BoWL Dapatkan Hak Siar Street Fighter League Japan 2020 Untuk Penonton Indonesia

Street Fighter League Pro Japan akan tayang dengan bahasa Indonesia mulai Jumat, 9 Oktober 2020 . Hal ini terjadi karena Battle of Warriors League (BoWL) baru saja mendapatkan hak siar resmi dari Capcom, untuk menayangkan Street Fighter League Japan 2020 dengan bahasa Indonesia. Mengutip rilis, tayangan SF League: Pro-JP bahasa Indonesia akan tayang pukul 19:30 WIB pada tanggal yang disebutkan di atas.

Zaky Nurahman selaku PR & Social Media Specialist BoWL menjelaskan, bahwa tayangan bahasa Indonesia SF League Japan 2020 hanya akan menggunakan subtitle bahasa Indonesia untuk sementara waktu. “Untuk SFL Japan, Capcom tidak dapat memberikan clean feed atas turnamennya, karena sudah pre-recorded dalam bahasa Jepang. Maka dari itu, BoWL hanya akan mengganti subtitle SF League: Pro-JP menjadi bahasa Indonesia saja.

“Karena BoWL memiliki tujuan untuk dapat merangkul komunitas esports dan game seluas-luasnya, dan menyediakan entertainment berkualitas bagi penikmat game dan esports dari berbagai genre. Maka dari itu, pengambilan hak siar ini menjadi bentuk komitmen terhadap visi yang ingin kami capai tersebut.” Tulis Zaky lewat surel kepada redaksi Hybrid.co.id, memberikan komentarnya terhadap penayangan SF League Pro-JP oleh BoWL.

“Perihal komunitas SF di Indonesia, kami merasa Street Fighter sebagai salah satu game fighting dengan sejarah, dan fans yang luas, bahkan mencapai lintas generasi. Untuk itu, kami merasa merangkul komunitas game Street Fighter menjadi sesuatu hal yang perlu, dan penayangan SFL Japan menjadi langkah pertama untuk mencapai hal tersebut.” Lanjut Zaky mengomentari soal komunitas pecinta Street Fighter di Indonesia.

Sumber: BoWL Official
Sumber: BoWL Official

Nantinya, BoWL akan menayangkan SF League: Pro-JP dengan subtitle bahasa Indonesia sampai babak final, yang direncanakan akan digelar Januari 2020 mendatang. Lebih lanjut terkait rencana BoWL terhadap tayangan esports Street Fighter lainnya, Zaky Nurahman menjelaskan. “Capcom sebenarnya juga menawarkan CPT US, namun karena jadwalnya bertabrakan dengan SF League: Pro-JP, maka kami coba ambil SFL JP lebih dulu, lalu dilihat hasilnya bagaimana. Jika hasilnya memuaskan, kami berniat untuk mengambil hak siar atas SFL US, dan berusaha untuk mendapatkan clean feed atas tayangan tersebut, agar  bisa disajikan dengan menggunakan komentator lokal.”

Street Fighter League Pro Japan 2020 sudah berjalan sepanjang 2 pekan, sejak 25 September 2020 lalu. Mempertandingkan pemain-pemain Street Fighter terbaik dari Jepang dalam format 3 vs 3, terakhir kali SF League Pro-JP menyajikan pertarungan sengit antara tim dari Daigo Umehara, dan Nemo di pekan kedua. Jika Anda ingin menyaksikan keseruan SF League Japan pekan ketiga dengan bahasa Indonesia, Anda dapat mampir ke kanal YouTube resmi BoWL, yaitu @BoWLeague.

[Exclusive] Blizzard Rilis Cerita, Artwork, dan Screenshot WoW Shadowlands

Blizzard memang telah mengumumkan ekspansi terbaru untuk World of Warcraft (WoW) yang bertajuk Shadowlands beberapa waktu lalu. Namun kemarin (28 Juni 2020), Hybrid mendapatkan beberapa materi eksklusif untuk Shadowlands lewat publisher mereka di Indonesia, AKG Games.

Anda bisa melihat semua screenshot WoW Shadowlands yang kami terima tersebar di artikel ini.

Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Di dalam materi yang kami terima, kami mendapatkan artwork, screenshot, sound, dan lore dari Shadowlands. Untuk lore dari Shadowlands, sebenarnya Anda bisa menonton video di bawah yang sudah dirilis resmi oleh Blizzard dari akhir tahun 2019 lalu.

Sedangkan dari screenshot yang kami terima, Shadowlands terlihat jadi lebih kelam dari ekspansi sebelum-sebelumnya — dari namanya saja sebenarnya sudah terlihat atmosfir yang lebih kelam.

Menariknya, aspek suara ambience juga nampaknya diperhatikan betul oleh Blizzard. Dalam rilis yang kami terima, Blizzard bahkan mengatakan bahwa audio dapat mengkomunikasikan emosi dengan sangat baik — membuat Anda merasa familiar saat eksplorasi dengan hal-hal yang abstrak.

Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Sayangnya, kami belum mendapatkan informasi tentang tanggal rilis pastinya. Sepertinya Blizzard memang masih merahasiakan tentang hal tersebut. Di beberapa media, hanya ada jadwal rilis tahun 2020 tanpa bulan ataupun tanggal yang pasti. Namun demikian, Blizzard berencana menggelar Shadowlands reveal event stream pada tanggal 9 Juni 2020 jam 8 malam WIB di kanal Twitch dan YouTube mereka.

Uniknya, Shadowlands, jika dibandingkan dengan ekspansi sebelumnya, justru akan menurunkan level cap ke 60 — dari 120. Selain itu, WoW juga akan dapat dimainkan dengan menggunakan controller dengan ekspansi Shadowlands.

Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games
Screenshot WoW Shadowlands. Sumber: AKG Games

Buat yang belum tahu, Shadowlands adalah ekspansi kedelapan dari game MMO legendaris, WoW, yang dirilis pada tahun 2004. WoW sebenarnya bisa dibilang sebagai trendsetter MMO di PC. Sebelum genre MOBA menyerang dan Battle Royale muncul, MMO bisa dibilang sebagai genre game terlaris di PC. WoW bahkan masuk ke dalam buku Guiness World Records 2009 karena berhasil mencatatkan 10 juta pemain dari seluruh dunia.

Di 2006, WoW bahkan diprediksi berhasil meraih pendapatan sebesar US$9 miliar sejak pertama kali dirilis. Sayangnya, tren MMORPG memang mungkin menurun dan WoW pun terkena dampaknya.

Namun nampaknya Blizzard belum menyerah untuk terus memberikan konten baru untuk WoW. Dengan pergeseran tren game multiplayer ke arah yang lebih kompetitif (ketimbang kooperatif) dan esports, Blizzard juga sebenarnya berencana menggelar esports untuk WoW di 2020.

Apakah Shadowlands akan membawa WoW kembali ke puncak kejayaannya? Kita tunggu saja…

Kumpulan artwork dari Shadowlands. Sumber: AKG Games
Kumpulan artwork dari Shadowlands. Sumber: AKG Games

Sumber Feat Image: AKG Games

AKG Games Series, Kompetisi Overwatch dan Tekken 7 dengan Total Hadiah Ratusan Juta

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan esports di Indonesia, tak heran jika kita juga melihat perkembangan dari segi pasar. Beberapa waktu lalu mungkin kita hanya bisa melihat kompetisi besar untuk game-game mobile saja. Tetapi kini, kita jadi bisa melihat kompetisi untuk berbagai game lainnya, seperti apa yang dilaksanakan oleh AKG Games.

Sebelumnya kita sudah melihat Hearthstone Elite Series, sebuah kompetisi online yang diselenggarakan untuk mewadahi semangat kompetitif pemain Hearthstone di seluruh penjuru Indonesia. Selain dari itu, AKG Games baru-baru ini sedang melaksanakan kompetisi yang bertajuk AKG Games Series!

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp225 juta, kompetisi ini mempertandingkan tiga game yaitu Overwatch, Tekken 7, dan satu game lagi yang masih belum diungkap. Total hadiah berbeda-beda tergantung game yang dipertandingkan. Pertandingan Overwatch memperebutkan total hadiah senilai Rp12 juta yang didistribusi ke dalam 4 online qualifier. Pertandingan Tekken 7 memperebutkan total hadiah sebesar Rp6 juta yang juga didistribusi ke dalam 4 online qualifier.

Sumber: Instagram @akggames
Sumber: Instagram @akggames.id

Karena pertandingan dibagi menjadi 4 kali online qualifier, jadi para peserta yang kurang beruntung pada kualifikasi sebelumnya, bisa mengikuti kualifikasi selanjutnya untuk mencoba mengadu nasib. Babak kualifikasi sudah dimulai sejak 13 Februari lalu dan akan berlangsung sampai 14 Maret 2020 mendatang. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, Anda bisa klik tautan bit.ly/daftarakgseries.

Selain dua game tersebut, masih ada satu game lagi yang dirahasiakan oleh AKG Games. Mengingat posisi AKG Games sebagai rekan bisnis Blizzard Entertainment di Indonesia, maka kemungkinan besar game yang dipertandingkan tersebut adalah salah satu dari jajaran seri game besutan Blizzard.

Sejauh ini, Hearthstone sudah punya kompetisinya sendiri, dan Overwatch sudah menjadi bagian dari AKG Games Series. Maka kemungkinan terbesar akan tertuju ke StarCraft II. Sejauh ini usaha AKG Games cukup terlihat dalam mengembangkan StarCraft II di Indonesia. Terakhir kali, mereka mengirimkan kontingen StarCraft II Indonesia ke Korea Selatan untuk melakukan latihan intensif.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Felix Huray (tengah) General Manager AKG Games. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pada kesempatan yang sama, Felix Huray General Manager AKG Games juga mengatakan. “Kami AKG Games berusaha sebisa mungkin mendengar komunitas dalam membantu mengembangkan game besutan Blizzard, termasuk StarCraft. Apa yang diinginkan dari komunitas, kami akan fasilitasi sebisa mungkin, contohnya juga seperti program pelatihan ini.”

Namun mungkin saja AKG Games Series mempertandingkan serial Warcraft. Apalagi mengingat Warcraft III Reforged yang baru rilis, ditambah Blizzard juga baru mengumumkan perubahan terhadap esports World of Warcraft.

Jadi, apa Anda sudah siap untuk unjuk kemampuan dan menjadi yang terbaik di AKG Games Series?

Sumber header: Blizzard Press Center

Hearthstone Battlegrounds, Auto Battler Card Game Blizard

Akhir tahun lalu, tepatnya 1 November 2019, Hearthstone memperkenalkan mode baru yang bernama Hearthstone Battlegrounds. Mode ini sebenarnya merupakan melakukan iterasi genre Auto-Battler dari Hearthstone. Belakangan, Auto Battler memang sedang naik daun, gara-gara custom game Dota 2 berjudul Auto Chess.

Hampir mirip dengan Auto-Battler kebanyakan, Hearthstone Battlegrounds mempertandingkan 8 pemain dengan format pertandingan last-man standing. Ini artinya, semua pemain saling bermusuhan, saling melawan, untuk berjuang menjadi orang terakhir yang bertahan di permainan. Satu perbedaan yang terasa mungkin adalah game ini tetap mempertahankan gaya Card Game Hearthstone di dalamnya, dengan tampilan kartu, dan menggunakan karakter-karakter dari semesta Warcraft.

Tidak seperti Hearthstone biasanya, yang mana Anda harus membuat satu set deck kartu yang Anda miliki, pada mode ini Anda akan diminta untuk membuat pasukan Anda sendiri dari berbagai kartu Minion dan Hero yang tersedia. Saat ini sudah ada 27 Hero yang tersedia untuk dimainkan, dengan total 83 macam Minion yang akan membantu Anda mendapatkan kemenangan dalam Hearthstone Battlegrounds.

Pada awal permainan, Anda harus merekrut Hero terlebih dahulu. Hero adalah karakter yang akan Anda gunakan sepanjang permainan. Setiap Hero punya kemampuannya masing-masing, yang akan menentukan pemilihan Minion yang Anda beli di Bob’s Tavern dan gaya permainan Anda nantinya.

Sebagai contoh, Hero Milificent Manastorm memiliki skill pasif yang membuat semua Minion tipe Mech mendapat tambahan power +1. Contoh lain, Hero Arthas akan membuat Minion Anda yang paling kanan hidup kembali. Jadi, pilih Hero dengan baik-baik, dan pertimbangkan kecocokan gaya main Anda dengan kekuatan yang dimiliki Hero.

Jika Anda bingung mau memilih Hero yang mana, Anda bisa mengintip artikel guide yang membuat peringkat kekuatan Hero Hearthstone Battlegrounds. Mengutip Hearthstonetopdecks.com, saat ini ada 6 Hero yang tergolong Tier 1 dan dianggap paling kuat sejauh ini. Mereka adalah Yogg-Saron, Hope’s End, Dancin’ Deryl, Arch-Villain Rafaam, Edwin VanCleef, Tirion Fordring, dan A. F. Kay.

Jika sudah memiliki Hero, permainan akan berjalan seperti kebanyakan Auto-Battler. Anda akan mendapat Tavern Coin setiap ronde, yang bisa digunakan untuk merekrut Minion. Anda bisa melakukan reroll atau Refresh, jika Minion yang muncul di papan tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Jangan lupa juga untuk meningkatkan level Tavern Anda, agar bisa merekrut lebih banyak Minion, dan membuat serangan Anda lebih kuat. Tak lupa, Anda juga bisa membuat tiga Minion yang sama menjadi satu Golden Minion, yang punya serangan dan efek lebih kuat.

Terakhir, Anda tinggal bermain dan temukan racikan formasi Hero dan Minion terbaik Anda agar bisa memenangkan permainan dan menjadi last-man standing. Hearthstone Battlegrounds dapat diakses melalui tombol “Modes” yang berada di menu utama Hearthstone. Selain itu, Anda juga akan mendapat bonus-bonus menarik untuk Hearthstone Battleground seperti Battleground Emote, jika telah membeli Card Pack expansion terbaru, Descent of Dragons.

Bagaimana? Apakah Anda sudah sempat mencoba Hearthstone Battlegrounds? Jangan lupa untuk memantau situs Hybrid.co.id dan follow akun media sosial Hybrid di InstagramTwitterFacebook, dan YouTube.

AKG Games Hadirkan Hearthstone Elite Series Indonesia

Pada tanggal 20 Januari 2020 lalu, AKG Games menggelar kompetisi skala nasional. Membawa nama Hearthstone Elite Series Indonesia, kompetisi ini menjadi sebuah kompetisi yang akan mewadahi seluruh pemain salah satu permainan kartu digital terpopuler besutan Blizzard Entertainment, Hearthstone.

Pertandingan ini Hearthstone Elite Series terbagi menjadi tiga bagian yang berlangsung sejak Januari lalu hingga Februari 2020 ini. Terbuka bagi seluruh pemain Hearthstone di Indonesia dan dipertandingkan secara online, Hearthstone Elite Series terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Qualifier Stage, Group Stage, dan babak Grand Final. Fase kualifikasi dilakukan dalam delapan periode sejak 20 Januari hingga 5 Februari.

Sumber: AKG Games
Sumber: AKG Games

“AKG Games dengan bangga menyelenggarakan Hearthstone Elite Series Indonesia, dan dengan ini menjadikan gelaran ini sebagai kompetisi Hearthstone online terbesar di Tanah Air,” ucap Felix Huray, General Manager dari AKG Games. “Kami yakin Hearthstone Elite Series Indonesia merupakan wadah yang tepat untuk para pecinta Hearthstone di Indonesia dan sekaligus menjadi salah satu inisiatif kami dalam memajukan industri esports Tanah Air ” tutup Felix Huray.

Hearthstone Elite Series memperebutkan total hadiah sebesar Rp10 juta dan lebih dari 700 Card Pack dari ekspansi Descent of Dragons. Nantinya, empat pemenang Hearthstone Elite Series mendapat kesempatan berangkat ke Bali untuk mengikuti Hearthstone Masters Tour yang akan diselenggarakan di The Mulia Resort and Villas pada tanggal 20 – 22 Maret 2020 mendatang.

Hearthstone Masters Tour sendiri merupakan rangkaian gelaran turnamen kasta tertinggi (major) di dalam skena kompetitif Hearthstone. Musim kompetitif Hearthstone 2020 memiliki 6 bagian kompetisi. Masters Tour di Bali akan menjadi bagian kedua dari kompetisi yang diikuti oleh 300 pemain dari berbagai belahan dunia dan memperebutkan total hadiah sebesar US$250.000 (sekitar Rp3,4 miliar).

Sumber: Twitter @ HSEsports
Sumber: Twitter @ HSEsports

Pada bagian pertama, Hearthstone Masters Tour Arlington 2020, ada dua pemain asal Indonesia yang turut bertanding di dalamnya yaitu Andre Wijaya (Ularpetarung) dan Hendry Handisurya (Jothree). Pertandingan ini akhirnya dimenangkan oleh Zakarya Hail (xBlyzes3). Sementara itu Ularpetarung dan Jothree harus puas tertahan masing-masing di peringkat 66 dan 132.

Kira-kira, siapa saja wakil pemain Indonesia yang akan menjadi wakil di dalam gelaran Hearthstone Masters Tour Bali 2020? Satu hal yang pasti, semoga pemain terbaik yang bisa mewakili Indonesia, dan mendapatkan hasil maksimal untuk membanggakan Indonesia di peta kekuatan kompetitif Hearthstone dunia.

Sumber header: Twitter @HSesports – edit: Akbar Priono

Menutup Tahun, INDOESPORTS League Hadirkan Kompetisi Overwatch

Setelah sukses dengan CS:GO, INDOESPORTS League (IES League) kembali hadir dengan game yang berbeda. Sebelumnya, IES League memilih CS:GO sebagai game yang dipertandingkan. Walau nyawa esports CS:GO Indonesia kerap dianggap sudah di ujung tanduk, namun nyatanya komunitas masih antusias dengan kehadiran kompetisi, terlihat dari 4 seri kompetisi IES League yang menghasilkan banyak pendaftar.

Mencoba mengembangkan sayap, kini IES League mempertandingkan Overwatch, team-based multiplayer first-person shooter besutan Blizzard Entertainment. Game ini sempat jadi buah bibir di Indonesia ketika pertama rilis tahun 2016 lalu. Terlepas dari harga Overwatch yang cukup mahal, komunitas tetap antusias terhadap berbagai gelaran kompetisi skala kecil yang diadakan oleh berbagai pihak.

Kini mencoba kembali membangun tren tersebut, IES League menjalin kerja sama dengan AKG Games yang merupakan official partner Blizzard Entertainment untuk mewadahi kegiatan komunitas Overwatch di Indonesia. Diadakan pada bulan Desember, gelaran IES League Overwatch menjadi gelaran yang menutup tahun 2019 ini.

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp10 juta, IES League Overwatch terbuka untuk semua kalangan pemain. Jadi, siapapun Anda baik seorang pemain berpengalaman, pemain yang mencoba menjajaki karir di dunia Overwatch, pecinta Overwatch yang suka berkompetisi, atau mungkin hanya sekadar iseng ingin menjajal kemampuan bermain, Anda bisa segera mendaftarkan diri ke dalam turnamen ini.

Sumber: INDOESPORTS
Sumber: INDOESPORTS

Pendaftaran IES League Overwatch dibuka mulai tanggal 4 sampai 9 Desember 2019 mendatang. Bagi Anda yang ingin mendaftar, Anda dapat langsung menuju ke laman pendaftaran resmi milik INDOESPORTS. Pertandingan IES League akan diselenggarakan mulai tanggal 10 sampai 13 Desember 2019 mendatang. Pertandingan dimulai pada pukul 19:00 WIB secara online di berbagai iCafe jaringan DA Arena seluruh Indonesia, dan akan ditayangkan pada channel Youtube INDOESPORTS.

INDOESPORTS League sendiri sudah dimulai sejak bulan Mei 2019 lalu. Sepanjang periode tersebut, kolaborasi antara INDOESPORTS dengan LG UltraGear sudah mempertandingkan beberapa game lewat gelaran IES League. Beberapa contohnya seperti Point Blank, CS:GO, PUBG, Dota 2, dan CrossFire. Overwatch meruapakn salah satu pendatang terbaru dalam jajaran game yang dipertandingkan dalam IES League.

Apakah Anda sudah mempersiapkan tim untuk dapat bertanding di gelaran IES League Overwatch?

Seputar Potensi dan Penetrasi Pasar Game Asia Tenggara

Gembar-gembor soal besarnya potensi pasar game Asia Tenggara, belakangan memang sedang hangat diperbincangkan. Beberapa lembaga riset independen mencoba mengungkap besarnya potensi pasar game Asia Tengara. Niko Partners mengatakan bahwa pasar game Asia Tenggara dan Taiwan (disebut juga Greater Southeast Asia) akan mencapai angka US$8,3 miliar (sekitar Rp116,8 triliun) pada tahun 2023.

Namun demikian, memang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh publisher jika ingin memasarkan game di pasar yang sedang bergeliat lincah ini. Lee Hyuk Sekretaris Jendral ASEAN-KOREA CENTRE, yang merupakan organisasi intergovermental antara Korea Selatan dengan negara-negara SEA, membagikan beberapa pandangannya soal pasar game Asia Tenggara.

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Seakan jadi rahasia umum, Lee Hyuk juga menyoroti soal sifat pasar gaming Asia Tenggara yang mobile-first kepada InvenGlobal. Newzoo sempat melaporkan ini juga, bahwa tahun 2019 Asia Tenggara mendapatkan US$ 2,6 miliar (sekitar Rp36 triliun), hanya dari mobile gaming saja. Angka tersebut diproyeksi akan meningkat 17,4% setiap tahunnya.

Lee Hyuk lalu melanjutkan, bahwa mobile games di Thailand mengambil 50% dari proporsi pasar, dengan 30% di antaranya merupakan game online. Jumlah ini mirip dengan pasar Indonesia, namun pasar game online di Indonesia hanya mengambil proporsi 20% saja.

Ia juga membagikan soal beberapa hal yang membuat pasar Asia Tenggara jadi menarik bagi investor. Lee Hyuk menyebutkan salah satunya adalah soal dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports. Dalam hal Indonesia, kita sudah melihat sendiri bagaimana pemerintah mendukung lewat gelaran seperti Piala Presiden Esports 2020. Tak hanya itu, institusi pendidikan Indonesia juga sudah mulai membuka diri terhadap esports. Pada tingkat SMA, ada JD.ID High School League, pada tingkat universitas ada IEL University Series, dan Indonesia bahkan sudah punya 20 kampus dan sekolah yang memiliki pendidikan terkait game di dalamnya.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Piala Presiden Esports 2020 jadi salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lebih lanjutnya, Lee Hyuk juga mengatakan bahwa perkembangan ini terjadi karena perkembangan distribusi smartphone di beberapa negara Asia Tenggara. Untuk Filipina, distribusinya mencapai angka 40% dari total penduduk. Thailand lebih besar lagi, mencapai 70% dari total penduduk dengna 1,7 juta orang menikmati mobile games. Indonesia, mengutip Kominfo, memiliki lebih dari 100 juta orang pengguna smartphone pada tahun 2018 lalu.

Memenangkan pasar Asia Tenggara

Terlepas dari potensinya, cara untuk memenangkan pasar gaming di Asia Tenggara terbilang cukup “istimewa”. Ini mungkin terjadi karena faktor perbedaan budaya antara pengembang/penerbit asal barat dengan para pengguna di Asia Tenggara.

Lee Hyuk menjelaskan walau negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya terikat dalam satu regional, namun masing-masing negara punya perbedaan secara kebudayaan, kepercayaan, dan sistem politik. Maka dari itu penting untuk mempersiapkan rencana pemasaran yang sesuai dengan masing-mmasing negara.

“Misal, jika konten Anda menghina keluarga kerajaan, game Anda mungkin sama sekali tidak akan bisa masuk atau diterima oleh pasar, terutama Thailand. Lalu, mengingat kepercayaan seperti Islam dan Hindu tumbuh subur di negara-negara tersebut, Anda harus paham lebih jauh soal apa yang boleh atau tidak menurut kepercayaan tersebut. Lokalisasi adlaah hal terpenting, baik secara dari bahasa, user interface, ataupun sistem pembayaran. Terakhir, Anda juga harus menemukan rekan lokal yang beroperasi di negara tersebut agar game Anda dapat sukses.” perjelas Lee.

Sumber: AKG Games
Percobaan Blizzard penetrasi pasar game Indonesia dengan menggandeng AKG Games, publisher game yang berada di bawah naungan konglomerasi Indonesia Salim Group. Sumber: AKG Games

Contoh ini juga bisa kita lihat sendiri bagaimana Blizzard Entertainment juga sadar akan hal tersebut dan menggandeng AKG Gamespublisher game yang berada di bawah konglomerasi Indonesia Salim Group.

Soal peran rekan lokal yang mungkin tidak dijelaskan Lee secara detail adalah dengan juga melibatkan ekosistem lokal. Hybrid sempat membahas soal kesempatan ekosistem game Blizzard tumbuh di Indonesia. Merangkul lebih banyak pihak dan menjadikan elemen ekosistem lokal sebagai stakeholders akan memperbesar kesempatan suatu game untuk sukses. Dengan demikian, berbagai pihak yang turut kebagian rezeki jadi merasa turut memiliki dan peduli atas keberhasilan game tersebut di ekosistem.

Mampukah Ekosistem Game Blizzard di Indonesia Bertumbuh Subur?

Buat para gamer multiplayer yang seleranya tidak murahan apalagi gratisan, harusnya Anda sudah tidak asing dengan nama besar Blizzard. Khususnya buat mereka-mereka yang sudah mencicipi PC gaming sejak tahun 90an. Pasalnya, jika Bioware adalah trendsetter RPG singleplayer di tahun 90an, Blizzard adalah developer game yang jadi kiblat semua developer lainnya soal multiplayer.

Era Kejayaan Blizzard

Mereka menciptakan seri StarCraft (1998) dan WarCraft (1994) yang kemudian jadi kiblat genre RTS (Real-time strategy). Dua game ini jugalah yang jadi cikal bakal dari MOBA yang sekarang bisa dianggap mendominasi genre esports. Sedikit belajar sejarah, cikal bakal genre MOBA pertama kali dipopulerkan dari sebuah Custom Map untuk StarCraft yang bernama Aeon of Strife — meski memang, jika lebih panjang lagi dirunut, bibit genre ini sudah hadir di game Herzog Zwei yang dirilis untuk SEGA Genesis tahun 1989.

Beberapa tahun berselang, Kyle Sommer alias Eul merilis Custom Map untuk Warcraft 3: Frozen Throne yang bertajuk Defense of the Ancients (DotA). Steve “Guinsoo” Feak pun melanjutkan pengembangan Custom Map tadi di 2004. Di 2005, Feak pun melemparkan tongkat estafet kembali ke IceFrog. Buat yang ingin belajar lebih detail, Anda bisa membaca sejarah lengkapnya di artikel dari Venture Beat ini.

Selain jadi pelopor genre MOBA, perkembangan sejarah industri game dunia juga berhutang pada Blizzard dalam genre Action-RPG dan MMORPG. Adalah seri Diablo (1996) yang menjadi kiblat dari segala jenis Action-RPG dan berbagai jenis varian barunya. Sedangkan World of Warcraft (2004) menjadi panutan berbagai developer game dalam mengembangkan MMORPG. WoW bahkan menyandang Guiness World Record 2009 untuk game MMORPG paling populer di dunia. Di 2014, Blizzard mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan 100 juta akun pelanggan yang berbeda untuk WoW.

Anda boleh percaya atau tidak, namun faktanya tidak ada developer game lain yang lebih sukses dari Blizzard di tahun 1990an akhir dan 2000an awal. Sayangnya, hidup itu memang penuh liku karena Blizzard yang sekarang mungkin harus melepaskan titel jawara developer game multiplayerGame dengan jumlah pemain terbanyak selama beberapa tahun terakhir dipegang oleh LoL dari Riot Games dengan total 80 juta pemain dan 27 juta pemain setiap harinya. Di sisi esports, turnamen dengan hadiah terbesar dipegang oleh The International untuk Dota 2 besutan Valve; terakhir adalah The International 9 yang menyuguhkan total hadiah sebesar US$34,3 juta (atau setara dengan Rp483 miliar).

Lalu apa yang bisa dilakukan Blizzard untuk bisa kembali ke masa kejayaannya? Nanti kami juga akan membahasnya.

Blizzard di Indonesia

12 September 2019 yang lalu, AKG Games (publisher game yang berada di bawah Salim Group) mengumumkan kerja sama mereka dengan Blizzard. Pada konferensi pers yang digelar di CGV Grand Indonesia Paul ChenManaging Director regional Taiwan/SEA, menjelaskan, “saat ini ada 40 juta pemain Overwatch dan 100 juta pemain Hearthstone secara global. Lewat kerjasama ini kami ingin mengembangkan komunitas di Indonesia, meningkatkan pengalaman bermain mereka, dan membangun perkembangannya mulai dari tingkat grassroots.”

Sumber: AKG Games
Sumber: AKG Games

Tak lama berselang, 13 November 2019, AKG Games menggelar konferensi pers untuk mengumumkan dukungan mereka terhadap atlet StarCraft 2 yang akan bertanding ke SEA Games 2019. Bentuk dukungan mereka adalah mengirimkan 2 pemain StarCraft 2 yang jadi perwakilan Indonesia ke Korea Selatan. Kedua pemain tersebut adalah Bondan “Deruziel” Lukman dan Emmanuel “Quantel” Enrique. Keduanya akan dikirim untuk berlatih di bawah  Jake “NoRegreT” Umpleby.

Sampai artikel ini ditulis, AKG Games, yang juga merupakan pemegang lisensi resmi trading card game untuk Pokemon, sudah cukup rutin menggelar berbagai turnamen untuk game-game Blizzard secara berkala. Silakan cek Facebook Page dari AKG Games atau Instagram mereka untuk informasi terbaru untuk turnamen-turnamen game Blizzard di Indonesia seperti Hearthstone, Overwatch, dkk.

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh AKG Games sampai hari ini memang sangat positif. Namun ada satu strategi yang, menurut saya, harus dilakukan untuk membesarkan ekosistem game Blizzard di Indonesia.  Saya akan membahas lebih detail tentang strategi tadi di bagian selanjutnya. Namun sebelumnya, mari kita lihat tantangan apa yang mereka hadapi dengan kondisi pasar gaming PC ataupun console di Indonesia — khususnya PC yang jadi platform yang membawa Blizzard ke puncak kejayaannya.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Banyak para pelaku industri yang memang mengatakan bahwa mobile gaming lebih populer di Indonesia ketimbang platform lainnya. Namun, tidak banyak yang mampu menjabarkan alasannya. Maka dari itu, izinkan saya mencoba menjawabnya.

Pertama, menurut data dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pengguna internet di Indonesia tahun 2019 itu menembus angka 171 juta jiwa. Di sisi lain, angka pelanggan Indihome — yang seharusnya memiliki market share terbesar untuk internet kabel di Indonesia — hanya ada di 6,5 juta pelanggan. Jika kita berasumsi marketshare Indihome ada di 60% untuk pasar internet kabel di Indonesia, berarti total pengguna internet kabel di Indonesia hanya sekitar 10 juta orang atau 5% dari total semua pengguna internet.

Kenapa angka tadi jadi penting? Karena, normalnya, para gamer PC ataupun console memang akan menggunakan koneksi internet kabel. Seberapa banyak dari Anda yang menggunakan koneksi 4G atau malah GPRS untuk bermain Overwatch, Dota 2, Tekken 7, ataupun game-game non-mobile lainnya?

Selain itu, nyatanya, anggaran belanja rata-rata penduduk Indonesia memang masih rendah. Mengingat ponsel sekarang jadi perangkat wajib dan PC gaming ataupun console jadi perangkat mewah buat sebagian besar masyarakat, hal ini membuat keterbatasan akses juga ke banyak game-game Blizzard — yang bahkan bisa dibilang lebih cocok untuk pasar menengah ke atas.

Sumber: DataReportal
Sumber: DataReportal

Masa Depan Ekosistem Game Blizzard

1-2 November 2019, bertempat di Anaheim Convention Center, California, Amerika Serikat, Blizzard pun menggelar konferensi tahunan mereka; Blizzcon 2019. Di acara ini, mereka mengumumkan banyak update termasuk game-game baru yang akan datang seperti Overwatch 2 dan seri terbaru dari franchise legendaris Blizzard, Diablo IV.

Sebelum membahas strategi apa yang bisa dilakukan di Indonesia, saya ingin membahas dulu peluang mereka di pasar global.

Apakah semua update dan game-game baru yang diumumkan di Blizzcon 2019 akan membuat Blizzard kembali ke puncak kejayaannya seperti dulu? Menurut saya pribadi, andaikan mereka menyadari apa yang hilang dari game-game mereka dulu, Blizzard masih punya peluang untuk kembali jadi jawara game multiplayer.

Bagi saya, ada 2 aspek penting yang tak bisa ditemukan lagi dari game-game Blizzard saat ini; yang dulu jadi keunggulan utama mereka.

Pertama, mari kita berkaca dari World of Warcraft. Ada buanyaaak sekali hal yang membuat WoW sukses besar sebenarnya. Pengalaman bermain yang autentik dan inovatif, penekanan pada aspek teamwork, konten yang sungguh kaya dan sangat variatif, dan cerita yang begitu berkesan. Aspek cerita dari WoW, menurut saya pribadi, adalah pembeda terbesar game tersebut dari kebanyakan MMO lainnya. Pasalnya, kebanyakan MMO bahkan tidak menggarap aspek ini dengan serius. Sedangkan WoW menawarkan aspek cerita yang sulit terlupakan.

Sayangnya, Diablo 3, Overwatch, ataupun Hearthstone, belum mampu menawarkan pengalaman bermain yang benar-benar selengkap WoW. Update dari WoW belakangan pun juga masih belum bisa menyamai kekayaan update-update sebelumnya. Pada Blizzcon 2019, Blizzard juga mengumumkan tentang expansion terbaru untuk WoW, yaitu Shadowlands.

Dari penjelasannya, Shadowlands kedengarannya memang sangat menjanjikan. Saya pribadi berharap ekspansi ini mampu mengobati kerinduan semua pecinta MMO. Semoga saja eksekusinya sesuai dengan apa yang dijanjikan dan ekspektasi para fans beratnya.

Andai saja Blizzard bisa kembali menyematkan berbagai keriangan di segala aspek yang membuat WoW istimewa di zamannya ke game-game lainnya (ataupun terbarunya), tidak mustahil juga mereka bisa kembali ke puncak kejayaannya. Namun demikian, WoW bukanlah game yang seistimewa itu jika ia mudah direplikasi — bahkan oleh developernya sendiri. Karena itu, ada satu hal lain yang bisa mereka coba untuk kembali menjadi developer yang begitu dekat dengan komunitas hardcore gamer-nya.

Jawabannya adalah game modding. Buat yang belum tahu apa itu game modding, fitur ini adalah sebuah akses (yang memang sengaja diberikan oleh sang developer ataupun yang ditemukan sendiri oleh komunitasnya) untuk memodifikasi file game yang digunakan. Modding paling sederhana misalnya adalah mengganti value dari file konfigurasi untuk game tersebut, seperti yang bisa dilakukan untuk Pillars of Destiny 2: Deadfire.

Faktanya, game modding jugalah yang sebenarnya berjasa membawa esports sampai ke titik ini. Seperti yang saya bilang tadi, genre MOBA berawal dari Custom Map untuk StarCraft dan Warcraft 3. Tanpa akses ke Custom Map di 2 game tadi, mungkin tidak ada yang namanya Dota 2 dan LoL hari ini. Selain itu, esports FPS yang paling laris sampai hari ini, CS:GO, juga berawal dari game modding untuk Half-Life.

Tak hanya StarCraft dan Warcraft 3, salah satu franchise legendaris dari Blizzard yaitu Diablo juga sebelumnya ramah terhadap modding. Sayangnya, semakin ke sini, semakin banyak developer dan publisher game yang meninggalkan ataupun bahkan menutup akses ke game modding — termasuk Blizzard. Meski memang belum ada yang mengatakannya terang-terangan, kian langkanya akses ke game modding mungkin disebabkan karena fitur ini dianggap tak mampu mendatangkan revenue lebih atau bahkan mengurangi pendapatan.

Padahal, di sisi lain, modding mengijinkan sebuah game bertahan jauh lebih lama dan membuat komunitasnya tetap hidup dan aktif selama bertahun-tahun. Diablo 2, misalnya, meski sudah dirilis 19 tahun silam masih ada mod baru yang dirilis bulan November 2019. Borderlands 2, besutan Gearbox, masih dimainkan oleh 1 juta orang dalam sebulan meski sudah berusia 6 tahun — yang menurut saya diakibatkan juga oleh aktifnya komunitas modding mereka. Komunitas modding Skyrim juga masih aktif yang membuat game tersukses besutan Bethesda tersebut masih eksis meski dirilis 8 tahun silam. GTA V yang juga punya koleksi mods begitu besar bahkan mencetak rekor sebagai produk media terlaris sepanjang masa — mengalahkan semua produk game, film, ataupun musik dalam sejarah dengan angka penjualan sekitar US$6 miliar. Sebagai perbandingan, Avengers: Endgame (2019) ‘hanya’ mencetak angka penjualan sebesar US$2,7 miliar. Apalagi contoh lainnya? Tahu seberapa populer Minecraft? Menurut laporan dari Business Insider di September 2019, Minecraft punya 112 juta pemain setiap bulannya. Game ini punya 52.579 mod (setidaknya saat artikel ini ditulis) di salah satu komunitasnya.

Strategi untuk Ekosistem Game Blizzard di Indonesia

Jujur saja, saya sendiri berpikir bagian sebelumnya dari artikel ini tadi terlalu muluk-muluk… Karena seakan mustahil saja Blizzard mendengarkan pendapat seorang gamer jarang mandi yang satu ini. Namun demikian, mungkin yang lebih realistis adalah soal strategi yang bisa dilakukan oleh AKG Games sebagai publisher game Blizzard di Indonesia.

Dari pilihan kata yang digunakan di sini, mungkin sudah terlihat jelas 2 aspek yang harus ada. Saya memilih kata “ekosistem” bukan tanpa alasan yang gamblang. Definisi ataupun konsep ekosistem menekankan pada keragaman entitas yang saling berinteraksi satu sama lainnya.

Jadi, menurut saya, salah satu strategi yang bisa dilakukan AKG dalam mengembangkan ekosistem game Blizzard adalah merangkul lebih banyak pihak dan menjadikan mereka sebagai stakeholders. Misalnya, mereka bisa memberikan motivasi kepada sejumlah media untuk mengambil peran publikasi, memberikan proyek event ke MET Indonesia atau EO lainnya, dan menugaskan RevivalTV untuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan talent. Dengan demikian, pihak-pihak yang kebagian rezeki tadi jadi merasa turut memiliki dan peduli atas keberhasilan ekosistemnya di Indonesia.

Mari kita lihat sebuah studi kasus tentang sejarah ekosistem League of Legends (LoL) di Indonesia. Kala itu, LoL memang hanya digarap oleh satu pihak. Aliran dananya hanya di pusaran itu-itu saja. Otomatis, banyak pihak jadi tak peduli dengan hidup dan matinya. Sederhananya, pola pikirnya seperti ini, “jika saya tidak mendapatkan keuntungan ataupun pendapatan dari sana, kenapa saya harus peduli?” Sebaliknya, di periode yang sama, banyak pihak lebih diuntungkan menggarap Dota 2. Makanya, Dota 2 lebih dipilih oleh kebanyakan para pelaku esports kala itu.

Menurut saya, banyak orang belum menyadari bahwa ada 2 kategori faktor bagaimana sebuah game bisa berkembang di satu negara yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ditemukan dari game itu sendiri, seperti platform-nya, mekanisme gameplay, kebutuhan spek, ataupun yang lainnya. Sedangkan faktor eksternal adalah soal komunitas, ekosistem esports, talent, tim, media, dan segudang hal lain.

Jika kita bandingkan antara LoL dan Dota 2, faktor internalnya tidak berbeda jauh. Sama-sama di PC, sama-sama tak butuh spek tinggi, sama-sama gratis, dan sama pula genre-nya. Perbedaan yang besar ditemukan di faktor eksternalnya karena semua orang bisa saja menggarap event Dota 2 dan meraup keuntungan dari sana.

Di sisi lain, jika kita ingin membandingkan salah satu game Blizzard, yaitu Overwatch; game lainnya yang bisa dianggap sekelas adalah Rainbow Six: Siege (R6S). Setidaknya, keduanya ditujukan untuk kelas atas. Nyatanya, saat ini R6S bisa dibilang lebih hidup dibandingkan dengan Overwatch di Indonesia. Buktinya, ada Aerowolf (organisasi esports asal Indonesia, meski untuk tim R6S nya tidak ada lagi pemain asal Indonesia) dan Team Scrypt (tim Indonesia yang juga seluruh pemainnya dari Indonesia) ikut R6S Pro League Season 11 bersama dengan tim-tim lain asal Asia Tenggara.

Turnamen yang digarap dan ditujukan untuk komunitas juga sudah rutin dilakukan untuk R6S dari tahun 2017. Jika faktor internal antara kedua game tersebut tidak berbeda jauh, apa yang membedakan? Menurut saya, faktor eksternal tadilah jawabannya. Komunitas R6S lewat R6 IDN yang digawangi oleh Bobby Rachmadi Putra sudah aktif sejak lama. Komunitas R6 IDN juga bekerja sama dengan kami di HYBRID ataupun sejumlah pihak lain (ESL, ESID, dkk) dalam berbagai kesempatan.

Satu contoh lagi, salah satu ekosistem esports di Indonesia yang paling bagus saat ini adalah Mobile Legends: Bang Bang (MLBB). Ekosistem MLBB saya bilang bagus karena hidup dan masih positif sejak 2017. Proyeksi trennya pun juga harusnya masih positif setidaknya sampai 2 tahun ke depan. Memang, banyak yang mengatakan bahwa MLBB punya ekosistem esports yang subur berkat dirilis di platform mobile dan butuh spek ringan. Saya tidak menafikkan argumentasi tersebut namun itu baru dari sisi internalnya. Ada banyak orang yang tidak melihat apa yang terjadi dari sisi faktor eksternalnya. Moonton mengajak MET Indonesia untuk menggarap MPL ID S3 dan S4. Di sisi lain, mereka juga mengajak RevivalTV untuk menjalankan MIC di 2019 ini. Sebelumnya, RevivalTV juga yang menjalankan MPL ID S1 dan S2. Masih ada sejumlah pihak lain yang dirangkul dan kebagian rezeki dari ekosistem esports MLBB. Karena itulah, semua pihak-pihak tadi tentunya tidak ingin juga kehilangan salah satu sumber pendapatannya.

MPL ID S4. Sumber: Dokumentasi Resmi MPL Indonesia
MPL ID S4. Sumber: Dokumentasi Resmi MPL Indonesia

Mungkin memang terlalu naif juga jika berharap game-game Blizzard bisa selaris MLBB di Indonesia. Bukan karena kualitasnya, namun karena target pasarnya dan faktor internal tadi. Bahkan Hearthstone yang tersedia di platform mobile pun punya target pasar kelas menengah ke atas atau setidaknya di atas pasar MLBB yang menargetkan semua golongan. Apalagi jika kita berbicara soal game-game PC dan console milik Blizzard. Ini juga relevansinya kenapa saya tadi menjabarkan beberapa tantangan untuk game-game di platform non-mobile. Tentunya, masih ada PR besar soal infrastruktur ataupun kebijakan ekonomi makro yang mungkin memang jauh dari jangkauan.

Namun demikian, seharusnya game-game Blizzard di Indonesia mampu mengalahkan Rainbow Six: Siege (karena sama-sama ditujukan kelas high-end) dan bersaing popularitasnya dengan Dota 2, Tekken 7, FIFA, PES, ataupun CS:GO (yang cocok untuk kelas menengah) — karena ada publisher yang turun tangan langsung ke pasar Indonesia.

Penutup

Akhirnya, salah satu alasan kenapa Dota 2 punya ekosistem yang paling bergairah di Indonesia pada zamannya adalah karena banyaknya stakeholders yang mau menggarap ekosistem tersebut. Penurunan trennya pun belakangan juga diakibatkan oleh berkurangnya stakeholders di ekosistem ini. Ditambah lagi, tidak ada juga publisher Dota 2 di Indonesia yang akan mendapatkan insentif dari perkembangan komunitas dan hidupnya ekosistem esports tanah air.

Saya pribadi sungguh berharap ekosistem game Blizzard bisa tumbuh subur di Indonesia. Dengan demikian, hal tersebut dapat memancing publisher barat lainnya untuk turut terjun langsung ke sini. Plus, kesuksesan itu sekaligus membuktikan juga bahwa ekosistem esports Indonesia itu tak hanya cocok untuk kalangan kelas bawah namun juga untuk kelas menengah ataupun atas.

AKG Games Berangkatkan Kontingen StarCraft II SEA Games 2019 Berlatih di Korea Selatan

Pertandingan cabang esports SEA Games 2019 sudah semakin dekat, persiapan para pemain semakin intens demi dapat memberikan yang terbaik bagi nama Indonesia di mata internasional. Semua pihak bahu-membahu, untuk mencapai hal tersebut, tak terkecuali AKG Games selaku publisher game besutan Blizzard Entertainment di Indonesia.

Demi mendapatkan pencapaian terbaik, AKG Games memberangkatkan dua kontingen cabang esports StarCraft II  SEA Games 2019, Bondan “Deruziel” Lukman dan Emmanuel “Quantel” Enrique, ke Korea Selatan untuk berlatih. Mulai dari tanggal 18 sampai 24 November 2019 mendatang, mereka akan berlatih dengan Jake “NoRegreT” Umpleby.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Bincang singkat dengan Jake Umpleby via confrence call. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Tak heran jika Korea Selatan dipilih menjadi tempat kontingen StarCraft II Indonesia untuk menempa diri, mengingat negara tersebut yang bisa dibilang sebagai kiblat esports StarCraft, sejak memulai trennya di awal tahun 2000an. Sang pelatih, NoRegret, juga punya reputasi yang cukup besar di dunia kompetitif StarCraft. Belakangan, ia aktif menjadi shoutcaster bahkan juga termasuk dalam jajaran caster dalam gelaran eksibisi esports di Asian Games 2018 lalu.

Dalam gelaran konfrensi pers yang diselenggarakan di Wisma 46, Jakarta, AKG Games juga turut mengundang NoRegret untuk hadir dalam sebuah confrence call. Ia sedikit bercerita tentang apa saja yang akan dilakukan untuk melatih para kontingen esports StarCraft 2 di SEA Games  2019. “Saya akan fokus kepada mentalitas pemain, serta meningkatkan pola mereka berpikir di dalam permainan StarCraft.” Jake mengatakan.

Deruziel, juga mengutarakan harapannya terhadap pelatihan yang dilakukan ini. “Harapan saya tinggi banget. Dengan dikirim ke Korea, apalagi dipilih coach yang bagus, tentunya saya berharap bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan lagi. Excited banget untuk pelatihan ini pokoknya.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Kiri-Deruziel, Kanan-Quantel. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Quantel pun menambahkan terkait pelatihan ini dan dampaknya terhadap kesempatan mendapatkan medali di cabang esports StarCraft II di SEA Games 2019. “Jika melihat kompetisi sebelumnya, sebetulnya kesempatan kita sudah besar. Dengan pelatihan ini, saya merasa akan semakin meningkatkan kesempatan kami untuk mendapatkan hasil yang terbaik di cabang esports StarCraft II di SEA Games 2019.”

Masih membahas soal latihan, satu yang juga buat saya cukup penasaran adalah soal latih tanding. Akankah ada latih tanding dengan pemain-pemain StarCraft top asal Korea Selatan? Bagaimanapun, lawan tanding sang pemain bisa dibilang jadi cermin kemampuannya. Terkait ini, Eliandy Andojoputro selaku manajer kontingen StarCraft Indonesia juga turut memberikan komentarnya. “Untuk latihan dengan pemain lainnya, itu pasti ada sesinya. Karena melihat Malaysia dan Thailand yang sempat latihan di sana, juga melakukan kegiatan latih tanding. Tetapi kalau siapa yang dilawan, nanti akan ada informasi lebih lanjut.”

Festival Olahraga dan Keberlanjutan Esports StarCraft II

Walau bisa dibilang moyangnya genre MOBA, namun kini genre Real Time Strategi (RTS) terbilang sudah mulai terlupakan. StarCraft sendiri, setelah memulai trennya sekitar awal 2000an lalu di Korea Selatan sana, kini esports StarCraft mungkin bisa dibilang sudah mulai tergerus ragam genre baru yang bermunculan dan terlupakan zaman. Dalam artikel Variety terbitan Juli 2018 lalu, salah satu analis dari Newzoo bahkan menerka StarCraft sebagai game esports yang mulai berhenti berkembang.

Namun demikian game ini seakan tetap terpatri dipikiran orang-orang sebagai ikon esports. Bagaimana tidak, walau jumlah pemainnya di dunia mungkin sudah tidak sebanyak game MOBA, namun StarCraft II tetap jadi game pilihan untuk berbagai gelaran festival olahraga yang diadakan belakangan.

StarCraft II menjadi pilihan saat Asian Games 2018 memutuskan untuk mengadakan eksibisi cabang esports di Britama Arena, Jakarta Utara. Game ini juga dibawa ke PyeongChang, dan dijadikan sebagai salah satu bagian acara dari gelaran Olimpiade Musim Dingin 2018. Kini, StarCraft II lagi-lagi menjadi cabang game pilihan bagi SEA Games 2019 yang akan menjadikan esports sebagai cabang bermedali.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Felix Huray (tengah), menjawab pertanyaan awak media saat sesi tanya jawab di konfrensi pers yang diadakan di Wisma 46, Rabu, 13 November 2019 lalu. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Melihat pola tersebut, maka mengembangkan esports StarCraft mungkin bisa jadi sebuah urgensi tersendiri bagi Indonesia, mengingat kesempatannya bagi esports untuk mengharumkan nama Indonesia. Siapa yang tahu, Asian Games 2022 di Hangzhou nanti akan menjadikan esports sebagai cabang bermedali, dengan StarCraft II sebagai salah satu game yang dipertandingkan.

Terkait hal ini Felix Huray selaku General Manager AKG Games memberikan pandangannya. “AKG Games akan terus mencari peluang untuk mendukung atlit esports Indonesia.” Felix membuka jawabannya. “namun demikian, semua tergantung lagi dari komunitas. Kami AKG Games berusaha sebisa mungkin mendengar komunitas dalam membantu mengembangkan game besutan Blizzard, termasuk StarCraft. Apa yang diinginkan dari komunitas, kami akan fasilitasi sebisa mungkin, contohnya juga seperti program pelatihan ini.” Felix menjawab.


Deruziel dan Quantel akan berangkat latihan ke Korea Selatan mulai tanggal 18 hingga 24 November 2019 mendatang. Setelah itu mereka akan bertanding untuk Indonesia dalam cabang esports SEA Games 2019, yang akan diselenggarakan tanggal 5 hingga 10 Desember 2019, di Filoil Flying V Centre, San Juan, Metro Manila.

Mari kita doakan agar kontingen StarCraft Indonesia untuk SEA Games 2019 bisa mendapatkan hasil yang terbaik dan membanggakan nama Indonesia di tingkat Asia Tenggara!

Bersama AKG Games, Blizzard Entertainment Turun Tangan Kembangkan Komunitas di Indonesia

Tahun 2019 sepertinya menjadi momentum terbesar bagi esports di Indonesia. Salah satu momentum tersebut adalah meledaknya esports untuk perangkat bergerak, yang segera menyedot perhatian para pelaku bisnis di Indonesia. Tak ragu, kini para pelaku bisnis di Indonesia pun memulai ekspansinya membesarkan industri game dan esports di Indonesia. Setelah beberapa hari lalu ada Supercell hadir di Indonesia dengan kolaborasi bersama LINE, kini ada Blizzard yang hadir di Indonesia lewat kolaborasinya dengan AKG Games.

AKG Games sendiri merupakan games publisher yang berada di bawah naungan dari Salim Group, perusahaan konglomerat yang menaungi perusahaan seperti Indofood di bidang FMCG, Indomaret untuk sektor ritel, dan lain sebagainya. Dalam sebuah sesi konfrensi pers yang diselenggarakan di CGV Grand Indonesia pada 12 September 2019 ini, kedua belah pihak menjelaskan bahwa mereka sedang mempersiapkan berbagai aktivitas dan kegiatan berskala nasional baik secara online ataupun offline.

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Press Release

Dalam sesi talk show, Blizzard yang diwakili oleh Paul Chen, Managing Director regional Taiwan/SEA dan AKG Games yang diwakili oleh Adrian Lim, selaku Director AKG Games membahas soal ini. Game yang menjadi fokus dalam kerjasama ini adalah Overwatch dan Hearthstone.

Terkait strategi, baik Adrian ataupun Paul keduanya menjelaskan bahwa strateginya adalah dengan fokus kepada komunitas terlebih dahulu. “Saat ini sendiri 40 juta pemain Overwatch dan 100 juta pemain Hearthstone secara global. Lewat kerjasama ini kami ingin mengembangkan komunitas di Indonesia, meningkatkan pengalaman bermain mereka, dan membangun perkembangannya mulai dari tingkat grassroot.” Paul Chen menjelaskan.

Dalam hal membangun perkembangan komunitas suatu game, Blizzard sendiri sebenarnya punya strategi menarik yang diterapkan di Korea Selatan sana. Jadi alih-alih harus membeli game-nya, gamers di Korea Selatan bisa memainkan Overwatch secara gratis hanya dengan membayar “billing” iCafe saja.

Mengingat iCafe di Indonesia yang masih jadi salah satu cara gamers mengakses game di PC, ini tentu bisa jadi strategi menarik untuk diterapkan di Indonesia juga bukan? Terkait hal ini Adrian menyatakan komentarnya.

“Beberapa hari belakangan kami (AKG dan Blizzard) juga mendiskusikan soal cara terbaik bekerja sama dengan iCafe. Apalagi mengingat kebanyakan iCafe sekarang sudah punya spesifikasi yang tinggi, dan komunitas yang sangat passionate.” Ujar Adrian membahas soal komunitas iCafe di Indonesia.

“Kami tentunya akan menggunakan hal tersebut sebagai salah satu cara untuk membangun kecintaan pemain terhadap game-game milik Blizzard. Namun untuk menuju hal tersebut, kami masih mencari strategi win-win benefit bagi pemilik iCafe, dan juga benefit yang bisa diterima oleh para pemain. Kami juga sedang membangun sebuah program untuk menikmati hal tersebut. Jadi siap-siap saja, ini akan segera hadir di iCafe terdekat dari Anda.” Adrian menjelaskan lebih lanjut.

Sumber: Rilis Resmi
Adrian Lim, Director AKG Games. Sumber: Rilis Resmi

Tetapi tidak terbatas pada itu saja, integrasi program esports global milik Blizzard juga akan menjadi salah satu hal yang dicanangkan dalam kerjasama ini. Kalau mungkin Anda belum tahu, Overwatch punya satu program esports global yang bertajuk Overwatch League.

Membawa sistem franchise, Overwatch bisa dibilang sebagai pionir liga esports yang membawa fanatisme kedaerahan. Dalam liga ini, nama kota menjadi bagian dari nama tim, jadi Anda dapat melihat tim dengan nama seperti London Spitfire, Shanghai Dragons, dan lain sebagainya.

Dengan kerja sama ini, tentunya kita semua menantikan sesuatu hal yang menarik, baik dari sisi esports maupun pengembangan komunitas dari tingkat grassroot. Siapa yang tahu, mungkin kerja sama ini akan membuahkan Overwatch League Indonesia? Kemungkinan tentu akan selalu ada.