Canon EOS R3 Hadir di Indonesia, Titisan EOS-1D X Mark III dengan Continuous Shooting 30 fps

Tahun 2021 ini, Canon hanya merilis satu model kamera mirrorless saja. EOS R3 namanya, kamera mirrorless full frame flagship yang dirancang untuk para fotografer profesional yang mementingkan kecepatan, kualitas gambar tinggi, dan tangguh untuk pengambilan gambar di segala medan. Contohnya seperti fotografi olahraga, margasatwa, dan jurnalisme foto.

Boleh dibilang ia adalah titisan dari kamera DSLR flagship termutakhir dari Canon yakni EOS-1D X Mark III, yang hadir dengan sistem kamera EOS R dan teknologi yang jauh lebih canggih. Beberapa fitur unggulannya antara lain continuous shooting 30 fps, Eye Control AF, Vehicle Priority AF, dan hingga perekaman 6K RAW.

Dalam acara peluncuran virtual bertajuk ‘Built for Speed‘, Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, telah menghadirkan EOS R3 yang dibanderol dengan harga Rp117.370.000 untuk body only dan bergaransi 2 tahun dari Datascrip.

Fitur Unggulan Canon EOS R3

Dari segi spesifikasi, Canon EOS R3 mengusung sensor back-illuminated stacked CMOS 24,1MP generasi baru hasil rancangan dan produksi Canon sendiri yang dipadukan dengan prosesor DIGIC X.

Electronic shutter pada kamera ini mampu memotret pada mode continuous shooting hingga 30 fps pada resolusi penuh, dengan autofocus (AF) dan auto exposure(AE) yang tetap aktif. Kecepatan maksimum electronic shutter-nya mencapai angka 1/64.000 detik.

EOS R3 juga dapat mengurangi distorsi rolling shutter, teknologi sensor terbarunya membuat pengguna dapat dengan nyaman tanpa terganggu blackout pada layar. Sementara, kalau menggunakan shutter mekanik, kecepatannya turun menjadi 12 fps dan kecepatan shutter maksimumnya sampai 1/8.000 detik.

Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel CMOS AF II dan EOS R3 menawarkan fitur yang sangat menarik yaitu Eye Control AF. Fitur ini mampu membuat pengguna untuk memilih titik fokus menggunakan gerakan mata melalui electronic viewfinder (EVF).

Sebagai salah satu jurnalis foto yang telah mencoba EOS R3, Mast Irham merasa Canon EOS R3 sangat mendukung dan memudahkan meraih momen terbaik. “Teknologi Eye Control AF ini sangat berguna bagi saya yang membutuhkan titik fokus secara cepat, lebih cepat daripada memindahkan titik fokus melalui tombol di kamera. Kini dengan hanya menggerakan bola mata ke arah subjek yang saya inginkan, titik fokus dapat dengan cepat dan mudah didapat,” ujarnya.

Untuk framing, EOS R3 menyediakan electronic viewfinder dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta titik dan didukung refresh rate 120 fps yang memberikan pengalaman memotret yang alami. Pengguna juga bisa leluasa melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut dengan adanya LCD sentuh vari-angle 3,2 inci 4,14 juta titik.

Selain itu, Mast Irham juga sangat terkesan dengan fitur Vehicle Priority AF. Canon terus mengembangkan EOS iTR (Intelligent Tracking & Recognition) AF X dengan teknologi deep-learning. Selain fitur Eye Detection AF dan Animal Detection AF, EOS R3 memiliki fitur baru yang sangat didambakan para penggemar fotografi aksi cepat otomotif yaitu Vehicle Priority AF.

Sistem autofocus pada EOS R3 dapat mendeteksi mobil dan sepeda motor yang bergerak cepat, bahkan untuk fokus yang lebih spesifik pada helm si pengemudi. Kamera ini memiliki deteksi AF hingga EV -7.5 yang sangat membantu pengguna mendapatkan fokus saat membidik di kondisi minim cahaya.

Dengan rentang ISO 100-102.400 yang dapat ditingkatkan hingga 204.800, sensor baru pada kamera ini memiliki kapabilitas untuk memotret pada kondisi minim cahaya tanpa khawatir dengan noise pada ISO tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan video profesional, EOS R3 mampu merekam video dengan format 6K 60p RAW atau 4K 120p 10-bit tanpa crop. Pengguna bisa mendapatkan video 4K 60p yang memiliki kualitas lebih tinggi dengan oversampling dari format 6K. Canon Log 3 dan HDR PQ 10bit 4:2:2 juga tersedia untuk memberikan fleksibilitas dan kemudahan pengguna dalam menyesuaikan berbagai alur kerja pascaproduksi.

Seperti EOS R5 dan R6, EOS R3 juga dilengkapi dengan 5 AXIS In-Body Image Stabilization hingga 5,5 stop dan saat dipasangkan dengan lensa RF yang kompatibel, efektivitasnya bisa mencapai 8 stop. Teknologi IS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Mike Sidharta sebagai fotografer profesional yang telah mencoba EOS R3 untuk Birding Photography.

Kombinasi teknologi Image Stabilization hingga 8 stop dengan lensa RF membuat kamera ini dapat diandalkan dalam pengambilan foto yang membutuhkan stabilisasi tinggi. Canon EOS R3 juga memiliki resolusi 24MP yang makin membuat saya nyaman pada ukuran file yang dihasilkan, termasuk kualitas gambar yang dihasilkan pada ISO tinggi,” ujar Mike.

Selain itu, Mike juga terkesan dengan bodi yang lebih ringkas dan ringan yakni 822 gram (R3) dibanding 1.250 gram (1D X Mark III) tanpa lensa. Sistem kontrol yang familier dan fitur Animal Detection AF sangat membantunya dalam mendeteksi burung.

Untuk penyimpanan, EOS R3 menyediakan dua slot kartu memori CFexpress Type B dan kartu SD. CFexpress Type B ini untuk mendukung mendukung transfer data berkecepatan tinggi hingga 2GB/detik. Dengan media ini pengambilan gambar secara burst hingga ribuan gambar dalam format RAW atau RAW+JPEG secara continuous dapat diwujudkan, serta mampu merekam video 6K RAW berkualitas tinggi.

Demi memastikan efisiensi dan efektivitas saat digunakan, EOS R3 dibekali baterai LP-E19 berkapasitas besar 2700 mAH untuk memastikan pengambilan gambar dalam waktu yang lama. Jika dibutuhkan, baterai juga dapat diisi menggunakan power bank yang mendukung Power Delivery (PD) melalui kabel USB-C yang kompatibel.

Canon EOS R5 Sanggup Hasilkan Video Slow-Motion dalam Resolusi 4K

Meski belum diperkenalkan secara resmi, Canon EOS R5 sudah bisa mencuri perhatian di segmen kamera mirrorless. Bagaimana tidak, kamera ini menjanjikan sejumlah inovasi yang terbilang revolusioner, seperti misalnya perekaman video 8K 30 fps tanpa crop factor.

Andai kamera ini masuk lini EOS C yang memang diprioritaskan untuk video, mungkin hype-nya tidak akan setinggi sekarang. Namun kenyataannya tidak demikian, EOS R5 adalah kamera still yang kebetulan sangat kapabel untuk merekam video, menjadikannya pantas untuk disebut sebagai penerus spiritual 5D Mark II.

Baru-baru ini, Canon kembali mengonfirmasi sejumlah keunggulan yang bakal dihadirkan EOS R5. Di samping perekaman video 8K dalam format RAW, perangkat juga siap dipakai untuk merekam video 8K dalam format HDR maupun C-Log dengan warna 10-bit 4:2:2. Semuanya menggunakan seluruh penampang sensor dan disimpan langsung ke memory card.

Canon EOS R5

Alternatifnya, EOS R5 sanggup merekam video 4K 120 fps secara internal, juga dalam format HDR ataupun C-Log. 120 fps berarti pada dasarnya kamera ini bisa menciptakan video slow-motion dalam resolusi 4K. Lebih lanjut, semua mode perekaman 8K maupun 4K-nya bisa dilangsungkan dengan fitur Dual Pixel AF menyala.

Hal lain yang dibanggakan oleh EOS R5 adalah perkara image stabilization. Sistem image stabilization 5-axis yang terdapat pada kamera ini dapat ditandemkan dengan stabilization bawaan lensa demi menghasilkan video yang lebih mulus lagi.

Semua itu tanpa melupakan kapabilitas fotografinya. Berbekal sensor full-frame dan kemampuan menjepret tanpa henti dalam kecepatan 12 fps menggunakan shutter mekanis, Canon EOS R5 semestinya bakal menjadi rival berat terhadap Sony a7 atau bahkan a9.

Sayang sampai saat ini Canon masih belum mengungkap jadwal peluncuran EOS R5. Semoga saja ini merupakan teaser terakhir sebelum ia dirilis secara resmi.

Sumber: PetaPixel.

[Review] Canon EOS RP, Mirrorless Full Frame Generasi Anyar Paling Terjangkau

Saat Canon merilis kamera mirrorless full frame perdana mereka pada bulan September 2018 lalu, Canon menegaskan bahwa EOS R baru yang pertama. Kini mirrorless full frame kedua dari Canon; yaitu EOS RP telah tersedia di Indonesia dan masuk dalam kategori entry-level dengan harga hampir setengah lebih murah dibanding EOS R.

Harga EOS R saat dirilis di Indonesia adalah Rp39.999.000 untuk body only. Sementara, body only EOS RP dibanderol sekitar Rp19.999.000. Pendekatan ini membuat Canon EOS RP menjadi mirrorless full-frame paling murah di generasinya. Sebagai pembanding, Panasonic Lumix S1 body only (BO) dibanderol Rp37.990.000, Nikon Z 6 BO (plus adaptor) Rp35 juta, dan Sony A7 III BO Rp27 juta.

Bagaimana kemampuan foto dan videonya? Serta, apa perbedaan antara EOS RP dan EOS R? Selengkapnya simak review Canon EOS R berikut ini.

Canon EOS RP Vs. EOS R

Pertama dari resolusi kameranya, EOS RP mengusung sensor CMOS full frame beresolusi 26,2 MP, sedikit lebih rendah dari EOS R dengan 30,3 MP. Keduanya didukung oleh prosesor gambar Digic 8 yang sama, meski begitu kemampuan memotret berturut-turut EOS RP hanya 5 fps – sedangkan EOS R 8 fps.

Sistem fokusnya sama-sama menggunakan teknologi Dual Pixel AF. Total ada 4.779 titik fokus yang dapat dipilih pada EOS RP, sedangkan EOS R memiliki 5.655 titik fokus. Autofocus-nya mencakup 88 persen bentang vertikal dan 100 persen bentang horizontal dari frame.

Penempatan kedua kamera ini juga berbeda. EOS R ditujukan untuk para fotografer kelas kakap, sementara EOS RP diposisikan sebagai mirrorless full frame entry-level. Target pasarnya ialah para fotografer pemula hingga advance yang masih menggunakan kamera dengan sensor APS-C agar beralih ke dunia full frame.

EOS RP untuk Still Photography

Tak perlu diragukan lagi, Canon merancang sistem EOS R dengan sangat baik. Utamanya untuk kebutuhan still photography, resolusi 26,2 MP pada EOS RP sudah mencakup banyak kebutuhan.

Unit EOS RP yang saya review ini berpasangan dengan lensa RF 24-105mm f/4 IS USM. Meski hanya mengandalkan aperture maksimum f/4, saya merasakan sendiri bahwa performa di kondisi low light sangat mengesankan.

Ukuran sensor memang berkaitan dengan kualitas. Ukuran sensor yang lebih besar dibanding format APS-C dan MFT, membuat Anda bisa menekan ISO lebih kecil. Ditambah dengan menggunakan shutter speed rendah, memotret di dalam ruangan dengan kondisi cahaya temaran pun tetap dapat menghasilkan foto yang layak.

Tentu saja, hasilnya pasti bakal lebih mengagumkan bila menggunakan lensa dengan aperture maksimum besar dan mahal seperti Canon RF 28-70mm f/2L USM atau Canon RF 50mm f/1.2L USM.

EOS RP untuk Videography

Saat berhembus rumor yang mengisyaratkan Canon akan merilis mirrorless full frame keduanya, banyak yang berharap akan ada peningkatan di sisi video. Harapannya kasusnya bakal mirip-mirip seperti Sony A7 III, Nikon Z 6, dan Panasonic Lumix S1 – di mana meski punya resolusi lebih rendah tapi memiliki kemampuan video lebih baik.

Sayangnya, ekspektasi tersebut tidak sesuai kenyataan. Kemampuan video EOS RP masih identik dengan EOS R bahkan setingkat di bawahnya, tanpa dukungan profil picture Canon Log dan mode video slow-mo HD 120p. Fitur in-body image stabilization juga tidak didukung, sehingga akan bergantung IS pada lensa.

Bila EOS R dapat merekam video 4K 30p/24p pada bitrate 480 Mbps dengan kedalaman warna hingga 10 bit untuk perekam eksternal. EOS RP hanya mampu merekam video 4K 24p pada bitrate 120 Mbps dengan crop 1.7x dan kedalaman warna 8-bit untuk perekaman internal dan eksternal.

Seberapa parah akibat crop itu sendiri? Wide-angle view sangat penting dalam video, gara-gara crop bidang pandang yang didapat menjadi lebih sempit. Selain itu, crop artinya kamera hanya menggunakan sebagian area sensor yang akibatnya dapat menimbulkan noise.

Satu lagi yang paling banyak diprotes adalah pada perekaman video 4K, EOS RP kehilangan fitur Dual Pixel AF. Intinya, opsi untuk mendapatkan rekaman terbaik berada di resolusi 1080p. Anda dapat merekam video 1080p hingga 60p dan autofocus yang bisa diandalkan.

Desain Canon EOS R

Dibanding EOS R dan kamera DSLR Canon, body EOS RP memang jauh lebih ringkas dengan dimensi 127x97x61 mm. Tetapi memiliki grip yang nyaman, kontrol intuitif, serta EVF dan layar cukup besar.

Masalahnya adalah ukuran lensa-lensa RF cukup bongsor, misalnya lensa RF 24-105mm F4L. Saat lensa dipasang ke kamera, kesan compact pun seketika lenyap.

Secara garis besar, desain EOS RP dan EOS R terlihat identik. Tampil modern dengan layar fully articulated yang bisa ditarik ke samping dan diputar hingga 180 derajat. Bedanya, EOS RP tidak memiliki panel OLED kecil di pelat atas dan M-Fn bar.

Bagi para content creator, utamanya yang bekerja solo – mekanisme layar tersebut sangat membantu dalam mengatur framing. Bagi fotografer mungkin agak merepotkan dan harus berhati-hati saat mengeluarkan layar ke samping.

Panel LCD tersebut sudah mendukung touchscreen dan berukuran 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot yang cukup responsif digunakan. Di atas layar, bercokol electronic viewfinder (EVF) beresolusi 2,36 juta dot dengan eye cup cukup besar sehingga cukup nyaman digunakan untuk membidik.

Sasis EOS RP terbuat dari paduan material polikarbonat, body kamera ini cukup solid tidak terasa versi murah dari EOS R. Grip besarnya bisa dibilang sangat comfortable, tapi mungkin akan kepayahan menangani lensa-lensa RF yang besar.

Meskipun EOS RP ditawarkan sebagai mirrorless full-frame entry-level, opsi konektivitasnya cukup lengkap. Ada HDMI out yang mendukung output video khusus, jack mikrofon, jack headphone, dan port USB-C.

Saat mencoba mengisi baterai melalui port USB-C, bekerja menggunakan charger MacBook tapi tidak jalan menggunakan charger smartphone. Slot SD card-nya sendiri hanya disediakan satu dan mendukung standar UHS-II, letaknya di sisi bawah berdampingan dengan baterai.

Tombol kontrol fisik pada EOS RP secara keseluruhan diimplementasikan dengan cukup baik. Ada dua dial atau roda untuk mengendalikan shutter speed serta aperture, dan fitur favorit saya adalah control ring.

Cincin ekstra pada lensa RF ini dapat di-customize untuk ISO, meskipun saya sampai mabuk mengubek-ubek untuk mencari fitur ini. Tombol navigasi pada ESO RP juga dapat disesuaikan untuk akses cepat fitur yang Anda butuhkan.

EOS RP menggunakan baterai tipe LP-E17 seperti yang ada pada kamera APS-C EOS M series. Tentu saja, karena RP yang mengendarai sensor lebih besar membuatnya lebih haus daya. Alhasil, EOS RP hanya menawarkan 250 shot saja sekali charge. Jelas sekali perlu baterai kedua atau harus terus-menerus memikirkan pengisian ulang.

Sample Gallery dari Canon EOS RP

EOS RP merupakan mirrorless full-frame kedua dari Canon. Seperti saudaranya, ia juga mengadopsi dudukan baru; mount RF berdiameter 54 mm dan kompatibel dengan banyak lensa EF dan EF-S Canon lewat penggunaan adaptor.

Bagian intinya ialah sensor CMOS 26 MP, prosesor Digic 8, dan sistem Dual Pixel AF yang cukup mengesankan, cepat dan akurat. Fitur favorit saya adalah Eye Detection AF yang tersedia pada continuous AF mode (juga pada Servo mode), kamera akan melacak mata subjek meski mereka bergerak.

Performa Eye Detection AF ini bekerja cukup baik, utamanya pada jarak yang relatif dekat – ketika wajah subjek mengambil proporsi pada frame cukup besar. Hasil foto EOS R bisa disimpan di format CRaw untuk fleksibel dalam editing tapi tetap hemat memori.

Bila budget Anda mepet, penggunaan adaptor memang diperkenankan untuk memasang lensa EF. Bila ingin lensa native, lensa zoom RF 24-105mm f/4 IS USM adalah pilihan basic yang sangat ideal untuk berbagai keperluan – meskipun membuat ukuran kamera menjadi besar dan biaya tambahan.

Antarmuka kamera dengan layar sentuhnya cukup baik. Tapi banyak fitur sekali fitur yang terpendam di dalam menu. Solusinya Anda bisa menggunakan tab my menu untuk mengeluarkan fitur atau fungsi penting yang kerap Anda gunakan.

EOS RP memiliki konektivitas WiFi dan Bluetooth LE. Lewat aplikasi Camera Connect Canon, Anda dapat dengan mudah mentransfer foto ke smartphone atau mengontrol kamera dari jarak jauh.

Secara keseluruhan, performa EOS RP sangat baik. Kontrol layar sentuhnya sangat responsif, sangat memanjakan penggunanya. Meskipun interface menu utamanya memang sangat padat, kemungkinan Anda akan butuh banyak waktu untuk menguliknya. Berikut sejumlah foto yang diambil menggunakan Canon EOS RP:

Verdict

Canon merancang sistem EOS R dan mount lensa RF baru dengan sangat baik untuk still photography. Namun masih ‘setengah hati’ di sisi video, terutama dibandingkan dengan para kompetitornya.

Bila porsi kebutuhan foto Anda lebih besar dibanding video, EOS RP adalah kamera dengan fitur foto sentris generasi baru dengan sensor full frame dan lensa RF yang canggih. Bagi fotografer profesional yang memiliki ekosistem Canon, EOS RP bisa menjadi pilihan yang sempurna sebagai kamera kedua.

Bagi videografer, terus terang EOS RP bukan pilihan yang tepat. Untuk kebutuhan hybrid foto dan video, benchmark saya masih pada Sony A7 III. Sementara, untuk kamera video benchmark saya pada Lumix GH5. Saat ini, kamera mirrorless APS-C terbaru seperti Fujifilm X-T30 dan Sony A6400 juga menawarkan kemampuan video cukup baik.

Harga sekitar Rp20 juta ini hanya body only Canon EOS RP. Solusi yang lebih terjangkau Anda bisa menggunakan adaptor untuk menggunakan lensa EF atau menggunakan lensa dari pabrikan lensa pihak ketiga.

Bila ingin lensa native, paling terjangkau ialah lensa fix RF 35mm f/1.8 IS Macro STM yang dijual sekitar Rp8 jutaan. Kalau untuk lensa RF 24-105 f/4L IS USM, harganya sekitar Rp17 jutaan. Masih tergolong sangat mahal, mengingat EOS RP ditujukan sebagai mirrorless full frame entry-level.

Sparks

  • Dilengkapi port headphone dan mikrofon
  • Video 1080p hingga 60p dengan Dual Pixel AF 
  • Foto bisa disimpan di format CRaw yang lebih irit memori
  • Eye Detection AF bekerja di mode Servo
  • Body kamera cukup compact dan memiliki kontrol yang intuitif

Slacks

  • Kemampuan video sedikit tertinggal untuk kamera generasi baru
  • Crop pada video 4K
  • Dual Pixel AF tidak bekerja di rekaman video 4K

[Review] Canon EOS R, Mirrorless Full Frame Pertama Canon

Bagi yang mengikuti perkembangan teknologi kamera, tentunya Anda sudah mengetahui bahwa Nikon, Canon, dan Panasonic telah mengumumkan kamera mirrorless dengan sensor berukuran full frame – ranah yang saat ini dikuasai oleh Sony.

Pada tahun 2018 lalu barulah percikannya, persaingan mirrorless di segmen full frame akan berkobar lebih besar di tahun 2019 sekarang ini.

Setelah me-review Sony Alpha A7 III yang menjadi benchmark bagi saya untuk mirrorless full frame, Dailysocial kedatangan mirrorless full frame pertama dari Canon, yakni EOS R yang hadir dengan mount lensa baru bernama Canon RF.

Sebelum lanjut, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada PT. Datascrip selaku distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia yang telah meminjamkan unit review Canon EOS R.

Bila Nikon Z 6 dan Nikon Z 7 mengambil pendekatan yang kurang lebih mirip seperti Sony Alpha A7 dan A7R series, Canon menempuh jalan berbeda. Mengusung resolusi 30,3-megapixel, di atas kertas spesifikasi EOS R berada di tengah-tengah mereka.

Ya, meski hanya mengandalkan satu kamera saja, tapi Canon menegaskan bahwa ini baru yang pertama. Berikut review Canon EOS R selengkapnya.

Bedanya RF-mount dan EF-mount

Apa yang baru pada mount lensa Canon RF? Untuk ukuran diameternya masih sama dengan Canon EF, yakni 54mm. Namun punya jarak ke sensor lebih dekat karena tak ada lagi cermin (mirrorless), hanya 20mm. Sementara, Canon EF jarak ke sensornya ialah 44mm.

Artinya, hal ini memungkinkan Canon membuat lensa-lensa RF dengan dimensi yang lebih ringkas. RF mount ini sendiri dilengkapi dengan koneksi 12-pin yang mampu mentransmisikan data besar pada kecepatan tinggi, sehingga komunikasi antara kamera dan lensa terjadi lebih cepat.

Lebih dari itu, sistem stabilisasi gambar Dual Sensing IS juga turut ditingkatkan. Sistem baru ini juga menawarkan ring kontrol tambahan pada lensa RF yang bisa dikustomisasi.

Desain Cukup Ramping dengan Mekanisme Layar Fully Articulated

Kesan awal mencicipinya pada acara peluncuran Canon EOS R di Indonesia adalah ukurannya yang cukup bongsor. Wajar saja, karena saat itu saya membawa Sony Alpha A7 III dengan lensa FE 28-70mm f3.5-5.6 OSS dan membandingkannya langsung dengan EOS R yang dipasangkan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM.

Ceritanya bakal lain kalau dibandingkan dengan kamera-kamera DSLR Canon, EOS R tentu lebih ramping. Setelah akhirnya tiba di meja redaksi Dailysocial dan mencobanya lebih intens, dimensi body dan hand grip yang lebih besar justru membuatnya lebih ergonomis dan nyaman sekali digenggam.

Yoga Wisesa - Tech Writer Senior | Hasil foto Canon EOS R
Yoga Wisesa – Tech Writer Senior | Hasil foto Canon EOS R

EOS R ini juga sempat dibawa oleh rekan saya, Yoga Wisesa untuk reportase ke CES 2019 di Las Vegas, AS. Sebagian hasil foto di bawah juga dipotret olehnya. Tetapi sebelum berangkat, dia sempat ragu-ragu dan berpikir dua kali untuk membawanya karena ukurannya. Pada akhirnya, dia tidak menyesal membawa EOS R setelah mendapati kualitas jepretannya.

Untuk desain EOS R sendiri, menurut saya sudah tampil modern dan keren. Kerangka EOS R terbuat dari material magnesium alloy yang tahan terhadap cuaca ekstrem, dengan dimensi 136x98x84 mm, dan bobot 660 gram termasuk baterai.

EOS R dilengkapi layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot dengan mekanisme fully-articulated, bisa ditarik ke samping dan diputar hingga 180 derajat yang tentunya dicintai oleh videografer atau para content creator.

Review-Canon-EOS-R

Di atasnya, ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,76x. Lalu, pada pelat atas ada panel OLED kecil yang menampilkan sejumlah parameter kamera.

Kontrol Kamera Intuitif

EOS R memiliki pegangan (grip) yang cukup besar, saya tidak menemukan masalah saat dipasang dengan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM. Semua yang kita butuhkan untuk mengatur setting exposure kamera telah tersedia di tombol dan dial atau kenop fisik.

Kenop fisik utama (main dial) didekat tombol shutter secara default untuk mengatur shutter speed. Kemudian, kenop fisik kedua (quick control dial) untuk mengatur nilai aperture. Lalu lewat tombol M-Fn, kita bisa akses white balance.

Pada lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM terdapat tiga ring, pertama untuk mengatur focal lenght, kedua untuk manual focus, dan ketiga bisa diatur sesuai keinginan – kalau saya menggunakannya untuk ISO atau exposure compensation. Tombol navigasi di samping layar yakni atas, bawah, kanan, dan kiri juga bisa diatur sebagai shortcut untuk fitur atau setting yang sering kita gunakan.

Menu set yang berisi berbagai shortcut penting seperti AF method, AF operation, drive mode, metering mode, image quality, white balance, picture style, dan aspect ratio bisa diakses melalui tombol set atau ikon Q di layar pojok atas sebelah kanan. Kita bisa menggunakan tombol navigasi maupun layar sentuh untuk menyesuaikannya.

Satu lagi, Canon juga menawarkan cara baru untuk kontrol EOS R yakni M-Fn bar yang berada tepat di samping kanan viewfinder. Bagian kecil ini merupakan semacam touchbar multi-fungsi yang bisa diprogram sesuai kebutuhan, misalnya memberikan akses cepat ke autofocus, ISO, white balance, dan lainnya. Ada dua cara kerjanya yakni dengan mengusap (swipe) dan ketuk (tap) bagian kanan atau kiri.

Slot SD card berada di sebelah kanan, hanya ada satu slot kartu memori di EOS R dan mendukung kartu UHS-II. Akses ke baterai berada di sisi bawah, daya tahan baterainya diklaim menawarkan 370 jepretan sekali charge dan 450 jepretan bila menggunakan power saving mode.

EOS R memakai baterai yang sama dengan DSLR Canon pada umumnya, tipe LP-E6N berkapasitas 1.865 mAh. Uniknya, EOS R bisa diisi daya melalui USB type C – meski dalam paket penjualannya juga disediakan dock charging.

Port USB type C tersebut berada di sebelah kiri, bersama port mini HDMI, microphone eksternal, headphone, dan remote control terminal. Aksesori grip baterai BG-E22 juga tersedia yang memberikan kapasitas pemotretan lebih lama dan kenyamanan saat memotret secara vertikal.

Sample Gallery dari Canon EOS R

Kamera mirrorless full frame 35mm pertama dari Canon ini mengusung sensor CMOS 30,3-megapixel dengan low-pass filter untuk mengurangi efek moiré dan dilengkapi Digital Lens Optimizer untuk mengoreksi difraksi dan aberasi lensa.

Otaknya ialah prosesor gambar DIGIC 8 dengan kecepatan fokus 0,05 detik, dengan sistem autofocus Dual Pixel yang sangat mengesankan. Total ada 5.655 titik fokus yang dapat dipilih, yang mencakup 88% bentang vertikal dan 100% bentang horizontal pada lensa yang kompatibel.

Sistem autofocus-nya dapat bekerja dalam kondisi cahaya rendah EV-6. Fitur eye detection juga turut tersedia, untuk mendeteksi dan memfokuskan pada mata subjek – sangat berguna untuk foto portrait.

EOS R mampu menembak berturut-turut 8 fps dengan AF-S, 5 fps dengan AF-C, dan 3 fps dengan ‘Tracking Priority mode‘. Dengan rentang ISO 100-40.000 untuk foto (dapat diperluas menjadi 50 – 102.400).

Selain itu, EOS R dapat menangkap gambar mentah dalam format 14-bit (CRW) dan terkompresi C-RAW. C-RAW ini dapat mengurangi ukuran file hingga 40% tanpa kehilangan kualitas gambar yang nyata, tentunya dapat menghemat hardisk dan kartu memori.

Berikut hasil foto dari Canon EOS R dengan lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM. Lensa ini memiliki nilai aperture konstan f/4 di seluruh rentang zoom. Favorit saya ialah saat memotret dengan EOS R pada panjang fokus 105 mm dan aperture f/4, bokeh yang dihasilkan sangat lembut dan gambar tetap stabil karena lensa ini sudah mendukung Dual Sensing IS untuk meredam getaran saat memotret.

Kemampuan Perekam Video

Video 4K UHD dapat direkam oleh EOS R hingga 25/30 fps menggunakan kompresi ALL-I atau standar IBP dengan bitrate maksimal 480 MBps dan crop 1,7x. Lengkap dengan fitur capture frame 4K, di mana bisa mengambil frame dari rekaman 4K dan menyimpannya sebagai foto.

Jika ingin merekam video 50/60 fps, kita harus turun ke resolusi Full HD. Lalu, untuk video high frame rate hingga 100 fps harus turun lagi ke resolusi HD.

Ya, masalah crop 1,7x pada 4K dan video high frame rate pada HD memang bisa menjadi deal breaker bagi videografer ataupun fotografer profesional yang punya kebutuhan video tinggi.

Lebih lanjut mengenai perekaman videonya, EOS R telah mendukung log gamma yang disebut Canon Log. Fitur ini menyuguhkan fleksibilitas dalam pemrosesan pasca produksi seperti color grading. Dengan perangkat eksternal melalui melalui port HDMI, dengan Canon Log EOS R dapat merekam 4K 10-bit dengan color gamut yang luas.

Verdict

Kontrol intuitif pada EOS R dan respons kamera yang cepat membuat pengoperasian lebih fleksibel. Tentu saja, Anda mungkin perlu waktu untuk beradaptasi. Pada awalnya, saya juga kerap menggunakan fungsi layar sentuh untuk mendapatkan setting exposure yang diinginkan.

Setelah masuk ke menu, menyelam memahami fitur-fitur yang ditawarkan, dan mengkustomisasi tombol, kenop atau dial fisik, ring ekstra pada lensa, dan memaksakan diri menggunakan touchbar. Akhirnya, saya memperoleh kendali penuh dan tenggelam saat memotret menggunakan EOS R.

Jelas bahwa Canon EOS R ditujukan untuk para fotografer kelas kakap, tidak heran bila harga body EOS R dan lensa-lensa RF mahal-mahal. Sebagai yang pertama, saya paham betul bila EOS R masih memiliki sejumlah kekurangan dan sedikit tertinggal dibanding kompetitor penguasa full frame saat ini.

Masa depan Canon bertumpu pada sistem EOS R dan mount RF ini, menggantikan sistem EOS DSLR mereka yang diciptakan hampir 30 tahun yang lalu.

Sparks

  • Dual Pixel Autofocus yang mengesankan
  • Grip besar & kontrol intuitif
  • Prosesor Digic 8 dan mendukung format C-RAW
  • Mount RF yang responsif

Slacks

  • Video 4K dengan crop 1,7x
  • Video high frame rate tersedia di resolusi HD
  • Belum ada in-body stabilization

Usik Dominasi Sony, Canon Luncurkan Kamera Mirrorless Full Frame EOS R dan Lensa RF

Canon memiliki beberapa jajaran kamera EOS, dari mulai kamera DSLR EOS dengan lensa EF yang terdiri dari seri entry, advanced, dan pro. Serta, kamera mirrorless EOS M bersensor APS-C dengan lensa EF-M.

Kini Canon telah menghadirkan keluarga baru di ekosistem EOS yang telah ditunggu-tunggu sejak lama yakni sistem baru EOS R, kamera mirrorless full frame dengan mounting lensa RF.

Pertanyaannya adalah kemana saja Canon selama ini? Padahal mereka sudah terjun di pasar mirrorless sejak tahun 2012. Lalu, bagaimana nasib sistem EOS M?

Persaingan Kamera Full Frame Baru Dimulai 

canon-luncurkan-kamera-mirrorless-full-frame-eos-r-dan-lensa-rf

Tidak bisa dipungkiri, salah satu alasan Canon merilis sistem baru EOS R adalah untuk mengusik dominasi Sony. Lalu, sekarang juga ada Nikon Z meskipun belum hadir di Indonesia.

“Karena kita melihat untuk para pengguna yang menginginkan kualitas foto maupun video full frame, mereka hanya bisa ke DSLR Canon atau kalau yang ingin lebih ringan pilihannya ke kompetitor kita ini. Karena sebelumnya, kita tidak bisa menjawab kebutuhan tersebut.” Ujar Sintra Wong selaku Canon Image Communication Product Division manager PT Datascrip.

“Kita juga melihat, para pengguna body dari merek lain itu – mereka sebenarnya masih sangat bergantung pada lensa-lensa EF-nya Canon. Oleh karena itu, kami menghadirkan sistem baru EOS R. Jadi, para pengguna DSLR Canon menginginkan kamera yang lebih ringan tetapi memiliki kualitas yang prima dengan sensor full frame tidak perlu pergi ke merek lain. Lensa EF Canon juga tentunya akan bekerja lebih optimal di EOS R.” Tambahnya.

EOS R sendiri diposisikan untuk pengguna yang lebih profesional dan fotografi yang lebih serius. Maka dari itu EOS R hadir sebagai pilihan atau alternatif kepada para fotografer.

Bagaimana nasib EOS M? Kamera mirrorless dengan sensor APS-C ini masih tetap akan dikembangkan, karena segmennya berbeda – lebih menitikberatkan pada keringkasan serta portability-nya, dan menyasar para pemula atau hoby.

Sistem EOS R Kompatibel dengan Lensa EF

Ya, Canon EOS R kompatibel dengan lensa EF, tetapi tidak bisa dipasang dengan lensa EF-M. Canon menyertakan tiga jenis adaptor untuk memberikan fleksibilitas dalam menggunakan lensa EF.

Mount lensa RF ini berdiameter 54 mm, jarak antara sensor dengan mount lensa hanya 20 mm. Tidak heran, bila dimensi Canon EOS R menjadi begitu ramping dibanding DSLR Canon – tetapi masih lebih besar dibanding kamera mirrorless full frame A7 series dari Sony.

EOS R dilengkapi layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot yang fully-articulated yang bisa ditarik ke samping dan putar-putar sesuka hati. Di atasnya, tentu saja ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,76x.

Bagian terunik EOS R berada tepat di samping kanan EVF tersebut. Bagian kecil itu merupakan semacam touchpad multi-fungsi yang akan memberikan akses cepat ke berbagai pengaturan seperti autofocus, ISO atau white balance, dan semua ini bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Saat ini, sudah tersedia empat seri lensa RF, yaitu:

  • RF 50mm f/1.2L USM
  • RF 24-105mm f/4L IS USM
  • RF 28-70mm f/2L USM
  • RF 35mm f/1.8 IS STM

Yang perlu diketahui adalah lensa RF terhubung ke kamera EOS R melalui 12 pin pada mount. Sementara, lensa EF hanya memiliki 8 pin. Artinya meski lensa EF bisa digunakan, namun bila ingin kinerja lensa yang optimal tetap disarankan menggunakan lensa RF. Canon juga telah memastikan, lensa EF dan RF juga masih akan terus dikembangkan.

Fitur dan Spesifikasi Canon EOS R 

EOS R adalah kamera mirrorless full frame 35mm pertama dari Canon, dibekali sensor CMOS 30,3-megapixel dan prosesor gambar DIGIC 8 dengan kecepatan fokus 0,05 detik. Serta, mampu mengambil gambar berturut-turut 8 fps dengan AF-S atau 5 fps dengan AF-C.

Canon EOS R memiliki rentang ISO 100-40.000 untuk foto, 100-25.600 untuk video, dan 100-12.800 untuk video 4K. Serta, area bidik yang luas dengan 5.655 titik AF yang mencakup 100% (vertikal) dan 88% (horizontal).

Untuk perekaman videonya, Canon EOS R dapat merekam 4K pada 30p/25p dengan crop 1.7x dan didukung Canon Log yang telah terbukti hasilnya pada Cinema EOS System. Fitur ini sangat membantu untuk pengaturan kontras, detil, dan warna selama proses pascaproduksi. Selain itu, perekaman 4K bisa mencapai 10-bit melalui terminal HDMI untuk menghasilkan gradasi dan rentang warna yang akurat.

PT. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, memasarkan Canon EOS R Body Only (BO) dengan harga Rp 39.999.000 dan Canon EOS R dengan lensa RF24-105mm f/4L IS USM dengan harga Rp 59.999.000.