Fintech Balai Lelang “Fundo” Tawarkan Alternatif Investasi Baru Jangka Pendek

FSB Indonesia meluncurkan Fundo, platform fintech lelang surat berharga. Platform ini menghubungkan pembeli dan penjual melalui mekanisme penawaran (bidding) yang transparan dan kompetitif. Startup ini didirikan sejak 2019 oleh Aida Sutanto, Co-founder dari Investree yang memiliki segudang pengalaman lainnya di dunia perbankan.

Dalam konferensi pers virtual, Aida menerangkan Fundo menggabungkan prinsip balai lelang dengan fintech, yang menawarkan proses unik dan lebih baik dalam menjual dan membeli surat berharga. “Platform lelang kami secara intrinsik telah dirancang dan diatur untuk dapat menawarkan produk investasi yang didasarkan pada keuntungan, bukan bunga,” ujarnya, Kamis (31/3).

Dia turut menegaskan diferensiasi Fundo dengan p2p lending ataupun perbankan. Beberapa perbedaannya, yakni payung pengawasan yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu; dasar perjanjiannya adalah jual-beli; sementara di p2p lending atau perbankan adalah pinjam-meminjam.

Kemudian, dari istilah imbal hasil yang dipakai di Fundo adalah profit yang didapat sepenuhnya melalui diskonto (potongan) dari surat berharga, bukan bunga; istilah pendanaannya di sebut lot dan cepat dipenuhi dalam sehari, sedangkan di p2p lending butuh waktu seminggu hingga dua minggu sampai kebutuhan dana terpenuhi.

Proses jual-beli surat lelang

Dalam proses kerjanya, Fundo menghubungkan penjual dan pembeli melalui mekanisme penetapan harga yang adil dan proses lelang online surat berharga yang kompetitif. Bagi penjual (UMKM) yang membutuhkan dukungan modal kerja dapat menjadi alternatif di luar opsi yang tersedia saat ini. Sementara untuk para investor individu dan institusi, Fundo menyediakan alternatif investasi dengan pengembalian dana jangka pendek dengan risiko sedang.

Surat berharga yang dilelang UMKM untuk mendapat modal kerja adalah piutang usaha mereka (account receivable/AR). AR itu sendiri transaksi penjualan barang atau jasa kepada klien yang pembayarannya dilakukan secara kredit. AR berbentuk faktur yang berkekuatan hukum karena nantinya akan dikirim ke pelanggan dan harus dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Perusahaan melakukan uji tuntas yang solid dan melaksanakan transaksi hanya dengan bisnis dengan rekam jejak keuangan yang kuat dan memiliki piutang dari perusahaan terkemuka. Aida mencontohkan, rangkaian mitigasi yang dilakukan adalah menilai risiko dari performa keuangan, penjualan tagihan, profil payor, operasional, dan lainnya agar tidak terjadi default.

“Fundo menjual surat berharga dari perusahaan yang sudah bonafide, kami sangat selektif dalam memilih perusahaan penjual. Biasanya kami pilih mereka yang punya akses ke supply ke perusahaan besar karena biasanya di situ mereka sudah tahu prosedurnya.”

Perusahaan juga melakukan serangkaian mitigasi risiko untuk para pembeli surat lelang, seperti asuransi dengan persentase yang berbeda-beda. Semakin besar jaminan asuransi yang diambil, maka persentase keuntungan yang bisa diambil tidak sebesar bila tidak ambil asuransi sama sekali.

Adapun rata-rata keuntungan yang ditawarkan 10%-18% per tahun. Sejauh ini, platform Fundo telah mengakomodasi penjualan surat berharga mencapai Rp2,2 triliun dari 250 UMKM. Aida menargetkan sepanjang tahun ini dapat meningkatkan penjualan surat berharga dengan menjangkau 5 ribu UMKM.

“Untuk memperkenalkan instrumen baru ini memang akan takes time, sama seperti p2p lending awal muncul. Tapi kami akan terus mengedukasi masyarakat dengan menggelar berbagai seminar yang mengundang ahli hukum, dan sebagainya,” pungkas dia.

Google Luncurkan Fundo, Platform Untuk Memudahkan Kreator Mengadakan Event Online Berbayar

Inkubator eksperimental Google, Area 120, baru saja memperkenalkan proyek terbaru mereka yang bernama Fundo. Fundo pada dasarnya merupakan sebuah platform yang dapat dimanfaatkan para kreator konten untuk mengadakan beragam event virtual yang berbayar.

Setelah menjalani masa pengujian selama kurang lebih satu tahun, Fundo kini sudah bisa diakses secara luas oleh kreator di Amerika Serikat dan Kanada. Melihat semakin banyaknya acara yang dihelat secara online selama pandemi ini, kita tidak perlu terkejut melihat timing peluncuran Fundo.

Fundo merupakan sebuah platform yang lengkap. Artinya, kreator tidak perlu repot menentukan layanan video chat yang ingin digunakan, dan mereka juga tidak perlu bingung memikirkan bagaimana cara memproses pembayaran dari para peserta acara. Sebagai gantinya, Fundo mengambil 20% dari total keuntungan yang diperoleh masing-masing kreator.

Sejauh ini Fundo sudah memikirkan setidaknya tiga jenis event virtual yang bisa diadakan: workshop, meet-and-greet, dan sesi video chat 1 lawan 1 plus sesi foto bersama. Kreator tinggal memilih jenis acara yang diinginkan, menentukan jadwal dan jumlah maksimum pesertanya, serta menentukan harga jual tiketnya.

Sesudahnya, acara-acara online itu bisa langsung ditemukan lewat situs Fundo – sejauh ini Fundo belum punya aplikasi mobile. Untuk bisa membeli tiket, peserta harus mendaftarkan diri dulu menggunakan akun Google atau nomor ponsel.

Fundo bukanlah satu-satunya opsi yang bisa dimanfaatkan kreator untuk mengadakan acara online berbayar. Belum lama ini, Facebook juga sempat meluncurkan fitur serupa, akan tetapi yang sepenuhnya menggunakan platform Facebook sendiri.

Beberapa bulan lalu, Airbnb juga memperkenalkan Airbnb Online Experiences dengan konsep yang cukup mirip. Perbedaan utamanya, Airbnb hanya memfasilitasi keperluan promosi dan pembayaran acara saja, sebab sang penggagas acara masih harus menggunakan platform eksternal seperti Zoom.

Fundo hingga kini masih berstatus eksperimental, dan tidak ada yang berani menjamin akan masa depannya. Bisa saja Fundo ditelantarkan begitu saja dan pada akhirnya ditutup saat pandemi telah usai, atau bisa saja Fundo dimasukkan sebagai salah satu fasilitas yang kreator tawarkan pada program membership di channel YouTube mereka masing-masing.

Sumber: Variety.