Menang Atas Punk di VSFighting 2019, Bonchan Buktikan Diri Sebagai Karin Terkuat

Pada tanggal 20 – 21 Juli lalu, kompetisi tahunan VSFighting 2019 telah digelar di kota Birmingham, Inggris. Kompetisi yang merupakan salah satu ajang esports fighting game paling bergengsi di benua Eropa itu telah digelar sejak tahun 2010, dan VSFighting kali adalah gelaran yang kesembilan kalinya.

Delapan judul dipertandingkan dalam VSFighting tahun ini, dan sebagian di antaranya merupakan bagian dari sirkuit turnamen resmi. Judul-judul itu adalah:

  • Tekken 7 (Tekken World Tour Master Event)
  • Street Fighter V: Arcade Edition (Capcom Pro Tour Premier Event)
  • Mortal Kombat 11 (Interkontinental Kup Event)
  • Dead or Alive 6 (Dead or Alive World Championship Event)
  • Dragon Ball FighterZ (Tenkaichi Event)
  • Samurai Shodown
  • Soulcalibur VI
  • Super Street Fighter II Turbo

Bila Anda bertanya-tanya mengapa judul lawas seperti Super Street Fighter II Turbo bisa muncul di event, bahkan bukan sebagai turnamen sampingan, jawabannya adalah karena hal ini sudah menjadi semacam tradisi. Dari pertama kali diadakan, VSFighting hampir selalu mempertandingkan Street Fighter klasik, meskipun pernah juga beberapa kali judul tersebut absen dari acara.

Dari sekian banyak cabang turnamen, Tekken 7 berhasil menjadi judul yang paling banyak diminati dengan 359 peserta. Mengikuti di bawahnya adalah Street Fighter V: Arcade Edition dengan 178 peserta, lalu disusul Mortal Kombat 11 dan Dragon Ball FighterZ. Daftar nama pemain yang tampil pun cukup mengesankan, meskipun ada juga beberapa nama favorit yang tidak hadir seperti Arslan Ash, Sonic Fox, atau Tokido.

Salah satu highlight menarik dari VSFighting 2019 adalah Street Fighter V: Arcade Edition, ketika babak Grand Final mempertemukan Victor “Punk” Woodley melawan Masato “Bonchan” Takahashi. Bukan hanya menjadi rivalitas antara dunia fighting game timur dan barat, pertemuan ini juga merupakan mirror match di mana kedua pemain sama-sama menggunakan karakter Karin Kanzuki sebagai andalan.

Punk yang berasal dari Amerika Serikat, meski usianya tergolong muda, sudah lama menjadi pemain yang ditakuti (sekaligus dihormati) oleh para pemain Jepang termasuk Bonchan. Karin miliknya terkenal sangat ketat dalam teknik footsies, dan ia sering melakukan hal-hal sulit yang menurut pemain lain mustahil dilakukan, apalagi di bawah tekanan. Dalam turnamen ini pun Punk tampil mendominasi di Winners’ Bracket.

Pertemuan antara Punk dan Bonchan sudah terjadi sejak babak Winners’ Final. Di sini Bonchan mencoba menggunakan karakter signature miliknya yaitu Sagat. Akan tetapi Karin secara umum adalah matchup yang buruk bagi Sagat, sehingga Bonchan terpaksa harus kalah 3-1 dan turun ke Losers’ Bracket.

Setelah mendaki Losers’ Bracket, Bonchan akhirnya siap untuk runback melawan Punk di Grand Final dengan mirror match. Di sini Bonchan menunjukkan permainan yang cukup dahsyat. Ia bertahan dengan begitu rapi, dan selalu mencari celah untuk melakukan whiff punish krusial ketika Punk lengah. Sempat menang perfect, Bonchan akhirnya melakukan bracket reset dan “memulangkan” Punk dengan skor ketat 3-2.

Kemenangan Bonchan ini artinya Punk telah mendapat rival berat untuk memperebutkan takhta sebagai pemain Karin nomor satu dunia. Dulunya Punk juga memiliki rivalitas dengan Justin Wong sebagai sesama penggemar Karin, akan tetapi belakangan ini performa Wong di turnamen sedang menurun karena ia lebih sibuk beraktivitas untuk mengembangkan potensi pemain-pemain muda. Bonchan juga menunjukkan betapa pentingnya menguasai teknik-teknik fundamental bila kita ingin menjadi pemain Street Fighter yang baik.

Tampaknya nanti EVO 2019 akan menjadi semakin menarik, karena Bonchan bisa jadi salah satu favorit juara. Apalagi ia beberapa waktu lalu juga menjuarai CEO 2019, artinya Bonchan baru saja menjadi juara dua turnamen CPT Premier berturut-turut.

Berikut ini adalah daftar peringkat hasil turnamen VSFighting 2019, dilansir dari EventHubs.

Peringkat Top 8 Tekken 7:

  • ROX|Knee (Steve, Kazumi, Jin, Lars)
  • UYU|LowHigh (Law, Shaheen, Steve, Kazumi)
  • CRaZY|SuperAkouma (Akuma)
  • Liquid|Gen (Shaheen, Law, Leo)
  • Dinosaur (Bryan)
  • MVP|Pekos (Geese, Katarina)
  • Talon|Kkokkoma (Dragunov, Kazumi, Geese, Paul)
  • AXL|Fergus (Asuka, Katarina)

Peringkat Top 8 Street Fighter V: Arcade Edition:

  • RB|Bonchan (Karin, Sagat)
  • REC|Punk (Karin)
  • YOG|Machabo (Necalli)
  • NASR|AngryBird (Zeku, Ibuki)
  • CYG|Infexious (Zeku)
  • NVD|Phenom (Karin, Necalli, M. Bison)
  • RB|Gachikun (Rashid)
  • FAV|Sako (Menat)

Peringkat Top 8 Mortal Kombat 11:

  • PxP|A Foxy Grampa (Kung Lao, Jacqui, Cassie Cage, Sub-Zero)
  • PND|OmegaK (Geras)
  • DizzyTT (Sonya, Liu Kang, Cassie Cage)
  • LOK|Nivek (Kabal, Jacqui)
  • ED|SeaCyat (Sub-Zero)
  • SonicNinja (Kabal)
  • VideoGamezYo (Shao Kahn, Jax)
  • ED|UndeadJim (Jax)

Peringkat Top 8 Dead or Alive 6:

  • CRaZY|Gehaktball (Bass, Zack)
  • COMP|Siologica (NiCO)
  • Ky-Dragon (Mai, Kasumi, NiCO)
  • COMP|TeruRock (Kasumi)
  • ULTIMa|Ivanov (Christie)
  • Snow (Phase 4, Kula)
  • UGS|BBoyDragon (NiCO, Kula)
  • ElenaBathory (Helena)

Peringkat Top 8 Dragon Ball FighterZ:

  • CO|Go1 (Bardock, Kid Goku, Goku)
  • CO|Fenrich (Cell, Bardock, Vegeta)
  • Wawa (Kid Goku, Base Goku, Goku)
  • NRG|HookGangGod (Piccolo, Bardock, Vegeta | Piccolo, Bardock, Kid Goku)
  • VGIA|Shanks (Android 18, Adult Gohan, Goku)
  • WrNx|Kayne (Teen Gohan, Goku Black, Kid Goku)
  • Maddo (Kid Buu, Yamcha, Adult Gohan)
  • BC|Kazunoko (Kid Buu, Adult Gohan, Yamcha)

Peringkat Top 8 Samurai Shodown:

  • BC|Kazunoko (Haohmaru, Genjuro)
  • MVP|Pekos (Haohmaru)
  • UYU|OilKing (Haohmaru)
  • Lord Tenners (Genjuro, Tam Tam)
  • SWW|Rycroft (Charlotte)
  • Neilo (Yoshitora)
  • MFGC|Baaltzelmoth (Genjuro)
  • PND|Mustard (Galford)

Peringkat Top 8 Soulcalibur VI:

  • GO|Keev (Nightmare)
  • Oplon|Skyll (Mitsurugi)
  • YUZU|Ganondeurf (Azwel)
  • AndyrooSC (Zasalamel)
  • Abysses|Jason (Seong Mi-Na)
  • HolyCarp (Ivy)
  • LOK|VaanGR (Ivy)
  • Aelz (Tira)

Peringkat Top 4 Super Street Fighter II Turbo:

  • GMC|GolcarJack (Guile)
  • Fuzzy (Ryu, Cammy)
  • Jin (Ken, Guile)
  • TwiF (Vega)

Sumber: EventHubs, VSFighting, Bonchan

Impresi Dead or Alive 6 Online Beta – Mind Game Dulu, Baru Combo Kemudian

Seri Dead or Alive memang identik dengan fanservice, akan tetapi sebetulnya seri ini juga memiliki gameplay yang seru untuk dimainkan. Saya pun dulu sempat memainkan Dead or Alive 5 Last Round dan cukup menikmatinya, meski saya tidak mendalaminya secara serius. Saya merasa Dead or Alive 5 Last Round punya suatu kekurangan yang membuat permainan kurang fleksibel, dan memang selera saya sendiri lebih condong ke arah fighting game 2D daripada 3D.

Karena itu, ketika Team Ninja mengumumkan bahwa Dead or Alive 6 akan memiliki gameplay lebih serius bahkan mengarah ke esports, saya tentu sangat tertarik. Saya ingin tahu seperti apa perubahan yang mereka berikan. Standar fighting game 3D di tahun 2019 ini sudah sangat tinggi gara-gara Tekken 7 dan Soulcalibur VI, jadi apakah masih ada ruang untuk Dead or Alive 6?

Saya pun mencoba Dead or Alive 6 Online Beta di PS4, dan kini saya jadi sangat khawatir. Khawatir, jangan-jangan Dead or Alive 6 akan menjadi fighting game favorit saya.

Dead or Alive 6 - Screenshot 1

Sisi visual, upgrade atau downgrade?

Mari kita mulai dari membahas hal yang paling pertama terlihat, yaitu segi visual. Ini hal yang cukup banyak menjadi perdebatan di forum-forum Dead or Alive, karena Dead or Alive 5 sendiri sudah punya tampilan visual yang sangat bagus berkat Soft Engine. Ada yang berkata bahwa Dead or Alive 6 terlihat sama saja, ada yang berkata lebih baik, juga lebih buruk.

Saya sendiri merasa Dead or Alive 6 punya visual yang lebih baik dari pendahulunya. Tampilan kulit memang kalah lembut karena tak lagi menggunakan Soft Engine. Tetapi Team Ninja berhasil memberi peningkatan yang signifikan di bagian rambut, palet warna yang digunakan, serta tampilan cahaya. Dulu di Dead or Alive 5 wajah dan rambut milik Ayane masih terlihat seperti boneka plastik, sekarang tidak lagi. Saya paling sering menggunakan Diego di Online Beta ini, jadi rasanya puas sekali melihat ekspresi karakter secara close-up ketika terkena Power Blow (sekarang disebut Break Blow).

Sesuai janji, kini karakter-karakter memang dibuat tidak seseksi Dead or Alive 5. Tidak ada lagi adegan buah dada bergoyang-goyang seperti balon air, dan pakaian para karakter juga terlihat lebih tertutup. Team Ninja tetap menyajikan beberapa kostum seksi sebagai alternatif, tapi mungkin tidak akan seekstrem dulu. Pakaian para karakter masih bisa sobek, mereka masih bisa berkeringat, juga masih bisa lusuh terkena kotoran.

Dead or Alive 6 - Screenshot 2

Satu kekurangan yang mengecewakan adalah kualitas animasinya seperti sama sekali tidak berubah. Dibandingkan dengan fighting game lain seperti Tekken 7 atau bahkan Street Fighter V, gerakan di Dead or Alive 6 masih kalah luwes. Sound effect tiap pukulan juga kurang menarik. Team Ninja masih perlu banyak berbenah di bagian ini.

Sudut yang semakin tajam

Pada dasarnya, seri Dead or Alive memiliki gameplay inti yang berbasis pada konsep bernama Triangle System. Seperti sebuah segitiga, dalam pertarungan kita memiliki tiga aksi untuk dipilih: Strike (Pukulan), Throw (Bantingan), dan Hold (Tangkisan). Strike mengalahkan Throw, Throw mengalahkan Hold, dan Hold mengalahkan Strike.

Sistem ini membuat kita harus lebih banyak berpikir. Rasanya tidak berlebihan jika dibilang bahwa inti permainan Dead or Alive terletak pada mind game, bukan keahlian kita mengeksekusi combo (walaupun tentu combo juga penting). Sayangnya, selama ini, mengeksekusi Hold dengan baik itu tidak mudah. Kita harus bisa membaca kebiasaan lawan, juga menekan tombol dengan timing yang tepat.

Dead or Alive 6 - Screenshot 3

Dead or Alive 6 membuat aksi Hold semakin kuat dengan sebuah opsi baru. Bila dulu kita harus menebak-nebak arah serangan musuh (atas, tengah, atau bawah), kini Team Ninja menyediakan fitur yang disebut Break Hold. Dengan mengorbankan 50% meter, kita bisa melakukan Hold universal yang akan menangkis serangan dari arah mana pun. Ya, sama seperti Tekken dan Soulcalibur, Dead or Alive kini juga memiliki meter super dengan nama Break Gauge.

Break Gauge adalah penambahan fitur yang sangat keren, karena hasilnya benar-benar mengubah dinamika permainan secara drastis. Dulu di Dead or Alive 5 kita hanya bisa mengeluarkan Power Blow ketika nyawa karakter sudah hampir sekarat. Tapi kini, kita bisa melakukan Break Blow kapan pun asalkan Break Gauge penuh. Break Blow juga memiliki invulnerability frame, jadi bisa digunakan sebagai opsi ofensif ataupun defensif.

Online play yang cukup andal

Karena Online Beta ini dilakukan secara global, dan saya bermain di akun PSN region Amerika Serikat, saya cukup khawatir akan terjadi banyak lag. Tapi ternyata tidak juga. Tentu lag akan terjadi ketika bertemu dengan lawan dengan kualitas koneksi 1 atau 2 bar, tapi dengan koneksi 3 bar ke atas, rasanya cukup mulus.

Dead or Alive 6 - Screenshot 4

Sepertinya Dead or Alive 6 menggunakan netcode berbasis delay/lockstep, bukan berbasis rollback seperti Street Fighter V. Artinya, bila terjadi lag di satu pihak, maka kedua pemain akan sama-sama merasakan lag. Menurut saya sistem seperti ini lebih nyaman daripada sistem rollback yang membuat karakter jadi teleport ke sana-sini seperti Street Fighter V.

Dari sisi matchmaking, saya cukup senang dengan waktu tunggu yang saya rasakan. Walaupun Dead or Alive bukan fighting game paling mainstream, dan jumlah penggemarnya tidak begitu banyak, ternyata saya tidak butuh waktu terlalu lama untuk mencari lawan. Kita juga bisa melihat kualitas koneksi lawan sebelum bermain, dan memilih untuk menerima tantangan atau tidak.

Berhubung ini masih versi beta, Team Ninja hanya menyediakan dua mode, yaitu Ranked Match dan Tutorial. Jumlah karakter yang bisa dicoba pun hanya lima orang. Jadi saya masih belum yakin akan sebagus apa fitur-fitur lainnya. Saya juga belum bisa menggali gameplay terlalu dalam (bahkan Command List saja belum ada). Tapi dari mencicipi Online Beta sebentar, saya merasa sangat optimis.

Bahkan sebagai orang yang jarang main fighting game 3D, menurut saya Dead or Alive 6 seru dan asyik sekali untuk dimainkan. Kombinasi antara visual indah serta fitur Break Gauge yang sangat mengubah dinamika permainan membuat game ini terasa sangat berbeda dari Dead or Alive sebelumnya. Saya tak sabar menunggu game ini dirilis bulan Maret nanti.

Perilisan Dead or Alive 6 Diundur, Koei Tecmo Siapkan Versi Demo?

Para penggemar yang menunggu Dead or Alive 6 harus bersabar sedikit lebih lama dari ekspektasi awalnya. Fighting game yang dulu diumumkan akan terbit pada tanggal 15 Februari, ternyata kini diundur sedikit menjadi 1 Maret 2019. Hanya terlambat dua minggu dari rencana semula. Menurut Koei Tecmo dan Team Ninja, pemunduran ini dilakukan untuk memoles kualitas dan keseimbangan permainan Dead or Alive 6 lebih jauh lagi.

“Saya sungguh meminta maaf untuk ketidaknyamanan yang muncul karena penundaan rilis Dead or Alive 6. Pengembangan judul ini sudah nyaris selesai, akan tetapi, kami ingin menggunakan lebih banyak waktu untuk lebih menyempurnakan keseimbangan, gameplay, dan ekspresivitasnya. Sebagai balasan atas kesabaran Anda, kami berkomitmen memberikan pengalaman gaming terbaik,” demikian ujar Yohei Shimbori, director sekaligus produser Dead or Alive 6 dalam pengumuman di situs resminya.

Dead or Alive 6 - Screenshot 1
Dead or Alive tak lagi hanya soal seksi | Sumber: Team Ninja

Dalam wawancara yang dilakukan Red Bull pada acara EVO 2018, Team Ninja memang menyatakan bahwa kali ini mereka ingin menciptakan Dead or Alive yang lebih serius. Dead of Alive dikenal sebagai fighting game yang mengutamakan fanservice dan menomorduakan gameplay (meskipun gameplay di dalamnya sama sekali tidak jelek). Tapi Team Ninja ingin agar image itu menghilang.

“Orang-orang mengenal (Dead or Alive) sebagai fighting game dengan karakter-karakter seksi. Tapi Anda tidak bisa menilai buku dari sampulnya, terutama untuk game yang ini,” ujar Tom Lee, creative director Team Ninja kepada Red Bull.

Dead or Alive 6 - Screenshot 2
Environmental damage, salah satu ciri khas Dead or Alive | Sumber: Team Ninja

Keseriusan ini juga didorong oleh keinginan Team Ninja untuk ikut terjun ke dunia esports. “Franchise ini selalu punya elemen-elemen yang dapat menciptakan pengalaman kompetitif fantastis,” kata Tom Lee, “Kami hanya memperkuat elemen-elemen itu.”

Bila Team Ninja ingin menciptakan ekosistem esports di sekitar Dead or Alive, salah satu kunci penting tentu membuat game ini lebih dapat dipertontonkan di hadapan orang banyak. Selain mengurangi kadar keseksian, Team Ninja menciptakan fitur-fitur visual yang akan membuat pertarungan terasa lebih buas. Misalnya fitur slow motion, serta karakter yang bisa terluka atau memar bila mendapat pukulan di bagian tubuh tertentu.

Dead or Alive 6 - Screenshot 3
Siapa karakter Dead or Alive favorit Anda? | Sumber: Team Ninja

Selain melakukan pemolesan sendiri, Team Ninja juga memberi kisi-kisi lewat Twitter tentang kemungkinan adanya versi demo atau beta dari Dead or Alive 6. “Kami harap video-video (yang kami bagikan) belakangan ini bisa membuat Anda lapar akan aksi DOA. Mungkin sudah waktunya kami memberikan kesempatan pada para petarung untuk MENGETES kemampuan mereka. Jangan lupa follow agar tak ketinggalan update,” demikian bunyi cuitan di akun resmi tersebut.

Keberadaan beta testing memang sangat penting bagi game kompetitif, apalagi yang menggunakan elemen online. Terkadang developer bisa melewatkan hal-hal kecil yang dapat memunculkan masalah atau lag. Street Fighter V dan Dissidia Final Fantasy NT pun sempat mendapatkan fase beta sebelum perilisannya. Mungkinkan Dead or Alive 6 akan berdiri sejajar dengan fighting game besar lainnya di EVO 2019 nanti? Kita tunggu saja.

Sumber: Koei Tecmo, Red Bull, EventHubs