Flip Grip Persilakan Anda Menikmati Game Arcade di Nintendo Switch Secara Vertikal

Karena bisa dinikmati sebagai handheld atau home console, Nintendo Switch boleh disebut sebagai perangkat game paling fleksibel yang tersedia saat ini. Salah satu faktor pendorong kesuksesannya adalah ketersediaan aksesori pendukung Switch, baik resmi dari Nintendo ataupun third-party, yang membuat kegiatan gaming di sana jadi lebih nikmat.

Selain game-game eksklusif dan judul-judul blockbuster multi-platform, Nintendo juga sudah menghadirkan permainan-permainan arcade klasik seperti Ikaruga, Pac-Man serta port resmi Donkey Kong. Dalam memanjakan konsumennya, sang perusahaan hiburan Jepang itu memang patut diacungi jempol. Namun ada satu masalah: bagian kickstand dan slot Joy-Con sejauh ini belum mendukung format vertikal game arcade.

Flip Grip 1

Solusi atas kendala ini diajukan oleh tim Fangamer. Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan Flip Grip, yaitu aksesori tambahan yang memungkinkan tablet Switch diposisikan secara vertikal di tengah-tengah controller. Jalan keluar dari Fangamer tersebut sederhana sekaligus brilian. Dengannya, tidak ada pixel di layar yang terbuang sia-sia.

Flip Grip hadir berupa adaptor. Di sisi kiri dan kanan terdapat slot untuk mencantumkan Joy-Con. Selanjutnya, tablet Switch dimasukkan ke celah secara vertikal. Ukuran Flip Grip telah disesuaikan dengan dimensi Switch sehingga ia tetap mengekspos port audio, slot kartu microSD serta game card. Aksesori ini juga tidak menutup console secara erat, memastikan sirkulasi udaranya tetap optimal.

Flip Grip 5

Dalam uji coba yang Fangamer lakukan, tidak ada peningkatan temperatur di Switch ketika dipasangkan ke Flip Grip, meskipun console hybrid itu digunakan secara intensif buat menjalankan game bergrafis berat seperti The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Fangamer merancang Flip Grip agar hanya bisa beroperasi di mode baterai. Ketika terpasang, Anda tidak dapat men-charge-nya. Dengan begini, Switch tidak bekerja secara ‘maksimal’, dimaksudkan agar tidak menghasilkan panas terlalu tinggi dan sistem pendingin beroperasi secara wajar.

Flip Grip 3

Anda juga tak perlu mencemaskan daya tahannya. Flip Grip terbuat dari plastik PC/ABS molded injection. Material ini ekonomis, serta lebih kuat dan lentur dari plastik 3D printer standar. Fangamer menjamin Flip Grip mampu ‘menahan tumpahan emosi yang mungkin Anda keluarkan saat bermain’, dan mengunci masing-masing komponen Switch (tablet serta Joy-Con) dengan mantap.

Selain judul-judul yang saya sebutkan di atas, ada cukup banyak game yang lebih optimal dimainkan secara vertikal, di antaranya: Terra Cresta, Danmaku Unlimited 3, Gunbarich, Gunbird 1 dan 2, Dig-Dug, Galaga serta Galaga ’88, Strikers 1945 dan sekuelnya, hingga Samurai Aces.

Flip Grip 2

Tidak ada dampak negatif dari membeli Flip Grip. Harganya murah, mudah dipasang, dan ia merupakan investasi berharga bagi pemilik Switch yang mencintai game-game arcade lawas. Aksesori ini bisa Anda pesan di Kickstarter, dijajakan seharga US$ 12 dan akan mulai didistribusikan pada bulan November 2018.

RepliCade Adalah Miniatur Mesin Arcade Berlisensi Resmi Atari

Walaupun tersedia banyak cara untuk menikmati permainan-permainan retro, nostalgia dikalangan gamer veteran belakangan jadi semakin terasa berkat perilisan Nintendo Entertainment System Mini dan SNES Classic Edition, serta pengumuman console  Ataribox. Dan fans setia Atari kemungkinan tak mau melewatkan penawaran menarik dari New Wave Toys ini.

Lewat Kickstarter, tim yang terdiri dari inventor asal Vancouver itu memperkenalkan kreasi unik mereka: RepliCade Amusements, yaitu versi mungil mesin game arcade – mirip Adafruit dan Tiny Arcade. Bedanya, RepliCade betul-betul memperoleh lisensi resmi dari Atari, dan bukan sekedar miniatur. Device diklaim diracik dengan sangat akurat, baik dari sisi desain, input kendali, hingga konten.

RepliCade mengusung skala 1 banding 6, memiliki dimensi 30×13,2×11,4-sentimeter. Ukurannya tidak terlalu besar sehingga mudah dipindahkan, dan tak terlalu kecil, agar tetap nyaman dimainkan. New Wave Toys merancangnya agar device tersebut bisa dikendalikan oleh jari; dan memanfaatkan kombinasi material kayu, logam, plastik dan karet layaknya mesin arcade sungguhan.

RepliCade Mini Centipede 1

Penampilan RepliCade Amusements sangat meyakinkan. Di sana ada dua tombol coin return credit khas berwarna merah, serta pintu koin dari logam. Selain itu, RepliCade dilengkapi speaker 3-Watt yang ‘mampu mereproduksi audi seccara akurat’. Di varian ini, RepliCade dirancang untuk menjalankan game Centipede; sehingga artwork di bagian samping dan depan disesuaikan dengan tema permainan itu (juga dilapisi coating khusus agar ilustrasi tidak mudah rusak), serta memanfaatkan kendali berupa trackball.

RepliCade Mini Centipede 2

Pintu koin dan tombolnya bukan sekedar pajangan. Mereka berhubungan dengan permainan, berfungsi buat menambah ‘credit‘ serta mengakses menu. Ukuran trackball dan tombol tentu saja disesuaikan agar tidak terlampau kecil meski volume RepliCade hanya satu per enam mesin game arcade standar. New Wave Toys berjanji, semua unit RepliCade menyajikan ROM asli permainan.

Untuk kelengkapan lainnya, RepliCade sudah memanfaatkan pendekatan modern. Device dibekali layar LCD seluas 3,5-inci dengan rasio 4:3 vertikal, switch power, serta kenop pengaturan volume. RepliCade menyimpan baterai built-in, bisa diisi ulang via kabel microUSB.

Karena komitmen buat memanfaatkan ROM orisinal, sepertinya masing-masing varian RepliCade hanya dapat menjalankan satu permainan, dan New Wave Toys berencana untuk menciptakan mesin arcade miniatur resmi lainnya .

RepliCade Amusements ‘Mini Centipede’ dapat Anda pesan sekarang di Kickstarter. Produk dijual mulai dari harga US$ 90, akan didistribusikan pada bulan April 2018.

 

Sega Luncurkan Game Arcade Balap Baru, Sega World Drivers Championship 2018

Invasi console dan kemudahan menikmati video game di rumah merupakan faktor utama yang membuat industri mesin arcade tumbang hampir di seluruh wilayah di dunia. Hampir, karena industri arcade ternyata masih cukup populer di Jepang, dan Sega ialah perusahaan penghasil mesin arcade terbesar saat ini. Mereka memiliki 500 permainan dan 70 franchise.

Melalui pelepasan trailer minggu lalu, sang publisher Jepang itu mengumumkan game arcade baru kreasi mereka, sebuah permainan simulasi balap berjudul Sega World Drivers Championship 2018. Penyajiannya memadukan elemen-elemen klasik yang begitu digemari para gamer di era 90-an dengan teknologi modern. Permainan telah mengusung sertifikasi Super GT, dan saat ini developer sedang siap-siap melangsungkan uji coba di negara itu.

Sega World Drivers Championship 2018 3

Sega World Drivers Championship 2018 merupakan game arcade pertama yang Sega rilis sejak tahun 2008-2009 (tanpa menyertakan permainan racing adaptasi dari manga/anime Initial D). Sega tampaknya ingin memastikan game ini lebih istimewa dengan visual yang tak kalah dari permainan-permainan simulasi populer di console seperti Gran Turismo Sport, Forza Motorsport 6 dan Project Cars. Karena alasan itu, Sega menggarapnya dengan engine Unreal 4.

Kabarnya, Sega World Drivers Championship 2018 siap merangkul berbagai jenis pecinta balap dan tingkat keahlian – dari mulai pemula sampai para veteran – sembari mencoba mensimu-lasikan pengalaman Super GT yang realistis. Trailer-nya sendiri belum menampilkan gameplay dari Sega WDC 2018, namun Sega Jepang sempat menyebutkan eksistensi dari kelas balap GT300 dan GT500.

Berdasarkan terjemahan kasar dari info yang ada di website, Sega World Drivers Championship 2018 akan menyajikan beragam jenis mobil, dari mulai buatan Jepang hingga Eropa dan Amerika. Di periode uji coba, para tester bisa menjajal Toyota 86, Toyota Prius dan Subaru BRZ. Selain dua nama ini, brand-brand mobil yang dikonfirmasi hadir di game meliputi Lexus, Nissan serta Honda. Opsi mobil berbeda disuguhkan via game card, dan tiap-tiap kendaraan mendapatkan sponsor dari masing-masing perusahaan otomotif.

Sega World Drivers Championship 2018 1

Super GT sendiri adalah seri turnamen tahunan yang dimulai di tahun 1993, memperoleh izin dari Japan Automobile Federation dan disponsori oleh GT Association. Mobil-mobil di sana dibagi menjadi dua grup: GT500 menandai kendaraan-kendaraan bertenaga tak lebih dari 500-horse power, sedangkan GT300 dibatasi di 300-horse power.

Tahap uji coba SWDC 2018 rencananya akan dilangsungkan di fasilitas-fasilitas hiburan milik Sega, di Akihabara dan Ikebukuro, mulai tanggal 28 sampai 30 Juli 2017.

Via Arcade Heroes & Eurogamer.

Penggemar Coba Ciptakan Versi Sungguhan Permainan Pong

Mendapatkan tempat khusus di hati para gamer veteran, Pong adalah video game arcade bertema olahraga pertama. Di sana, Atari mencoba mengadopsi permainan tenis meja ke grafis dua dimensi. Meskipun judul seperti Computer Space hadir lebih dulu darinya, Pong merupakan game yang sukses secara komersial dan mengangkat kepopularitasan arcade.

Lebih dari empat dekade semenjak perilisannya, seorang penggemar bernama Daniel Perdomo menunjukkan kecintaannya terhadap Pong dengan berupaya membuat versi sungguhannya. Upaya tersebut, Perdomo namai Table Pong Project, ternyata lebih unik dari perkiraan sang inventor. Meski awalnya terinspirasi dari tenis meja, Table Pong Project malah menyerupai mainan air hockey.

Table Pong Project 2
Versi prototype-nya menyerupai meja kopi.

Wujudnya memang seperti yang kita bayangkan. Game dinikmati di atas meja berwarna hitam, ada bola berbentuk kubus dan juga sepasang bantalan pemukul di kedua area papan. Layaknya Pong di arcade, bola dan paddle tertambat ke meja dengan menggunakan magnet, sehingga kita tetap harus memainkannya secara dua dimensi. Perdomo bermaksud untuk tetap berpegang teguh pada desain asli permainan.

Proses pembuatannya tidak mudah, Perdomo dan kawan-kawannya menghabiskan dua tahun untuk membangun versi mekanik ini, memanfaatkan 3D printing, las, serta kemahiran DIY lain. Model purwarupa sendiri membutuhkan proses pengembangan ekstensif, karena developer cuma bisa menyusunnya di waktu luang mereka. Semua informasi diperoleh dari video-video YouTube, Google dan forum online.

Table Pong Project
Table Pong Project dirancang sedemikian rupa agar menyerupai versi arcade-nya.

Dalam wawancara bersama Killscreen, ide Table Pong Project muncul setelah Daniel bermain-main dengan magnet bersama putrinya. Komponen magnet merupakan solusi sekaligus tantangan besar bagi developer. Tim harus memastikan keseimbangan antara daya tarik, jarak, bobot bola dan tipe permukaan meja. Jika magnet terlalu lemah, maka bola tidak bisa mengikuti perubahan arah tiba-tiba. Namun seandainya terlalu kuat, gaya gesek jadi besar dan bola tak dapat bergerak cepat.

Melalui kerja keras Perdomo dan timnya, Table Pong Project terhidang layaknya Pong di arcade. Ia memiliki sensasi presisi dengan gerakan yang mulus, seluruhnya bekerja secara makanik. Developer tak lupa membubuhkan unit controller terpisah (tentu saja tidak langsung dikendalikan dari paddle seperti air hockey), serta board Arduino ditambah display LED buat memperlihatkan skor.

Perdomo dan kawan-kawan masih menyempurnakan Table Pong Project, dan belum mengumumkan harga serta memberi tahu kapan perangkat itu dapat dibeli. Tapi Anda bisa mengawasi pengembangannya via Facebook mereka.

Sumber: Table Pong Project.

Tiny Arcade Ialah Versi Modern Sekaligus Miniatur Mesin Gaming Arcade

Meskipun game arcade tersingkir karena kemunculan console, faktor kesederhanaan penyajiannya mencuri hati banyak orang. Konsumen umum mungkin tidak memiliki ruang (dan dana) untuk mengoleksi mesin arcade, untungnya, sejumlah judul kembali muncul dalam bentuk game mobile. Tapi jika mereka masih belum memuaskan hasrat nostalgia Anda, Ken Burns punya alternatifnya.

Sang developer asal Ohio itu mengajukan sebuah ide unik. Begitu uniknya, kampanye crowdfunding Burns di Kickstarter berhasil mengumpulkan dana tiga kali lipat dari target awal. Di sana, ia memperkenalkan Tiny Arcade, yaitu miniatur mesin arcade. Tiny Arcade sangat mungkil, kita bisa menggenggam atau mengantonginya, dan Anda tidak perlu memasukkan koin tiap kali mau main.

Lewat Tiny Arcade, Ken Burns mempunyai visi untuk menghadirkan pengalaman menikmati arcade di mana pun. Perangkat ini dijanjikan bisa menjalankan bermacam-macam permainan retro, semuanya disuguhkan gratis. Beberapa judul yang telah disebutkan antara lain adalah Flappy Birdz, Tiny Invaders, Asteroids, dan Tiny Outrun. Nama-nama tersebut memang familier, tapi sebetulnya bukanlah game dari developer aslinya.

Tiny Arcade 02

Jangan cemas seandainya Anda menginginkan game-game lawas tulen. Burns dan tim berencana menghadirkan lebih dari 20 permainan klasik setelah Tiny Arcade dirilis. Dan karena mengusung konsep open source, developer lain dipersilakan mengembangkan dan meluncurkan karya mereka. Walaupun pembuatannya didorong oleh rasa nostalgia, kita perlu ingat bahwa Tiny Arcade merupakan device modern.

Tiny Arcade sebetulnya tersusun atas TinyCircuits, sebuah platform Arduino modular seukuran koin yang bisa ditumpuk ala Lego. Sebagai input kendali, pengembang membubuhkan miniatur joystick analog dan dua tombol fisik; kemudian turut melengkapinya dengan speaker, baterai Lithium, slot kartu microSD dan port USB build-in untuk mengisi ulang baterai (serta reprogramming).

Tiny Arcade 03

Layar tempat Anda bermain bukan lagi berjenis CRT. Panel memanfaatkan tipe OLED, memastikan gambarnya tajam dan cerah. Lewat display dan dukungan format TinyScreen, kita bisa menggunakannya buat menonton video MP4. Untuk instalasi permainan, Anda cukup mengunduhnya ke microSD. Setelah dimasukkan, Tiny Arcade dapat segera mendeteksinya.

Ada dua tipe bundel Tiny Arcade. Pertama yaitu unit yang sudah dirakit dan siap dimainkan, dengan case akrilik hitam plus stiker lengkap. Jika Anda tidak keberatan bersusah-susah sedikit, saya menyarankan versi DIY-nya. Proses merakitnya mudah, mirip puzzle jigsaw, tanpa memerlukan lem. Anda dapat memilih material akrilik transparan atau kayu.

Tiny Arcade bisa dipesan sekarang melalui Kickstarter, dibanderol mulai dari US$ 60. Rencananya proses pengiriman pada backer akan dilaksanakan di bulan Maret 2016.