Melihat Pengembangan Teknologi Drone di Markas JD.com

Sebagai salah satu peritel terbesar asal Tiongkok yang fokus kepada inovasi teknologi, JD.com telah menciptakan tiga generasi drone buatan sendiri. Saat ini sudah dimanfaatkan untuk pengiriman barang dan telah digunakan oleh perusahaan sebagai kegiatan CSR.

Drone Center JD.com

Saat ini mereka telah memiliki 10 unit “Drone Center” yang tersebar di Tiongkok. Teknologi tersebut dikembangkan secara khusus oleh para engineer JD.com yang tergabung dalam “X-Department JD.com”.

Mereka telah mengembangkan drone generasi ketiga atau yang disebut Y3-Generation. Inovasi tersebut didesain untuk mampu mengirimkan produk dengan berat 10kg dan jarak tempuh 10km.

Selain Y3-Generation, JD.com juga telah mengembangkan teknologi drone dengan bahan bakar dan memiliki kemampuan untuk mengantarkan barang dalam radius 100km. Perangkat tersebut didesain serupa dengan pesawat ukuran kecil. Selama ini kerap digunakan perusahaan untuk keperluan kemanusiaan, termasuk di dalamnya bantuan bencana alam dan keperluan terkait lainnya.

Meskipun masih memiliki keterbatasan regulasi terkait wilayah terbang, namun saat ini pengiriman barang menggunakan drone sudah mulai banyak diterapkan oleh JD.com. Fokus mereka ke daerah terpencil atau yang sulit dijangkau dengan menggunakan transportasi darat.

Salah satu kegiatan yang dihadirkan oleh JD.com saat kunjungan media asal Indonesia ke kantor pusatnya di Tiongkok beberapa waktu lalu adalah mengunjungi Drone Center JD.com yang terletak di Suqian, Tiongkok. Perjalan yang menempuh sekitar 5 jam dari Beijing, mengantarkan awak media untuk meninjau langsung Drone Center yang dilengkapi dengan kawasan lepas landas, ruangan monitoring, hingga ruangan pelatihan untuk masyarakat umum yang ingin mempelajari cara tepat menerbangkan drone.

JD.com juga mengundang awak media untuk melihat proses pengantaran drone. Mulai dari Drone Center hingga lokasi khusus yang digunakan oleh JD.com untuk menampung barang sebelum mengirimkan ke alamat pembeli.

Uji coba drone di Indonesia

Drone generasi ketiga saat uji coba di Indonesia / DailySocial
Drone generasi ketiga saat uji coba di Indonesia / DailySocial

Di Indonesia sendiri teknologi drone generasi ketiga milik JD.com sudah sempat diterapkan di kawasan Parung, Jawa Barat awal tahun 2019 lalu. Dihadiri oleh pejabat dan perwakilan pemerintah Indonesia, proses uji coba drone memiliki rute terbang dari desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor ke Sekolah Dasar MIS Nurul Falah Leles dengan tujuan mengirimkan tas ransel dan buku-buku kepada para siswa.

Inisiatif untuk memulai penerapan teknologi drone sendiri muncul pada akhir tahun 2017 lalu. JD.com dan JD.id bersama-sama mulai berdiskusi dengan Direktorat Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan AirNav mengadakan penerbangan uji coba teknologi drone untuk layanan logistik yang lebih maju.

Disinggung apakah saat ini JD.com masih fokus untuk menerapkan teknologi drone di Indonesia, perwakilan JD.com mengatakan perusahaan bersama dengan pihak terkait masih berupaya untuk meloloskan peraturan yang relevan. Setelah beres, nantinya bisa diaplikasikan oleh JD.com di Indonesia.

“Sejak tiga tahun terakhir fokus kami adalah bagaimana teknologi yang sudah diterapkan di Tiongkok, bisa diaplikasikan secara global termasuk Indonesia. Uji coba yang telah dilakukan awal tahun 2019 lalu merupakan percobaan pertama kami di Indonesia,” kata Group Strategy & Investment JD.com Xiao Yao.

Application Information Will Show Up Here

Di Swiss, Sampel Pemeriksaan Lab Dikirim Menggunakan Drone

Desember lalu, dinas pos Perancis memulai program pengiriman barangnya menggunakan drone. Kali ini, giliran Swiss Post yang mengumumkan program serupa, tapi yang spesifik untuk mengirimkan sampel pemeriksaan laboratorium antara dua rumah sakit.

Sejak pertengahan Maret kemarin, setidaknya sudah ada sekitar 70 uji coba yang dilakukan di kota Lugano, dan otoritas penerbangan sipil setempat juga telah memberikan lampu hijau. Rencananya, program ini akan dijalankan secara resmi mulai tahun depan, dimana setiap harinya bakal ada drone yang mondar-mandir membawa sampel lab dari satu rumah sakit ke lainnya.

Drone garapan Matternet ini punya daya angkut maksimal 2 kilogram / Matternet
Drone garapan Matternet ini punya daya angkut maksimal 2 kilogram / Matternet

Drone yang digunakan Swiss Post adalah hasil garapan Matternet, perusahaan asal Amerika yang sebelumnya juga bertanggung jawab atas drone yang menancap di atap mobil konsep Mercedes-Benz Vision Van. Quadcopter ini punya daya angkut sebesar 2 kg, jarak tempuh 20 km, dan kecepatan rata-rata 36 km/jam.

Pengoperasiannya amat simpel, dimana drone hanya perlu diaktifkan menggunakan aplikasi smartphone, lalu drone akan melangsungkan perjalanan secara otomatis. Perangkat mengandalkan sensor inframerah guna mendeteksi titik pendaratan di rumah sakit tujuan.

Tidak perlu teknisi khusus, drone dapat diaktifkan oleh staf rumah sakit via aplikasi smartphone / Matternet
Tidak perlu teknisi khusus, drone dapat diaktifkan oleh staf rumah sakit via aplikasi smartphone / Matternet

Ini bukan pertama kalinya drone dipakai untuk mengirim keperluan medis. Namun Swiss Post mengklaim bahwa ini pertama kalinya program serupa dijalankan di kawasan urban, sehingga manfaatnya pun langsung kelihatan: waktu pengiriman bisa dipersingkat karena tidak terjebak macet, dan perawatan pasien pun bisa berlangsung lebih cepat.

Inovasi yang dilakukan Swiss Post ini sekaligus menjadi bukti ekstra bahwa drone delivery bukan lagi sekadar konsep di atas kertas. Penerapannya juga tidak harus mengandalkan raksasa teknologi seperti Amazon; bahkan Domino’s saja sudah mulai mengantar pizza menggunakan drone.

Sumber: The Verge dan Swiss Post.

Dinas Pos Perancis Mulai Kirimkan Barang Menggunakan Drone

Pengiriman barang menggunakan drone sudah bukan berupa angan-angan lagi. Belum lama ini, Amazon sudah membuktikannya dengan mengantarkan pesanan seorang konsumen di Inggris menggunakan drone. Dan ternyata bukan cuma pihak swasta yang berniat mewujudkan impian ini.

Belum lama ini, dinas pos Perancis, La Poste, mengumumkan bahwa mereka telah memulai program pengiriman barang menggunakan drone. Meski masih disebut sebagai eksperimen, program ini sudah punya jadwal tetap, yakni sekali setiap minggunya, melalui rute sepanjang kurang lebih 14,5 kilometer.

Setiap minggunya, drone akan ditugaskan untuk mengirim parsel ke sejumlah perusahaan teknologi yang tertarik untuk berpartisipasi dalam program eksperimental ini. Program ini sendiri dimulai oleh anak perusahaan La Poste, DPDgroup, yang sudah mengerjakannya bersama perusahaan drone Atechsys sejak pertengahan tahun 2014.

Drone yang digunakan merupakan sebuah hexacopter bersasis serat karbon, dengan jarak tempuh maksimum 20 km dan kecepatan maksimum 30 km/jam. Ia sanggup mengangkut beban hingga seberat 3 kilogram, dan sistem navigasinya bisa menerima sekaligus memancarkan sinyal hingga sejauh 50 km. Terdapat sebuah parasut yang ditujukan untuk pendaratan darurat.

Program ini didasari oleh keberhasilan DPDgroup menguji drone pengirim barangnya pada bulan September tahun lalu, dimana mereka sukses mengantarkan parsel seberat 1,5 kg sejauh 14 km. Harapan ke depannya program ini dapat terus dilaksanakan demi memudahkan pengiriman ke lokasi-lokasi terpencil maupun yang sulit diakses oleh kendaraan darat, semisal area pegunungan.

Sumber: Motherboard dan DPD. Gambar header: Pixabay.

Amazon Makin Dekat dengan Impiannya Mengirim Barang Menggunakan Drone

Sudah tiga tahun semenjak Amazon pertama mengungkap misi ambisiusnya untuk mengirim barang menggunakan drone. Iterasi demi iterasi drone yang digunakan juga terus disempurnakan. Secara perlahan, Amazon semakin dekat dengan realisasi layanan bertajuk Prime Air tersebut.

Laporan yang terbaru mengatakan bahwa retailer online terbesar itu sudah berhasil melakukan pengiriman barang via drone di suatu kota kecil bernama Cambridgeshire di dataran Inggris pada tanggal 7 Desember kemarin. Pengiriman ditujukan kepada seorang bapak-bapak yang memesan sebungkus popcorn dan Amazon Fire TV.

Tidak lebih dari 30 menit setelah sang bapak melakukan pemesanan, paketnya tiba dengan selamat di pekarangan rumahnya. Amazon bilang drone-nya bergerak dari gudang ke lokasi pengiriman dengan sendirinya, tanpa campur tangan manusia dan murni mengandalkan GPS beserta computer vision guna menghindari rintangan di sepanjang rutenya.

Drone yang digunakan kali ini berbeda dari yang terakhir didemonstrasikan. Bentuknya kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya. Terlepas dari itu, dimensinya masih jauh lebih besar ketimbang drone sekelas DJI Phantom 4, seperti bisa dilihat dari perbandingan ukuran antara boks kargo yang dibawa dan drone itu sendiri.

Drone yang digunakan kali ini kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya / Amazon
Drone yang digunakan kali ini kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya / Amazon

Terkait lokasinya, mengapa Inggris yang dipilih dan bukan kampung halaman Amazon sendiri? Well, itu dikarenakan regulasi di AS mewajibkan seseorang memegang kendali atas drone yang digunakan untuk mengirim barang. Amazon ingin prosesnya bisa berjalan secara otomatis, sehingga sejauh ini belum memungkinkan bagi mereka untuk mengujinya di kampung sendiri.

Amazon juga bukan satu-satunya perusahaan yang tengah bereksperimen dengan pengiriman barang menggunakan drone. Sebelum ini, Domino’s Pizza sudah lebih dulu melaksanakan pengiriman via drone di Selandia Baru. Di tempat lain, retailer asal Tiongkok JD.com rupanya juga sudah mulai melakukan pengiriman menggunakan drone ke desa-desa kecil.

Drone delivery ini bukan semata untuk pamer teknologi saja, namun ada beberapa manfaat yang bisa diambil, baik oleh pihak retailer maupun konsumen. Yang pertama, biaya logistik bisa ditekan secara cukup drastis; sebelumnya mengandalkan truk pengirim dan sopir, nantinya hanya seorang operator drone.

Kedua, drone sama sekali tidak menghasilkan polusi udara. Yang terakhir, drone sanggup menjangkau lokasi-lokasi terpencil yang akses jalannya tidak memungkinkan untuk dilalui truk pengirim. Tiga alasan ini saja sebenarnya sudah cukup menjadi alasan mengapa publik menaruh harapan besar terhadap layanan macam Amazon Prime Air.

Sumber: New York Times dan Amazon.

Domino’s Pizza Layani Delivery di Selandia Baru Menggunakan Drone

Domino’s Pizza kembali menunjukkan antusiasmenya terhadap perkembangan teknologi. Setelah memamerkan robot pengantar pizza otomatis bernama DRU (Domino’s Robotic Unit), mereka kini memperkenalkan DRU Drone; sama-sama robot, sama-sama bertugas mengantar pizza, tapi kali ini via udara.

Wujudnya tidak jauh berbeda dari drone pada umumnya, hanya saja ia merupakan hexacopter dengan enam baling-baling. Ia dikembangkan oleh Flirtey, perusahaan yang memang berfokus di bidang pengiriman barang berbasis drone.

Drone pengantar pizza ini bukan sekadar konsep di atas kertas. Domino’s telah berhasil mengirimkan dua kotak pizza ke sepasang kekasih di kota Whangaparaoa di Selandia Baru. Kebetulan, rumah sang pelanggan masih berjarak tidak lebih dari 1,5 kilometer dari cabang Domino’s di kota tersebut.

Radius 1,5 km memang terbilang sangat kecil, tapi target ke depannya radius bisa diperluas menjadi 10 km. DRU Drone sendiri bergerak dalam kecepatan 30 km/jam, kira-kira cukup untuk mengantarkan pizza yang masih hangat dalam waktu 10 menit di titik-titik yang berada dalam radius 10 km tersebut.

DRU Drone / Domino's Pizza
DRU Drone / Domino’s Pizza

Untuk sekarang, Domino’s baru melayani pengiriman menggunakan drone pada satu cabangnya tersebut, tapi mereka sudah punya rencana untuk menawarkannya di cabang-cabang lain di Selandia Baru. Mengapa Selandia Baru? Karena regulasi setempat sudah mengizinkan pengiriman berbasis drone, dan Flirtey sendiri sudah melakukannya selama beberapa tahun.

Sama seperti DRU yang beroda empat, DRU Drone mengandalkan GPS untuk bisa berangkat ke tempat tujuan dengan sendirinya. Pesanan pizza akan disimpan dalam kotak seperti biasa, kemudian dimasukkan ke dalam kotak lain untuk dipasangkan pada bagian bawah drone.

Setibanya di pekarangan sang pemesan, drone akan menurunkan kargo berlumur keju tersebut dengan kabel. Ya, setidaknya untuk sekarang, pemesan diwajibkan memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas, tapi Flirtey mengaku sedang mencari cara untuk bisa memenuhi pesanan konsumen yang punya kediaman dengan ruang terbatas.

Sumber: Quartz dan Domino’s New Zealand.