Konsep Terbaru TCL Tunjukkan Bahwa Layar Foldable dan Rollable Bisa Disinergikan dalam Satu Perangkat

Ada smartphone dengan layar yang dapat dilipat (foldable), ada smartphone dengan layar yang dapat digulung (rollable). Keduanya tentu punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun kalau disuruh memilih, mana yang paling menarik buat Anda?

Memilih dan mengorbankan salah satu rupanya tidak ada dalam kamus TCL. Lewat sebuah konsep baru, mereka membuktikan bahwa teknologi foldable dan rollable bisa disinergikan ke dalam satu perangkat. Itulah premis yang ditawarkan konsep smartphone bernama TCL Fold ‘n Roll ini.

Dalam posisi terlipat dan tergulung, ponsel ini mengemas layar berukuran 6,87 inci. Lalu ketika layarnya dibuka, bentang diagonalnya pun bertambah menjadi 8,85 inci. Mekanisme lipatnya mirip seperti yang diterapkan oleh Huawei pada Mate X generasi pertama, di mana layar lipatnya berada di sisi luar, bukan di sisi dalam.

Rancangan seperti ini mungkin terkesan lebih sleek sekaligus lebih efisien (karena hanya perlu satu panel saja), tapi di saat yang sama juga lebih rentan terhadap goresan jika melihat posisinya yang berada di sisi luar. Mungkin atas alasan inilah Huawei sendiri pada akhirnya merancang Mate X2 dengan layar lipat di sisi dalam.

Namun seperti yang saya bilang, layar lipat bukan satu-satunya daya tarik ponsel ini. Dalam posisi layarnya terbuka itu, pengguna masih bisa menariknya ke samping sehingga layarnya semakin melar lagi menjadi 10 inci. Teknologi layar rollable semacam ini juga bukan hal yang asing lagi buat TCL.

Tentu saja yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana konsep ini bisa direalisasikan menjadi perangkat untuk konsumsi massal. TCL sejauh ini hanya berani bilang bahwa mereka masih dalam proses mengeksplorasi, sehingga tidak ada jaminan Fold ‘n Roll bakal lanjut disempurnakan sampai akhirnya siap dijual ke publik.

Sebelum ini, TCL sempat menyatakan niatnya untuk merilis smartphone dengan layar yang fleksibel sebelum akhir tahun 2021. Meski demikian, sejauh ini belum diketahui apakah TCL bakal menempuh jalur foldable atau rollable.

Sumber: Engadget dan The Verge.

Sony Xperia 1 III dan Xperia 5 III Diumumkan, Unggulkan Kamera dengan Lensa Variable Telephoto

Sony baru saja mengumumkan dua smartphone flagship anyar, yakni Xperia 1 III dan Xperia 5 III. Sebagai penawaran tercanggih dari Sony, sudah pasti keduanya menaruh perhatian ekstra pada sektor kamera.

Di sini yang menjadi bintang adalah kamera telephoto-nya. Sony mengklaim kedua ponsel ini sebagai yang pertama mengemas lensa variable telepsvhoto, yang artinya focal length-nya bisa diganti-ganti antara 70mm dan 105mm (setara 2,9x dan 4,4x optical zoom), dengan aperture yang menyesuaikan sendiri antara f/2.3 atau f/2.8. Sensor yang digunakan sendiri adalah sensor 1/2,9 inci dengan resolusi 12 megapixel.

Untuk kamera utamanya, baik Xperia 1 III maupun Xperia 5 III sama-sama menggunakan sensor 1/1,7 inci beresolusi 12 megapixel, lengkap beserta lensa f/1.7 dan OIS. Kemudian untuk kamera ultra-wide, keduanya memakai sensor 1/2,6 inci dengan resolusi 12 megapixel dan lensa f/2.2.

Seperti sebelumnya, kedua ponsel ini menjanjikan kinerja kamera yang sangat cepat, mampu menjepret dalam kecepatan 20 fps. Untuk video, keduanya bahkan sanggup merekam video HDR dalam resolusi 4K 120 fps. Eye autofocus juga kembali menjadi fitur unggulan, tapi khusus di Xperia 1 III, fitur tersebut turut dilengkapi real-time tracking berkat bantuan kamera 3D ToF.

Guna menunjang performanya, Sony tak lupa menyematkan chipset terkuat saat ini, yaitu Snapdragon 888. Di Xperia 1 III, prosesor tersebut ditemani RAM 12 GB dan pilihan storage 256 GB atau 512 GB, sedangkan di Xperia 5 III, ada RAM sebesar 8 GB dan pilihan storage 128 GB atau 256 GB. Keduanya sama-sama bisa diisi kartu microSD seandainya diperlukan.

Baterai yang tertanam di kedua ponsel juga identik: 4.500 mAh, dengan dukungan fast charging 30 W. Yang berbeda, Xperia 1 III mendukung wireless charging, sedangkan Xperia 5 III tidak. Pun begitu, perbedaan terbesar di antara keduanya terletak pada layarnya.

Di Xperia 1 III, Sony menyematkan panel OLED 6,5 inci dengan resolusi 4K dan refresh rate 120 Hz. Pada Xperia 5 III, panelnya sama-sama OLED dan 120 Hz, akan tetapi ukurannya lebih kecil di 6,1 inci, demikian pula resolusinya di 1080p. Keduanya sama-sama mendukung konten dalam format HDR.

Barangkali hal yang paling mengecewakan dari kedua ponsel ini adalah, Sony sama sekali belum punya informasi harganya. Rencananya, keduanya baru akan dipasarkan memasuki musim panas tahun ini.

Sumber: GSM Arena.

5 Fitur Unggulan OPPO Reno5 F, Cocok Dibeli Sebelum Lebaran

Saat hendak membeli smartphone, faktor utama yang harus dipertimbangkan terlebih dulu tentu adalah harga. Percuma kita menyukai suatu smartphone tertentu apabila harganya di luar budget. Idealnya, kita bisa mencari alternatif yang lebih terjangkau.

Di kelas mid-range, salah satu smartphone terbaru yang cukup laris di pasaran adalah OPPO Reno5. Namun kalau budget Anda kurang dari 5 juta rupiah, masih ada alternatif yang lebih ekonomis tapi tidak kalah menarik, yaitu OPPO Reno5 F.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, fitur-fitur apa saja yang bakal konsumen dapatkan dari smartphone seharga Rp4.299.000 ini? Berikut rangkumannya.

1. Desain stylish dan ergonomis

 

PSX_20210408_113441

Dari generasi ke generasi, seri OPPO Reno selalu mengedepankan desain yang amat stylish. Reno5 F pun tidak luput dari tradisi tersebut. Dengan mengadopsi Flowing Light Design, gradasi warnanya tampak begitu menawan, baik pada varian berwarna Fluid Black maupun Fantastic Purple.

Bukan cuma manis di mata, Reno5 F juga terasa sangat nyaman dalam genggaman berkat bodinya yang ringkas; tebalnya cuma 7,8 mm, dan bobotnya pun tidak lebih dari 172 gram. Dari segi estetika, Reno5 F mampu memberikan kesan yang lebih premium daripada ponsel lain yang ada di kelasnya.

2. Performa optimal dan sistem pendingin yang efisien

 

PSX_20210408_113554

Guna menunjang kebutuhan multitasking maupun gaming, Reno5 F mengandalkan chipset MediaTek Helio P95 yang sudah sangat terbukti kinerjanya, lengkap beserta RAM 8 GB dan penyimpanan internal 128 GB yang dapat diperluas dengan bantuan kartu microSD. Gaming di ponsel ini bakal terasa nyaman karena bodinya tidak akan terasa panas berkat penerapan teknologi multi-cooling system.

Juga tidak kalah penting adalah optimasi dari sisi software, khususnya untuk keperluan gaming. Tiga fitur yang paling menarik adalah Gaming Shortcut Mode untuk mengurangi waktu loading awal permainan, Game Floating Window untuk memastikan pengguna tidak keluar dari permainan karena membuka aplikasi lain (semisal ketika menunggu waktu respawn), dan Bullet Screen Message untuk menampilkan notifikasi pesan teks tanpa mengganggu jalannya permainan.

3. Layar AMOLED yang nyaman di mata

PSX_20210408_113606

Reno5 F mengemas layar AMOLED 6,43 inci dengan resolusi FHD+. Berkat lubang kamera yang kecil, rasio layar ke bodinya cukup tinggi di angka 90,8%. Supaya terasa semakin nyaman, OPPO turut menyertakan fitur Sunlight Screen dan Moonlight Screen. Keduanya berfungsi untuk mengoptimalkan tampilan layar di waktu yang berbeda, sehingga layar tidak terlihat terlalu buram di siang hari, dan sebaliknya tidak kelewat silau di malam hari.

Berhubung layarnya sudah menggunakan panel AMOLED, OPPO pun dapat menyelipkan sensor sidik jari di baliknya sehingga pengguna dapat membuka kunci layar dengan cepat dan praktis.

4. Kamera kaya fitur

PSX_20210408_113128

Kamera belakang Reno5 F terdiri dari kamera utama 48 megapixel f/1.7, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, kamera macro 2 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel. Fitur-fitur andalan seri Reno, seperti misalnya AI Color Portrait untuk mengisolasi warna pada subjek foto maupun AI Monochrome Video untuk mempertahankan warna-warna tertentu saja turut tersedia di sini.

Juga sangat menarik adalah fitur tambahan bernama Dynamic Bokeh, yang akan menambahkan efek bokeh unik yang terlihat seperti seakan-akan diambil dengan menggunakan teknik panning, sangat berguna untuk menghasilkan foto dengan kesan yang dinamis.

5. Baterai besar dengan charging ngebut

PSX_20210408_113318

Terakhir dan yang mungkin juga menjadi prioritas banyak orang adalah soal baterai. Reno5 F mengemas baterai berkapasitas 4.310 mAh, cukup besar kalau melihat fisiknya yang demikian ramping. Namun yang lebih istimewa lagi, baterai ini dapat diisi ulang dengan sangat cepat berkat teknologi 30W VOOC Flash Charge 4.0.

Jadi cukup dengan menggunakan charger bawaannya, baterainya bisa diisi dari 0 – 100% dalam waktu 56 menit saja. Kalau dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Reno4 F, Reno5 F terbukti jauh lebih unggul perihal baterai, baik dari segi kapasitas maupun dukungan fast charging-nya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Sony Masih Memimpin Bisnis Sensor Kamera Smartphone, Tapi Samsung Terus Mengejar

Pandemi boleh menggerus penjualan smartphone secara global di tahun 2020 — turun 8,8% dibanding tahun sebelumnya — akan tetapi hal itu rupanya tidak berpengaruh buruk terhadap bisnis sensor kamera smartphone. Berdasarkan laporan terbaru dari Strategy Analytics, bisnis sensor kamera smartphone justru bertumbuh 13% selama tahun 2020, dengan total pemasukan sebesar $15 miliar.

Secara keseluruhan, Sony masih mendominasi bisnis tersebut dengan pangsa pasar sebesar 46%. Duduk di posisi kedua adalah Samsung dengan 29%, diikuti oleh OmniVision dengan 10%. Sisa 15% merupakan akumulasi dari penjualan produsen-produsen sensor kamera lain yang kurang begitu dikenal.

Meskipun Sony masih jauh memimpin, pangsa pasar mereka sebenarnya sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2019 misalnya, Sony tercatat memiliki 53,5% pangsa pasar sensor kamera smartphone secara global, dan Samsung kala itu bahkan belum mencapai 20%. Lalu apa yang salah dari Sony?

Huawei Mate 40 Pro, salah satu smartphone yang menggunakan sensor Sony IMX700 / Huawei
Huawei Mate 40 Pro, salah satu smartphone yang menggunakan sensor Sony IMX700 / Huawei

Problemnya rupanya bukan Sony, melainkan Huawei, yang merupakan pelanggan terbesar kedua Sony setelah Apple. Seperti yang kita tahu, penjualan smartphone Huawei benar-benar anjlok sejak mereka tidak lagi diperbolehkan menggunakan Google Mobile Services (GMS), dan ini secara tidak langsung berdampak pada penurunan pangsa pasar Sony. Sebagai informasi, beberapa sensor bikinan Sony, seperti misalnya IMX700, memang hanya bisa ditemui di smartphone Huawei.

Belakangan ini kita juga melihat semakin banyak lagi smartphone yang menggunakan sensor kamera bikinan Samsung. Brand seperti Vivo dan Xiaomi misalnya, sudah beberapa kali menyematkan sensor Samsung pada sejumlah produknya, termasuk halnya pada model flagship seperti Vivo X60 Pro+ dan Xiaomi Mi 11 Ultra. Wajar apabila pada akhirnya selisih pangsa pasar Sony dan Samsung terus menyempit.

Ditambah lagi, Samsung bisa dibilang cukup jago dalam hal mempromosikan teknologi sensor kameranya. Setiap kali ada sensor baru, Samsung selalu memberitakannya ke publik, lengkap dengan penjelasan merinci mengenai inovasi-inovasi yang diusung, seperti ketika mereka memperkenalkan sensor ISOCELL GN2 sebagai sensor kamera smartphone berukuran paling besar sejauh ini.

Sumber: EET Asia via DPReview. Gambar header: Depositphotos.com.

Xiaomi Luncurkan Foldable Smartphone Pertamanya, Mi Mix Fold

Usai memperkenalkan smartphone paling flagship-nya untuk tahun 2021, Xiaomi lanjut menyingkap penawaran perdananya di segmen foldable smartphone, Mi Mix Fold. Ada banyak inovasi menarik yang dihadirkan, tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dulu bagian terpentingnya, yaitu layarnya.

Mi Mix Fold mengemas layar OLED fleksibel berukuran 8,01 inci dengan resolusi 2480 x 1860 pixel (aspect ratio 4:3) dan refresh rate 60 Hz. Xiaomi mengklaim layarnya ini adalah yang paling besar di segmen foldable sejauh ini. Secara teknis memang benar, meski mungkin klaim tersebut nyaris tidak ada artinya kalau melihat layar Huawei Mate X2 yang lebih kecil 0,01 inci.

Layar fleksibel ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 900 nit, dan sudah mendukung HDR10+ maupun Dolby Vision. Xiaomi juga tidak lupa menekankan kemampuannya menampilkan l miliar warna, lengkap dengan akurasi warna yang sangat tinggi berkat algoritma kalibrasi racikan Xiaomi sendiri.

Hal lain yang turut dibanggakan oleh Xiaomi adalah engsel berbentuk huruf U yang duduk di sepanjang bagian tengah layar fleksibel tersebut, yang diklaim 27% lebih ringan ketimbang engsel milik ponsel foldable lain. Meski demikian, kekokohannya dijamin oleh hasil pengujian hingga 1 juta kali tekuk.

Beralih ke layar di sisi luar, ada panel AMOLED 6,52 inci beresolusi 2520 x 840 pixel. Layar sebelah luarnya ini juga memiliki tingkat kecerahan 900 nit dan dukungan HDR10+ beserta Dolby Vision. Bedanya adalah refresh rate dan touch sampling rate-nya sudah lebih tinggi dari standar, masing-masing di angka 90 Hz dan 180 Hz. Pada ujung kanan atas layar eksternalnya ini, ada kamera selfie 20 megapixel.

Satu hal yang cukup unik terkait layarnya ini adalah algoritma berbasis AI yang Xiaomi terapkan, yang diklaim mampu meng-upscale resolusi foto dari 720p menjadi 1440p, atau resolusi video dari 480p menjadi 1440p. Seberapa efektif fitur ini dapat bekerja di smartphone tentu masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Seperti halnya Mi 11 Ultra, Mi Mix Fold turut mengemas speaker hasil kolaborasi Xiaomi bersama Harman Kardon. Namun berhubung dimensi Mi Mix Fold lebih besar, jumlah speaker-nya pun juga telah digandakan menjadi 4 buah, dan Xiaomi juga telah menyertakan algoritma untuk menyajikan efek 3D spatial audio.

Kamera dan spesifikasi

Namun sebagai bagian dari keluarga Mi Mix, tentu saja ponsel ini masih membawa sejumlah kejutan lain yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti yang kita tahu, seri Mi Mix selalu dijadikan sebagai ajang demonstrasi teknologi-teknologi terbaru yang Xiaomi kembangkan, dan Mi Mix Fold pun tak luput dari tren tersebut.

Teknologi-teknologi anyar itu bisa kita jumpai langsung pada kameranya. Mi Mix Fold adalah ponsel pertama yang mengemas chip ISP (image signal processor) bikinan Xiaomi sendiri yang dinamai Surge C1. Lewat komponen ini, Xiaomi pada dasarnya ingin meningkatkan kinerja autofocus, auto exposure dan auto white balance secara signifikan tanpa mengonsumsi terlalu banyak energi.

Bukan cuma itu, Mi Mix Fold juga jadi yang pertama menggunakan teknologi Liquid Lens, yang bisa kita temui pada kamera telephoto 8 megapixel-nya. Sesuai namanya, struktur lensa ini melibatkan sejenis cairan yang dibungkus oleh film transparan. Berhubung isinya cairan, kurvatur lensanya pun bisa berubah-ubah, sehingga ia dapat merangkap peran dua jenis lensa sekaligus, yakni lensa telephoto dengan 3x optical zoom, dan lensa macro dengan jarak fokus 3 cm.

Pengguna juga tidak perlu khawatir cairan di dalam lensanya itu beku saat digunakan di cuaca dingin, sebab Xiaomi memastikan cairannya bisa tahan sampai suhu sedingin -40° C, atau sebaliknya sampai suhu sepanas 60° C. Dua kamera lainnya adalah kamera utama 108 megapixel dengan sensor Samsung ISOCELL HM2 dan lensa f/1.8, serta kamera ultra-wide 13 megapixel dengan field of view seluas 123°.

Lanjut ke spesifikasinya, Mi Mix Fold hadir membawa chipset Snapdragon 888, RAM LPDDR5 berkapasitas 12 GB atau 16 GB, serta storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB. Xiaomi tidak lupa menyertakan sistem pendingin spesial yang memiliki area disipasi panas yang luas, yang tak hanya mencakup bagian chipset saja, melainkan juga antena 5G dan sistem fast charging-nya.

Bicara soal fast charging, baterai berkapasitas 5.020 mAh di ponsel ini mendukung pengisian dengan output maksimum 67 W. Kecepatan pengisiannya ini sama persis seperti yang ditawarkan Mi 11 Ultra (0 – 100% dalam 37 menit), tapi bedanya Mi Mix Fold sama sekali tidak mendukung wireless charging.

Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi
Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi

Dalam posisi terlipat, Mi Mix Fold memiliki bodi dengan ketebalan 17,2 mm. Bobotnya berada di kisaran 317 gram, dan panel belakangnya sudah diproteksi oleh kaca Gorilla Glass 5, lengkap dengan tekstur yang menyerupai keramik. Alternatifnya, Xiaomi juga akan menawarkan Mi Mix Fold Ceramic Special Edition dengan material belakang yang berbeda, serta aksen warna emas di bagian engsel dan tombol volume.

Sejauh ini belum diketahui apakah Xiaomi Mi Mix Fold juga akan dipasarkan secara global. Untuk sekarang, Xiaomi baru menjualnya di Tiongkok dengan harga mulai 10.000 yuan (± Rp22,2 jutaan). Varian termahalnya yang mengemas RAM 16 GB dan penyimpanan 512 GB dihargai 13.000 yuan (± Rp28,9 jutaan).

Sumber: Xiaomi dan GSM Arena.

Xiaomi Mi 11 Ultra Adalah Ponsel dengan Sensor Kamera Berukuran Terbesar Sejauh Ini

Xiaomi baru saja memperkenalkan Mi 11 Ultra secara resmi. Seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, ini merupakan smartphone paling flagship yang pernah Xiaomi buat sejauh ini. Jika dibandingkan dengan Mi 11, ada perbedaan yang sangat besar di sektor kameranya.

Jadi langsung saja kita bahas hal yang paling diunggulkan Mi 11 Ultra, yakni kamera. Ponsel ini menjadi yang pertama menggunakan sensor Samsung ISOCELL GN2 pada kamera utamanya. Tidak main-main, ukuran fisik sensor 50 megapixel ini sangatlah besar di angka 1/1,12 inci, dan dengan memanfaatkan teknik four pixel-binning, ukuran pixel individualnya juga amat besar di 2,8 µm.

Singkat cerita, ini adalah sensor kamera dengan ukuran fisik terbesar yang dapat Anda jumpai di smartphone sejauh ini. Agar kinerjanya semakin maksimal dan reliabel, sensor ini turut mendukung fitur-fitur seperti Smart ISO Pro maupun Dual Pixel Pro. Pada Mi 11 Ultra, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa f/2.0 yang mendukung teknologi OIS sekaligus laser autofocus.

Dua kamera sisanya tidak kalah impresif, dan keduanya sama-sama dipersenjatai sensor 48 megapixel (Sony IMX586) yang ukuran fisiknya tergolong besar (1/2 inci) untuk ukuran kamera sekunder dan tersier. Satu disandingkan dengan lensa ultra-wide f/2.2 yang memiliki field of view seluas 128° serta dapat mengunci fokus dari jarak yang amat dekat untuk fotografi macro, satunya dengan lensa periskop f/4.1 yang menawarkan 5x optical zoom dan 10x hybrid zoom (dan 120x digital zoom).

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, kalau memang kamera belakangnya cuma tiga, kenapa modulnya harus sebesar itu? Apakah sebatas untuk hiasan seperti Poco M3? Ternyata tidak demikian. Kalau kita amati, di sebelah kanan LED flash-nya ada sebuah layar ekstra berukuran kecil, persisnya panel AMOLED berukuran 1,1 inci dengan resolusi 126 x 294 pixel.

Selain dapat menampilkan sejumlah indikator dan notifikasi, layar mini itu tentu juga dapat dimanfaatkan sebagai viewfinder tatkala mengambil selfie menggunakan kamera belakangnya. Bisa dibayangkan betapa mudahnya mengambil group selfie menggunakan ponsel ini, apalagi mengingat kamera ultra-wide-nya dibekali sensor yang cukup istimewa, yang pada praktiknya lebih sering dipakai untuk kamera utama ketimbang kamera sekunder.

Ketiga kamera belakangnya ini sama-sama dapat digunakan untuk merekam video beresolusi 8K 24 fps, bukan cuma kamera utamanya saja. Dukungan fitur Night Mode juga tersedia sepenuhnya pada ketiganya.

Layar dan spesifikasi

Beralih ke bagian depan, Mi 11 Ultra mengemas layar AMOLED 6,81 inci dengan resolusi 3200 x 1440 pixel. Layar tersebut mempunyai refresh rate 120 Hz dan touch sampling rate 480 Hz, sedangkan tingkat kecerahan maksimumnya berada di angka 1.700 nit. Sertifikasi HDR10+ maupun Dolby Vision sudah dikantongi, dan Xiaomi tidak lupa melapisinya dengan kaca Gorilla Glass Victus.

Meskipun mengambil selfie menggunakan kamera belakang di smartphone ini gampang berkat layar mininya itu tadi, Xiaomi tetap membekalinya dengan kamera depan 20 megapixel f/2.2. Kalau untuk kegiatan seperti video call, tentu saja jauh lebih nyaman menggunakan kamera depan dan layar utamanya ini ketimbang yang ada di belakang.

Mengenai performa, tidak ada yang terlalu mengejutkan di sini. Mi 11 Ultra datang membawa chipset Qualcomm Snapdragon 888 seperti halnya banyak smartphone flagship lain yang sudah diluncurkan sejauh ini. Yang mungkin agak unik adalah sistem pendingin tiga fasenya, dengan klaim disipasi panas dua kali lebih baik ketimbang sistem bawaan prosesor.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM LPDDR5 dengan pilihan kapasitas 8 GB atau 12 GB, storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB, serta baterai berkapasitas 5.000 mAh. Baterai ini cukup spesial karena selain besar, ia mendukung fast charging dengan output maksimum 67 W, baik itu menggunakan kabel ataupun secara wireless.

Anda tidak salah baca, kecepatan wireless charging Mi 11 Ultra memang sama persis seperti wired charging-nya, dan pengisian dari 0 – 100% hanya memerlukan waktu sekitar 36 menit di ponsel ini. Lebih menarik lagi, Mi 11 Ultra datang dalam boks yang turut dilengkapi charger 67 W. Yang tidak termasuk dalam paket penjualannya adalah wireless charger-nya.

Semua komponen tersebut dikemas dalam bodi premium yang bagian belakangnya terbuat dari bahan keramik, dan secara keseluruhan sudah tahan air serta debu dengan sertifikasi IP68. Pada bagian atas dan bawahnya, kita juga dapat menemui sepasang speaker stereo yang sudah di-tune oleh Harman Kardon.

Selain di Tiongkok, Xiaomi Mi 11 Ultra dipastikan juga akan hadir di pasar global. Di Tiongkok, varian termurahnya (8 GB/256 GB) dijual seharga 6.000 yuan (± Rp13,2 jutaan), sedangkan varian termahalnya (12 GB/512 GB) dihargai 7.000 yuan (± Rp15,4 jutaan). Pilihan warna yang tersedia sederhana saja, yakni hitam atau putih.

Sumber: GSM Arena dan Xiaomi.

OPPO A54 Resmi Diluncurkan, Indonesia Kebagian Jatah Pertama

Usai menarget kalangan menengah ke atas lewat keluarga seri Reno5, OPPO kini ganti menyasar segmen entry-level lewat peluncuran perangkat seri A terbaru, yakni OPPO A54. Indonesia boleh berbangga menjadi tempat pertama berlabuhnya perangkat ini di kancah global.

Sesuai namanya, OPPO A54 merupakan penerus dari A53 yang dirilis tahun lalu. Desain keduanya kelihatan cukup mirip, akan tetapi kalau kita perhatikan, A54 mengemas modul kamera yang lebih besar sekaligus lebih modern, mirip seperti milik Reno5 F. Juga sangat berbeda adalah hilangnya sensor sidik jari di bagian punggung, yang kini sudah dipindahkan ke tombol power pada A54.

Ada dua pilihan warna yang tersedia untuk A54, yaitu Starry Blue dan Crystal Black. Dimensi ringkas pendahulunya tetap dipertahankan, dengan tebal bodi di kisaran 8,4 mm, dan bobot sekitar 192 gram. Untuk pertama kalinya di lini A Series, A54 hadir membawa sertifikasi ketahanan air IPX4.

Pada bagian depannya, pengguna akan disambut oleh layar 6,51 inci beresolusi HD+ (1600 x 720 pixel) dengan satu lubang kamera kecil di ujung kiri atas. Menurut OPPO, single punch-hole display bisa menjadi nilai plus tersendiri buat A54 mengingat masih banyak yang menggunakan waterdrop notch di rentang harga yang sama (dua jutaan rupiah). Yang cukup unik, ketika kamera depannya aktif, akan ada lampu indikator yang menyala di sekitarnya.

Masih seputar layar, A54 turut mewarisi teknologi milik Reno5 F, yaitu Sunlight Screen & Moonlight Screen, yang memungkinkan perangkat untuk mengatur tingkat kecerahan layar secara otomatis dari 2 nit hingga 550 nit, sehingga layar tidak kelihatan kelewat silau di ruangan yang gelap, dan sebaliknya tidak terlalu redup di bawah terik matahari.

Terkait performanya, A54 mengandalkan chipset MediaTek Helio P35, RAM LPDDR4X 4 GB dan penyimpanan internal sebesar 128 GB (dapat diperluas dengan bantuan kartu microSD). Keunggulan milik pendahulunya juga dapat kita jumpai kembali di sini, yakni baterai berkapasitas 5.000 mAh yang mendukung fast charging dengan output maksimum 18 W.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh OPPO, daya baterai sebesar ini cukup untuk menonton video YouTube selama nyaris 20 jam nonstop. Waktu pengisian yang dibutuhkan pun terbilang singkat; 60 menit sudah bisa mengisi hingga sekitar 75% kapasitas totalnya.

OPPO A54 hadir membawa kamera utama 13 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera bokeh 2 megapixel. Dari sisi fitur, A54 adalah perangkat A Series pertama yang dibekali fitur Ultra Night Mode, yang akan aktif dengan sendirinya dan menaikkan exposure selagi pengguna memotret di kondisi minim cahaya.

Kamera selfie-nya sendiri mengandalkan sensor 16 megapixel, dan OPPO telah menyempurnakan fitur AI Beautification 2.0 yang tersematkan sehingga efek yang dihasilkan bakal berbeda untuk setiap orang, sebab algoritmanya dapat menyesuaikan sendiri parameter yang dibutuhkan pada masing-masing subjek foto.

Mengenai sistem operasinya, OPPO A54 menjalankan ColorOS 7.2 yang berbasis Android 10. Sejauh ini belum ada kepastian apakah A54 bakal menerima update ColorOS 11 ke depannya, tapi paling tidak fitur-fitur yang sangat berguna seperti Black Screen Mode (bisa untuk memutar konten YouTube dalam posisi layar dimatikan) maupun Photo Translator (menerjemahkan teks pada foto dengan bantuan Google Lens) sudah tersedia di perangkat ini.

Rencananya, OPPO A54 akan mulai dijual di Indonesia mulai tanggal 1 April 2021 mendatang, baik secara offline maupun online. Harga resminya dipatok Rp2.699.000.

OPPO Resmi Luncurkan Reno5 F dan OPPO Band

Lengkap sudah keluarga seri OPPO Reno5 untuk pasar Indonesia. OPPO baru saja meluncurkan Reno5 F secara resmi, dan perangkat ini melanjutkan jejak pendahulunya sebagai model yang paling terjangkau dari lini Reno5 Series.

Sesuai janji, Reno5 F dijual dengan harga yang sama persis seperti Reno4 F sebelumnya, tepatnya Rp4.299.000. Dengan begitu segmentasinya pun sangat jelas jika disandingkan dengan kedua kakaknya yang lebih mahal, yakni Reno5 dan Reno5 5G.

Sebelumnya, OPPO sudah sempat membahas mengenai desainnya secara cukup mendalam. Perangkat lagi-lagi mengedepankan gaya yang stylish tanpa mengorbankan fungsi, dan itu bisa kita lihat dari penambahan teknologi multi-cooling system pada Reno5 F yang diyakini mampu meningkatkan efisiensi pembuangan panas hingga 21,9%. Di saat yang sama, fisiknya tetap terkesan ringkas dengan tebal hanya 7,8 mm dan berat 172 gram.

Urusan performa, Reno5 F memercayakannya pada chipset MediaTek Helio P95 dan RAM LPDDR4X sebesar 8 GB. Storage internalnya tercatat mempunyai kapasitas 128 GB, dan pengguna masih bisa memperluasnya dengan bantuan kartu microSD.

Satu upgrade yang paling signifikan adalah terkait baterainya. Bukan cuma naik kapasitasnya menjadi 4.310 mAh saja, tapi dukungan fast charging-nya pun turut ditingkatkan menjadi 30 W sehingga baterainya dapat terisi penuh dalam waktu 56 menit. Kalau perlu gambaran, charging selama 5 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk menonton video YouTube selama hampir 3 jam.

Untuk layarnya, Reno5 F menggunakan panel AMOLED 6,43 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel. Di baliknya tentu sudah tertanam sensor sidik jari, dan OPPO pun tak lupa melapisi layarnya dengan kaca Gorilla Glass 3+. Lubang kameranya yang ada di ujung kiri atas mengecil jika dibandingkan pendahulunya.

Kendati demikian, resolusi kamera depannya itu justru telah ditingkatkan menjadi 32 megapixel. Di belakang, kita bisa melihat empat kamera dengan konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel.

Berhubung ini seri Reno, OPPO tentu juga menjejalkan sederet fitur fotografi dan videografi berbasis AI. Dua yang baru pada Reno5 F adalah Dynamic Bokeh dan Night Plus. Secara sederhana, Dynamic Bokeh berfungsi untuk menambahkan semacam efek motion blur (seperti sedang panning) pada detail latar belakang, lalu di saat yang sama subjek foto akan dioptimalkan menggunakan algoritma low-light HDR. Night Plus sendiri pada dasarnya merupakan koleksi filter yang dirancang untuk meningkatkan kualitas foto pemandangan di malam hari.

Secara default, OPPO Reno5 F sudah menjalankan ColorOS 11 yang berbasis Android 11. Tentunya ada banyak peningkatan yang dihadirkan dari sisi perangkat lunak, tapi yang paling menarik adalah fitur-fitur untuk keperluan gaming. Ada dua fitur yang menurut saya sangat menarik untuk disoroti, yaitu Gaming Shortcut Mode dan Bullet Screen Message.

Sesuai namanya, Gaming Shortcut Mode diciptakan untuk memberikan akses cepat ke dalam game. Caranya adalah dengan mengurangi waktu loading di awal, sehingga perangkat bisa secara otomatis melompati logo splash screen maupun bagian intro dari suatu game. Bullet Screen Message di sisi lain diciptakan untuk menampilkan notifikasi pesan teks tanpa mengganggu jalannya permainan. Jadi ketimbang menampilkan banner seperti biasanya, notifikasi pesan akan ditampilkan dalam bentuk running text yang bergerak secara horizontal.

Buat yang tertarik, Reno5 F akan dijual mulai tanggal 2 April mendatang dengan banderol Rp4.299.000. Alternatifnya, OPPO juga akan membuka flash sale Reno5 F di Lazada pada tanggal 27 Maret hingga 1 April. Selama flash sale, konsumen berhak mendapatkan bonus berupa limited 3-in-1 giftbox yang terdiri dari earphone wireless, smart bracelet, dan phone holder.

OPPO Band

Pada kesempatan yang sama, OPPO Indonesia juga memperkenalkan perangkat wearable keduanya, yakni OPPO Band. Perangkat ini merupakan sebuah fitness tracker yang berfitur lengkap, dan desainnya juga tampak trendi dengan pilihan warna hitam atau lavender.

Namun daya tarik utamanya sebenarnya terletak pada layarnya. Tidak main-main, OPPO Band mengemas layar AMOLED 1,1 inci dengan resolusi 126 x 294 pixel dan 100% coverage warna DCI-P3. AMOLED memang cukup umum kita jumpai di smartwatch, tapi masih tergolong langka di kategori smart band semacam ini.

Dari segi fitur, OPPO Band hadir membawa fitur pemantauan kadar oksigen dalam darah (SpO2) secara nonstop, yang bahkan masih akan bekerja di saat pengguna tidur. Heart-rate monitoring tentu juga tersedia dan berlangsung secara real-time berkat sensor optik yang tersematkan di belakang OPPO Band.

Total ada 12 mode latihan dasar yang didukung, termasuk halnya berenang karena perangkat ini memang tahan air hingga kedalaman 50 meter. Untuk urusan kustomisasi, OPPO Band hadir membawa lebih dari 40 tampilan (watch face) yang bisa diganti-ganti secara mudah.

Hal lain yang cukup mengejutkan dari OPPO Band adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, ia diklaim sanggup beroperasi sampai 12 hari nonstop. Tentunya ini bisa berbeda tergantung pemakaian; bisa lebih singkat, bisa juga lebih lama, seperti yang dibuktikan oleh PR Manager OPPO Indonesia, Aryo Meidianto.

Saat mempresentasikan OPPO Band, Aryo sempat bercerita bahwa baterai OPPO Band yang dikenakannya masih tersisa 3%. Padahal, terakhir kali ia mengisi ulang perangkat tersebut adalah di tanggal 5 Maret, alias sekitar 19 hari yang lalu.

OPPO mematok harga yang cukup kompetitif untuk OPPO Band: Rp549.000 Rp649.000. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 10 April, akan tetapi sebelumnya akan ada program flash sale terlebih dulu di Shopee pada tanggal 4 – 9 April.

*Koreksi: Ada perubahan harga OPPO Band dari Rp549.000 menjadi Rp649.000 berdasarkan keterangan resmi yang langsung kami terima dari OPPO Indonesia.

OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro Resmi Dirilis, Semakin Mahal dan Semakin Flagship

Di titik ini, OnePlus sudah tidak pantas lagi menyandang titel “flagship killer“. Sebaliknya, OnePlus secara perlahan telah membangun image-nya menjadi brand flagship, dan sentimen tersebut tersirat jelas pada dua smartphone terbarunya: OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro.

Keduanya adalah ponsel pertama yang OnePlus kembangkan bersama Hasselblad, dan kita pun bisa melihat logo Hasselblad terpampang jelas pada modul kameranya. Tidak mengherankan apabila OnePlus kemudian menghabiskan banyak waktu membahas kapabilitas kameranya, meski sejauh ini keterlibatan Hasselblad baru sebatas software dan color science.

Namun itu bukan berarti duo OnePlus 9 ini mengusung hardware yang biasa saja. OnePlus 9 Pro misalnya, datang membawa kamera utama 48 megapixel dengan sensor IMX789 berukuran 1/1,4 inci hasil kolaborasinya langsung bersama Sony. Bukan cuma itu, ia juga mengemas kamera ultra-wide 50 megapixel yang sangat istimewa, dengan sensor Sony IMX766 berukuran 1/1,56 inci. Kalau melihat kode nama dan spesifikasinya, sepertinya ini merupakan sensor yang sama seperti yang digunakan oleh OPPO Find X3 Pro.

Melengkapi sistem kameranya adalah kamera telephoto 8 megapixel dengan 3,3x optical zoom dan kamera monokrom 2 megapixel. Mungkin inilah bagian yang paling mengecewakan dari OnePlus 9 Pro. Di saat pabrikan seperti OPPO justru mencoba menghadirkan sesuatu yang unik dalam bentuk kamera microlens, OnePlus masih menyematkan kamera monokrom yang kemungkinan besar tidak akan pernah dipakai oleh penggunanya (karena lebih baik menggunakan kamera utamanya, lalu menambahkan filter hitam-putih).

Kabar baiknya, kamera ultra-wide yang sama juga bisa kita jumpai pada OnePlus 9. Kamera utamanya pun sama-sama memiliki resolusi 48 megapixel, akan tetapi sensor yang digunakan berbeda, yakni Sony IMX689 dengan ukuran penampang 1/1,43 inci, dan juga tidak ada OIS di sini. Meski begitu, perbedaan terbesar yang bakal paling terasa adalah absennya kamera telephoto pada OnePlus 9.

Kedua ponsel sama-sama dibekali kamera depan 16 megapixel. Urusan video, meski keduanya sama-sama mampu merekam dalam resolusi maksimum 8K 30 fps, cuma OnePlus 9 Pro saja yang menawarkan mode perekaman 4K 120 fps, sedangkan OnePlus 9 cuma mentok di 60 fps untuk mode 4K.

Beralih ke layar, OnePlus 9 Pro mengemas panel AMOLED 6,7 inci dengan resolusi 1440p dan tingkat kecerahan maksimum 1.300 nit. Panel ini sudah mengadopsi teknologi LTPO (low-temperature polycrystalline oxide), yang berarti refresh rate-nya bisa diatur secara otomatis antara 1 Hz – 120 Hz demi meningkatkan daya tahan baterai selagi tetap menyajikan pengalaman penggunaan yang mulus. Supaya terasa makin mulus, touch sampling rate-nya juga ikut digenjot menjadi 360 Hz.

OnePlus 9 di sisi lain memiliki layar AMOLED yang berukuran sedikit lebih kecil: 6,55 inci dengan resolusi 1080p, refresh rate 120 Hz, touch sampling rate 240 Hz, dan tingkat kecerahan maksimum 1.100 nit. Permukaan layar ini juga rata, tidak seperti milik OnePlus 9 Pro yang melengkung di sisi kiri dan kanannya.

Meski kamera dan layarnya berbeda, OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro mengemas dapur pacu yang sama persis, dengan chipset Snapdragon 888 yang menjadi otaknya, ditambah RAM LPDDR5 sebesar 8 GB atau 12 GB, serta storage internal UFS 3.1 berkapasitas 128 GB atau 256 GB. Kapasitas baterai yang diusung pun juga identik — 4.500 mAh — dan keduanya sama-sama mendukung fast charging dengan output maksimum 65 W menggunakan adaptor yang termasuk dalam paket penjualan.

Wireless charging turut menjadi fitur standar, namun khusus untuk OnePlus 9 Pro, ada aksesori opsional yang dapat dibeli untuk mewujudkan pengisian secara nirkabel dengan output 50 W, sehingga charging dari 1% sampai 100% hanya memerlukan waktu sekitar 43 menit saja.

Dari tadi saya sama sekali belum membahas desainnya, sebab memang tidak ada elemen-elemen tertentu yang benar-benar mencolok. Kalau Anda suka dengan desain OnePlus 8T, Anda semestinya juga akan suka dengan desain kedua ponsel ini. Satu hal yang mungkin perlu dicatat terkait fisiknya adalah, yang mengantongi sertifikasi ketahanan air IP68 di sini hanyalah OnePlus 9 Pro.

Di Amerika Serikat, OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro saat ini telah dipasarkan masing-masing dengan harga mulai $729 (± Rp10,5 jutaan) dan $969 (± Rp14 jutaan). Keduanya sama-sama hadir dalam tiga pilihan warna yang berbeda, dan konsumen harus lebih teliti dalam memilih karena tekstur permukaannya bisa berbeda antara glossy atau matte.

OnePlus 9R

Dalam kesempatan yang sama, OnePlus turut mengumumkan OnePlus 9R, model khusus yang hanya akan dijual di India saja. Ponsel ini bisa dibilang adalah OnePlus 8T yang sudah disempurnakan lebih jauh lagi, dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan standar tahun 2021.

Layarnya merupakan panel AMOLED 6,55 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz yang sama seperti milik OnePlus 8T maupun OnePlus 9. Bedanya, performanya berada di tengah-tengah; OnePlus 9R ditenagai oleh chipset Snapdragon 870 yang lebih kencang daripada Snapdragon 865 milik OnePlus 8T, tapi lebih inferior ketimbang Snapdragon 888 milik OnePlus 9.

Tidak ada logo Hasselblad pada modul kameranya. Pada kenyataannya, ia mengemas sistem kamera yang identik dengan milik OnePlus 8T: kamera utama 48 megapixel (Sony IMX586), kamera ultra-wide 16 megapixel, kamera macro 5 megapixel, kamera monokrom 2 megapixel, dan kamera selfie 16 megapixel.

Kemiripannya dengan OnePlus 8T terus berlanjut sampai ke baterainya, yang ternyata juga memiliki kapasitas 4.500 mAh dan mendukung fast charging 65 W. Seperti 8T, OnePlus 9R juga tidak dilengkapi dukungan wireless charging sama sekali.

Di India, ponsel ini akan dijual dengan harga 40.000 rupee (± Rp7,95 jutaan) untuk varian 8 GB/128 GB, atau 44.000 rupee (± Rp 8,75 jutaan) untuk varian 12 GB/256 GB.

Sumber: OnePlus.

Poco F3 dan Poco X3 Pro Resmi Diungkap, Lagi-Lagi dengan Spesifikasi Mengesankan

Poco baru saja memperkenalkan dua smartphone baru yang sangat menarik, yaitu Poco F3 dan Poco X3 Pro. Seperti yang sudah bisa kita tebak dari Poco, keduanya menawarkan spesifikasi dan fitur yang mengesankan dalam harga yang terjangkau.

Kita mulai dari Poco F3 dulu, yang pada dasarnya merupakan penerus dari Poco F2 Pro. F3 adalah flagship Poco untuk tahun ini, jadi wajar apabila spesifikasinya tidak main-main: Qualcomm Snapdragon 870, RAM LPDDR5 6 GB atau 8 GB, dan storage internal UFS 3.1 sebesar 128 GB atau 256 GB.

Poco menanamkan layar AMOLED 6,67 beresolusi FHD+ (2400 x 1080 pixel) pada F3, dan panelnya ini juga telah mendukung refresh rate 120 Hz sekaligus touch sampling rate 360 Hz. Tingkat kecerahan maksimumnya tercatat di angka 1.300 nit, dan layar ini juga sudah mengantongi sertifikasi HDR10+.

Secara estetika, Poco F3 kelihatan sangat mirip seperti Redmi K40, dengan permukaan depan sekaligus belakang yang sudah dilapisi oleh kaca Gorilla Glass 5. Tebal bodinya cuma 7,8 mm, dan bobotnya tidak lebih dari 196 gram. Meski ringkas, F3 tetap mengusung baterai berkapasitas cukup besar — 4.520 mAh — yang mendukung fast charging 33 W.

Tiga buah kamera di belakangnya terdiri dari kamera utama 48 megapixel (Sony IMX582), kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 5 megapixel. Kamera depannya yang mengdadopsi model hole-punch mempunyai resolusi 20 megapixel serta sudah mendukung fitur Night Mode. Beberapa fitur lain yang patut disoroti dari F3 mencakup speaker Dolby Atmos dan fitur Audio Zoom saat merekam video.

Di pasar Eropa, Poco F3 akan segera dijual dengan harga €349 (± Rp6 jutaan) untuk varian 6 GB/128 GB, dan €399 (± Rp6,9 jutaan) untuk varian 8 GB/256 GB. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: Arctic White, Night Black, dan Deep Ocean Blue.

Poco X3 Pro

Untuk Poco X3 Pro, dari namanya sudah kelihatan bahwa ia merupakan upgrade dari Poco X3 NFC, yang rupanya begitu laris dengan angka penjualan melebihi 4 juta unit dalam kurun waktu hanya 7 bulan. Desainnya memang tampak identik (terlepas dari pilihan warnanya), akan tetapi jeroannya sudah banyak berubah.

Perubahan terbesarnya terletak pada chipset-nya. Poco X3 Pro merupakan ponsel pertama yang ditenagai Qualcomm Snapdragon 860, chipset baru tapi lama yang diklaim menawarkan peningkatan dibanding Snapdragon 855+. Jadi kalau Snapdragon 870 bisa kita anggap sebagai Snapdragon 865+ yang di-overclock, maka Snapdragon 860 ini juga dapat dilihat sebagai Snapdragon 855+ yang digenjot clock speed-nya.

Dari situ kita bisa mendapat gambaran kasar performanya seperti apa, dan kita semestinya juga dapat menjadikan deretan smartphone flagship keluaran tahun 2019 sebagai acuan. Satu hal yang perlu dicatat adalah, Poco X3 Pro sama sekali tidak mendukung konektivitas 5G.

Kamera juga merupakan sektor yang menerima pembaruan pada Poco X3 Pro. Kamera utamanya mengemas sensor yang sama seperti milik Poco F3, yakni Sony IMX582 dengan resolusi 48 megapixel. Tiga sisanya adalah kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Di depan, ada kamera selfie 20 megapixel yang menghuni lubang kecil pada layar.

Untuk layarnya, X3 Pro sama persis seperti X3 NFC: 6,67 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 120 Hz, dan touch sampling rate 240 Hz. Yang sedikit berbeda, proteksi layarnya telah di-upgrade menjadi kaca Gorilla Glass 6. Berhubung layarnya masih IPS LCD, sensor sidik jarinya masih disatukan dengan tombol power di sisi kanan.

Juga tidak berubah dibanding X3 NFC adalah baterainya: 5.160 mAh dengan dukungan fast charging 33 W menggunakan adaptor yang termasuk dalam paket penjualan. Penjualannya sendiri akan segera dimulai di kawasan Eropa dengan harga €249 (± Rp4,3 jutaan) untuk varian 6 GB/128 GB, dan €299 (± Rp5,1 jutaan) untuk varian 8 GB/256 GB.

Sejauh ini belum diketahui kapan Poco bakal membawa kedua smartphone barunya ini ke Indonesia, tapi kalau melihat riwayat peluncuran sebelum-sebelumnya, semestinya tidak akan terlalu lama dari sekarang.

Sumber: GSM Arena dan Poco.