Nikon D7500 Warisi Spesifikasi dan Performa D500 untuk Menjadi Raja Fotografi Aksi Cepat

Nikon baru saja mengumumkan DSLR kelas menengah anyar, yaitu D7500. Ia merupakan suksesor langsung dari D7200, dengan desain yang hampir identik, akan tetapi bobotnya sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal, dan weather sealing-nya lebih sempurna.

Namun yang membuat Nikon D7500 terdengar sangat menarik sebenarnya tidak kelihatan dari luar. Ia telah mewarisi jeroan milik D500 yang diposisikan di segmen lebh high-end, yang antara lain meliputi sensor APS-C 20,9 megapixel, prosesor Expeed 5 dan sensor metering RGB 180 ribu pixel.

Dengan bekal seperti ini, D7500 sejatinya jadi bisa sangat diandalkan dalam fotografi aksi-aksi cepat, – ranah dimana D500 cukup bersinar – meskipun sistem autofocus-nya sama seperti yang digunakan D7200. Kehadiran sistem metering baru ini sangat berkontribusi pada kinerja D7500 dalam mempertahankan fokus pada objek yang bergerak secara konstan.

Dibanding pendahulunya, Nikon D7500 sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal dan weather sealing-nya lebih superior / Nikon
Dibanding pendahulunya, Nikon D7500 sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal dan weather sealing-nya lebih superior / Nikon

Dibanding pendahulunya, D7500 kini mengemas rentang ISO 100 – 51200, dan ia juga sudah bisa merekam video 4K. Performa burst shooting-nya pun meningkat cukup pesat, dengan kemampuan menjepret hingga 100 gambar JPEG atau 50 gambar RAW sekaligus dalam kecepatan 8 fps.

Bicara soal RAW, D7500 dapat memroses beberapa gambar sekaligus secara internal menjadi format JPEG, sehingga Anda dapat memindahnya langsung ke smartphone tanpa bantuan komputer. D7500 pun juga telah dibekali sistem SnapBridge yang inovatif, dimana kamera memadukan Bluetooth dan Wi-Fi untuk urusan remote control dan file transfer selagi mempertahankan koneksi – tidak perlu pairing berulang-ulang.

Nikon D7500 dibekali layar sentuh yang dapat di-tilt, fitur yang tergolong langka dalam kategori DSLR / Nikon
Nikon D7500 dibekali layar sentuh yang dapat di-tilt, fitur yang tergolong langka dalam kategori DSLR / Nikon

Melirik panel belakangnya, Anda bakal disambut oleh layar sentuh 3,2 inci beresolusi 922 ribu dot yang dapat dimiringkan ke atas atau bawah – jujur, layar sentuh di DSLR termasuk cukup langka. Slot SD card-nya tak lagi ada dua seperti D7200, sedangkan baterainya diperkirakan bisa bertahan hingga 950 jepretan per charge.

Nikon berencana memasarkan D7500 mulai musim panas mendatang seharga $1.250 untuk bodinya saja, atau $1.750 bersama lensa 18-140mm f/3.5-5.6G ED VR.

Sumber: DPReview.

Canon Rilis Dua DSLR Baru, EOS 800D dan EOS 77D

Selain memperkenalkan kamera mirrorless baru, EOS M6, Canon dalam kesempatan yang sama turut mengungkap dua DSLR baru sekaligus, yakni EOS 800D dam EOS 77D. EOS 800D merupakan pengganti langsung EOS 760D di segmen entry-level, sedangkan EOS 77D merupakan versi yang lebih terjangkau dari EOS 80D yang cukup populer di kalangan videografer.

Kedua DSLR ini mengusung spesifikasi utama yang hampir sama; seperti misalnya sensor APS-C 24,2 megapixel dengan ISO 100 – 25600, sistem Dual Pixel AF yang responsif sekaligus akurat dan prosesor DIGIC 7. Keduanya juga mengemas konektivitas Wi-Fi, NFC sekaligus Bluetooth LE, serta fitur-fitur khusus video macam HDR dan Time-Lapse.

Canon EOS 800D (atas), EOS 77D (bawah) / Canon
Canon EOS 800D (atas), EOS 77D (bawah) / Canon

Namun yang paling diunggulkan dari kedua kamera ini adalah optical viewfinder dengan 45 titik autofocus yang kesemuanya berjenis cross-type guna memastikan penguncian fokus yang lebih presisi. EOS 77D malah lebih superior lagi berkat sistem metering RGB+IR 7650-pixel seperti yang ditawarkan EOS 80D.

Secara desain kedua kamera ini cukup mirip, tapi tentu saja EOS 77D memiliki kontrol yang lebih lengkap, utamanya berkat panel LCD kecil di pelat atas dan kenop ekstra di belakang. Keduanya sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik di belakang, akan tetapi EOS 77D telah dilengkapi sensor pada viewfinder untuk mematikan LCD secara otomatis.

Canon EOS 800D (kiri) dan EOS 77D (kanan) sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik / Canon
Canon EOS 800D (kiri) dan EOS 77D (kanan) sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik / Canon

Baik Canon EOS 800D dan EOS 77D sama-sama akan dipasarkan mulai bulan April mendatang. Banderol harga yang ditetapkan adalah $750 untuk EOS 800D dan $900 untuk EOS 77D (body only). Bundel bersama lensanya adalah sebagai berikut:

  • EOS 800D + EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM seharga $900
  • EOS 800D + EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS STM seharga $1.300
  • EOS 77D + EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM seharga $1.049
  • EOS 77D + EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS USM seharga $1.499

Sumber: DPReview 1, 2.

DSLR Pentax KP Dapat ‘Melihat’ dalam Kegelapan

Ricoh baru-baru ini memperkenalkan kamera DSLR baru penerus seri Pentax K-3. Bernama Pentax KP, ia lebih cocok disebut sebagai versi lebih modern dan lebih ringkas ketimbang pengganti Pentax K-3 II.

Perbedaan ukuran KP dan K-3 II cukup signifikan, namun di saat yang sama KP masih mempunyai bodi yang tahan terhadap cuaca ekstrem. Ia bahkan siap beroperasi meski suhu di sekitarnya mencapai -10 derajat Celsius. Aspek desain lain yang tak kalah menarik adalah grip yang bisa dilepas-pasang – total ada tiga ukuran yang bisa dipilih.

Akan tetapi yang patut disorot dari Pentax KP adalah jeroannya, dimana ia mengusung sensor APS-C 24 megapixel yang amat sensitif terhadap cahaya. Sensor ini memiliki tingkat ISO maksimum 819200, yang pada dasarnya berarti kamera dapat ‘melihat’ dalam kondisi gelap gulita.

Pentax KP dilengkapi grip yang bisa dilepas-pasang dan diganti dengan ukuran yang berbeda / Ricoh
Pentax KP dilengkapi grip yang bisa dilepas-pasang dan diganti dengan ukuran yang berbeda / Ricoh

Keunggulan KP dalam fotografi low-light turut didukung oleh sistem image stabilization 5-axis, yang diklaim tetap efektif hingga 5 stop lebih tinggi – sama seperti yang ditawarkan oleh DSLR full-frame Pentax K-1. Sistem autofocus-nya terdiri dari 27 titik, dimana 25 di antaranya merupakan titik jenis cross type.

Soal performa, KP didukung oleh shutter mekanik dengan kecepatan maksimum 1/6.000 detik, serta shutter elektronik yang sanggup mencapai angka 1/24.000 detik jika diperlukan. Performa burst shooting-nya berada di angka 7 fps, sedangkan video dapat ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 30 fps – sayang sekali belum 4K.

Panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke bawah atau atas / Ricoh
Panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke bawah atau atas / Ricoh

Di belakang, Anda akan disambut oleh viewfinder dengan field of view hampir 100 persen dan tingkat magnifikasi 0,63x. Jendela bidik tersebut juga ditemani oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke atas atau bawah. Baterainya tergolong malu-malu untuk ukuran DSLR, dengan kapasitas hanya 390 shot.

Pentax KP rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 25 Februari mendatang dengan banderol $1.100 untuk bodinya saja dan pilihan warna silver atau hitam.

Sumber: DPReview.

Lensa Sphere Pro Sulap Kamera DSLR Jadi Kamera 360 Derajat

Upaya menyederhanakan pembuatan video 360 terus dilakukan para inventor, dan sejauh ini progresnya cukup mulus. Metode rig (menyatukan beberapa kamera) mulai tergantikan oleh alternatif yang lebih sederhana seperti Ricoh Theta serta Samsung Gear 360, bahkan ada pula kamera 360 berwujud kacamata. Sayangnya, ranah ini masih sulit dijamah oleh kamera-kamera DSLR.

Kabar gembiranya, keterbatasan kamera digital single-lens reflex dalam menyajikan video dan foto 360 derajat akan segera sirna. Tim Sphere Optics menawarkan terobosan lewat produk bernama Sphere Pro, yaitu lensa yang mampu mengubah kamera DSLR standar menjadi kamera 360 derajat omnidirectional. Untuk sekarang, Sphere Pro boleh dibilang sebagai satu-satunya produk yang menyajikan solusi ringkas seperti ini.

Sphere Pro mempunyai wujud seperti vas bunga terbalik, berdiameter 150mm dan tinggi 189mm, memanfaatkan desain ala torus dengan bagian atas yang besar. Bobotnya cukup berat, yaitu 1,8-kilogram. Berdasarkan penjelasan developer, rancangan ini memungkinkan lensa menangkap momen di jarak pandang 360 derajat horisontal dan 180 derajat vertikal, sehingga kamera DLSR dapat mengabadikan foto dan video spherical tanpa bersandar pada software stitching.

Sphere Pro 1

Berkat setup tersebut, Sphere Pro tidak mempunyai titik buta serta tidak membutuhkan unit kamera kedua. Dan tentu saja tanpa mengandalkan sisi software, maka tidak ada efek artefak dari stitching. Premis ini memang membuat Sphere Pro terlihat sangat menarik, namun para pengguna setia DSLR akan langsung bertanya, apakah lensa unik ini kompatibel dengan kamera meraka?

Sphere Pro menyuguhkan tipe mount Nikon F, tapi juga bisa disambungkan ke berbagai format kamera, termasuk Canon, Sony, Panasonic, serta Red – secara teori semua jenis kamera berlensa detachable. Di dalam terdapat lensa fixed dengan aperture f/8.0 dan fokus optimal di 40-inci. Resolusi yang dihasilkan Sphere Pro sendiri bergantung dari ukuran sensor kamera, hasilnya direkam sebagai satu lingkaran di satu unit sensor.

Tim Sphere Optics belum menginformasikan berapa harga Sphere Pro. Untuk memilikinya, Anda terlebih dulu harus melakukan pemesanan (dengan mencantumkan data diri dan alamat). Sebagai alternatif, Anda juga bisa menyewa lensa tersebut, minimal selama tiga hari.

Menariknya, Sphere Pro bukanlah satu-satunya solusi pembuatan video 360 derajat dari Sphere Optics. Pendekatan serupa kabarnya akan turut dihadirkan di kamera action GoPro dan perangkat bergerak, masing- masing produk dinamai Sphere Go Pro dan Sphere for Mobile. Developer saat ini juga sedang mengembangkan aplikasi mobile companion.

Sumber: Sphere Optics.

Kamera Nikon D5500 Ini Secara Khusus Dimodifikasi untuk Kebutuhan Astrophotography

Astrophotography adalah cabang fotografi yang sangat menarik dan sulit untuk dikuasai. Selain dituntut untuk mengeksekusi teknik yang benar, Anda juga perlu menggunakan perlengkapan yang tepat.

Salah satunya adalah kamera yang sanggup mengambil long exposure hingga ratusan detik. Masalahnya, teknik ini kerap membuat sensor gambar jadi kepanasan, dan efek buruknya hasil jepretan akan dicemari oleh noise.

Kuncinya ada pada sistem pendingin yang efektif, dan itulah yang dilakukan oleh produsen peralatan astrophotography asal Itali, PrimaLuceLab. Mereka memodifikasi Nikon D5500, menambatkan sistem pendingin termoelektrik tepat di sensornya yang kelihatan seakan-akan seperti sebuah AC mini dari luar.

Nikon D5500a Cooled / PrimaLuceLab
Nikon D5500a Cooled / PrimaLuceLab

Hasilnya, suhu sensor gambar bisa ditekan hingga 27º Celsius lebih rendah ketimbang suhu udara di sekitar. Dengan demikian, pengguna tak perlu khawatir terjadi overheating ketika shutter speed menunjuk angka 900 detik.

Bersamaan dengan itu, PrimaLuceLab turut menerapkan sistem anti-embun pada sebuah filter yang berada di depan sensor. Lebih lanjut, D5500 versi modif ini juga mengemas filter warna merah seperti konsep yang diadopsi Nikon D810, yang memang secara spesifik diciptakan untuk kegiatan astrophotography.

PrimaLuceLab memasarkan Nikon D5500a Cooled ini seharga €2.190 atau sekitar Rp 31,4 juta. Meski terdengar mahal, garansi selama 4 tahun yang diberikan menjadikannya sebagai investasi yang menarik bagi para ‘penjelajah bintang’.

Sumber: DPReview dan PrimaLuceLab.

Sony A99 II Andalkan Sensor Full-Frame 42,4 Megapixel dan Sistem 4D Focus

Beberapa tahun belakangan ini Sony terbilang sibuk mendalami ranah mirrorless dengan meluncurkan deretan model bersensor full-frame. Sejatinya mirrorless dan DSLR sekarang sudah seimbang soal kualitas gambar, tapi soal kinerja dan performa autofocus, sejauh ini masih dibutuhkan bodi bongsor untuk menampung segala komponen yang diperlukan.

Itulah mengapa Sony memperkenalkan A99 II dengan bodi bergaya DSLR. Ukuran besar ini memungkinkan Sony untuk menyematkan sejumlah fitur yang mustahil – untuk sekarang – ditanamkan ke seri A7 yang berwujud ringkas, utamanya adalah sistem 4D Focus.

Sistem ini memadukan sensor phase-detection autofocus (PDAF) terpisah yang mengemas 79 titik dengan 399 titik fokus di sensor gambar guna menghasilkan 79 titik “Hybrid Cross AF” yang sangat cepat sekaligus presisi. Begitu istimewanya, sistem ini bahkan diklaim bisa mengunci fokus meski kondisi pencahayaan sangat minim (hingga -4 EV).

A99 II adalah kamera pertama Sony yang mengemas teknologi 4D Focus / Sony
A99 II adalah kamera pertama Sony yang mengemas teknologi 4D Focus / Sony

Kegesitannya belum berhenti sampai di situ saja, Sony A99 II sanggup memotret dalam mode continuous dengan kecepatan 12 fps meski fitur AF tracking sedang menyala. Pengguna juga bisa mengaktifkan live view dalam mode continuous, tapi kecepatannya sedikit menurun menjadi 8 fps.

Sensor gambarnya merupakan jenis full-frame beresolusi 42,4 megapixel tanpa low-pass filter – kemungkinan besar sama seperti yang dimiliki A7R II – dengan sensitivitas ISO 50 – 102.400 dan ditemani image stabilizer 5-axis. Video dapat ia rekam dalam resolusi 4K dengan bitrate 100 Mbps menggunakan codec XAVC S, dan tanpa memakai metode pixel binning demi menghasilkan kualitas yang terbaik.

Sony A99 II pada dasarnya merupakan A7R II dengan kinerja autofocus yang sangat istimewa / Sony
Sony A99 II pada dasarnya merupakan A7R II dengan kinerja autofocus yang sangat istimewa / Sony

Secara desain, sepintas A99 II sangat identik dengan pendahulunya. Pada kenyataannya, ukurannya 8 persen lebih kecil, dan hand grip-nya telah didesain ulang supaya bisa lebih nyaman dalam genggaman. Demikian pula dengan shutter unit-nya, yang diklaim sanggup beroperasi dengan baik hingga lebih dari 300.000 kali jepret.

A99 II tidak lupa mengemas electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan tingkat magnifikasi 0,78x, plus sebuah LCD berukuran 3 inci yang bisa dimiringkan ke tiga arah, dengan tampilan menu yang sudah disederhanakan. Menutup semua itu adalah slot SD card ganda.

Sony A99 II dapat dibeli mulai November mendatang seharga $3.200 untuk bodinya saja. Melihat harga dan performa yang ditawarkan, jelas sekali bahwa target pasar Sony kali ini adalah kalangan profesional, terutama para photojournalist maupun fotografer olahraga.

Sumber: DPReview.

Canon Luncurkan Wi-Fi Adapter dengan Wujud Seperti SD Card untuk 7D Mark II, 5DS dan 5DS R

Di dunia kamera digital, kendala seperti kinerja autofocus yang lambat masih bisa ditangani dengan firmware update. Namun masalah berbasis hardware seperti absennya Wi-Fi bisa menimbulkan sedikit kekecewaan, apalagi kalau kamera yang dibeli sekelas Canon 7D Mark II atau malah 5DS dan 5DS R.

Wi-Fi sudah menjadi salah satu komponen terpenting bagi sebuah kamera di tahun 2016 ini. Malahan, Canon 5D Mark IV yang baru-baru ini diungkap tidak hanya mengemas konektivitas Wi-Fi saja, tetapi juga NFC dan GPS. Lalu buat yang sudah terlanjur membeli 7D Mark II atau 5DS, apakah tidak ada obat kekecewaan bagi mereka?

Ada, dan ia datang langsung dari Canon sendiri. Produsen DSLR terpopuler tersebut memperkenalkan aksesori berupa Wi-Fi Adapter untuk 7D Mark II, 5DS dan 5DS R. Wi-Fi Adapter W-E1 ini unik karena berbentuk persis seperti sebuah SD card dan menancap pada slot milik kamera, seketika juga memberikan kemampuan memindah foto secara nirkabel.

Meski bentuknya persis seperti SD card, Wi-Fi Adapter W-E1 sama sekali tidak memiliki kapasitas penyimpanan / Canon
Meski bentuknya persis seperti SD card, Wi-Fi Adapter W-E1 sama sekali tidak memiliki kapasitas penyimpanan / Canon

Khusus untuk 7D Mark II, Wi-Fi Adapter ini juga akan menghadirkan fitur transfer video dan remote control berbasis smartphone atau tablet dengan bantuan aplikasi Canon Camera Connect App. Perlu dicatat, Wi-Fi Adapter W-E1 bukanlah sebuah SD card dengan kapasitas penyimpanan, semua foto yang dipotret masih harus disimpan ke CompactFlash yang berada di slot sebelahnya.

Canon rencananya akan membundel Wi-Fi Adapter W-E1 bersama 7D Mark II, baik dalam wujud body only maupun bersama lensa kit. Lebih lanjut, aksesori ini juga bakal bisa dibeli secara terpisah seharga $50 mulai bulan September mendatang.

Sumber: Canon.

Canon 5D Mark IV Diungkap, Andalkan Sejumlah Teknologi Canggih Milik 1D X Mark II

Mirrorless boleh menjadi anak emas baru industri fotografi belakangan ini, tapi pamor DSLR masih cukup kuat, apalagi kalau Canon yang membuatnya. Pabrikan asal Jepang tersebut baru saja meluncurkan DSLR yang paling dinanti-nanti oleh konsumen loyalnya, yaitu Canon 5D Mark IV.

Sudah bukan rahasia apabila seri 5D merupakan salah satu DSLR terpopuler di kalangan fotografer profesional. 5D Mark IV ingin terus melanjutkan prestasi tersebut dengan sensor full-frame baru beresolusi 30,4 megapixel dan prosesor Digic 6+, plus sensitivitas ISO 50 – 102.400.

Namun yang lebih menarik adalah bagaimana 5D Mark IV meminjam sejumlah fitur milik DSLR tercanggih Canon, yakni 1D X Mark II. Utamanya adalah teknologi Dual Pixel AF yang tidak perlu diragukan lagi kecepatan dan akurasinya dalam mengunci fokus. Untuk pertama kalinya juga, mode Continuous AF bisa diaktifkan saat memotret menggunakan LCD.

LCD milik Canon 5D Mark IV merupakan layar sentuh / Canon
LCD milik Canon 5D Mark IV merupakan layar sentuh / Canon

Sistem autofocus-nya ini mengandalkan 61 titik yang terdiri dari 41 titik jenis cross-type. Dipadukan dengan sistem metering baru, kinerja autofocus 5D Mark IV di kondisi minim cahaya meningkat pesat jika dibandingkan dengan 5D Mark III. Hal yang sama juga berlaku untuk kemampuannya mengenali wajah maupun tracking.

Canon juga menerapkan mekanisme shutter baru pada 5D Mark IV, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar secara konstan dalam kecepatan 7 fps. Fitur lain yang dipinjam dari 1D X Mark II adalah opsi perekaman video 4K 30 fps.

Kualitas gambar dan performa Canon 5D Mark IV meningkat pesat jika dibandingkan dengan pendahulunya / Canon
Kualitas gambar dan performa Canon 5D Mark IV meningkat pesat jika dibandingkan dengan pendahulunya / Canon

Tapi Canon rupanya masih belum cukup puas, mengingat 5D Mark IV turut mengemas teknologi Dual Pixel RAW dan Digital Lens Optimizer. Sederhananya, teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan perbaikan pada gambar pasca pemotretan, entah itu untuk menggeser letak bokeh atau mengurangi lens flare.

5D Mark IV tidak lupa mengusung konektivitas Wi-Fi dan NFC. Lebih lanjut, kamera ini juga mengemas chip GPS yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan informasi geotagging pada foto. LCD-nya pun juga telah ditanami panel sentuh.

Canon 5D Mark IV rencananya akan mulai dipasarkan pada awal bulan September mendatang seharga $3.500 dalam wujud body only. Tersedia juga opsi dengan lensa EF 24-70mm f/4 L seharga $4.400, atau dengan lensa EF 24-105mm f/4 L IS II USM seharga $4.600.

Sumber: PetaPixel.

DSLR Kelas Entry Terbaru Nikon Dilengkapi Konektivitas Bluetooth dan Baterai Besar

Di saat mata kita tertuju pada kamera mirrorless, pasar DSLR masih belum mati begitu saja. Pada kenyataannya, DSLR tetap mempunyai keunggulan yang sejauh ini belum bisa ditawarkan mirrorless, salah satunya adalah baterai berkapasitas besar.

Tidak percaya? Lihat saja DSLR kelas entry terbaru Nikon, D3400. Dibandingkan pendahulunya, D3400 punya bodi yang lebih ringan, tepatnya 395 gram sudah termasuk unit baterai. Pun begitu, satu kali charge hingga penuh bisa menghasilkan sekitar 1.200 jepretan.

Spesifikasi utamanya sebenarnya tidak banyak berubah. Nikon D3400 mengusung sensor APS-C CMOS 24 megapixel tanpa low-pass filter yang ditemani oleh prosesor EXPEED 4. Video bisa ia rekam dalam resolusi 1080p 60 fps, tapi sayangnya ia tak lagi dilengkapi jack mikrofon seperti pendahulunya.

Berkat fitur SnapBridge, foto bisa dipindah ke ponsel selagi pemotretan berlangsung / Nikon
Berkat fitur SnapBridge, foto bisa dipindah ke ponsel selagi pemotretan berlangsung / Nikon

Performanya cukup lumayan untuk ukuran DSLR kelas entry, dengan rentang ISO 100 – 25600 dan shutter speed maksimum 1/4000 detik. Sistem autofocus 11 titik siap membantu mengambil gambar yang tajam dalam berbagai kondisi, tidak ketinggalan juga performa continuous shooting di angka 5 fps.

Akan tetapi hal lain yang baru dari D3400 dikenal dengan istilah SnapBridge. Fitur ini pada dasarnya merupakan konektivitas Bluetooth Low Energy, dimana kamera bisa tersambung ke ponsel Android atau iPhone via Bluetooth. Dengan demikian, proses transfer gambar bisa berlangsung secara otomatis sesaat setelah tombol shutter ditekan.

Nikon D3400 dibekali optical viewfinder dan LCD 3 inci beresolusi 921 ribu dot / Nikon
Nikon D3400 dibekali optical viewfinder dan LCD 3 inci beresolusi 921 ribu dot / Nikon

Absennya Wi-Fi berarti kamera ini tak bisa Anda kendalikan lewat smartphone, tapi toh optical viewfinder bersama LCD 3 incinya sudah bisa dibilang sangat cukup. Lagipula, selama ini yang dipentingkan konsumen adalah kemudahan memindah hasil foto dari kamera ke smartphone, dan SnapBridge merupakan solusi baru yang cukup menarik.

Nikon D3400 akan meluncur ke pasaran mulai bulan September dengan harga $650, termasuk lensa kit 18-55mm f/3.5-5.6. Kombo dua lensa sekaligus – kit plus 70-300mm f/4.5-6.3 juga tersedia seharga $1.000.

Sumber: DPReview.

Pentax K-70 Tawarkan Fitur Kelas Atas dalam Harga Entry Level

Usai memperkenalkan DSLR full-frame perdananya pada bulan Februari kemarin, Pentax kini kembali ke kategori entry level dengan memperkenalkan Pentax K-70. Kamera ini boleh dibilang kelas entry, akan tetapi fitur-fitur yang diusungnya banyak dipinjam dari lini teratas Pentax selama ini.

Jantung K-70 terisi oleh sensor APS-C beresolusi 24 megapixel, dengan kemampuan merekam video 1080p 30 fps. Didampingi oleh prosesor pengolah gambar PRIME MII, sensor ini sangat sensitif terhadap cahaya, dengan tingkat ISO maksimum 102.400. Pentax pun tidak ragu menyatakan bahwa hasil fotonya di kondisi low-light tetap minim noise dan cukup detail.

Performa turut mendapat perhatian khusus di sini. Selain sistem autofocus phase-detection 11 titik – 9 di antaranya merupakan cross-type – K-70 turut dilengkapi sistem AF contrast-detection. Sistem hybrid ini juga bisa diaktifkan dalam mode live view, menjadikannya sebagai DSLR pertama Pentax yang bisa melakukan hal ini.

Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh
Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh

Bagi yang gemar membekukan aksi-aksi cepat, shutter speed maksimum K-70 berada di angka 1/6.000 detik. Hal ini turut didukung oleh kemampuan burst shooting-nya yang mencapai angka 6 fps. Pentax tak lupa memastikan kalau algoritma tracking autofocus-nya cukup bisa diandalkan.

Fitur high-end lain yang diusung K-70 adalah image stabilization dalam bodi serta simulasi low-pass filter. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan kamera untuk menangkap gambar yang lebih mendetail karena tidak ada low-pass filter, namun di saat yang sama tetap bebas moiré saat simulasi low-pass filter diaktifkan.

Lebih lanjut, K-70 turut dilengkapi oleh fitur Pixel Shift Resolution, dimana kamera akan menangkap empat gambar yang sama selagi menggeser posisi sensor satu pixel pada setiap gambar, lalu menggabungkan semuanya menjadi satu file beresolusi tinggi dan sangat mendetail.

LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh
LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh

Soal fisik, bodi K-70 telah dirancang agar tahan terhadap cuaca ekstrem, entah itu guyuran hujan maupun suhu dingin yang mencapai minus 10 derajat Celsius. Panel belakangnya didominasi oleh sebuah layar 3 inci beresolusi 921 ribu dot yang dapat ditarik ke samping untuk diputar-putar posisinya sesuai kebutuhan.

Pentax K-70 rencananya akan dipasarkan mulai awal bulan Juli seharga $650. Oh ya, kamera ini juga mengemas konektivitas Wi-Fi guna memenuhi standar terkini.

Sumber: DPReview.