Auto Chess Indonesia Championship 2020 Hadir April Nanti

Genre Auto Battler sempat menjadi primadona pada tahun 2019 lalu. Genre yang satu ini muncul ke permukaan ketika salah satu pengembang membuat sebuah custom game di Dota 2 yang dinamakan Auto Chess pada Januari 2019 lalu. Beberapa bulan berselang, pengembang resmi game ini yaitu Drodo Studio akhirnya memutuskan untuk merilis versi standalone game tersebut dengan nama yang sama di Android (18 April 2019), iOS (22 Mei 2019) dan PC lewat Epic Games Store (19 Juli 2019).

Walau genre game ini mendapat penerimaan yang cukup baik di kalangan komunitas gamers, namun belum ada inisiatif esports di luar dari pasar utama Drodo di Tiongkok. Akhirnya pada tahun 2020 ini, Auto Chess lewat VNG selaku penerbit untuk Asia Tenggara termasuk Indonesia, mengumumkan inisiatif esports untuk skala lokal dengan nama Auto Chess Indonesia Championship 2020 (ACIC 2020).

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Gelaran ini merupakan kompetisi tingkat nasional dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp360 juta. Sebagai kompetisi tingkat nasional, ACIC 2020 akan hadir di 8 kota besar di Indonesia. Delapan kota besar tersebut termasuk, Bekasi, Makassar, Surabaya, Pontianak, Bandung, Yogyakarta, Depok, dan Jakarta-Tangerang. Babak Grand Final hanya akan diikuti oleh 32 pemain terbaik dari 8 kota besar tersebut. Untuk dapat melaju ke gelaran puncak, nantinya pemain harus melewati babak kualifikasi dan mendapat peringkat 4 besar. Acara puncak akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 11-12 April 2020 mendatang.

Menuju Internasional

Inisiatif lokal sudah menjadi satu tahap yang baik untuk mengembangkan ekosistem esports Auto Chess. Namun, setelah semua pemain tersebut menjadi yang terbaik di tingkat nasional, prestasi yang dituju berikutnya tentu adalah setingkat regional Asia Tenggara dan tingkat dunia. Dalam acara konfrensi pers yang diadakan sore tadi (20 Februari 2020) di Plaza Senayan, VNG sedikit menjelaskan soal rencana tersebut.

Untuk sepanjang 2020 ini, fokus VNG masih dalam tingkat nasional saja sampai babak final ACIC 2020 di bulan April mendatang. Lalu bagaimana dengan kompetisi tingkat regional dan internasional? Terkait hal tersebut, Christhoper Liu Business Director VNG Corporation mengatakan. “Untuk saat ini kita akan fokus untuk Indonesia lebih dahulu.” ucapnya membuka pembahasan ini.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Christopher Liu menjelaskan rencana esports Auto Chess. Sumber: Hybrid – Akbar Priono

“Jika bicara tingkat selanjutnya, nantinya akan jalan secara bertahap. Kami punya rencana untuk menyelenggarakan kompetisi tingkat nasional seperti ACIC 2020 di negara lain di regional Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia. Lalu setelahnya juga akan dilanjutkan dengan pertandingan tingkat SEA. Untuk tingkat dunia, masih dalam rencana, kemungkinan besar nantinya juga akan ada kualifikasi untuk Amerika Serikat dan Amerika Latin.”. Christopher menjelaskan.

Kehadiran Auto Chess Indonesia Championship tentu menjadi angin segar bagi para pemain Auto Chess di Indonesia. Apalagi, melihat keadaan genre ini sedang mengalami penurunan tren, kehadiran Auto Chess Indonesia Championship tentu diharapkan bisa merangsang kembali pertumbuhan tren genre ini, terutama dari sisi pasar lokal Indonesia.

Sumber header: Hybrid – Akbar Priono

2019 adalah Tahunnya Auto Battler. Mampukah Ia Bertahan Lama?

Auto battler adalah sebuah sub-genre dari strategy games yang memiliki bentuk seperti catur. Para pemainnya menaruh karakter yang mereka mainkan di atas papan ketika waktu persiapan berjalan. Peperangan terjadi setelah waktu persiapan selesai tanpa kontrol apapun dari pemain. Genre ini dipopulerkan oleh game Auto Chess di awal tahun 2019.

Auto Chess merupakan mod dari game Dota 2 yang sangat sukses membuat para pemain Dota 2 bermain Auto Chess pada saat itu. Dengan karakter hero-hero Dota 2 yang bisa Anda mainkan, tentu Auto Chess menjadi sangat menarik bagi para penggemar Dota 2. Semua skill yang dipakai pun sama persis dengan hero Dota 2. Terbilang santai, banyak pemain Dota 2 memainkannya ketika istirahat dari ranked match. Sempat 90% dari total friendlist saya yang sedang online, semuanya bermain Auto Chess ketimbang bermain Dota 2.

Pada akhir bulan Maret, sebelum tiga bulan sejak mereka rilis. Auto Chess berhasil mencapai 7 juta total download. Melihat kesuksesan yang mereka gapai, Drodo Studio akhirnya mengeluarkan game Auto Chess-nya dari platform Dota 2. Mereka merilis standalone Auto Chess ke khalayak luas. Drodo mendapatkan kesuksesannya dari rasa puas yang pemain dapatkan dari unsur keberuntungan karena, pada setiap turn, Anda mendapatkan karakter-karakter yang random. Rasa puas ketika mendapatkan karakter yang Anda inginkan di saat-saat genting dan berhasil mengalahkan musuh saat menggabungkan 3 karakter yang sama membuatnya adiktif. Memainkannya pun cukup mudah, Anda tinggal santai dan melakukan klik pada layar komputer Anda. Mudah untuk dimainkan, meski sulit untuk didalami.

Auto Battler ala Valve dan Riot Games

Pada bulan Juni 2019, Valve merilis Dota Underlords. Auto Battler yang dibuat oleh Valve sendiri yang memiliki hak cipta setiap hero di Dota 2. Tetapi banyak penggemar Dota 2 yang skeptis melihat perilisan Dota Underlords. Pasalnya, tahun lalu Valve meluncurkan Artifact dan hasilnya game tersebut jadi sebuah artefak di platform Steam. Hanya butuh beberapa bulan saja bagi Artefact untuk kehilangan hampir seluruh pemainnya. Game ini memiliki monetization secara berlebihan yang bisa Anda lihat di harga game, pembelian card packs, dan transaksi pembelian kartu di Steam Market yang memiliki biaya tambahan.

Pada bulan perilisannya, Dota Underlords mencapai 202.254 total peak players yang terbilang cukup sukses untuk sebuah game auto battler tapi hal ini tidak bertahan lama. Sampai bulan Desember, Dota Underlords sudah kehilangan hampir 90 persen pemainnya. Tentu saja bukan tanpa alasan, Dota Underlords menghadapi persaingan dari pesaing terberatnya yaitu League of Legends.

Sumber: Steam Charts
Sumber: Steam Charts

Riot Games juga merilis Teamfight Tactics untuk mengikuti tren auto battler yang sedang berjalan. Dengan karakter-karakter League of Legends untuk menarik playerbase League of Legends sendiri, tentu Dota 2 dengan Dota Underlords tidak akan bisa memenangkan persaingan karena kalah jumlah playerbase dibandingkan League of Legends.

Auto Battler Goes to Mobile and Esports

Drodo Studio yang memulai tren auto battler di 2019 ini akhirnya membuat turnamen besar yaitu Auto Chess World Invitational yang berhadiah total US$1 juta dengan 32 peserta. Bukan hanya Auto Chess, Dota Underlords dan Teamfight Tactics juga mengadakan turnamen dengan hadiah yang jauh lebih rendah dibandingkan Auto Chess World Invitational. Namun apakah total hadiah berbanding lurus dengan jumlah viewership yang didapat?

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Viewership untuk WePlay! Dota Underlords Open dan Rise of the Elements Invitational jelas menunjukan viewership yang lebih baik. Auto Chess sepertinya tidak dapat bersaing dengan Dota Underlords apalagi dengan Teamfight Tactics. Auto Chess yang terbilang terlambat merilis versi PC-nya, membuatnya tertinggal jauh dari Teamfight Tactics yang sudah lebih dulu dikenal dan sudah banyak streamer di Twitch menayangkan game Teamfight Tactics.

Chess Rush juga sempat menyelenggarakan turnamen untuk para influencer dari delapan negara yang memiliki total hadiah 16.000 US Dollar. Chess Rush sendiri sudah memiliki jumlah download lebih dari 5 juta di Google Playstore.

Melihat popularitasnya di platform livestream seperti Twitch, Auto Chess yang sempat memiliki banyak penonton akhirnya mengalami penurunan. Rata-rata penonton pada bulan Desember 2019 ini hanya tersisa 424 viewers di bagian kategori game Auto Chess pada platform Twitch.

Sumber: Twitch Tracker
Sumber: Twitch Tracker

Sama seperti Auto Chess, Dota Underlords kini juga mengalami penurunan. Berbanding lurus dengan hilangnya jumlah pemain, pada bulan Desember ini, Dota Underlords kehilangan sekitar 90 persen jumlah penontonnya di Twitch. Hal yang sama diakibatkan oleh menghilangnya streamer-streamer terkenal yang ingin menyiarkan permainan Dota Underlords. Sempat banyak streamer terkenal dari Hearthstone juga ikut bermain Dota Underlords, seperti Janne “Savjz” Mikkonen dan Jeremy “Disguised Toast” Wang, tetapi mereka tidak bertahan lama karena popularitas Teamfight Tactics di platform Twitch.

Sumber: Twitch Tracker
Sumber: Twitch Tracker

Walaupun Teamfight Tactics masih merajai genre auto battler saat ini, bukan berarti mereka tidak mengalami penurunan jumlah penonton juga. Tercatat, Teamfight Tactics mengalami penurunan lebih dari 80 persen dari total penonton yang mereka dapat ketika awal perilisan di platform Twitch.

Jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang jadi tahunnya genre Battle Royale, tahun 2019 tak berhasil membuat Auto Battler mencapai titik popularitas yang setara. Ketika 2018, banyak game Battle Royale yang meroket seperti PUBG, Fortnite, PUBG Mobilem dan Free Fire. Saya tidak perlu menunjukan statistiknya karena Anda mungkin sudah bisa melihatnya juga.

Di sisi lain, saya juga sempat memperkirakan genre Auto Battler ini tidak spectator friendly untuk ranah kompetitif esports-nya. Kesulitan untuk menonton pertandingan esports-nya mungkin juga jadi penghalang untuk genre game tersebut sukses di esports.

 

Drodo Studio Luncurkan Auto Chess Versi PC Eksklusif di Epic Games Store

Ada hal yang cukup mengejutkan dari sesi PC Gaming Show dalam ajang E3 2019. Ketika Epic Games mengumumkan jajaran game yang akan terbit di marketplace milik mereka, Epic Games Store, sebuah judul mencuat dan menarik perhatian. Judul itu adalah Auto Chess, game karya Drodo Studio yang diterbitkan oleh penerbit Tiongkok, Dragonest. Game ini mempopulerkan genre baru yang disebut “auto battler”, dan digemari oleh jutaan pemain di seluruh dunia.

Awalnya hanya merupakan mod populer untuk Dota 2, Auto Chess kini telah memiliki versi standalone yang beberapa waktu lalu dirilis dalam fase alpha untuk perangkat mobile. Tapi Drodo Studio tidak berhenti sampai di sana. Mereka juga berencana merilis versi PC yang tentunya akan memiliki tampilan visual lebih menarik. Kini Dragonest mengumumkan bahwa Auto Chess versi PC akan tersedia eksklusif di Epic Games Store di tahun 2019 ini.

Loring Lee, founder dan CEO Dragonest, menyatakan di atas panggung PC Gaming Show bahwa mereka bekerja sama langsung dengan Drodo Studio selaku kreator asli Auto Chess untuk merilis game ini. Ia ingin agar semua orang, di mana pun, lewat perangkat apa pun, bisa merasakan kesenangan yang sama. Lee juga mengatakan bahwa Auto Chess versi PC ini dikembangkan menggunakan Unreal Engine 4, yang ia sebut “salah satu game engine terbaik di dunia”. Sementara itu versi mobile dikembangkan menggunakan Unity.

Bila Anda melihat video trailer Auto Chess versi PC di atas, Anda akan melihat bahwa game tersebut memiliki antarmuka yang cukup berbeda dari versi mobile. Selain tombol-tombol yang lebih kecil dan ketersediaan shortcut untuk keyboard, tampilan pratinjau hero ketika akan kita letakkan di atas arena juga lebih menarik. Detail lingkungan serta efek-efek pertarungan juga dibuat lebih wah, pastinya lebih memanjakan mata ketimbang bermain di layar smartphone.

Dengan munculnya Auto Chess versi PC, para gamer “master race” akan punya setidaknya empat pilihan untuk memainkan game dengan genre yang sama. Pertama yaitu mod Dota Auto Chess sendiri yang hingga kini masih tersedia di dalam Dota 2, kedua yaitu Auto Chess versi standalone, ketiga adalah versi standalone bikinan Valve yang kabarnya akan dirilis dengan judul Dota Underlords, dan terakhir adalah di dalam League of Legends lewat mode barunya yang bernama Teamfight Tactics. Versi manakah kira-kira yang akan bertahan di pasaran?

Sumber: PC Gamer

Bocoran Gameplay Dota Underlords, Auto Chess dari Valve untuk PC dan Mobile

Apa yang dilakukan Valve ketika melihat ada mod Dota 2 yang ternyata sangat populer di kalangan penggemar? Langkah yang paling masuk akal, tentu saja adalah mengundang developer dari mod tersebut untuk merancang suatu strategi kerja sama. Itulah yang dilakukan Valve kepada Drodo Studio, pengembang mod Dota Auto Chess. Sayangnya, ternyata langkah tersebut tidak membuahkan hasil karena berbagai alasan.

Drodo Studio dan Valve kini pergi meniti jalan masing-masing. Bersama dengan penerbit asal Tiongkok, Dragonest, Drodo Studio pun merilis versi standalone Auto Chess dengan menghilangkan unsur-unsur Dota 2 di dalamnya. Sementara Valve akan mengembangkan produk auto chess versi mereka sendiri yang bertema Dota 2, tentunya dengan persetujuan dari Drodo Studio selaku kreator Dota Auto Chess asli.

Dota Underlords - Screenshot 1
Hero-hero dalam Dota Underlords | Sumber: dotavru

Valve telah mendaftarkan merk dagang atas judul game baru yang merupakan produk auto chess tersebut, dengan judul Dota Underlords. Dan kini, seorang pengguna Reddit membocorkan video yang disebut-sebut sebagai gameplay dari Dota Underlords versi mobile. Valve memang dikabarkan sedang membuat dua versi dari Dota Underlords, yaitu untuk mobile dan PC. Bila Anda perhatikan dalam video di bawah, game yang dimainkan memiliki frame rate sedikit rendah. Menurut si pembuat video, versi PC akan memiliki performa teknis yang lebih baik.

Sebagian besar gameplay dan fitur dalam Dota Underlords masih sama dengan Dota Auto Chess, namun ada beberapa tambahan yang diberikan oleh Valve. Misalnya, jumlah hero untuk dipilih lebih banyak, antara 12 – 15 hero per tier. Valve juga telah memasukkan hero-hero yang tidak ada di Auto Chess versi Drodo. Misalnya hero Warlock di Tier 1, Pudge di Tier 2, dan Arc Warden di Tier 3. Begitu pula dengan item, Dota Underlords menambahkan sejumlah item yang tidak ada di Auto Chess asli.

Dota Underlords - Screenshot 2
Gameplay masih mirip Auto Chess orisinal | Sumber: dotavru

Dalam video tersebut disebutkan bahwa Dota Underlords menggunakan sistem Season, dan setiap Season akan ada pergantian gameplay yang cukup drastis. Pilihan hero, item, serta synergy di dalamnya akan selalu berubah. Terdapat sekitar 15 jenis synergy dalam bocoran Dota Underlords ini, dan meski sebagian besar memiliki efek sama, ada juga synergy dengan efek yang berbeda dari Auto Chess orisinal.

Karena semua informasi ini datang dari jalur tak resmi, ada kemungkinan banyak aspek di dalamnya yang akan berbeda dengan produk Dota Underlords versi final nanti. Akan tetapi bila kita perhatikan videonya memang tampak cukup meyakinkan. Mengingat game ini juga masih dalam pengembangan, versi akhirnya tentu akan memiliki kualitas yang lebih baik lagi. Bagaimana, apakah Anda berminat mencoba Dota Underlords, atau akan setia dengan Auto Chess versi bikinan Drodo Studio saja?

Sumber: VPEsports, Reddit

Auto Chess Tuju League of Legends Lewat Mode Baru: Teamfight Tactics

Setelah MOBA dan battle royale, apa genre yang akan menjadi “big thing” berikutnya? Setiap orang boleh berspekulasi, tapi tampaknya auto chess bisa menjadi kandidat kuat. Pertama kali muncul sebagai mod untuk Dota 2 di awal tahun 2019, Dota Auto Chess dengan cepat menjaring popularitas besar. Drodo Studio, kreator Dota Auto Chess, kini bahkan sudah merilis Auto Chess versi standalone untuk mobile. Dalam ajang E3 2019 mereka juga mengumumkan Auto Chess versi PC yang akan dirilis eksklusif di Epic Games Store.

Seolah tak mau ketinggalan tren terkini, Riot Games pun membuat tandingan Dota Auto Chess dalam bentuk mode baru di League of Legends. Mode tersebut bernama Teamfight Tactics, jauh dari kata-kata “auto” maupun “chess”, tapi sebenarnya tidak jauh berbeda. Anda akan bertanding melawan tujuh orang lainnya dalam sebuah arena menyerupai board game, mengumpulkan champion (hero) terkuat, kemudian menggabung-gabungkan unit champion untuk menciptakan unit yang lebih kuat lagi.

Teamfight Tactics - Screenshot 1
Teamfight Tactics menggunakan arena heksagonal | Sumber: Riot Games

Perbedaan yang paling terlihat adalah bahwa arena permainan Teamfight Tactics tidak berbentuk persegi, melainkan heksagon. Selain itu terdapat fitur khusus di tengah permainan di mana seluruh pemain diperbolehkan untuk memilih (drafting) satu dari beberapa champion yang disediakan. Urutan pemilihan champion ini berkebalikan dengan peringkat permainan, jadi pemain yang sedang memimpin klasemen kemungkinan akan mendapat champion terlemah karena ia menempati urutan terakhir drafting.

Dalam pengumuman di situs resminya, Riot Games mengaku bahwa mereka memang mengembangkan Teamfight Tactics karena terinspirasi oleh Dota Auto Chess. Malah mereka dengan gamblang menyebutkan, banyak karyawan di kantor mereka yang ketagihan bermain Dota Auto Chess. Para kru Riot Games adalah penggemar genre strategi, jadi ketika genre auto chess (atau “auto-battler”) menawarkan pengalaman strategi baru, sudah jelas mereka harus mencobanya.

Teamfight Tactics - Little Legends
Kustomisasi avatar yang disebut Little Legends | Sumber: Riot Games

Saat ini Teamfight Tactics masih dirilis dengan status beta, akan tetapi Riot Games berencana untuk menanganinya dengan serius seperti mode-mode utama di League of Legends. Salah satunya dengan cara menyediakan Ranked Mode di Teamfight Tactics, juga pemberian beragam item kosmetik baru. Avatar pemain yang bertindak sebagai summoner di arena Teamfight Tactics juga bisa dikustomisasi menggunakan makhluk-makhluk imut yang disebut Little Legends.

Auto chess memang genre yang menarik dan mengasyikkan, jadi wajar bila genre ini mulai menjamur sebagai tren baru. Akan tetapi yang jadi pertanyaan adalah akan sebesar apa genre ini jadinya nanti. Mungkinkah auto chess menggeser ketenaran genre-genre lainnya? Apakah genre ini bisa berkembang menjadi cabang esports populer? Atau hanya hangat sementara, lalu hilang ditelan usia? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Sumber: Riot Games