Microsoft Flight Simulator Siap Lepas Landas 18 Agustus 2020

Penantian panjang penggemar game simulasi akhirnya bakal segera terbayarkan. Microsoft Flight Simulator sudah punya jadwal rilis resmi: sehari setelah perayaan kemerdekaan RI, atau persisnya 18 Agustus 2020.

Apa saja yang bisa kita ekspektasikan dari salah satu permainan paling ambisius garapan Asobo Studio ini? Banyak, salah satunya dunia dengan skala yang amat besar, dan yang sudah diisi dengan lebih dari 37 ribu bandara, 1,5 miliar gedung, 2 triliun pohon, gunung, jalanan, sungai, dan masih banyak lagi. Sekadar mengingatkan, pengembangnya sampai harus meminta bantuan platform cloud Microsoft Azure untuk mengakses data geografis sebesar 2 petabyte.

Bukan cuma besar, dunianya juga diklaim ‘hidup’, terutama berkat simulasi lalu lintas penerbangan berdasarkan data yang dicomot dari dunia nyata (pemain dapat menjumpai pesawat-pesawat lain yang sedang mengambil rute serupa di kenyataan), serta efek cuaca yang dinamis dan realistis.

Tingkat kesulitan dalam game ini benar-benar dapat disesuaikan dengan selera dan kemampuan masing-masing pemain. Mau memiliki kontrol manual sepenuhnya? Bisa saja. Sebaliknya kalau mau serba dituntun, game juga siap menyajikan panduan yang lengkap dan interaktif sehingga pemain tidak melewatkan satu pun langkah persiapan sebelum pesawat lepas landas.

Microsoft Flight Simulator bakal ditawarkan dalam tiga edisi yang berbeda (pre-order sudah bisa dilakukan mulai sekarang). Rinciannya adalah sebagai berikut:

  • Standard Edition seharga $60 yang mencakup 20 pesawat dan 30 airport dengan tingkat detail yang sangat akurat
  • Deluxe Edition seharga $90 dengan 25 pesawat dan 35 airport
  • Premium Deluxe Edition seharga $120 dengan 30 pesawat dan 40 airport

Jadi kalau mau menikmati Microsoft Flight Simulator sepenuhnya, pilihan yang paling tepat tentu saja adalah Premium Deluxe Edition yang harganya dua kali lipat versi standarnya. Dalam versi ini, bandara super-populer seperti Dubai International Airport maupun Heathrow Airport di London mempunyai tingkat detail yang jauh melebihi bandara yang sama di versi standarnya.

Soal pesawat pun juga demikian. Boeing 787-10 Dreamliner hanya bisa kita telusuri dengan tingkat detail yang paling maksimal pada Premium Deluxe Edition. $120 memang terdengar sangat mahal, tapi kita juga tidak boleh lupa bahwa game ini memang menuntut spesifikasi PC yang tinggi. Kalau Anda sanggup membeli Nvidia RTX 2080, tentunya Anda tidak akan keberatan dengan harganya, bukan?

Microsoft Flight Simulator Standard Edition juga akan tersedia bagi para pelanggan Xbox Game Pass di hari peluncurannya nanti. Belum diketahui seperti apa mekanismenya seandainya pelanggan juga ingin menikmati seluruh konten pada Premium Deluxe Edition.

Sumber: Xbox Wire.

Developer SimCity Pernah Punya Divisi Khusus untuk Mengembangkan Game Simulasi Profesional

Tidak selamanya video game diciptakan murni untuk membuang waktu pemain dan membiarkannya bersenang-senang. Beberapa game, khususnya yang masuk kategori simulasi macam SimCity, rupanya juga kerap dipakai untuk belajar satu atau dua hal kalau berdasarkan pengakuan walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

Terlepas dari itu, SimCity tetap merupakan game yang punya tujuan untuk menghibur ketimbang jadi referensi yang akurat. Kreator aslinya, Will Wright, pernah menyampaikan dalam sebuah wawancara bahwa SimCity ibarat karikatur dari sistem tata kota, bukan gambaran realistisnya.

Namun tahukah Anda kalau Maxis (developer SimCity) pernah punya divisi khusus untuk mengembangkan game simulasi profesional? Divisi itu bernama Maxis Business Simulations, dan ceritanya bermula dari popularitas game perdana Maxis, yakni SimCity.

Dirilis di tahun 1989, SimCity berhasil mengubah pandangan publik terhadap game simulasi. Popularitasnya memicu demand atas game simulasi yang lebih profesional, yang bisa memberikan gambaran yang lebih realistis. Bukan cuma terkait tata kota saja, tapi juga bidang-bidang lain seperti industri migas maupun medis.

Sekitar tiga tahun pasca SimCity, tepatnya di bulan Juli 1992, Maxis secara diam-diam mengakuisisi sebuah perusahaan bernama Delta Logic dan mengubahnya menjadi Maxis Business Simulations (MBS). Tujuan utama didirikannya MBS adalah untuk memenuhi permintaan-permintaan absurd dari berbagai perusahaan yang meminta Maxis untuk membuatkan game simulasi buat mereka.

Tampilan SimRefinery langsung mengingatkan saya pada SimFarm / Internet Archive
Tampilan SimRefinery langsung mengingatkan saya pada SimFarm / Internet Archive

Klien pertama MBS adalah Chevron. Salah satu perusahaan migas terbesar di dunia itu mengontrak Maxis untuk membuatkan game seperti SimCity, tapi yang mengajarkan seputar cara kilang minyak beroperasi. Beberapa bulan setelahnya, prototipe game berjudul SimRefinery resmi MBS serahkan ke Chevron agar bisa dipakai dalam pelatihan karyawan-karyawannya.

“Prototipe”, kuncinya ada di kata tersebut, dan SimRefinery tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi publik. Namun itu tidak mencegah seorang mantan pegawai Chevron untuk mengunggah isi disket SimRefinery ke Internet Archive dan mempersilakan kita bermain-main dengannya secara langsung setelah laporan mendetail tentang Maxis Business Simulations dipublikasikan.

SimRefinery punya tampilan yang sangat mirip seperti SimFarm. Beberapa aset grafiknya bahkan diambil langsung dari SimFarm dan hanya diubah sedikit warnanya, akan tetapi gameplay-nya jauh lebih kompleks dan luar biasa sulit untuk dipahami kecuali Anda punya pengalaman belajar di bidang teknik kimia.

Selain SimRefinery, MBS masih punya banyak lagi game simulasi profesional seperti SimHealth, TeleSim, SimNavy, dan lain sebagainya yang sempat mereka garap di sepanjang kiprahnya hingga tahun 1998. Kalau Anda punya waktu luang, silakan baca kisah super lengkapnya di Obscuritory.

Sumber: Ars Technica.

Natsume Umumkan Harvest Moon: One World untuk Nintendo Switch

Pemilik Nintendo Switch, bersiaplah menyambut game Harvest Moon baru tahun ini. Berjudul resmi Harvest Moon: One World, game ini digarap oleh Rising Star Games, yang sebelumnya dipercaya Natsume untuk mengerjakan Harvest Moon: Mad Dash.

One World mengangkat kisah yang cukup unik, di mana buah dan sayur tak lagi eksis di dunia. Entah bagaimana game ini akan menyisipkan elemen berkebun dan bertani di kondisi dunia yang seperti itu, namun yang pasti One World juga akan menitikberatkan pada elemen eksplorasi dengan mengajak pemain menelusuri beragam lokasi, bukan cuma kota terdekat dari kediaman sang lakon.

Developer-nya tak lupa menyinggung soal engine baru yang dipakai untuk mengembangkan One World. Sayang sejauh ini belum ada screenshot maupun video trailer yang dirilis, sehingga kita belum bisa mendapat gambaran grafiknya bakal sebagus apa.

Buat yang penasaran mengapa game ini hanya akan dirilis di Nintendo Switch – apalagi mengingat game sebelumnya, Harvest Moon: Light of Hope, tersedia di seluruh platform – kemungkinan Natsume dan Rising Star terinspirasi oleh kesuksesan Animal Crossing: New Horizons belum lama ini. Gaya bermain pengguna Switch yang cenderung santai tentunya sangat cocok disasar oleh game simulasi semacam ini.

Hype terhadap seri Harvest Moon memang sudah tidak sebesar dulu lagi. Seperti yang kita tahu, franchise ini sudah lama ditinggalkan oleh kreator aslinya, Yasuhiro Wada. Beliau kini punya studio game-nya sendiri, dan di tahun 2018 lalu, merilis game berjudul Little Dragons Cafe yang tak kalah menarik dari seri Harvest Moon maupun Story of Seasons.

Sumber: Rising Star Games via IGN.

Tak Hanya Menuntut Spesifikasi Tinggi, Microsoft Flight Simulator Juga Memerlukan Koneksi yang Mumpuni

Ambisius, satu kata itu bisa menggambarkan skala realisme yang bakal ditawarkan Microsoft Flight Simulator. Game simulasi garapan Asobo Studio itu tak hanya mempersilakan para pemain menjelajah seluruh penjuru dunia, tapi juga mampir ke 37.000 bandara yang ada di muka Bumi.

Itu semua tanpa melupakan kualitas grafisnya yang memukau, seperti yang bisa kita lihat dari trailer-nya. Bagian-bagian pesawat kelihatan begitu mendetail, simulasi cuacanya juga tampak amat realistis. Tidak heran apabila game ini akan menuntut spesifikasi PC yang cukup tinggi.

Persyaratan spesifikasi Microsoft Flight Simulator

Benar saja, seperti yang tercantum pada tabel di atas, spesifikasi minimumnya saja sudah tergolong cukup gres. Uniknya, selain spesifikasi yang direkomendasikan, developer juga mencantumkan spesifikasi PC ideal yang menurut mereka baru cukup untuk menyajikan Microsoft Flight Simulator secara maksimal.

Satu yang agak mencuri perhatian adalah, tiga tingkatan spesifikasi itu menuntut bandwith koneksi internet dalam jumlah yang berbeda. Apakah ini berarti Microsoft Flight Simulator hanya bisa dimainkan secara online?

Ya, sebab game ini banyak memanfaatkan platform cloud Microsoft Azure. Untuk me-render seluruh isi Bumi misalnya, game perlu mengakses data geografis sebesar 2 petabyte (2.000 TB) yang tersimpan di Microsoft Azure. Lalu mengapa game masih menuntut 150 GB kapasitas hard disk?

Microsoft Flight Simulator

Berdasarkan hasil wawancara The Guardian dengan pengembangnya, Microsoft Flight Simulator bakal dilengkapi mode offline. Persisnya bagaimana mode offline itu bekerja belum diketahui, tapi kemungkinan besar ada banyak fitur dalam game yang harus dipangkas.

Satu yang pasti adalah simulasi lalu lintas udara secara real-time. Jadi selain menampilkan banyak pemain sekaligus, Microsoft Flight Simulator juga akan menyimulasikan sejumlah penerbangan yang sedang berlangsung di dunia nyata. Fitur semacam ini tentunya memerlukan koneksi ke server secara konstan, sehingga besar kemungkinan tak akan tersedia pada mode offline.

Jadi jangan kaget kalau spesifikasi idealnya menuntut koneksi internet secepat 50 Mbps. Game seambisius Microsoft Flight Simulator rupanya juga membutuhkan spesifikasi komputer yang tak kalah ambisius.

Via: PC Gamer.

Microsoft Flight Simulator Bakal Sajikan Semua Bandara yang Ada di Bumi

Simulasi merupakan salah satu genre video game yang paling gampang dinilai. Pasalnya, faktor yang selalu akan dijadikan tolok ukur utama adalah realisme. Semakin mendekati kenyataan suatu game simulasi, semakin bagus dan menarik ia untuk dimainkan. Sederhananya demikian.

Tentu saja masih ada faktor lainnya, semisal faktor narasi sebagai bumbu penyedap, tapi kalau dihadapkan dengan game yang membawa nama “Simulator” di judulnya, sudah pasti saya akan menilai seberapa akurat game tersebut dalam menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Realisme sangat penting dalam game simulasi, dan Microsoft Flight Simulator tampaknya tidak mau main-main soal ini.

Diumumkan di event E3 tahun lalu, Microsoft Flight Simulator pada dasarnya merupakan reboot total dari franchise yang terlahir 37 tahun silam tersebut. Trailer-nya sudah menunjukkan grafis yang memukau, tapi ternyata developer Asobo Studio yang mengerjakannya juga ingin memamerkan betapa mendetailnya game ini, relevan dengan kondisi yang sebenarnya.

Lewat sebuah video, Sven Mestas selaku lead game designer Asobo memaparkan bahwa Microsoft Flight Simulator bakal menyajikan semua bandara yang ada di Bumi. Ya, semua, atau spesifiknya 37.000 airport yang mereka buat berdasarkan data satelit beserta data asli lainnya.

Sebagai pembanding, Microsoft Flight Simulator X yang dirilis di tahun 2006 ‘hanya’ dibekali dengan 24.000 airport. Mulai dari airport kecil di kawasan pegunungan dengan landasan terbang yang pendek, sampai tentu saja airport megah di kota-kota besar, semuanya bakal bisa disinggahi pada Microsoft Flight Simulator terbaru, yang dijadwalkan dirilis tahun ini juga.

Microsoft Flight Simulator

Kembali ke topik realisme, Asobo memastikan semua bandaranya mereka kerjakan seakurat dan seteliti mungkin, mulai dari bentuk landasan terbangnya, sampai simbol dan indikator yang memenuhinya. Asobo bahkan juga memerhatikan titik-titik parkir pesawat di tiap-tiap bandara, lagi-lagi dengan memadukan data satelit dari Bing Maps sekaligus data asli.

Khusus untuk 80 bandara terpopuler, Asobo bilang detailnya bahkan bakal lebih lengkap lagi. Selain desain airport yang menyerupai aslinya, Microsoft Flight Simulator juga akan menyimulasikan ‘kehidupan’ di bandara sehingga pemain juga bisa merasakan kesibukan di bandara sehari-harinya.

Jujur saya bukanlah penggemar berat genre simulasi – terkecuali Cities: Skylines – akan tetapi saya mungkin bakal memainkan game ini hanya demi merasakan realisme luar biasa yang ditawarkannya.

Sumber: Eurogamer.

Game Unik PC Building Simulator Kini Tersedia di PS4, Xbox One dan Nintendo Switch

Berawal dari keisengan seorang developer asal Rumania, PC Building Simulator telah berevolusi menjadi game yang resmi dijual di Steam. Sekarang, game yang mengajak kita menjadi ahli dalam merakit PC itu juga sudah tersedia di tiga console terpopuler: PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Sepintas game simulator bakal terdengar membosankan, akan tetapi PC Building Simulator rupanya turut dilengkapi dengan Career Mode yang cukup menarik. Dikisahkan bahwa Anda tengah dititipi toko komputer oleh paman Anda, dan Anda harus meneruskan bisnisnya dengan menerima permintaan klien via email.

Anggap saja ini Stardew Valley, hanya saja yang diwariskan bukanlah kebun, melainkan bisnis komputer rakitan. Permintaan yang datang dari konsumen tentu beragam, mulai dari yang sederhana seperti sebatas membersihkan casing berdebu, memberantas virus, mengganti modul RAM dengan yang baru, sampai yang lebih kompleks seperti mengganti prosesor sekaligus motherboard-nya.

PC Building Simulator

Di samping Career Mode, tentu saja yang menjadi andalan game ini adalah Free Build Mode. Di sini Anda bebas berkreasi merakit PC impian Anda, dengan ribuan pilihan komponen dari brandbrand asli yang merujuk pada versi nyatanya. Kalau Anda berencana menambahkan sistem liquid cooling bersifat custom, game ini setidaknya bisa menjadi kelinci percobaan sebelum mempraktekkannya secara langsung.

Detail yang disajikan game ini tergolong mengesankan. Utak-atik BIOS bahkan juga merupakan langkah yang tak bisa dihindari, persis seperti saat kita merakit PC sesungguhnya. Overclocking juga merupakan bagian penting dalam game ini, dan kalau kita tidak jeli, Blue Screen of Death (BSOD) pun siap menyambut.

Memainkan PC Building Simulator di console mungkin akan terdengar agak aneh awalnya, tapi tidak ada salahnya bagi yang gemar memainkan game simulator yang kompleks, realistis sekaligus amat mendetail.

Sumber: PlayStation Blog.

Seed Adalah MMO Simulasi Berskala Masif yang Meleburkan Elemen Sejumlah Sub-Genre Strategi

Selama beberapa tahun terakhir, sebuah startup bernama Improbable berhasil mencuri perhatian industri gaming, terutama di mata developer indie yang tertarik mengembangkan game MMO (massively multiplayer online), dan bahkan Google sekalipun. Platform yang mereka kembangkan, SpatialOS, dirancang supaya developer bisa berfokus pada komponen utama game-nya, dan tidak usah memusingkan elemen online-nya.

Hingga kini memang belum banyak game yang memanfaatkannya, dan beberapa malah masih dalam tahap pengembangan awal (pre-alpha). Seperti salah satunya game berjudul Seed garapan Klang Games berikut ini. Yang unik dari Seed adalah peleburan elemen-elemen dari banyak genre sekaligus, mulai dari RTS, 4X, simulasi sampai survival.

Seed by Klang Games

Dalam Seed, tugas pemain pada dasarnya adalah mengendalikan sejumlah karakter yang tengah berusaha membangun ulang peradaban di suatu planet asing usai meninggalkan Bumi. Kira-kira seperti The Sims, tapi jauh lebih kompleks, apalagi karena Seed merupakan sebuah game MMO.

Berkat platform rancangan Improbable, ribuan pemain Seed (dengan sejumlah karakternya masing-masing) dapat bertemu dan berkolaborasi dalam misi kolonisasi atas planet tersebut. Interaksi antar pemain yang berujung pada pengambilan keputusan demi keputusan bakal berdampak langsung pada kesehatan ekonomi di planet tersebut.

Seed by Klang Games

Filosofi community-driven ini pasti bakal mengingatkan kita pada EVE Online, dan ternyata sejumlah pentolan Klang Games memang punya pengalaman dalam pengerjaan EVE. Pada akhirnya, skenario endgame Seed bisa sangat beragam tergantung bagaimana pemain berinteraksi satu sama lain dalam upaya kolonisasinya.

Video teaser Seed yang ada di bawah masih berstatus pre-alpha, akan tetapi kita bisa mendapatkan gambaran terkait skala masifnya yang dipadukan dengan dunia yang persistent. Seed belum punya jadwal rilis, akan tetapi pengembangnya semestinya bakal bekerja lebih keras mewujudkannya usai mendapat suntikan dana investasi segar sebesar $8,95 juta belum lama ini.

Via: TechCrunch.

Rayakan Ulang Tahun ke-20, Natsume Akhirnya Akan Hadirkan Harvest Moon di PC

Seri permainan Harvest Moon menempati tempat spesial di hati para gamer baik hardcore maupun casual. Pertama kali di rilis di console Super Nintendo, permainan role-playing sekaligus simulasi bercocok tanam itu selanjutnya dihadirkan di berbagai console dan perangkat game handheld, kecuali pada satu platform: Windows PC.

Sejauh ini, gamer PC cukup berbahagia dengan kehadiran Stardew Valley. Tak hanya mengisi absennya Harvest Moon, game ini juga dibekali gameplay yang lebih lengkap. Namun jika Anda masih mendambakan permainan Harvest Moon sejati, Natsume punya satu berita gembira. Bertepatan dengan ulang tahun ke-20 franchise ini, sang publisher menyingkap rencana buat melepas Harvest Moon: Light of Hope di PC serta sejumlah console current-gen.

Light of Hope adalah judul terbaru di seri Harvest Moon. Game ini pertama kali diumumkan lewat Twitter resmi Natsume pada bulan Mei 2017 kemarin, dan baru di ajang E3 2017 Natsume mengungkap detailnya lebih rinci. Seperti di sebelumnya, Anda akan bermain sebagai petani, kali ini setelah karakter tersebut terdampar di kota asing. Salah satu tugas utama Anda adalah memperbaiki mercusuar yang rusak.

Di sisi visual, game ini hampir menyerupai Seeds of Memories (tersedia untuk Android dan iOS). Sistem kendalinya dirancang agar intuitif: jika karakter Anda berada di dekat tanaman yang perlu diberi air, menekan tombol action akan memerintahkannya menyiramkan air; lalu saat karakter tersebut berdiri di samping pohon, tombol yang sama akan memicu gerakan memotong.

Kontrol disesuaikan di masing-masing platform; DualShock di PS4, keyboard dan mouse untuk PC; hanya versi Nintendo Switch yang memperoleh sentuhan istimewa. Di sana, Light of Hope bisa dinikmati dengan menggunakan Joy-Con, Switch Pro Controller serta dikendalikan langsung di layar sentuh.

Selain bercocok tanam, Anda bisa beternak ayam, sapi, keledai dan domba. Lalu sebagai tambahan, fitur ‘candy animals‘ juga dihadirkan lagi. Hewan-hewan ini dapat memberikan bahan-bahan pangan unik, misalnya: sapi coklat akan menghasilkan susu coklat, lalu ‘ayam coklat’ dapat mengeluarkan telur permen.

Tokoh-tokoh NPC yang ada di permainan Harvest Moon sebelumnya juga kembali hadir di Light of Hope. Anda akan bertemu lagi dengan Elise, Jeanne, Melanie, Cyril, Dean, serta Gabriel dari Skytree Village; lalu ada Gareth dan Tabitha yang diperkenalkan di The Lost Valley.

Saat ini, Harvest Moon Light of Hope masih berada di tahap pengembangan. Tanggal rilisnya belum diketahui.

Via Venture Beat & Silicon Era.

Rasakan Kompleksnya Mengembangkan Startup dalam Game The Founder

Membangun sebuah bisnis atau startup itu tidak mudah. Selain harus berfokus mencari untung, tujuan lain yang biasanya hendak dicapai adalah menciptakan sebuah produk yang punya dampak atau peran penting bagi konsumen.

Kualitas produk saja sejatinya tidak cukup, Anda juga harus menerapkan strategi pemasaran yang jitu. Pasalnya, tanpa ada konsumen yang menggunakan produk Anda, jelas tidak akan ada pemasukan. Semua ini harus tetap diperhitungkan selagi Anda berkonsentrasi membuat terobosan-terobosan baru di dunia teknologi.

Kompleksitas dalam mengembangkan startup dan menjalani beratnya persaingan bisnis di Silicon Valley ini bisa Anda rasakan tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun lewat game berjudul The Founder. Lahir dari sebuah proyek Kickstarter, The Founder menempatkan Anda sebagai seorang pendiri perusahaan teknologi yang ambisius.

Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot
Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot

Pada awal permainan, Anda diminta untuk memberi nama perusahaan, memilih cofounder berdasarkan kelebihannya masing-masing – ada yang pintar programming, ada yang jago marketing, dan ada juga yang anak orang kaya dan siap memberikan Anda modal ekstra – dan yang terakhir menentukan lokasi awal perusahaan Anda sebelum nantinya berekspansi ke kawasan lain.

Kiprah startup Anda berawal di tahun 2001, dimana bubble dot-com baru saja meledak, dan Anda harus memulai startup baru Anda di bawah bayang-bayang perusahaan besar seperti Kougle, Coralzon dan Carrot Inc. – buat yang tidak menyadarinya, masing-masing merupakan pelesetan dari Google, Amazon dan Apple Inc.

Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot
Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot

Semuanya dimulai dari apartemen pribadi Anda. Produk perdana Anda bisa berupa gadget; bisa juga berupa situs e-commerce, media sosial, atau kombinasi keduanya. Setiap kali meluncurkan sebuah produk baru, Anda akan dihadapkan dengan mini game dimana perusahaan Anda harus saling berebut pangsa pasar dengan kompetitor.

Dari situ bisnis Anda terus berkembang; Anda mulai merekrut karyawan-karyawan baru, menerapkan taktik pemasaran untuk meningkatkan hype produk, mencicipi ranah produk baru, membeli kantor baru yang lebih besar dan melakukan riset di berbagai bidang, mulai dari pertahanan nasional sampai bioteknologi.

Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot
Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot

Sampai akhirnya Anda tiba di titik dimana laba menjadi satu-satunya kepentingan yang Anda kejar. Hilang sudah visi mulia untuk menciptakan dunia yang lebih baik di awal berdirinya perusahaan. Yang ada malah Anda mengganti seluruh staf dengan robot cerdas yang jauh lebih efisien dan hemat biaya ketimbang pekerja manusia. Dunia pun menjadi sebuah distopia, dan Anda-lah penyebab utamanya.

Ini memang menjadi tujuan utama dari sang pencipta game, Francis Tseng, yang memang menjalani karirnya di kawasan Silicon Valley. Beliau sejatinya ingin menunjukkan bahwa memimpin perusahaan besar bukan berarti hanya menjadi orang kaya saja, tapi Anda juga harus memperhatikan dampak inovasi Anda terhadap dunia.

E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot
E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot

Beberapa insiden dalam game The Founder terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Contohnya, kalau Anda mengembangkan produk berupa hardware, kemungkinan terjadi insiden bunuh diri pekerja di pabrik, yang kita tahu dialami oleh Apple dan Foxconn dalam beberapa tahun terakhir.

Francis memanfaatkan waktu luangnya selama sekitar satu setengah tahun untuk mengembangkan The Founder. Game ini bisa langsung Anda nikmati lewat browser desktop tanpa perlu meng-install apa-apa. Kalau Anda suka dengan genre game simulasi seperti saya, jangan ragu untuk mencoba memainkan The Founder.

Sumber: Fast Company.

Dr!ft Ialah Game Simulasi Sekaligus Miniatur Mobil Balap Sungguhan

Saat pertama diperkenalkan, Anki Drive memang menakjubkan: memadukan konsep game dan mobil mainan, di mana masing-masing kendaraan dibekali AI dan bekerja dengan memanfaatkan sensor optik serta motor. Kesuksesan Drive mendorong Anki menggarap versi barunya, Overdrive. Tapi bagi sebagian orang, Anki masih dianggap sebagai mainan.

Alternatif lebih ‘seriusnya’ diajukan oleh kumpulan developer dari Speyer, Jerman. Mereka menyingkap Dr!ft, versi high-tech dari kombinasi antara mainan mobil dengan game, dan saya sendiri menganggapnya sebagai penjelmaan futuristis dari Tomica/Hot Wheels. Alasannya, Dr!ft betul-betul berprinsip pada dinamika mobil sungguhan, mampu mensimulasikan aspek fisik kendaraan, dan akhirnya menyuguhkan pengalaman bermain yang realistis.

Menariknya lagi, Dr!ft tak memerlukan arena pacu khusus. Ia dapat melaju di permukaan apapun asalkan teksturnya mulus – satu contohnya adalah meja kantor. Ia juga tidak membutuhkan controller khusus, arahnya gerakannya bisa dikendalikan melalui aplikasi mobile companion, tersedia buat Android ataupun iOS, tersambung ke perangkat bergerak via Bluetooth berkecepatan tinggi.

Bagi developer, Dr!ft bukanlah mainan, melainkan sebuah kategori baru di ranah gaming. Setiap model kendaraan mempunyai karakteristik berbeda, misalnya apakah ia understeer atau oversteer, lalu mobil juga dapat melakukan drifting tanpa terpental dari lintasan. Mobil Dr!ft mengusung skala 1 banding 43 dengan lebar 107mm; didesain secara seksama untuk mensimulasikan akselerasi, kecepatan maksimal, jarak rem sesungguhnya, serta bobot 1,6-ton. Rem tangan diposisikan buat mengunci ban belakang, dan lampu depannya bisa menyala.

Buat menyempurnakan pengalaman bermain, developer juga memerhatikan segi audio. Tiap model mengeluarkan raungan mesin berbeda, begitu pula suara ban saat mobil meluncur dan mengerem. Proses setup dan tuning bisa dilakukan lewat app, dan di sana Anda dipersilakan memilih mode berkendara serta menentukan program driving stability. Selain itu, user dapat menerapkan sistem drive train RWD, FWD serta AWD sesuai keinginan.

Dr!ft menyimpan baterai build-in, dapat diisi ulang secara mudah lewat port USB. Di app, sistem kendalinya dirancang agar intuitif, tak jauh berbeda dari game racing di platform mobile. Developer juga menambahkan fungsi darurat: jika terjadi apa-apa, tinggal balikkan layar device ke bawah, dan mobil langsung berhenti bergerak.

Saat ini ada dua tipe mobil Dr!ft yang bisa Anda mainkan, yaitu Red Turbo (565HP, torsi 570Nm, mesin 3,4l straight-six twin turbo) dan Silver V8 (550hp, torsi 600Nm, mesin V8 5,2l), dapat Anda pesan seharga mulai dari € 140 (US$ 150) di Kickstarter.