Epic Games Akuisisi Cubic Motion

Epic Games mengakuisisi Cubic Motion, startup asal Inggris yang mengembangkan platform untuk membuat animasi wajah yang lebih kompleks dengan seperangkat kamera dan software. Salah satu produk Cubic bernama Persona. Produk yang diluncurkan pada tahun lalu tersebut berupa seperangkat hardware dan software. Teknologi Cubic pernah digunakan dalam beberapa game AAA seperti God of War dari Sony Interactive Entertainment dan Spider-Man buatan Insomniac.

Sayangnya, tidak diketahui nilai akuisisi Cubic oleh Epic. Satu hal yang pasti, Cubic pernah mendapatkan pendanaan sebesar £20 juta (sekitar Rp369 miliar) pada 2017. Ketika itu, ronde pendanaan untuk Cubic dipimpin oleh NorthEdge Capital. Hanya saja, setelah Cubic diakuisisi oleh Epic, NorthEdge tak lagi menjadi investor dari Cubic. Dengan akuisisi ini, semua tim Cubic akan menjadi bagian dari Epic Games. Selain itu, Cubic juga masih akan melayani semua klien mereka, menurut laporan TechCrunch.

epic akuisisi cubic
Hardware yang digunakan oleh Cubic. | Sumber: TechCrunch

“Membuat manusia digital yang realistis adalah tantangan berikutnya yang harus dilewati dalam pembuatan konten, walau merealisasikan hal ini dengan grafik komputer adalah sesuatu yang sangat rumit,” kata CEO dan pendiri Epic Games, Tim Sweeney dikutip dari The Esports Observer. “Menggabungkan teknologi Cubic Motion dalam computer vision dan animasi dengan usaha kami untuk membuat manusia digital, ini akan membawa kami satu langkah lebih dekat dalam mendemokrasikan teknologi tersebut ke semua kreator di dunia.”

Sebelum akuisisi ini, Epic Games telah bekerja sama dengan Cubic untuk membuat sejumlah demo yang menunjukkan bagaimana ekspresi aktor bisa langsung terlihat pada karakter digital secara real-time. Akuisisi ini akan membantu game studio yang memiliki dana besar dalam membuat cut scene yang semakin realistis. Pada saat yang sama, teknologi ini juga pasti akan menarik bagi studio film. Tidak tertutup kemungkinan, keputusan Epic untuk mengakuisisi Cubic akan dapat mendorong semakin banyak studio film untuk menggunakan game engine.

“Animasi wajah yang bisa menampilkan detail dalam ekspresi manusia adalah langkah berikutnya untuk membuat grafik yang realistis,” kata CTO Epic Games, Kim Libreri, menurut laporan Games Industry. “Kami percaya, menggabungkan Unreal Engine milik Epic dengan teknologi 3Lateral dan Cubic Motion adalah cara yang tepat untuk merealisasikan hal itu. Pada akhirnya, ini akan memungkinkan kami untuk membuat mahakarya dengan Unreal Engine.”

Epic Games Akuisisi Cubic Motion, Perusahaan Ahli Teknologi Animasi Wajah

Seberapa penting animasi wajah dalam sebuah video game? Kalau Anda pernah memainkan Hellblade: Senua’s Sacrifice, Anda pasti akan menjawab sangat penting. Tanpa facial animation yang baik, game setenar Mass Effect: Andromeda pun bisa terasa kurang menyenangkan.

Satu pemain besar di industri video game yang sadar betul akan pentingnya facial animation adalah Epic Games. Baru-baru ini, Epic mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan bernama Cubic Motion. Didirikan pada tahun 2009, Cubic Motion punya spesialisasi dalam bidang facial animation.

God of War

Teknologi facial animation yang mereka ciptakan sudah digunakan di sejumlah game blockbuster macam God of War dan Marvel’s Spider-Man. Tim Cubic Motion juga berjasa atas demonstrasi real-time yang dipersembahkan tim Unreal Engine dan Ninja Theory (developer Hellblade) pada event GDC 2016 lalu.

Dalam demonstrasi tersebut, kita bisa melihat bagaimana teknologi rancangan Cubic Motion memungkinkan gerakan wajah seorang aktris untuk diterjemahkan secara langsung menjadi animasi dalam game. Di tahun 2018, Epic juga sempat memamerkan teknologi live motion capture yang ditawarkan Unreal Engine, dan itu juga tak akan bisa terwujud tanpa keterlibatan Cubic Motion.

Teknologi bikinan Cubic Motion juga digunakan di game Horizon Zero Dawn / Cubic Motion
Teknologi bikinan Cubic Motion juga digunakan di game Horizon Zero Dawn / Cubic Motion

Di samping Cubic Motion, pihak lain yang tak kalah besar kontribusinya dalam demonstrasi tersebut adalah 3Lateral, yang meminjamkan teknologi facial rigging besutannya. Menariknya, 3Lateral sudah diakuisisi Epic pada awal tahun lalu, dan sekarang giliran Cubic Motion yang menyusul bergabung ke tim Unreal Engine.

Ahli facial rigging dan ahli facial animation bertemu, ini berarti Unreal Engine bakal semakin superior dalam menyajikan manusia digital yang amat realistis. Lalu apa artinya bagi kita sebagai konsumen umum? Well, bersiaplah menemui karakter yang lebih mengenang lagi dalam gamegame yang dikembangkan menggunakan Unreal Engine ke depannya.

Sumber: GamesIndustry.biz dan Epic Games.

Pencipta Unreal Engine Pamerkan Teknologi Live Motion Capture

Dewasa ini, motion capture sudah menjadi teknik yang umum diterapkan di industri perfilman. Memanfaatkan teknik ini, aktor dapat berakting seperti biasa, namun pada hasil akhirnya, penampilannya bisa diubah sepenuhnya dengan CGI (computer-generated imagery).

Tidak sedikit karakter film populer yang terlahir dari teknik motion capture. Salah satu yang paling tenar mungkin adalah Gollum di seri Lord of the Rings, yang diperankan oleh aktor ahli motion capture, Andy Serkis, yang juga merupakan pemeran Caesar di seri Planet of the Apes dan Supreme Leader Snoke di dua film terbaru Star Wars.

Motion capture melibatkan proses yang amat kompleks. Sederhananya, aktor akan berakting selagi mengenakan pakaian yang dipasangi sederet sensor. Yang direkam sejatinya adalah pergerakan sang aktor (lengkap sampai ke perubahan ekspresi wajahnya), sebelum akhirnya diganti dengan CGI dalam tahap pascaproduksi.

Bisa dibayangkan betapa banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memroses suatu adegan yang diambil menggunakan teknik motion capture. Namun dalam beberapa tahun ke depan, kondisinya bakal berubah drastis, terutama berkat inovasi terbaru hasil kolaborasi antara beberapa nama besar di industri gaming: Epic Games, Tencent, Vicon, Cubic Motion dan 3Lateral.

Proyek yang mereka kerjakan diberi nama Siren. Dipamerkan di GDC 2018, Siren pada dasarnya merupakan suatu karakter virtual yang diciptakan dengan teknik motion capture, hanya saja prosesnya berlangsung secara instan, alias real-time. Setiap kali sang aktor menggerakkan tangan atau sebatas mengedipkan matanya, karakternya juga akan tampak melakukan hal yang sama persis.

Karakternya sendiri di-render menggunakan Unreal Engine 4 (buatan Epic Games) secara real-time dalam kecepatan 60 fps, sehingga semuanya tampak mulus, dengan jeda nyaris tak terlihat. Unreal Engine 4 juga memungkinkan tingkat detail yang menakjubkan pada karakter virtual-nya (coba lihat bulu matanya), yang dimodel berdasarkan aktris berdarah Tiongkok, Bingjie Jiang.

Teknologi di balik Siren sejatinya sudah dikembangkan sejak lama, dan sempat digunakan pada lakon utama game indie fenomenal Hellblade. Selain Unreal Engine 4, komponen yang membentuk Siren mencakup teknologi computer vision rancangan Cubic Motion, yang sanggup membaca lebih dari 200 bagian wajah dalam kecepatan 90 fps, lalu memetakan datanya ke sang karakter virtual secara otomatis dan real-time.

Melengkapi kontribusi Cubic Motion adalah teknologi facial rigging besutan 3Lateral, sedangkan pergerakan tubuh sang karakternya sendiri berasal dari sistem motion capture rancangan Vicon. Semua komponen ini bekerja bersama-sama menciptakan animasi yang begitu realistis, dan yang terpenting, tanpa melalui proses pascaproduksi yang kompleks.

Teknologi live motion capture ini nantinya bakal ditawarkan ke industri perfilman sekaligus gaming. Meski belum ada jadwal resmi yang diungkap, petinggi Cubic Motion, Andy Wood, sempat bilang bahwa teknologi ini bakal tersedia secara universal di tahun 2020 mendatang.

Potensi penerapan teknologi ini jelas amat luas, tapi di saat yang sama juga bisa disalahgunakan. Yang paling meresahkan, seperti yang dibayangkan Engadget, mungkin adalah ketika teknologi ini dipakai untuk menciptakan berita bohong (hoax), di mana beredar video sosok terkenal yang mengatakan hal yang tidak semestinya, meski padahal sosok tersebut merupakan rekreasi digital memanfaatkan teknologi ini.

Setidaknya dalam waktu dekat ini, membedakan orang asli dan karakter virtual-nya masih gampang, tapi coba bayangkan kalau nanti Unreal Engine 5 dirilis, dan hasil render-nya bahkan lebih mendekati lagi dengan aslinya. Bukan berarti kita harus bersikap pesimis terhadap inovasi seperti ini, tapi setidaknya kita harus siap mengantisipasi potensi penyalahgunaan yang ada di masa yang akan datang.

Sumber: VentureBeat dan Engadget.