Komunitas R6 IDN Gelar Star League, Kompetisi Lokal Rasa Internasional

Tak bisa dipungkiri publisher game punya peran besar dalam perkembangan jagat kompetisi esports game tersebut. Namun dalam hal Indonesia, nyatanya tak semua publisher turut campur mengembangkan jagat esports di sini; terutama yang berasal dari barat sana.

Maka dari itu, peran komunitas mengadakan sebuah event kadang jadi penting; untuk menunjukkan antusiasme pasar. Salah satu contohnya adalah gelaran Rainbow Six Star League yang digagas oleh komunitas itu sendiri. Kompetisi ini merupakan salah satu rangkaian dari rencana panjang komunitas R6 Indonesia untuk menjaga iklim kompetitif dari para pemain Rainbow 6 di tanah air.

Seperti namanya, Rainbow Six Star League dilakukan dalam format liga round robin selama 4 bulan lamanya. Kompetisi ini sendiri sudah dimulai kualifikasinya sejak 22 Januari 2019 kemarin dan akan berlangsung sampai 6 April 2019 mendatang. Kompetisi ini dibagi ke dalam beberapa fase. Fase pertama adalah fase open qualifier, 32 tim terdaftar dibagi menjadi empat grup untuk saling bertanding sebanyak 1 kali round robin.

Sumber: Komunitas R6 IDN
Sumber: Komunitas R6 IDN

Bobby Rachmadi Putra selaku founder/leader komunitas R6IDN mengatakan bahwa Star League ini benar-benar layak disimak karena banyak pemain bertalenta yang turut serta di dalamnya. “Apalagi grup A dalam Star League yang merupakan grup neraka, yang mana enam tim di antaranya itu jago semua, dan ada tim Scrypt yang dulu sempat mewakili Indonesia pada kompetisi ESL Pro League Asia Pasific”

Setelah fase open qualifier selesai, para tim lalu dibagi menjadi tiga divisi dan memasuki fase division playday. Dua tim posisi teratas tiap grup dari open qualifier akan masuk divisi satu, posisi tiga dan empat masuk divisi dua, lalu posisi lima sampai delapan akan masuk divisi tiga. Setelah itu mulai dari 26 Februari sampai 4 April 2019 kompetisi akan kembali berjalan secara rutin setiap selasa dan kamis pukul tujuh malam pada 2 pekan pertama, lalu hari selasa, rabu, dan kamis mulai pekan ketiga sampai selesai.

Setelah fase playday selesai, fase terakhir adalah fase takedown, yang mana 2 tim teratas dari divisi dua mendapat hak untuk melawan 2 tim terbawah dari klasemen divisi satu untuk memperebutkan posisi dalam divisi satu. Nantinya delapan tim yang berada di dalam divisi satu akan mendapatkan hak untuk bertarung pada main event yang akan diadakan pada bulan Juni 2019 mendatang.

Klasemen sementara di Open Qualifier Star League. Sumber: Komunitas R6 IDN
Pembagian grup di Open Qualifier Star League. Sumber: Komunitas R6 IDN

Terkait R6 Star League, Bobby mengatakan, “kompetisi ini kami adakan untuk memberi para player R6 Indonesia semacam simulasi terhadap sistem kompetisi R6 internasional. Maka dari itu, kompetisi Star League mengadopsi sistem peraturan Pro League Internasional yang diadakan oleh Ubisoft bekerja sama dengan ESL.”

Kompetisi R6 Star League ini memang diselenggarakan dengan visi jangka panjang, agar komunitas gamers R6 di Indonesia dapat selalu menikmati serunya pertarungan panas para jagoan R6 di Indonesia. “Kami memang punya rencana untuk terus melanjutkan kompetisi ini pada setiap musimnya. Sedari awal rencana kami menyelenggarakan Star League memang untuk jangka panjang, terlihat dari alur kompetisi ini saja berjalan selama kurang lebih 4 bulan lamanya,” tambah Bobby.

Sumber: US Gamers
Sumber: US Gamers

Ternyata, walau diadakan oleh komunitas, R6 Star League juga mendapat dukungan dari Ubisoft sendiri selaku sang pengembang game. “Ubisoft selaku pengembang sangat suportif melihat geliat komunitas R6 di Indonesia. Maka pada kompetisi Star League Ubisoft memberi sokongan berupa prizepool dan juga promosi lewat official account Ubisoft. Selain prizepool mereka juga memberikan dukungan lain seperti merchandise, in-game items, yang bisa dijadikan activity seru untuk giveaway kepada para penonton nantinya.” jawab Bobby kepada Hybrid.

Ubisoft sendiri memang terlihat sedang gencar ingin memajukan game Rainbow 6. Ditambah lagi game ini juga banyak diprediksi akan menjadi esports major nantinya di masa depan, oleh Esports Observer salah satunya. Dukungan mereka terhadap komunitas Indonesia juga tidak main-main, bahkan menurut Bobby, R6 IDN adalah komunitas pertama yang diberi sokongan langsung oleh Ubisoft.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six Indonesia Community

Cerita Perjuangan BOOM.ID di Dota 2 Bucharest Minor 2019

Pekan lalu kita melihat bagaimana perjuangan tim BOOM.ID dalam kompetisi Bucharest Minor, salah satu kompetisi yang masuk dalam rangkaian Dota 2 Pro Circuit 2018-2019 (DPC 2019). Secara hasil, BOOM.ID mungkin belum bisa memenuhi ekspektasi para netizen bermulut tajam namun perjuangan mereka patut diapresiasi berkat kegigihan mereka untuk lolos ke kompetisi internasional.

Penasaran dengan sepak terjang mereka selama di Bucharest Minor, Hybrid mewawancara Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID selama di Bucharest Minor kemarin. Bucharest Minor sendiri merupakan salah satu kompetisi bagian dari DPC 2019, yang tergolong sebagai kompetisi Minor.

Sumber:
Sumber: PGL Dota 2

Kompetisi Minor bisa dibilang seperti liga divisi 2 dalam jagat kompetisi Dota internasional. Jadi Bucharest Minor menjanjikan sang juara poin DPC untuk dapat lolos ke Dota 2 The International dan juga slot untuk menuju ke Major berikutnya; dalam hal ini adalah slot menuju Chongqing Major yang didapatkan oleh tim EHOME. Bisa melihat tim Indonesia menunjukkan kemampuannya di Bucharest, Hungaria, Brando mengaku benar-benar merasa senang dan bangga. Apalagi, lawan mereka ketika itu juga merupakan beberapa tim yang punya nama besar, OG contohnya tim juara TI 8 yang performanya sedang menurun belakangan.

Mereka memang sempat melakukan satu kesalahan yang membuat nama BOOM.ID menjadi sorotan di jagat kompetisi Dota internasional. Namun mungkin yang para khalayak Dota baik lokal maupun internasional tidak lihat, adalah bagaimana proses perjuangan mereka untuk sampai di sana.

Sumber: BOOM.ID
Sumber: BOOM.ID

Brando lalu menceritakan proses perjuangan mereka. Ia mengatakan bahwa para player BOOM.ID benar-benar disiplin dengan apa yang mereka lakukan, mulai dari latihan dan belajar dari setiap game. Tapi lagi-lagi, nyatanya bermain di panggung internasional tidak semudah dan sesederhana itu. Selain gameplay, mental memegang peranan penting di sana; seperti yang sudah sempat Hybrid bahas dalam artikel soal esports dan psikologi olahraga.

Salah satu yang unik dari kompetisi ini bagi BOOM.ID adalah kehadiran Mikoto sang wonderkid wajah baru jagat kompetisi Dota 2 Indonesia. Sepak terjang Mikoto sudah layaknya Topson dari tim OG, bedanya, Bucharest Minor yang jadi kompetisi internasional pertama bagi Mikoto. Tercatat, baru 2 tahun dia berkelana di jagat kompetisi esports. Walau singkat, Mikoto sudah menunjukkan potensi besarnya. Akhirnya berkat pembuktian yang ia lakukan, ia pun ditarik ke dalam tim BOOM.ID untuk menggantikan SaintDeLucaz yang rehat dari dunia kompetitif Dota.

Sebagai kompetisi internasional pertamanya, Brando mengatakan bahwa Mikoto ada perasaan nervous pada saat bermain di Bucharest Minor. “Soalnya turnamen pertama dia keluar negeri, ditambah ini juga Valve event kan” tambah Brando. Penasaran soal gameplay dan mekanik, menariknya Brando mengakui bahwa sebenarnya skill mekanik pemain Indo itu nggak kalah dari mereka yang punya jam terbang jauh lebih tinggi di jagat kompetitif Dota 2.

Sumber: Metaco
Sumber: Metaco

“Kalau mekanik sih Indonesia nggak kalah ya, cuma gue akui memang kelemahan kita itu dari segi strategi dan META understanding aja ya,” jawab Brando kepada Hybrid. Terakhir, mencoba melihat sisi positif dari hasil yang didapat BOOM.ID selama Bucharest Minor kemarin, Brando mengatakan bahwa kompetisi ini merupakan pelajaran besar bagi BOOM.ID.

Hard work get you further than anything, latihan terus, belajar terus, karena setiap hari, setiap game, setiap latihan pasti selalu ada yang bisa kita pelajari untuk menjadi yang lebih baik.” Jawab Brando menutup obrolan dengan Hybrid.

Sekali lagi selamat kepada BOOM.ID, yang sudah mencurahkan segala daya dan upaya agar dapat tembus sampai ke kompetisi tingkat Internasional. Meski mendapat hasil yang kurang memuaskan, namun hal ini tentu menjadi pelajaran besar yang bisa membuat jagat kompetisi Dota 2 Indonesia semakin hebat lagi ke depannya.

Analisa Peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational 2019 dari WawaMania

Membuka tahun 2019 ini, Bluehole serta PUBG.Corp langsung saja menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan esports PUBG versi PC (Steam). Hal ini memang sudah sempat diumumkan sendiri oleh PUBG.Corp bahwa mereka akan berkomitmen untuk menyelenggarakan esports PUBG yang berjenjang rapih mulai dari kelas regional sampai internasional.

Dari semua kompetisi, regional pertama yang akan langsung bertanding di Januari 2019 ini adalah regional Asia, lewat PUBG Asia Invitational 2019. Kompetisi ini merupakan kompetisi kelas Major yang diselenggarakan oleh PUBG. Corp sendiri dan diikuti oleh 5 regional besar di Asia, yaitu Cina, Korea Selatan, SEA, Jepang, dan Taiwan/Hong Kong/ Macau.

Salah satu alasan kompetisi ini jadi wajib Anda tonton adalah karena kehadiran wakil Indonesia yaitu Aerowolf 7. Tim ini merupakan hasil akuisisi dari Juggernaut Fortissiumus ini beranggotakan. M. Salman ‘Avocrn’ Alfarizi, Rizky ‘TomketslkyAr’ Andikarama, Naufal ‘GodlyMonarch’ Nasrullah, Erlangga ‘Angga’ Ahmad Gani. Namun Angga sendiri harus digantikan oleh Ridho ‘RDK’ gara-gara belum mencukupi usia regulasi esports PUBG internasional.

Sumber: medcom.com
Sumber: medcom.com

Tim Aerowolf 7 sendiri berhasil lolos ke PUBG Asia Invitational setelah berhasil mendapatkan posisi 4 di JIB PUBG SEA Championship. Permainan mereka selama hari pertama terbilang cukup inkonsisten: kadang bisa dapat posisi bontot, kadang bisa dapat top 5 dalam satu ronde. Namun pada ronde-ronde terakhir mereka berhasil mendapatkan tempo permainannya sendiri dan sempat mendapat poin yang besar karena finis di posisi 3 dengan mengamankan 16 kill.

Melihat hal ini, sebenarnya seberapa menjanjikan Aerowolf 7 bisa memberikan prestasi dan kebanggaan kepada Indonesia dengan permainannya? Hybrid menanyakan analisa peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational kepada Arwanto ‘WawaMania’ Tanumiharja.

Jadi akankah Aerowolf 7 bisa membawa pulang piala PUBG Asia Invitational 2019? Prediksi Wawa sendiri sebenarnya, asalkan Aerowolf 7 bisa bermain seperti hari kedua di JIB PUBG SEA Championship 2018 kemarin, tim ini seharusnya minimal bisa mengamankan posisi top 4. Namun dengan syarat, RDK bisa cepat dapat chemistry dengan tim Aerowolf 7 ini.

Terkait soal posisi RDK sebagai standin, Wawa mengatakan bahwa secara teknis kehadiran RDK akan sangat membantu meningkatkan performa dari tim Aerowolf 7. Kenapa? Salah satunya karena memang jam terbang serta pengalaman RDK yang sudah pernah bermain di panggung besar.

Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer
Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer

Lalu bagaimana kalau soal chemistry? Karena ini mungkin lebih kepada soal dapur tim Aerowolf itu sendiri, Wawa hanya bisa bilang hal ini kembali lagi kepada proses persiapan tim Aerowolf 7 sebelumnya. Kalau dari gue sih cuma bisa berharap semoga chemistry RDK dengan Aerowolf 7 ini sudah bonding ya.

Tim Juggernaut Fortissimus yang akhirnya diakuisisi menjadi Aerowolf 7 ini sendiri memang bisa dibilang secara mengejutkan bisa muncul sebagai top 4 di JIB PUBG SEA Championship. Namun Wawa sendiri mengatakan bahwa sebenarnya hal tersebut tidak sebegitu mengejutkan, karena salah satu kelebihan tim tersebut adalah aim mereka yang sudah sangat terlatih.

Memang aim pemain Aerowolf 7 ini sudah tajam-tajam sekali ya, hal itu yang jadi kelebihan mereka. Selain itu, menurut saya Scout tim AW 7 itu oke punya banget. Dengan tambahan Ridok (RDK), tentunya akan membuat permainan makro game tim AW 7 ini bakal jadi semakin kuat.” Tambah Wawa menceritakan kelebihan dari tim Aerowolf 7.

Lalu bagaimana dengan kelemahannya sendiri? Ternyata memang kelemahan tim ini datang dari mentalitas mereka. Mengingat mereka terbilang masih baru di kancah internasional PUBG, mungkin hal ini masih bisa dianggap wajar. Wawa mengatakan kalau mereka sudah terbebani entah dari segi percaya diri atau terbebani kekalahan ronde sebelumnya, kerja sama mereka hancur dan tidak bermain di dalam tim.

Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR
Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR

Dalam PUBG Asia Invitational ini, Aerowolf 7 tentu harus berhadapan dengan tim-tim yang sangat kuat. Ancaman terbesarnya datang dari regional Tiongkok dan Korea Selatan. Menurut Wawa ada tim SSS, 17 Gaming dan Luminous Star kalau dari Cina. Sedangkan dari Korea Selatan, ada Afreeca Freecs Fatal dan OGN Entus Force.

Memang dua regional tersebut masih jadi dua region terkuat di esports. Dalam hal PUBG, kekuatan Korea Selatan salah satunya karena kehadiran PUBG Korea League, kompetisi rutin yang memaksa para pemain untuk terus mengasah skill mereka. Lalu Cina, walau tak ada liga, atlet esports mereka terkenal selalu bekerja keras untuk menjadi yang terbaik dan punya mental baja.

Tim Aerowolf 7 akan bertanding di PUBG Asia Invitational 2019 mulai Kamis, 10 Januari 2019 ini sampai Minggu, 12 Januari 2019 mendatang. Mari kita sama-sama dukung Aerowolf 7 agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik di dalam kompetisi PUBG Asia Invitational 2019.

Senjakala Esport Vainglory: Sang Pionir yang Kini Kian Tertinggal

Tahun 2014 lalu, mobile gaming belum heboh seperti sekarang karena banyak faktor, teknologi salah satunya. Bahkan mobile gamers kerap didiskriminasi gamers secara umum, dianggap bukan gamers karena game mobile kebanyakan casual, tanpa ada kedalaman cerita, ataupun grafis megah.

Namun kala itu ada satu pengembang game andal bersatu padu dari berbagai latar belakang bekerja sama menciptakan Super Evil Megacorp (SEMC). Mereka menciptakan sebuah karya yang tak terpikirkan di masanya: sebuah game mobile dengan grafis memukau layaknya di konsol atau PC, sebuah game MOBA yang dimainkan bersamaan secara real-time bernama Vainglory.

Pada saat perilisannya, Vainglory segera menarik perhatian jutaan pasang mata. Bayangkan saja, game mobile yang ketika itu hanya game mengiris-iris buah ataupun berlari tanpa akhir sampai bosan mendadak berubah menjadi sebuah game yang begitu kompetitif.

Vainglory The First MOBA on Mobile

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Kalau boleh jujur, Vainglory sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dikatakan sebagai yang pertama, mengingat sudah ada game seperti Heroes of Order and Chaos besutan Gameloft. Namun satu hal yang saya sepakat dengan SEMC adalah bahwa Vainglory merupakan game MOBA mobile pertama dengan gameplay yang unik, kontrol intuitif, namun memiliki kedalaman mekanik yang cukup membuat pemain MOBA kompetitif jadi penasaran; atau bisa dibilang MOBA paling sempurna pertama pada masanya.

Rilis pertama tahun 2014, Vainglory pertama kali tampil dalam presentasi produk Apple iPhone 6. Presentasi tersebut segera memukau para pengguna smartphone karena secara grafis, Vainglory adalah game pertama yang berjalan secara 60 FPS, punya grafis detil, lengkap dengan efek particle dan animasi yang kompleks.

Game ini segera menjadi pusat perhatian, bahkan ketika itu salah satu Youtuber tersohor pun turut memainkannya. PewDiePie sempat bermain Vainglory dan mengunggahnya pada 1 Agustus 2015 lalu. Mengutip salah satu media teknologi ternama VentureBeat, Vainglory berhasil mencapai 1,5 juta pemain aktif bulanan pada 1 Juli 2015 saat baru dirilis.

Kesuksesan ini menggerakan Super Evil Megacorp ke langkah berikutnya. Mencoba meniru kesuksesan League of Legends dan Dota 2, mereka pun mencoba mengembangkan esports Vainglory.

Menjadi esport Mobile Pertama di Dunia dan Indonesia

Sumber: fortune.com
Sumber: fortune.com

Setelah menuai kesuksesan dari perilisan pertamanya di tahun 2014, Vainglory akhirnya mulai menjajaki dunia esport satu tahun berikutnya; tepatnya pada Mei 2015. Ketika itu mereka segera melakukan kerja sama dengan berbagai ekosistem dunia esports, ESL dan OGN Korea salah satunya.

Mengutip Fortune, lewat sebuah kompetisi liga lokal Korsel bertajuk Korean eSports league OGN Vainglory Invitationals pada bulan Juli 2015, Vainglory meraup penonton sampai dengan satu juta orang.

Tak lupa juga gelaran Vainglory Premiere League di September 2015 yang menawarkan total hadiah US$80 ribu dan diikuti oleh 12 tim dari empat kawasan (Amerika Utara, Tiongkok, Korea, dan Eropa) semakin melanggengkan Vainglory sebagai esport mobile games pertama dan terbesar di masanya.

Sementara itu Vainglory sendiri mulai memanas di Indonesia saat tahun 2017. Ketika itu ada Indonesia Games Championship 2017 dan Vainglory 8 Summer Championship Jakarta. Bahkan ketika itu Indonesia baru saja berbangga setelah lolosnya tim Elite8 ke jenjang internasional lewat Vainglory 8 Spring Championship Manila. Tak lupa juga ajang kumpul komunitas terbesar, Halcyon Gathering 2.0, ketika itu juga terjadi di Indonesia.

Gempuran MOBA Mobile Asia Timur dan Munculnya 5v5

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Masih pada tahun 2017, esports Vainglory di Indonesia terbilang dibilang sedang panas-panasnya. Sayangnya, SEMC ketika itu seolah abai dengan gempuran MOBA Mobile asal Tiongkok yang berhasil mengambil hati banyak gamers di Indonesia. Tahun 2017 adalah tahun ketika Mobile Legends mendapatkan banyak perhatian gamers dan industri esports Indonesia.

Potensi esports Mobile Legends terlihat pertama kali saat kualifikasi dan acara utama Mobile Legends SEA Cup (MSC 2017). Event tersebut berhasil membuat venue jadi penuh sesak, yaitu di Gandaria City pada saat kualifikasi dan Mall Taman Anggrek pada saat acara Grand Final. Selain Mobile Legends, Garena Indonesia di sisi lain juga tengah mempersiapkan sesuatu.

Sumber: revivaltv.id
Sumber: revivaltv.id

Garena ingin merilis versi global dari MOBA yang selama ini jadi favorit banyak orang di Tiongkok sana, Kings of Glory. Game tersebut akhirnya rilis di Indonesia dengan nama Mobile Arena dan berganti menjadi Arena of Valor pada Agustus 2017 lalu. Kedua game ini segera menyedot perhatian banyak gamers karena grafis yang lebih enteng di smartphone orang Indonesia, gameplay yang lebih sederhana, dan mudah dipelajari oleh berbagai kalangan. 

Vainglory Worlds 2017, SEMC akhirnya merilis Vainglory 5v5 yang segera memunculkan kontroversi di kalangan komunitas. Ada yang menganggap 3v3 terlalu bergantung pada skill individu yang membuat permainan jadi membosankan dan ada juga yang menganggap 5v5 menghilangkan ciri khas dari Vainglory. Hal ini pada akhirnya menciptakan sebuah dilema tersendiri bagi Vainglory.

Senjakala esport Vainglory di Tahun 2018

Sumber: gankstars.gg
Sumber: gankstars.gg

Berlanjut ke tahun 2018 yang sebenarnya menjadi kebangkitan MOBA Mobile dan mobile esports secara keseluruhan, bagaimana dengan Vainglory? Lucunya tahun 2018 malah jadi momen mati suri Vainglory esport secara global maupun Indonesia.

Secara global, esports Vainglory mulai gonjang-ganjing ketika banyak organisasi mundur. Tim seperti Gankstars, Cloud9, bahkan TeamSoloMid menutup divisi Vainglory mereka. Menanggapi kepanikan komunitas, FlashX pun angkat bicara terkait hal ini. Ia mengatakan bahwa memang Super Evil Megacorp memotong anggaran esport Vainglory yang akhirnya menciptakan permasalahan tersebut

Bagaimana dengan Indonesia? Untungnya berkat bantuan pihak ketiga, kancah kompetitif Vainglory Indonesia masih cukup hangat. Kaskus Battleground Season 1 mengisi kalender esports Vainglory awal tahun 2018. Lalu masuk pertengahan tahun akhir tahun, ada Vainglory Premier League Indonesia yang merupakan liga esports Vainglory yang diselenggarakan secara online oleh tim AGe Network. Lalu ditutup dengan perjuangan tim Elite8 di tingkat Asia dalam kompetisi WESG 2018.

Sumber: revivaltv.id
Herrboy (paling kiri) bersama dengan 2 shoutcaster VG lainnya. Sumber: revivaltv.id

Herry ‘Herrboy’ Sudharma, sebagai salah satu shoutcaster dan penggiat esports Vainglory di Indonesia, angkat bicara soal problematika ini. Ia mengatakan memang salah satu masalah terbesar adalah perkara tingkat kesulitan Vainglory yang lebih tinggi dibanding MOBA mobile lainnya serta kebutuhan spesifikasi smartphone yang juga lebih tinggi. Hal tersebut membuat mobile gamers enggan mainkan Vainglory yang mana hal tersebut memberi efek domino kepada esport Vainglory.

Daniel “Deipno” Lam, salah satu caster senior Vainglory, juga turut menambahkan. Ia merasa bahwa senjakala Vainglory di tahun 2018 adalah akibat SEMC yang seperti salah langkah. Sejak tahun 2017 potensi playerbase Vainglory di Indonesia sudah terlihat jelas lewat Halcyon Gathering 2.0 yang dihadiri seribu orang. Namun alih-alih fokuskan pemasaran di pasar SEA terutama Indonesia, SEMC tetap bersikukuh untuk fokuskan pemasaran Vainglory di Amerika Serikat dan juga Eropa.

Sumber: AGe Network
Sumber: AGe Network

Dari sisi pemain, Heinrich ‘OfficialHein’ Ramli yang merupakan bintang Vainglory asal Indonesia dan salah satu yang paling berjasa menggerakkan esports Vainglory di sini, mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri bahwa SEMC mengambil peran besar dalam redupnya esports Vainglory. Hein selaku atlet Vainglory serta pemilik tim Elite8 mengatakan ada komunikasi yang kurang lancar dari SEMC terhadap tim dan komunitas yang akhirnya membuat esport Vainglory di Indonesia jadi terbengkalai.

Vainglory Cross-platform dan Prediksi Masa Depan Esport Vainglory

Sumber: duniagames.co.id
Sumber: duniagames.co.id

Kemenangan Vainglory pada masanya adalah karena SEMC ketika itu mendorong kemampuan smartphone sampai maksimal, menciptakan game sekelas konsol atau PC yang bisa dimainkan dalam genggaman Anda. Akhir tahun 2018 ini, SEMC mencoba mengulang inovasi tersebut dengan mengampanyekan Vainglory X, MOBA cross-platform pertama yang akan bisa mempertemukan pemain mobile, PC, atau konsol dalam satu pertandingan.

Di Venture Beat, CEO SEMC Kristian Segerstrale mengatakan bahwa game multi-platform adalah masa depan gaming. Namun hal ini tentu mengundang tanda tanya dan keraguan besar karena kehadiran Vainglory di PC berarti akan membawa mereka ke dalam kompetisi bisnis yang lebih berat: menantang langsung dua raksasa MOBA PC yaitu Dota 2 dan League of Legends

Herrboy kembali angkat bicara soal prediksi cross-platform dan kembalinya kejayaan Vainglory di tahun 2019 baik secara player base maupun esports. Ia merasa bahwa hal ini kembali lagi bagaimana keputusan SEMC, apakah ia ingin mengembalikan esports Vainglory atau tidak. Mengingat Fortnite terbilang sukses dengan sistem cross-platform ini, mereka berhasil menciptakan player base yang besar walau tanpa kehadiran event esports internasional.

Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twtich. Sumber: redbull.com
Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twitch. Sumber: redbull.com

Sebab, bagaimanapun juga intinya, hal yang ingin dicapai SEMC adalah membuat Vainglory kembali dimainkan banyak orang. Terkait hal ini, saya sendiri sejujurnya cukup pesimis. Kenapa? Pertama, kehadiran Vainglory di PC tentu akan membuat SEMC harus berhadapan dengan dedengkot MOBA itu sendiri dan membuat persaingan jadi semakin berat.

Kedua, saya juga cukup setuju dengan apa yang selalu jadi opini komunitas dan apa yang dikatakan Deipno; bahwa SEMC selama ini terlihat kurang giat memasarkan Vainglory, terutama di pasar Asia dan SEA. Jika kehadiran cross-platform tidak diiringi dengan kegiatan pemasaran yang aktif, maka jumlah pemain Vainglory mungkin tidak bakal segitunya banyak berubah.

Bagaimana kalau secara esports? Melihat SEMC yang kini lebih fokus kepada pengembangan game Vainglory cross-platform, saya kembali pesimis dengan esports Vainglory di 2019. Sebab sekalipun kampanye Vainglory cross-platform berhasil meningkatkan jumlah pemain, jika SEMC tidak menghendaki kehadiran esports, maka mau tak mau kita harus kubur dalam-dalam harapan kita untuk bisa melihat kembali serunya aksi pemain Vainglory kelas wahid.