etika Game Online telah mencatat 20 judul game bermasalah. Di antaranya ada 11 game yang mendapat perintah pengubahan, sementara 9 lainnya ditolak penerbitannya. Sayangnya pemerintah Tiongkok tidak merilis nama-nama game tersebut ke ranah publik.

Proses penerbitan game di Tiongkok sejak tahun 2018 ini memang telah menjadi semakin sulit. Dengan semakin populernya game, terutama mobile game dan game online, mulai muncul kekhawatiran akan dampak buruk game terhadap kesehatan, misalnya kesehatan mata bagi anak-anak. Jumlah game yang diijinkan terbit setiap tahunnya kini mengalami penurunan cukup drastis. Akibatnya, pertumbuhan industri game di negara tersebut juga melambat.

Steam China Ceremony
Peresmian Steam China dan pengumuman The International 2019 | Sumber: Esports Observer

Kendati cukup ketat dalam urusan regulasi game, pemerintah Tiongkok justru sangat suportif terhadap dunia esports. Pada bulan November lalu, pemerintah Tiongkok baru meresmikan peluncuran platform Steam China, sekaligus merilis berbagai panduan untuk registrasi serta manajemen atlet-atlet esports. Pemerintah Tiongkok juga mendukung pelaksanaan turnamen Dota 2 The International 2019 yang akan digelar di Shanghai. Turnamen Dota 2 Major berikutnya pun akan digelar di Tiongkok dengan nama Chongqing Major.

Tiongkok adalah salah satu pasar terbesar industri game terbesar dunia. Dengan jumlah gamer mencapai 527 juta jiwa (458 juta di antaranya pengguna mobile) dan revenue mencapai US$15 miliar di tengah tahun 2018, membuat pasar ini sangat diminati oleh para penerbit game baik di dalam ataupun luar negara itu sendiri. Akan tetapi dengan semakin ketatnya aturan pemerintah, mungkin sudah waktunya para penerbit mencari pasar alternatif. Bagi penerbit besar seperti Tencent mungkin ini bukan masalah serius, tapi penerbit-penerbit kecil serta developer indie tampaknya perlu menaruh perhatian khusus pada masalah ini.

Sumber: Esports Observer

Street Fighter V Season 4 Dibuka dengan Kehadiran Karakter Baru, Kage

Kejuaran tertinggi Street Fighter, Capcom Cup 2018, telah berakhir. Gachikun dari Jepang keluar sebagai juara setelah mengalahkan Itabashi Zangief dengan karakter andalannya, Rashid the Turbulent Wind. Setelahnya, seperti biasa Yoshinori Ono naik ke atas panggung. Produser Street Fighter V yang terkenal sangat menyukai karakter Blanka itu memberi sebuah pengumuman bagi para penggemar.

Bila Anda masih ingat, tahun lalu Capcom membuat kehebohan karena langsung mengumumkan enam karakter baru sekaligus. Namun kali ini mereka tampaknya sedikit menahan diri. Sebagai pembuka tahun 2019 yang juga merupakan Season 4 dari Street Fighter V, Capcom hanya mengumumkan satu karakter baru, yaitu Kage.

Sekilas Kage sangat mirip dengan Evil Ryu. Bahkan, bila Anda menonton langsung pengumuman pertamanya, mungkin Anda tidak akan menyangka bahwa ternyata dia adalah karakter baru. Selama ini kita kenal Evil Ryu sebagai wujud jahat dari Ryu yang telah teracuni oleh kekuatan Satsui no Hado. Akan tetapi, sebetulnya Evil Ryu tidak pernah masuk ke dalam cerita canon Street Fighter. Ia hanya skenario “what if”, seperti apa jadinya bila Ryu gagal melawan godaan kekuatan jahat dalam dirinya.

Di Street Fighter V kali ini, dikisahkan bahwa Ryu berhasil menolak Satsui no Hado dan meredamnya dengan bantuan The Power of Nothingness (Mu no Ken). Namun ternyata kekuatan itu memberontak keluar, membentuk wujud fisik sebagai petarung manusia. Dialah Kage, personifikasi Satsui no Hado sekaligus bayangan dari Ryu. Nama “Kage” sendiri dalam bahasa Jepang berarti “bayangan”.

Kage - Screenshot
Kage, mirip Evil Ryu tapi berbeda | Sumber: Capcom

Kage memiliki beberapa gerakan yang mirip dengan Ryu, dua yang paling jelas adalah gerakan Shoryuken dan Hadoken. Bedanya, Hadoken milik Kage tidak memunculkan proyektil bila dilakukan di darat, melainkan pukulan energi jarak dekat saja. Ini artinya Kage berbeda dengan karakter tipe shoto lainnya yang bisa melakukan zoning dengan mudah. Alih-alih ahli proyektil, Kage justru lebih fokus pada serangan jarak dekat dengan combo dan damage mematikan.

Kage juga tidak memiliki gerakan Tatsumaki Senpu Kyaku (tendangan berputar). Sebagai gantinya ia memiliki tendangan kuat yang disebut Kurekijin. Ia juga memiliki tendangan Ryusokyaku (axe kick), serupa dengan Evil Ryu di Street Fighter IV.

Kage - V-Skill
V-Skill milik Kage | Sumber: Capcom

V-Skill milik Kage adalah pukulan kuat yang memiliki kekebalan, mirip dengan Focus Attack di Street Fighter IV. Sementara itu V-Trigger I yang disebut Taigyaku Mudo memberikan keahlian teleportasi (Ashura Senku) seperti Akuma, namun lebih cepat dan dapat digunakan di udara! Ya, Kage adalah karakter yang sangat berpusat pada combo, termasuk air combo yang sebetulnya bukan ciri khas seri Street Fighter.

Kage - V-Trigger I
Ashura Senku versi Kage dapat dilakukan di udara | Sumber: Capcom

V-Trigger II miliknya yang disebut Rikudo Osatsu adalah serangan yang sangat menakutkan. Kage melakukan teleportasi ke atas musuh, lalu melancarkan pukulan kuat ke darat. Teleportasi ini bisa dilakukan kapan saja, termasuk di udara, dan dapat menyerang musuh yang sedang terjatuh (off the ground). V-Trigger II juga memberi akses ke jurus Shun Goku Satsu (Raging Demon) seperti Akuma. Bedanya, Kage dapat mengeluarkan Shun Goku Satsu di tengah combo! Capcom menyebut Kage sebagai seorang “glass cannon”, dan tampaknya ia memang memiliki potensi combo yang cukup mengerikan.

Kage - V-Trigger II
Mirip seperti V-Trigger I milik Akuma, tapi lebih fleksibel | Sumber: Capcom

Kage sudah bisa dimainkan mulai hari ini. Anehnya, Capcom tidak merilis Season Pass seperti biasanya. Menurut Andy Wong di situs Capcom-Unity, mereka akan “mencoba sesuatu yang baru” di Season 4 ini, entah apa yang dimaksud. Kage dapat Anda beli secara standalone dengan harga US$5,99 atau dengan Fight Money senilai 100.000 FM.

Sumber: Capcom-Unity

Konami Luncurkan PES 2019 Versi Gratis di PC dan Console

Terlepas dari janji Konami untuk memperkaya konten Pro Evolution Soccer 2019, beralihnya lisensi Liga Champions, Liga Eropa, dan UEFA Super League yang mereka pegang selama 10 tahun ke FIFA 19 membuat penggemar setianya kecewa serta menyebabkan merosotnya penjualan sebanyak 42 persen di minggu pertama perilisan dibanding PES 2018. Dalam upaya menggaet lebih banyak pemain, sang publisher menerapkan sebuah strategi menarik.

Terhitung di tanggal 13 Desember 2018 kemarin, Konami resmi melepas versi free-to-play dari PES 2019 di PC via Steam, PlayStation 4 dan Xbox One. Lewat ‘Pro Evolution Soccer 2019 Lite’, Anda diperkenankan berpartisipasi dalam kompetisi online, menikmati mode multiplayer kooperatif, bermain secara offline, hingga menciptakan tim impian. Untuk game gratis, penawaran Konami ini terbilang sangat dermawan.

Setelah mengunduhnya, Anda bisa segera mengakses mode pertandingan offline dan pelatihan. Terbuka pula gerbang untuk mengikuti PES League, sebuah medium untuk menguji kemampuan Anda melawan para pemain di seluruh dunia. PES League terbagi lagi dalam beberapa mode dan kejuaraan, misalnya kompetisi satu lawan satu, pertandingan kooperatif tiga versus tiga, serta turnamen-turnamen time limited.

Satu elemen krusial yang turut disuguhkan oleh PES 2019 Lite adalah myClub. Fitur ini mempersilakan kita membuat dan menyusun para pemain legendaris yang ada di sepanjang sejarah sepak bola, misalnya menyandingkan Beckham dengan Maradona, Roladhino, Recoba, Cambiasso, Djorkaeff atau Adriano. Konami berencana untuk menambah lagi sosok-sosok ikonis ini melalui update. myClub ialah jawaban developer atas fitur Ultimate Team di seri FIFA.

PES 2019 Lite 2

PES 2019 Lite mengusung engine serta segala macam teknologi yang ada di versi full-nya. Keunikan masing-masing pesepak bola ditentukan oleh 11 karakteristik, misalnya kelincahan manuver, mengoper tanpa melihat, hingga kemampuan dipping shot. Dari sisi teknis, kedua edisi tidak mempunyai perbedaan aspek visual. Berdasarkan daftar kebutuhan sistem PC yang ada di Steam, baik PES 2019 maupun Lite tetap membutuhkan ruang penyimpanan sebesar 30GB dan komposisi hardware serupa.

PES 2019 Lite 3

Seperti judul-judul free-to-play lain, Pro Evolution Soccer 2019 Lite mengusung sistem in-app purchase. Namun karena Konami belum menjelaskan bagaimana mereka menyajikannya di rilis pers dan saya belum sempat menjajalnya, saya belum mengetahui pasti penerapan microtransaction di sana.

Jika kita berkenan memaklumi tidak diperpanjangnya kesepakatan antara Konami dengan UEFA, PES 2019 tetap merupakan permainan berkualitas. Lihat saja acara-acara gaming yang dilangsungkan di tahun ini seperti Game Critics Awards, Gamescom, Golden Joystick Awards, dan The Game Awards; Pro Evolution Soccer 2019 berhasil masuk ke dalam daftar nominasinya.

Dissidia Final Fantasy NT Hadirkan Yuna, Marksman dengan Segudang Opsi Ofensif

Square Enix akhirnya merilis karakter kelima dari rangkaian enam karakter dalam Season Pass Dissidia Final Fantasy NT. Dia adalah Yuna, summoner cantik yang merupakan pasangan Tidus dari Final Fantasy X. Dengan kedatangan Yuna, jumlah karakter playable Dissidia Final Fantasy NT kini mencapai 33 orang. Square Enix dulu pernah mengumumkan bahwa game ini pada akhirnya akan memiliki 50 karakter playable, jadi masih kurang 17 lagi untuk mencapai target tersebut.

Yuna hadir di Dissidia NT dengan sejumlah kemampuan proyektil unik serta Aeon andalannya, Valefor. Seperti karakter pengguna magic kebanyakan, Yuna memiliki peran Marksman, artinya ia akan lebih sering menjaga jarak dan menyerang musuh dari jauh secara taktis. Berbeda dari Dissidia versi PSP, kali ini Yuna hanya bisa membawa satu Aeon, namun penggunaannya lebih variatif.

Valefor hadir sebagai EX Skill milik Yuna, dan dapat kita gunakan untuk Bravery Attack atau HP Attack tergantung dari jumlah EX Gauge yang kita miliki. Valefor memiliki tiga jenis Bravery Attack dan HP Attack, juga bisa digunakan secara defensif untuk menghentikan combo musuh ketika Yuna sedang diserang. Banyaknya pilihan serangan dapat membuat musuh kewalahan, tapi sebagai gantinya Yuna punya damage yang relatif rendah.

Bersama dengan perilisan Yuna, Square Enix juga meluncurkan arena pertarungan baru yang disebut Final Battlefield. Mirip seperti Edge of Madness tempat kita melawan Feral Chaos di Dissidia 012, Final Battlefield adalah arena berbentuk lingkaran tanpa platform vertikal sama sekali. Tempat seperti ini sangat cocok untuk duel, karena unsur random dari sebuah stage benar-benar diminimalkan.

Selain itu, Square Enix juga merilis sembilan background music baru yang bisa Anda pilih untuk menemani pertarungan. Beberapa lagu di antaranya termasuk “The Landing” dari Final Fantasy VIII, “Terra’s Theme” dari Final Fantasy VI, serta “Assault” dari Final Fantasy X. Semuanya dengan aransemen modern khas yang mencirikan nuansa Dissidia. Arena Final Battlefield dan background music baru ini tersedia sebagai update gratis dan dapat dinikmati semua orang.

Karakter terakhir Season Pass Dissidia Final Fantasy NT saat ini belum diumumkan, akan tetapi bocoran hasil data mining di bulan Juli lalu telah menunjukkan siapa saja karakter yang akan muncul berikutnya. Sejauh ini bocoran tersebut terbukti akurat, meskipun kita tidak tahu bagaimana urutan pasti perilisannya. Mereka adalah:

  • Gilgamesh (Final Fantasy V)
  • Tifa Lockhart (Final Fantasy VII)
  • Zack Fair (Final Fantasy VII)
  • Laguna Loire (Final Fantasy VIII)
  • Vivi Ornitier (Final Fantasy IX)
  • Prishe (Final Fantasy XI)
  • Gabranth (Final Fantasy XII)
  • Snow Villiers (Final Fantasy XIII)

Dari kisi-kisi yang telah diberikan Square Enix, karakter berikutnya adalah “seorang pria, dari setengah Final Fantasy terbaru, dan belum pernah muncul di Dissidia”. Jadi kemungkinan ia adalah Snow dari Final Fantasy XIII atau Vivi dari Final Fantasy IX. Sementara karakter sisanya baru akan muncul di Season Pass 2 tahun depan. Tetapi Dissidia Final Fantasy NT punya masalah yang cukup serius, yaitu sepinya peminat. Game ini hanya ramai di arcade Jepang, sementara di console, bila Anda coba memainkannya secara online maka Anda akan sangat kesulitan menemukan lawan tanding. Bisakah Square Enix memulihkan kembali popularitas Dissidia di kalangan gamer?

Sumber: All Games Delta