Adandu Resmi Diluncurkan!

adandu-logoKemarin sore Adandu.com, sebuah situs jejaring social video independen, resmi diluncurkan. Bertempat di Papa’s Gelato, Ancol (yang secara bersamaan mengadakan grand launching) Gardenia Putri (co-founder Adandu) dan Steven (co-founder) mengadakan press conference mengumumkan peluncuran website Adandu secara resmi. Di belakang Adandu sendiri terdapat anak-anak muda yang kreatif dan juga didukung dana dari Svarnamitra.

Continue reading Adandu Resmi Diluncurkan!

Sedikit Cerita di Belakang Adandu

Tadi malam saya bertemu dengan Gardenia Putri, sang founder dari Adandu untuk sekedar makan malam sambil sharing mengenai situs social network yang didirikannya sejak tahun 2008 lalu. Bersama dengan Toni (online marketing wizard) dan Edo (social media guru), kami berdiskusi mengenai banyak hal dan kami mendapatkan cerita banyak mengenai Adandu.

Ide untuk pembuatan Adandu bermula dari Putri yang berumur 24 tahun yang ingin memulai sebuah bisnis online. Tadinya dia ingin membuat sebuah bisnis online dengan model iklan baris, itu kenapa situs tersebut dinamakan Adandu (Ad and you), namun dalam prosesnya terjadi pergantian haluan untuk konsep dasar dari bisnis online tersebut menjadi sebuah social networking yang saat itu memang sedang trend… setidaknya untuk orang Indonesia.

Putri, yang ternyata mantan mahasiswi Moestopo (bukan Binus) kemudian mengajak beberapa temannya untuk mulai membangun situs Adandu ini. Putri yang merupakan otak dari Adandu kemudian mulai mengkonsepkan fitur-fitur dasar dari Adandu seperti Video mashup, chips & karma, dan user leveling. Dibantu oleh 2 orang programmer, akhirnya situs Adandu ini sukses live diatas platform Drupal  dan dengan beberapa plugin untuk video editor (Kaltura).

Saya mempelajari sebuah hal yang menarik dari sistem user leveling milik Adandu ini, dan ini berkaitan dengan karma yang didapatkan seorang user. Jadi ketika user memiliki karma yang tinggi karena rajin beraktivitas (menulis, komentar, create video mashup, dll) maka user bisa memasuki kasta Angel, dan ketika karma yang dimiliki sangat kecil maka user bisa menjadi Devil. Lucunya, baik Angel dan Devil ini tetap diberi reward dengan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki user dari tingkatan lainnya. Menarik mengingat Adandu juga memberi reward ke semua user baik aktif maupun tidak, mungkin agak terkesan tidak berguna karena untuk user yang tidak aktif tentu tidak berguna jika diberikan “ability” yang unik, toh kemungkinan besar tidak akan digunakan.

Adandu sendiri merupakan salah satu startup yang beruntung untuk mendapatkan dukungan dari investor lokal. Dengan funding yang cukup dan ruangan kantor di daerah Sudirman tentu menjadi motivasi tersendiri untuk tim Adandu terus mengembangkan Adandu, yang menurut saya masih sangat berpotensi untuk memenangkan pasar pengguna internet lokal.

Pembicaraan-pun masuk ke arah bisnis dari Adandu, yang seperti yang mungkin bisa anda lihat masih mengandalkan sepenuhnya pada advertising (iklan). Adandu sendiri memang masih mengembangkan fitur tambahan untuk kembali mendongkrak revenue mereka selain dari pos advertising. Model bisnis iklan di social network memang sampai saat ini kurang sustainable dan masih sangat tergantung pada traffic dan bukan ke service / produk dan hal ini yang membuat banyak social network agak tersendat pengembangannya karena sibuk melayani advertiser dan bukan melayani user.

Agaknya hal ini juga disadari oleh Putri yang dalam waktu dekat ini akan meluncurkan online store di Adandu. Platform chips & karma sudah disiapkan sejak lama (meskipun masih status beta) dan akan menjadi tulang punggung sistem virtual currency dalam transaksi di Adandu Store ini. Untuk produk yang akan dijual Putri mengaku akan menggaet partner-partner untuk berjualan di Adandu Store, jadi Adandu hanya akan menjadi media saja dan bukan menjadi penjual langsung. Lalu dari mana keuntungan untuk Adandu? Belum saya tanyakan sih, namun ada beberapa pilihan antara men-charge subscription fee (biaya bulanan) untuk toko yang ingin berjualan atau mengambil keuntungan dari selisih antara kurs chips dan rupiah. Untuk saat ini 1 chips berharga Rp. 25,- jadi anda bisa hitung-hitung sendiri lah.

Dibawah ini ada salah satu contoh barang (speaker) yang akan dijual di Adandu Store, dan Putri dengan baik hati memberikannya kepada saya secara cuma-cuma. Ehem.. ehem..

Lalu saya pun coba berfantasi mengenai konsep Adandu ke depannya. Jujur, konsep Adandu yang sekarang sudah cukup baik, buktinya sudah ada investor yang berani backing. Namun kesalahan utama dari Adandu adalah memperkenalkan Adandu ke orang / komunitas yang kurang tepat, kenapa? Karena staff Adandu belum tahu sebenarnya dimana keunggulan dari Adandu. Saya melihat Adandu memiliki keunggulan di bidang online video editing, sebuah fitur yang mungkin sudah banyak digunakan di situs-situs luar negeri namun masih belum ada yang cocok dengan pengguna dari Indonesia. Menurut anda itu kurang kuat karena hanya follower dari situs luar negeri? Mungkin.

Coba kita lihat Koprol, sebuah situs yang konsepnya mengadopsi konsep location based social networking dari Brightkite. Namun dengan jeli melihat dan menyesuaikannya dengan pasar lokal mampu membuat Koprol menjadi situs yang populer dan berguna. Atau contoh lain GantiBaju, situs ini mengadopsi konsep User generated design kaos milik Threadless. Namun lagi-lagi dengan detail-detail kecil yang unik dan Indonesia banget, GantiBaju mampu menarik banyak pengguna.

Kalau orang kebanyakan membandingkan Adandu dengan Facebook/Friendster, maka saya membandingkan Adandu dengan YouTube/Vimeo. Komunitas online yang berbasis pada kesukaan akan video publishing. Niche!

Bayangan saya adalah melihat Adandu mampu memasarkan/memperkenalkan produknya ke komunitas-komunitas video publisher baik amatir maupun professional, meskipun sebaiknya yang Amatir dulu saja karena sistem video editing-nya pun masih jauh dibandingkan software video editor yang biasa dipakai video publisher professional. Atau setidaknya Adandu mampu mempersempit target audiencenya ke pasar yang lebih “minoritas” namun tetap memberikan layanan yang baik.

Untuk monetize tentu iklan sudah menjadi pilihan yang sulit, karena dengan pasar yang lebih kecil tentu menjadi kurang menarik bagi advertiser. Namun monetisasi bisa diambil dari model Freemium, berikan layanan basic secara cuma-cuma dan untuk pengguna extreme (berbayar) bisa diberikan banyak fitur tambahan yang tidak dimiliki pengguna free. Saya pikir jika pengemasan dan pengembangan produknya bagus, Adandu akan mampu menarik banyak pengguna berbayar dan menjadi profitable tanpa perlu mengandalkan traffic semata.

Wow, posting ini panjang juga ya. Sudah cukup bagian dari saya. Ayo, bagaimana anda memandang Adandu yang sekarang dan apa fantasi anda untuk Adandu?  Sampaikan pendapat anda di kolom komentar.

ps: Thanks to Putri for having us and thank you for the goodies. ehem lagi..

photo credit: puspa

Adandu, Just Another Social Network?

Mungkin beberapa dari anda sudah pernah mendengar mengenai sebuah website bernama Adandu. Adandu ini memang sempat populer awal tahun 2009 lalu dan menjadi perbincangan di beberapa forum dan situs-situs besar, namun seperti kepopulerannya itu tidak bertahan terlalu lama.

Adandu adalah (lagi-lagi) sebuah situs jejaring sosial lokal yang diluncurkan ke publik 1 Januari 2009 lalu. Bermula dari sebuah riset yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Bina Nusantara awal tahun 2008, dan dibuka untuk akses para mahasiswa Binus pada Oktober 2008. Didirikan oleh Gardenia Putri, Adandu memiliki konsep sebagai sebuah platform aplikasi komunitas online dengan fitur-fitur sosial cita rasa Indonesia, walau sebenarnya frase ‘platform aplikasi’ terkesan terlalu berat dan sebenarnya tidak tampak di situs ini.

Seperti biasa, ketika situs ini diluncurkan banyak yang menyamakan Adandu sebagai Facebook versi lokal meski sebenarnya sama sekali tidak sama karena Facebook benar-benar merupakan platform aplikasi sedangkan Adandu bukan. Adandu mengklaim bahwa mereka mengusung visi, misi dan fitur-fitur yang berbeda dari situs-situs jejaring sosial yang sudah ada.

Berikut penjelasan yang diberikan oleh Customer Service Adandu ketika saya kontak via email :

Melalui websitenya, Adandu menyajikan fitur-fitur umum, seperti pertemanan, inbox, blog, forum, grup, pungutan suara / poll, upload audio, foto atau video. Namun sebenarnya Adandu memiliki dua fitur utama yang membedakannya dari website-website lainnya, yaitu:

– Chips & Karma (reward system)
– Video Mashup / online video editing.

Chips & Karma adalah sistem peringkat keanggotaan dua dimensi, yang akan membedakan kemampuan dan posisi sosial seorang anggota dengan anggota lainnya. Chips adalah sarana tukar-menukar yang digunakan dalam komunitas Adandu, di mana sejumlah Chips yang dimiliki seseorang dapat ditukarkan dengan promosi atau barang-barang dalam event-event tertentu. Karma mewakili kedudukan sosial seorang anggota, seorang anggota akan memiliki lebih banyak fasilitas dibanding anggota lainnya bila memiliki nilai Karma yang lebih tinggi. Nilai Chips & Karma seorang anggota akan berubah naik atau turun sesuai dengan jenis dan jumlah aktifitas, serta opini anggota-anggota lainnya terhadap orang tersebut.

Video Mashup adalah fitur yang memungkinkan seseorang mengubah, menambah atau menggabungkan komponen-komponen audio-visual ke dalam satu video secara online. Walau masih diperuntukkan untuk pengguna non-profesional, teknologi Video Mashup ini masih terbilang baru di dunia Internet, dan Adandu adalah website pertama di Asia Tenggara yang menawarkan fitur video editing ini bagi penggunanya. Sebelumnya, proses video editing selalu dilakukan secara offline dengan menggunakan program-program khusus yang ter-install di komputer pengguna sebelum video tersebut di-upload ke website tertentu. Dengan fitur Video Mashup, seseorang dapat menggabungkan lagu-lagu, foto-foto dan video-video klip dalam satu video baru, serta mengubah susunan tampilan, durasi, menambah teks, menambah efek-efek khusus atau lainnya. Semuanya ini dilakukan secara online melalui website Adandu tanpa perlu menggunakan program lain, hanya memerlukan web browser saja.

Dari sisi pasar, Adandu membidik komunitas pengguna Internet di Indonesia dan di negara-negara tetangga, yang berusia antara 17 hingga 34. Selain bergantung pada penghasilan dari event-event dan dari sumbangan para donatur, Adandu juga menawarkan lokasi-lokasi iklan dalam websitenya dan akan segera membuka sebuah toko online yang disertai berbagai layanan-layanan terkait yang menarik. Namun di atas segalanya, Adandu akan tetap berusaha meningkatkan kualitas dan menyempurnakan layanan online yang diberikan secara gratis pada para penggunanya.

Dan saya melanjutkan email dengan mengirimkan beberapa pertanyaan yang ternyata dijawab oleh Customer Service dan sayangnya beberapa pertanyaan dari saya tetap tidak terjawab karena hanya sang Putri yang mampu menjawabnya. d’oh.

**** START ****

Apa yang membuat Adandu yakin bisa menggaet pengguna baru, terutama jika hampir semua fitur di Adandu juga ada di Facebook. Memang ada fitur video editing online, namun apa itu itu appealing untuk calon pengguna?

Di masa kemajuan teknologi yang luar biasa ini, kami sadar bahwa tidak akan pernah ada fitur pamungkas yang dapat menjamin sebuah website menjadi ramai dikunjungi orang. Tapi, terutama jika dibandingkan dengan situs jejaring sosial global, Adandu memiliki tiga kelebihan yang mendasar yaitu:
(a) keuntungan letak geografis; yang memungkinkan pengurus dan komunitas Adandu saling berinteraksi langsung di dunia nyata.
(b) pemahaman latar belakang sosial-budaya; yang memberi kepekaan sosial, sifat adaptif dan fleksibilitas bagi para pengurus Adandu dalam menyesuaikan layanan bagi para anggota.
(c) efisiensi tim kecil dalam menerapkan kreatifitas dan inovasi baru; yang memungkinkan Adandu bergerak lebih lincah dibandingkan website-website lain yang jauh lebih besar dalam mengantisipasi perubahan kebutuhan penggunanya.

Metode dan strategi apa saja yang diterapkan oleh Adandu untuk memperoleh pengguna baru? Iklan kah? Atau pasang poster kan? Atau bagaimana?

Kami memang memasang iklan on-line di beberapa jaringan penyedia iklan, menyebarkan flyer-flyer dan lainnya. Namun seperti yang tertulis di jawaban 1.a di atas, Adandu lebih menekankan interaksi langsung dengan komunitasnya, sehingga timbul penyebaran informasi melalui ‘word of mouth’ dan ‘friend invites friends’.
Dengan fitur online video editing, kenapa tidak menjangkau pasar yang niche saja misalnya para video publisher (amatir dan professional)? Kenapa masih tetap memilih pasar yang general?

Melayani pasar terbatas memang sangat menggiurkan. Namun kita berhadapan dengan fakta bahwa pembuat dan penerbit video amatir maupun profesional saat ini menuntut kualitas video online yang lebih baik, seperti High-Definition Video (HD), sedangkan koneksi Internet yang memadai untuk kualitas video HD di Indonesia masih belum tersedia secara luas. Hal ini menyebabkan tuntutan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik, walau sebenarnya aplikasi dan infrastruktur penunjang fitur Audio, Photo, Video dan Video Mashup di Adandu (menggunakan jaringan CDN Limelight Network) telah siap untuk menampung, mengolah dan menampilkan konten-konten rich-media dengan kualitas HD.
Hal inilah yang mendorong kami memilih pasar pengguna umum dan non-profesional.

Dari sisi bisnis, apakah Adandu 100% mengandalkan iklan banner saja? Adakah business model lain yang diterapkan (atau akan diterapkan) oleh Adandu?

Sayang sekali, yang paling kompeten menjawab pertanyaan ini hanyalah Putri sendiri. Maaf.

Sudah berapa jumlah member Adandu sekarang? Dan seberapa aktifkah mereka? Apa saja kegiatan mereka di Adandu?

Adandu masih sangat muda, banyak hal yang harus kami capai sebelum pantas disejajarkan dengan website-website besar lainnya. Tapi, kami sudah sangat gembira melihat prosentase jumlah anggota yang tumbuh sebesar tiga digit per bulan. Dan kami juga senang melihat data Alexa yang menunjukkan rata-rata pengunjung Adandu menghabiskan waktu sekitar 40 menit per hari untuk beraktifitas di website kami.

Kalau melihat data Google Analytics, aktifitas anggota Adandu saat ini lebih banyak terjadi di Forum dan Blog. Pertumbuhan aktifitas upload Photo meningkat pesat sejak bulan Mei 2009, terutama setelah kami membuka kapasitas upload rich-media tak terbatas, dan dengan adanya tren pembuatan video koleksi foto dengan menggunakan Video Mashup.

Apakah Rewarding system (chips dan karma) cukup efektif untuk pengguna agar lebih aktif berkegiatan di Adandu?

Potensi Chips & Karma sebagai katalisator utama aktifitas komunitas kami sangat luar biasa. Di bulan Nopember hingga Desember 2008 lalu, kami mencoba fitur ini pada komunitas mahasiswa Universitas Bina Nusantara dalam sebuah acara yang bernama “Chips Hunting”. Dari acara tersebut kami menyimpulkan bahwa keberadaan fitur Chips & Karma berpengaruh langsung pada berbagai kegiatan yang terjadi di komunitas. Kami juga melihat adanya keterkaitan yang erat antara nilai Chips & Karma, jumlah konten dan dinamika sosial-online di Adandu. Selain itu, konsep Chips & Karma juga dapat diterapkan dalam berbagai aplikasi online lainnya, seperti dalam sistem jajak pendapat, sebagai sarana validasi keanggotaan sebuah grup, sebagai nilai tukar dalam toko online atau lainnya.

Rencana Adandu di masa datang? Penambahan fitur? Berapa target pengguna Adandu akhir tahun 2009 ini?

Kami melihat kemudahan akses dan fungsionalitas konten rich-media secara mobile sebagai arah perjalanan Adandu berikutnya. Kami juga percaya bahwa layanan dalam bahasa daerah akan lebih memberi cita-rasa Indonesia ke website Adandu.
Mengenai target tahun 2009, lebih baik langsung dijawab oleh Putri saja. Maaf.

**** END ****

Ya, begitulah petikan wawancara saya dengan customer service dari Adandu.

Apakah Adandu ini jejaring sosial yang khas? Atau hanya sekedar social network biasa?Sampaikan komentar anda mengenai Adandu (atau customer service-nya) di kolom komentar :p

hat tip : armono