Bos Xbox: Pasar Ritel Game Tradisional Masih Lebih Besar Daripada Subscription

Di antara nama-nama besar industri gaming, Microsoft adalah salah satu yang paling optimistis soal cloud gaming dan mekanisme subscription. Meski demikian, Microsoft masih belum punya rencana untuk meninggalkan pasar ritel game tradisional, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Phil Spencer selaku bos besar Xbox sempat menyinggung soal ini. Menurutnya, bisnis subscription yang Xbox jalankan berbeda dari Netflix karena Xbox masih menjual game dengan cara konvensional, dan ini penting karena pasar ritel game masih sangat kuat dan juga terus bertumbuh. Itulah mengapa Xbox memberi pilihan antara subscription dan transaksi kepada konsumennya.

Ditanya mana yang lebih besar antara subscription dan transaksi dari sudut pandang bisnis, Phil dengan sigap menjawab transaksi. “Transaksi lebih besar daripada subscription. Subscription bertumbuh dengan lebih cepat, tapi hanya karena itu relatif baru. Dan dengan Game Pass, kami adalah salah satu penggerak pertama di ranah tersebut. Namun bisnis transaksi sangatlah besar. Kami masih menjual disk fisik,” jelas Phil.

Setidaknya untuk sekarang, masih ada beberapa alasan mengapa Microsoft belum bisa sepenuhnya bergantung pada bisnis subscription. Salah satunya menyangkut isu ketersediaan: layanan Xbox Game Pass maupun PC Game Pass hingga detik ini masih belum tersedia secara resmi di negara-negara besar macam Tiongkok maupun Indonesia. Padahal, hampir semua game keluaran Xbox Game Studios sudah bisa kita beli lewat Steam, termasuk judul-judul terbaru seperti Forza Horizon 5 atau Halo Infinite.

Layanan subscription Xbox Game Pass dan PC Game Pass sejauh ini baru tersedia di beberapa negara saja / Microsoft

Phil juga sempat menyinggung lebih jauh soal cloud gaming, dan bagaimana belakangan ini semakin banyak raksasa teknologi yang tertarik untuk ikut menggeluti bidang ini, mulai dari Google, Amazon, bahkan sampai Netflix sekalipun. Kendati demikian, Phil cukup yakin Microsoft setidaknya satu langkah lebih unggul, sebab di samping memiliki infrastruktur cloud yang bagus, mereka juga sudah paham betul mengenai dunia game development.

“Menurut saya cloud itu penting. Dan Netflix jelas punya cloud. Amazon punya cloud. Google punya kapabilitas cloud yang nyata. Namun tanpa konten, komunitas dan cloud, saya pikir masuk ke gaming saat ini — dan Anda bisa melihatnya pada apa yang sedang Netflix lakukan. Menurut saya apa yang mereka lakukan itu cerdas. Mereka membeli sejumlah studio. Mereka mempelajari proses kreatif dari hiburan interaktif. Dan saya pikir ini merupakan cara cerdas bagi mereka untuk masuk ke ranah ini. Bagi kami, kami sudah memulai ini sejak bertahun-tahun yang lalu,” terang Phil.

Benar saja. Di saat Amazon baru punya satu game yang bisa dibilang lumayan sukses (New World), dan Google malah menutup studio pengembangan game-nya, Microsoft justru merilis banyak game populer hanya di tahun lalu saja (Forza Horizon 5, Halo Infinite, Age of Empires 4, Psychonauts 2). Kita pun juga tidak boleh lupa bahwa Zenimax beserta seluruh anak perusahaannya kini juga merupakan bagian dari keluarga Xbox Game Studios.

Sumber: The New York Times dan PC Gamer.

Microsoft Resmi Jadi Pemilik Bethesda, Beberapa Game Baru Nantinya Bakal Dijadikan Penawaran Eksklusif

September 2020 lalu, industri gaming sempat dibuat geger oleh rencana Microsoft untuk mengakuisisi induk perusahaan Bethesda, ZeniMax Media, dengan dana sebesar $7,5 miliar. Usai mendapatkan persetujuan dari United States Securities and Exchange Commission dan European Union Commission selaku badan yang mengawasi baru-baru ini, akuisisi tersebut akhirnya resmi selesai.

Microsoft mengumumkan kabarnya lewat blog resmi Xbox, menyambut kedatangan total delapan studio di bawah naungan ZeniMax Media ke keluarga besar Xbox Game Studios. Sebagai pengingat, delapan studio yang dimaksud adalah Bethesda Game Studios, id Software, ZeniMax Online Studios, Arkane, MachineGames, Tango Gameworks, Alpha Dog, dan Roundhouse Studios.

Tentu saja ini berarti Microsoft sekarang memiliki akses langsung ke sederet franchise game populer milik ZeniMax, di antaranya The Elder Scrolls, Fallout, Doom, Dishonored, Wolfenstein, The Evil Within, dan masih banyak lagi. Jadi tidak heran apabila Microsoft rela mengucurkan dana dengan nilai setara 108 triliun rupiah.

Satu catatan penting yang perlu digarisbawahi dari pengumuman ini adalah terkait rencana ke depan Microsoft. Dalam blog post-nya, Phil Spencer selaku orang nomor satu di divisi Xbox menyebutkan bahwa ke depannya akan ada sejumlah judul baru garapan Bethesda yang hanya akan dirilis secara eksklusif di platform Xbox dan PC.

Kata “baru” semestinya merujuk pada gamegame yang memang belum pernah diumumkan sama sekali. Namun di saat yang sama, judul-judul blockbuster yang sudah diumumkan, macam Starfield atau The Elder Scrolls 6, juga sama sekali belum ada kejelasan, sehingga menurut saya masih ada kemungkinan keduanya nanti bakal dijadikan penawaran eksklusif.

Rencana ini jelas kontras dengan yang disampaikan oleh Phil pada bulan Oktober 2020, yang pada dasarnya bisa diartikan bahwa Microsoft tidak punya niatan menjadikan game bikinan Bethesda eksklusif untuk platform Xbox. Namun seperti yang kita tahu, Xbox sekarang bukan cuma console saja, melainkan juga layanan cloud gaming (Xbox Game Pass) yang dapat diakses dari banyak perangkat.

Jadi seandainya nanti Starfield dan The Elder Scrolls 6 benar-benar dijadikan eksklusif, Microsoft menurut saya masih tetap bisa menjangkau banyak konsumen lewat Xbox Game Pass. Konsumen dari kubu kompetitor (Sony) pun tidak perlu berkecil hati, sebab mereka hanya perlu menyiapkan biaya berlangganan Xbox Game Pass — yang tentu jauh lebih terjangkau ketimbang harus membeli console Xbox — agar bisa ikut memainkannya.

Sumber: Xbox.

Bos Xbox: Semua Karya Xbox Game Studios Akan Tersedia di PC

November ini, perang console next-gen akan resmi dimulai dengan diluncurkannya PlayStation 5 dan Xbox Series X. Terakhir peristiwa serupa terjadi adalah di bulan November 2013, tepatnya ketika PlayStation 4 dan Xbox One juga dirilis hampir bersamaan.

Definisi “perang console” sendiri menurut saya sudah bergeser menjadi “perang game eksklusif”. Pasalnya, kalau kita lihat dari sisi teknis, PlayStation 5 dan Xbox Series X punya spesifikasi yang tidak begitu jauh berbeda, dan keduanya pun sama-sama menjanjikan kualitas grafik next-gen yang kurang lebih sama, dengan dukungan resolusi maksimum 8K atau 4K 120 fps.

Buat saya, memilih console next-gen apa yang harus saya beli sama saja dengan memilih game apa yang ingin saya mainkan. Kalau saya suka game balapan, berarti saya tinggal memilih apakah saya lebih tertarik memainkan Gran Turismo 7 (PS5) atau Forza Motorsport (Xbox Series X). Kira-kira begitu pola pertimbangan paling sederhananya.

Di kubu Sony, definisi eksklusif sendiri sangat jelas: sebagian besar game yang dibuat oleh studio internal mereka (yang berada di bawah naungan PlayStation Studios) hanya bisa dimainkan di PlayStation 5. Namun di kubu Microsoft, definisinya terbilang abu-abu, sebab seperti yang kita tahu, mayoritas game bikinan anak-anak perusahaan Xbox Game Studios dalam beberapa tahun terakhir ini juga tersedia di PC.

Microsoft xCloud (Xbox Game Pass)

Ke depannya, Phil Spencer selaku petinggi Xbox malah memastikan bahwa semua karya studio internal mereka juga akan hadir di PC. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancaranya bersama Gamereactor, dan beliau turut mengonfirmasi bahwa ketersediaan di PC ini bukan cuma melalui Microsoft Store, melainkan juga Steam.

Bagi Microsoft, eksklusif bukan berarti mereka harus memaksa konsumen untuk membeli sebuah console Xbox. Di titik ini, Xbox sendiri bisa kita anggap sebagai sebuah ekosistem, dan kebetulan ekosistem tersebut dapat diakses dari berbagai macam perangkat; dari PC atau dari perangkat Android dengan bantuan layanan xCloud (Xbox Game Pass).

Merujuk kembali pada logika “membeli console berdasarkan katalog game eksklusifnya” saya tadi, mudah sekali muncul pertanyaan: “Mengapa saya harus membeli Xbox Series X kalau memang koleksi game-nya bakal bisa dimainkan lewat PC atau perangkat Android?”

Jawabannya adalah timing. Phil memang tidak menjelaskan secara merinci, akan tetapi beliau ada menyinggung soal timing dalam wawancaranya, dan yang saya tangkap, bisa jadi beberapa game eksklusifnya akan hadir lebih dulu di Xbox Series X sebelum akhirnya menyusul ke PC dan xCloud. Kalau ditambah dengan faktor lain seperti kepraktisan atau harga, seharusnya bakal semakin jelas mengapa masih ada orang yang mau membeli console Xbox ketimbang PC.

Via: PC Gamer.

10 Pengumuman Paling Menarik dari Xbox Games Showcase

Seperti yang sudah dijanjikan, Microsoft semalam memamerkan sederet game yang akan mengisi katalog Xbox Series X nantinya. Beberapa di antaranya merupakan karya dari studio-studio internal di bawah naungan Xbox Game Studios, sedangkan sisanya dari developer luar yang memilih untuk meluncurkan game-nya secara eksklusif di platform Xbox dan PC.

Ada banyak sekali game yang diumumkan, tapi saya akan membahas 10 yang paling menarik saja. Tentu saja semua ini merupakan pilihan yang subjektif, jadi kalau mau mengetahui selengkapnya, silakan langsung tonton video resmi Xbox Games Showcase yang berdurasi hampir satu jam.

Halo Infinite

Suguhan pembukanya sudah pasti adalah Halo Infinite, apalagi mengingat game ini sudah diumumkan sejak E3 2018 lalu. Beruntung kali ini 343 Industries turut menyertakan video gameplay-nya, dan di sini kita bisa melihat bahwa mereka tidak berlebihan saat menyebut Halo Infinite sebagai Halo yang paling ambisius.

Video demo berdurasi 9 menit di atas berhasil menggambarkan betapa ekspansifnya dunia dalam Halo Infinite. Pengembangnya sendiri bilang luasnya beberapa kali lipat milik gabungan dua game Halo sebelumnya, dan semua itu dapat pemain nikmati di resolusi 4K 60 fps pada Xbox Series X nantinya.

Gameplay trailer-nya ini tak lupa memamerkan koleksi persenjataan sekaligus gadget canggih yang dimiliki Master Chief, termasuk halnya sebuah grappling hook yang langsung mengingatkan saya pada franchise Just Cause. Saya pribadi bukanlah penggemar seri Halo, namun harus saya akui saya cukup tertarik setelah menonton trailer di atas.

Forza Motorsport

PlayStation 5 punya Gran Turismo 7, Xbox Series X punya Forza Motorsport, reboot dari game balapan berjudul sama yang dirilis pertama kali 15 tahun silam. Kedua game ini sama-sama tidak mau main-main dalam menyajikan visual yang amat realistis. Dalam kasus Forza, developer Turn 10 Studios menjanjikan efek ray tracing pada keseluruhan konten di resolusi 4K 60 fps.

The Outer Worlds: Peril on Gorgon

Satu-satunya yang bukan merupakan game baru di artikel ini, melainkan sebuah DLC atau expansion pack. Namun berhubung The Outer Worlds merupakan salah satu game favorit saya, tentu saja saya tidak akan melewatkannya, apalagi mengingat Obsidian menjanjikan konten baru yang sangat melimpah pada DLC berjudul Peril on Gorgon ini.

Gorgon di sini merupakan nama dari sebuah asteroid di koloni Halcyon, dan pemain bakal berkunjung ke sana untuk menginvestigasi kisah misterius di balik lahirnya Adrena-Time, salah satu consumable yang efeknya meningkatkan movement speed sekaligus melee attack speed, tapi setelahnya malah menurunkan semua atribut.

Bukan cuma lokasi baru untuk dieksplorasi, Peril on Gorgon juga bakal menghadirkan sederet senjata, armor, dan bahkan flaw baru sekaligus. Saya pribadi berharap Obsidian juga menambahkan setidaknya satu companion baru, sebab deretan companion dan masing-masing backstory-nya inilah yang membuat saya jatuh cinta pada game ini.

Peril on Gorgon akan tersedia pada 9 September seharga $15. Obsidian juga menawarkan bundel seharga $25 yang mencakup Peril on Gorgon sekaligus expansion keduanya yang belum diumumkan, yakni Murder on Eridanos.

Avowed

Di samping mengumumkan DLC pertama The Outer Worlds dan trailer baru Grounded, Obsidian juga membuat kejutan dengan merilis trailer game terbarunya yang berjudul Avowed. Avowed merupakan sebuah RPG first-person ala seri The Elder Scrolls buatan Bethesda, tapi yang mengambil setting fantasi dari IP milik Obsidian sendiri, yakni Pillars of Eternity.

Saya tidak akan terkejut seandainya Obsidian belajar banyak dari Bethesda sehingga akhirnya Avowed bisa menyempurnakan banyak hal dari The Elder Scrolls V: Skyrim. Kasusnya kurang lebih sama seperti ketika Obsidian membenahi beberapa kekurangan Fallout 3 pada Fallout: New Vegas, sekaligus menyuguhkan narasi yang jauh lebih memikat.

Harapan terakhir saya adalah supaya Avowed bisa mendukung fitur modding yang komprehensif. Kalau tidak, berarti Obsidian kurang bisa memahami salah satu kunci di balik kesuksesan Skyrim.

Everwild

Selain Halo Infinite, Everwild juga merupakan game yang sudah diantisipasi sejak cukup lama, namun tak kunjung dirilis. Sayangnya hingga kini Rare selaku pengembangnya masih belum menunjukkan gameplay-nya seperti apa, tapi tidak bisa dipungkiri saya cukup terpikat dengan trailer terbarunya di atas.

Gaya visualnya sungguh menarik, terutama berkat polesan cel shading yang begitu manis di mata. Entah mengapa setelah menonton trailer-nya saya langsung teringat dengan film Princess Mononoke garapan Studio Ghibli. Mungkin karena banyak adegan yang memperlihatkan koneksi manusia dengan alam, serta semacam dewa berwujud rusa yang juga menjadi salah satu karakter utama dalam Mononoke.

S.T.A.L.K.E.R. 2

10 tahun sejak pertama diumumkan, game keempat dari seri FPS survival ini akhirnya punya trailer resmi. Memang belum banyak yang bisa kita pelajari mengenai gameplay S.T.A.L.K.E.R. 2, tapi developer GSC Game World memastikan bahwa trailer ini bisa memberikan gambaran terkait kualitas visual yang akan tersaji pada versi finalnya.

Seperti tiga game sebelumnya, permainan akan kembali mengangkat peristiwa yang terjadi di The Zone, wilayah bekas ledakan nuklir di Chernobyl. Bedanya, The Zone kali ini merupakan area open-world yang dapat pemain eksplorasi secara bebas, dan pengembangnya percaya ini dunia paling immersive yang pernah mereka buat untuk franchise S.T.A.L.K.E.R.

Kalau Anda suka Metro Exodus, saya yakin Anda sudah tidak sabar menanti S.T.A.L.K.E.R. 2.

The Gunk

Usai menonton trailer di atas, saya langsung menyimpulkan The Gunk sebagai ekuivalen dari Kena: Bridge of Spirits yang akan dirilis di PS5. Keduanya jelas merupakan game yang sangat berbeda, tapi vibe-nya kelihatan sejenis, dengan dunia yang begitu indah dan beragam makhluk yang tak dikenal.

Judulnya mengacu pada semacam parasit berlendir (gunk) yang menyelimuti banyak area dan sepertinya menjadi penyebab di balik munculnya banyak makhluk berbahaya. Protagonisnya dibekali semacam alat untuk menyedot parasit itu. Repotnya, terlalu banyak parasit yang disedot justru bakal berakibat longsor atau bagian tanahnya terbelah.

The Gunk digarap oleh Image & Form, developer di balik seri game SteamWorld. The Gunk merupakan game pertama mereka yang menyajikan visual 3D, itulah mengapa jadwal rilisnya masih sangat jauh: September 2021.

The Medium

Kita pertama mendengar soal The Medium pada bulan Mei lalu, dan premis bahwa karakter protagonisnya harus menjalani hidup dalam dua realita yang berbeda sebenarnya sudah sangat penuh intrik. Sekarang, kita bisa mendapat gambaran lebih jelas mengenai konsep “Dual Reality” yang dimaksud dalam game ini seperti apa.

The Medium merupakan game singleplayer, tapi lalu kenapa video di atas beberapa kali menunjukkan tampilan split-screen? Itu dikarenakan dua realitanya akan di-render secara bersamaan, sehingga kita bisa tahu bahwa apa yang kelihatannya biasa saja di dunia nyata, sebenarnya bisa jadi ancaman berbahaya di ranah spiritual.

Peribahasa “there are always two sides to every story” melekat kuat pada game ini, itulah mengapa kedua realita yang dijalani lakonnya harus disajikan secara bersamaan. Pengembangnya bilang mekanisme semacam ini tidak akan bisa terwujud tanpa peningkatan performa yang Xbox Series X tawarkan. Alhasil, kita tak akan menjumpai The Medium di Xbox One.

Warhammer 40,000: Darktide

Melanjutkan kesuksesan seri Warhammer: Vermintide, developer Fatshark memutuskan untuk menerapkan formula co-op FPS (4 orang) yang sama, tapi kali ini pada setting sci-fi Warhammer 40K. Berhubung setting-nya futuristis, sudah pasti ada banyak adegan tembak-menembak di Warhammer 40,000: Darktide.

Ini jelas berbeda dari Vermintide yang didominasi pertarungan jarak dekat alias melee. Kendati demikian, Fatshark memastikan kalau pemain masih harus mampu untuk bergerak secara lincah dan memadukan serangan jarak jauh sekaligus jarak dekat kalau mereka mau bertahan di Darktide. Jadi meskipun mengambil setting masa depan, game ini masih akan banyak diisi dengan adegan melee combat yang brutal.

Fable

Menutup acara Xbox Games Showcase adalah kejutan berjudul Fable. Bukan Fable 4, melainkan Fable saja, mengindikasikan bahwa ini merupakan reboot dari franchise RPG berusia 16 tahun tersebut.

Yang mengerjakan pun sekarang bukan lagi Lionhead Studios, melainkan Playground Games yang selama ini dipercaya menjadi pengembang seri Forza Horizon. Sayang sekali sejauh ini belum ada yang tahu gameplay-nya seperti apa, tapi semestinya jauh lebih menarik ketimbang Fable terakhir yang dirilis 10 tahun lalu.

Upgrade judul-judul lama menjadi “Optimized for Xbox Series X”

Terakhir, Microsoft tidak lupa mengumumkan bahwa beberapa judul permainan yang sudah ada bakal di-upgrade supaya bisa berjalan lebih maksimal di Xbox Series X. Judul-judul seperti Gears 5, Destiny 2, Forza Horizon 4, Sea of Thieves, maupun Ori and the Will of the Wisp, semuanya akan di-upgrade dan dapat konsumen nikmati tanpa perlu membayar biaya ekstra berkat fitur Smart Delivery.

Dalam beberapa kesempatan, upgrade-nya juga jauh dari kata minor. Ambil contoh Ori and the Will of the Wisp, yang sudah dioptimalkan agar dapat berjalan pada resolusi 4K 120 fps di Xbox Series X. Bukan cuma visual, developer Moon Studios turut menjanjikan penyempurnaan di sektor audio demi semakin memaksimalkan kesan immersive yang didapat pemain.

Sumber: Xbox Wire.

Microsoft Flight Simulator Siap Lepas Landas 18 Agustus 2020

Penantian panjang penggemar game simulasi akhirnya bakal segera terbayarkan. Microsoft Flight Simulator sudah punya jadwal rilis resmi: sehari setelah perayaan kemerdekaan RI, atau persisnya 18 Agustus 2020.

Apa saja yang bisa kita ekspektasikan dari salah satu permainan paling ambisius garapan Asobo Studio ini? Banyak, salah satunya dunia dengan skala yang amat besar, dan yang sudah diisi dengan lebih dari 37 ribu bandara, 1,5 miliar gedung, 2 triliun pohon, gunung, jalanan, sungai, dan masih banyak lagi. Sekadar mengingatkan, pengembangnya sampai harus meminta bantuan platform cloud Microsoft Azure untuk mengakses data geografis sebesar 2 petabyte.

Bukan cuma besar, dunianya juga diklaim ‘hidup’, terutama berkat simulasi lalu lintas penerbangan berdasarkan data yang dicomot dari dunia nyata (pemain dapat menjumpai pesawat-pesawat lain yang sedang mengambil rute serupa di kenyataan), serta efek cuaca yang dinamis dan realistis.

Tingkat kesulitan dalam game ini benar-benar dapat disesuaikan dengan selera dan kemampuan masing-masing pemain. Mau memiliki kontrol manual sepenuhnya? Bisa saja. Sebaliknya kalau mau serba dituntun, game juga siap menyajikan panduan yang lengkap dan interaktif sehingga pemain tidak melewatkan satu pun langkah persiapan sebelum pesawat lepas landas.

Microsoft Flight Simulator bakal ditawarkan dalam tiga edisi yang berbeda (pre-order sudah bisa dilakukan mulai sekarang). Rinciannya adalah sebagai berikut:

  • Standard Edition seharga $60 yang mencakup 20 pesawat dan 30 airport dengan tingkat detail yang sangat akurat
  • Deluxe Edition seharga $90 dengan 25 pesawat dan 35 airport
  • Premium Deluxe Edition seharga $120 dengan 30 pesawat dan 40 airport

Jadi kalau mau menikmati Microsoft Flight Simulator sepenuhnya, pilihan yang paling tepat tentu saja adalah Premium Deluxe Edition yang harganya dua kali lipat versi standarnya. Dalam versi ini, bandara super-populer seperti Dubai International Airport maupun Heathrow Airport di London mempunyai tingkat detail yang jauh melebihi bandara yang sama di versi standarnya.

Soal pesawat pun juga demikian. Boeing 787-10 Dreamliner hanya bisa kita telusuri dengan tingkat detail yang paling maksimal pada Premium Deluxe Edition. $120 memang terdengar sangat mahal, tapi kita juga tidak boleh lupa bahwa game ini memang menuntut spesifikasi PC yang tinggi. Kalau Anda sanggup membeli Nvidia RTX 2080, tentunya Anda tidak akan keberatan dengan harganya, bukan?

Microsoft Flight Simulator Standard Edition juga akan tersedia bagi para pelanggan Xbox Game Pass di hari peluncurannya nanti. Belum diketahui seperti apa mekanismenya seandainya pelanggan juga ingin menikmati seluruh konten pada Premium Deluxe Edition.

Sumber: Xbox Wire.

23 Juli, Microsoft Singkap Deretan Game Xbox Series X Karya Studio-Studio Internalnya

Salah satu alasan yang membuat peluncuran PlayStation 5 bulan lalu begitu berkenang – di samping hardware-nya sendiri – menurut saya adalah lusinan game yang diumumkan bakal mendampinginya. 9 di antaranya juga merupakan judul eksklusif persembahan PlayStation Studios, dan saya sudah bisa membayangkan setidaknya 4 judul yang hype-nya bakal cukup besar: Horizon Forbidden West, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, Rachet & Clank: Rift Apart, dan Gran Turismo 7.

Dari kubu Microsoft, 13 game Xbox Series X yang sudah dipamerkan trailer-nya rupanya belum ada yang berasal dari studio-studio internal asuhan Xbox Game Studios sendiri. Namun tak perlu khawatir, Microsoft sudah menjadwalkan livestream pada tanggal 23 Juli mendatang untuk menyingkap deretan karya internal yang sudah mereka godok untuk Series X.

Hampir bisa dipastikan bintang utamanya adalah Halo: Infinite, yang sudah disinggung sejak E3 tahun lalu; demikian pula Senua’s Saga: Hellblade II, yang sengaja disiapkan untuk mendemonstrasikan performa grafik dari Series X, dan yang digarap menggunakan Unreal Engine 5 yang begitu impresif.

Senua's Saga: Hellblade II / Ninja Theory
Senua’s Saga: Hellblade II / Ninja Theory

Rekap informasi dari tim Xbox yang dipublikasikan bulan lalu masih menyebut ada 15 studio internal Xbox yang sedang mengerjakan game untuk Series X. Salah satu studio yang saya pribadi paling nantikan karyanya adalah Obsidian Entertainment, dedengkot genre RPG yang Microsoft akuisisi menjelang akhir tahun 2018.

Kita tahu bahwa Obsidian sedang mengembangkan Grounded, game survival bertema jenaka, namun game itu bahkan sudah tersedia versi demo-nya di Steam. Yang lebih mengguggah minat adalah rumor bahwa pencipta The Outer Worlds itu juga tengah meracik RPG yang benar-benar baru, dan ada kemungkinan infonya bakal disingkap pada livestream 23 Juli nanti.

Rumor lain yang tak kalah menarik adalah seputar franchise Fable. Sekitar dua tahun lalu, Eurogamer melaporkan bahwa Microsoft telah menunjuk Playground Games, developer seri Forza Horizon, untuk mengembangkan RPG baru yang kemungkinan besar adalah Fable 4. Dan belum lama ini, jagat Twitter sempat ramai membicarakan akun placeholder @Fable yang telah Microsoft konfirmasi sebagai akun asli yang mereka buat.

Judul-judul lain yang kemungkinan juga akan dibahas lebih detail mencakup Everwild besutan Rare, serta Psychonauts 2 buatan Double Fine. Tak kalah menarik adalah studio first-party anyar yang diumumkan pada pertengahan 2018 lalu, yakni The Initiative. Merujuk pada rumor yang beredar, studio baru tersebut dikabarkan sedang mengerjakan penerus game shooter lawas Perfect Dark.

Lebih jelasnya kita harus menunggu sampai 23 Juli pukul 23.00 WIB (sudah saya konversikan dari Pacific Time). Medium livestream yang dipilih seperti biasa, yakni YouTube dan Twitch, dan tentu saja tidak ada Mixer kali ini.

Sumber: Eurogamer dan GamesRadar.

Review Gears Tactics: Visualisasi Grafis yang Fantastis dengan Gameplay Bombastis

Di penghujung bulan April 2020 lalu, saya cukup terkejut melihat game yang satu ini dirilis. Pasalnya, Gears Tactics adalah bentuk iterasi Turn-Based Tactics dari franchise Gears (of Wars) yang biasanya bergenre 3rd Person Shooter. Gears Tactics ini juga dibanderol dengan harga yang cukup murah, Rp250 ribu. Namun apakah pertanyaannya game ini layak dibeli meski harganya lebih murah ketimbang harga game-game AAA?

Seperti biasanya, sebelum kita masuk ke review Gears Tactics kali ini, saya harus menjabarkan beberapa hal terlebih dahulu. Pertama, bagaimanapun juga review game itu sepenuhnya subjektif alias bergantung pengalaman, selera, pengetahuan sang reviewer-nya. Kedua, karena alasan tadi, saya harus menjelaskan sedikit latar belakang saya. Saya pribadi memang lebih menyukai game-game singleplayer AAA. Karena itu, sampai hari ini, setidaknya sudah ada 2000 judul game PC yang saya selesaikan Singleplayer Campaign-nya sepanjang saya bermain game di PC sejak tahun 2003 — sebelum itu, saya menganut ‘agama’ gamer console.

Ketiga, terakhir, saya membeli Gears Tactics dari Steam (karena game ini bisa dibeli dari Steam, Microsoft Store, dan Epic Game Store) dan memainkannya di PC saya dengan spek sebagai berikut:

CPU: AMD Ryzen 5 3600
Motherboard: GIGABYTE AB-350 Gaming 3
Kartu Grafis: Palit GeForce RTX 2070 Super JS
Memory: G Skill 16GB 3200MHz.
Storage: ADATA SX8200 PCIe SSD 1TB
Monitor: ASUS VG258QR (@144Hz)

 

Visualisasi Grafis dan Performa: 87/100

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics. Via: PC Gamer

Satu hal yang sangat menarik, Gears Tactics (dirilis tanggal 28 April 2020) dirilis dalam waktu yang berdekatan dengan XCOM: Chimera Squad (rilis tanggal 24 April 2020). Keduanya juga sama-sama bergenre Turn-Based Tactics/Strategy. Dengan begitu, Gears of Tactics memang mau tidak mau akan dibandingkan dengan Chimera Squad. Apalagi mengingat seri XCOM memang boleh dibilang game Turn-Based Tactics yang paling populer akhir-akhir ini.

Aspek pertama yang ingin saya  bahas adalah soal grafis dan performa dari Gears Tactics. Jika dibandingkan dengan Chimera Squad, yang kebetulan juga saya review bulan Juni 2020 kemarin, Gears Tactics menang telak dalam hal visualisasi grafis. Bahkan, menurut saya, Gears Tactics bisa dibilang sebagai salah satu game Turn-Based Tactics dengan visualisasi paling cantik yang pernah saya mainkan.

Ketika Anda melakukan Execute atau beberapa Skill (seperti Chainsaw Attack atau Bayonet Charge), kamera pun bergerak untuk mendekati karakter Anda untuk memperlihatkan animasi yang buas dan terasa begitu memuaskan. Meski saya berkali-kali melihatnya, saya belum bosan dengan animasi Skill tersebut karena ada beberapa variasinya.

Efek-efek ledakan, tembakan, atau apapun yang ada di sini juga jauh lebih fantastis dibanding yang saya lihat di Chimera Squad ataupun semua seri XCOM modern (mulai dari XCOM: Enemy Unknown, XCOM 2, ataupun Chimera Squad). Sungguh, saya sangat mengagumi jerih payah The Coalition dan Splash Damage (developer Gears Tactics) dalam usahanya menerjemahkan visualisasi fantastis dari Gears 5 ke Gears Tactics ini.

Biasanya, game-game Turn-Based Tactics memang tidak menyuguhkan visualisasi yang secantik genre Action, RPG, ataupun FPS. Namun, berhubung saya juga sudah menamatkan Gears 5, saya bisa merasakan atmosfir dan visualisasi fantastis yang tak jauh berbeda saat bermain Gears Tactics.

Lalu bagaimana dengan performanya? Meski grafisnya fantastis, Gears Tactics bisa dimainkan di PC murah meriah sekalipun. Berikut ini adalah System Requirements yang saya ambil dari Steam.

Sumber: Steam
Spesifikasi yang dibutuhkan Gears Tactics. Sumber: Steam

Bandingkan spek di atas dengan spek yang dibutuhkan untuk Gears 5 yang juga saya ambil dari Steam di gambar berikut ini.

Sumber: Steam
Spesifikasi yang dibutuhkan Gears 5. Sumber: Steam

Dengan spek PC saya, berikut ini adalah hasil benchmark (built-in) yang saya dapatkan:

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics

Jika hanya melihat dari sisi grafis dan performa, saya percaya Gears Tactics harusnya bisa jadi standar baru untuk game-game Turn-Based lainnya di masa mendatang.

 

Gameplay: 81/100

Jika di aspek grafis Gears Tactics mungkin bisa dibilang revolusioner, saya tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk aspek gameplay-nya.

Banyak mekanisme gameplay yang ada di sini mengambil komponen-komponen yang sudah ada di seri XCOM modern. Meski begitu Gears Tactics mengimplementasikan semua komponen-komponen tadi dengan sangat baik dan menambahkan beberapa komponen baru di dalamnya.

Tiga komponen gameplay yang diimplementasikan dengan baik di Gears Tactics adalah soal Loot System, Skill Tree, dan Action Point (AP).

Berbicara soal Loot System, Gears Tactics mengizinkan karakter-karakter Anda menggunakan Equipment yang bisa didapatkan dari pertempuran. Equipment yang ada di sini memiliki tingkat Rarity (dari Common sampai Legendary) dan didapatkan secara acak alias random.

Simulasi Skill Tree Gears Tactics. Sumber: Gears of War
Simulasi Skill Tree Gears Tactics. Sumber: Gears Tactics

Di Gears Tactics, ada juga 5 class berbeda (Support, Vanguard, Heavy, Scout, dan Sniper) untuk karakter-karakter Anda. Skill Tree dari masing-masing class di sini cukup menarik dan kompleks. Oh iya, asyiknya lagi, Anda bisa mengakses simulasi Skill Tree yang bisa digunakan dari situs resmi Gears Tactics (Anda juga bisa membukanya untuk melihat bagaimana Skill Tree yang ada di game ini).

Komponen gameplay terakhir yang membuat Gears Tactics jadi lebih menarik, setidaknya dibanding Chimera Squad, adalah sistem Action Point yang lebih fleksibel. Action Point ini digunakan untuk melakukan pergerakan ataupun aksi. Namun, setiap class memiliki satu skill atau lebih untuk menambahkan Action Point saat giliran mereka. Dengan begitu, jika Anda bermain cukup cerdik dan memanfaatkan skill-skill tadi, Anda bisa mendapatkan sejumlah AP untuk melakukan begitu banyak hal dalam satu kali giliran.

Misalnya saja jika kita melihat dari class yang paling saya sukai di sini, Sniper. Sniper memiliki Skill bernama Chain Shot. Di level 2, jika Chain Shot Anda mengenai lawan, Anda akan mendapatkan 2 AP. Sniper juga punya Skill bernama Fast Fingers. Fast Fingers level 2 akan membuat karakter Anda mendapatkan 1 AP sekaligus Reload gratis jika Skill tersebut berhasil membuat musuh Downed atau mati. Ada lagi Skill yang bernama Ultimate Shot (Max AP saat membunuh musuh dengan Skill ini) dan Spree (25% kesempatan untuk mendapatkan 2 AP jika membunuh musuh dengan Critical Hit).

Screenshot: Gears Tactics
Screenshot: Gears Tactics.

Itu tadi baru Skill dari satu class saja. Jika digabungkan dengan Skill yang dimiliki Support, Sniper bisa jadi menggila di medan pertempuran dan menghabisi banyak musuh hanya dalam satu turn.

Sistem AP yang fleksibel itu jadi mengubah mindset bermain Anda. Jika di Chimera Squad, mindset-nya adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan Anda yang sangat terbatas. Mindset bermain di Gears Tactics adalah bagaimana memperpanjang turn dengan berbagai skillset yang Anda miliki.

Sayangnya, meski didukung oleh beberapa komponen gameplay yang solid tadi, Gears Tactics tidak memiliki ragam misi ataupun musuh yang membuatnya tidak membosankan untuk dimainkan berkali-kali.

 

Plot Cerita dan Karakter: 63/100

Berhubung franchise Gears of War memang sudah cukup berumur karena pertama kali dirilis tahun 2006 dan dibuat untuk 3rd Person Shooter, lore-nya memang sudah cukup panjang. Advantage ini tidak dimiliki oleh seri XCOM modern. Setidaknya, saya tak terlalu tertarik untuk mempelajari lore seri XCOM modern seperti saya mempelajari lore Gears of Wars.

Dengan begitu, Gears Tactics sebenarnya memiliki banyak materi yang bisa dikembangkan dalam aspek plot cerita dan karakter-karakternya. Di Gears Tactics, tokoh utamanya adalah Gabe Diaz — bapaknya (atau ayahanda tercinta, kalau mau flamboyan) Kate Diaz yang jadi karakter utama di Gears 5. Buat Anda yang mengikuti cerita Gears of War, tema perjuangan (sekaligus korupnya) COG melawan monster (Swarm, Locust, dkk.) juga masih kental Anda temukan di sini.

Sayangnya, mungkin karena memang dianggap sebagai spin-off, tidak banyak hal-hal baru dari cerita besar lore Gears of War yang bisa Anda temukan di sini. Karakter dan percakapan yang ada di sini juga tidak begitu menarik untuk diperhatikan. Setidaknya beberapa karakter dan percakapan dari Chimera Squad beberapa kali berhasil membuat saya tersenyum sendirian di depan layar monitor.

Sumber:
Sumber: Microsoft

Jika dibandingkan dengan Chimera Squad, satu-satunya keunggulan Gears Tactics dari aspek ini adalah soal penyajian ceritanya. Setidaknya Gears Tactics menyuguhkan ceritanya lewat cutscenes, tidak seperti Chimera Squad yang menggunakan slideshow gambar semata. Meski memang hal ini juga bisa dimasukkan dalam kategori penilaian visualisasi grafis. Namun, saya sungguh bingung mencari apa kelebihannya dari aspek ini — apalagi mengingat Gears Tactics tidak berhasil memanfaatkan lore panjang dari seri Gears of War dengan baik.

 

Fitur Tambahan dan Durasi Permainan: 30/100

Seperti yang saya tuliskan tadi di bagian gameplay, variasi misi dan musuh yang ada di sini membuat saya tidak betah berlama-lama memainkannya.

Setelah saya menyelesaikan playthrough satu kali, saya sebenarnya sempat mencoba memainkannya kembali di tingkat kesulitan tertinggi dan Ironman Mode. Sayangnya, saya mati dan gagal menyelesaikan campaign tersebut di Act 1 Chapter 5 (Gears Tactics memiliki 3 Act dengan total 22 Chapters).

Jika dibandingkan dengan Chimera Squad yang saya mainkan selama 49 jam, saya hanya mencatatkan waktu bermain selama 24 jam di Gears Tactics.

Sebenarnya, Chimera Squad juga tidak sebagus itu namun game tersebut memiliki akses modding yang sangat baik. Anda bahkan bisa mengunduh SDK nya gratis dari Steam jika Anda membeli game-nya.

Salah satu mod yang tak bisa saya gunakan. Sumber: Nexus Gears Tactics
Salah satu mod yang tak bisa saya gunakan. Sumber: NexusMods

Sebaliknya, akses modding Gears Tactics terbilang aneh… Kita memang bisa memodifikasi beberapa file game dengan mudah. Hanya dengan menggunakan Notepad, Anda bisa mengedit file .csv untuk memodifikasi Gears Tactics. Sayangnya, cara ini sangat tidak konsisten.

Pasalnya, ada beberapa file yang sebenarnya bisa diedit dan memodifikasi game-nya namun ada juga yang akan di-overwrite begitu Anda menjalankan game tersebut. Hal ini menyebabkan modifikasi Gears Tactics jadi sangat terbatas. Di Nexus, Gears Tactics memiliki 12 mods namun parahnya kebanyakan mod tersebut tidak bisa berjalan jika Anda membeli game tersebut.

Sebagian besar mod juga hanya bisa aktif saat Anda memulai campaign baru. Hal ini semakin menyebalkan mengingat Anda tidak bisa skip tutorial mission layaknya Chimera Squad.

Tidak bisa skip tutorial ini sungguh menyebalkan di game yang menawarkan fitur Ironman Mode. Itu sebabnya juga saya malas menyelesaikan game ini untuk yang kedua kalinya. Chimera Squad mengizinkan Anda melewatkan misi tutorial setelah sekali menjalankannya.

 

Average Score: 65.25

Sumber: Microsoft
Sumber: Microsoft

Dengan harga Rp250 ribu, Gears Tactics sebenarnya sangat layak untuk dimainkan. Apalagi jika Anda ingin merasakan game Turn-Based Tactics dengan grafis yang menawan dan gameplay yang cukup solid. Sayangnya, meski seharusnya mereka bisa memanfaatkan lore Gears of War, Gears Tactics tak mampu menggunakannya dengan baik. Jika Anda tidak tertarik dengan hal-hal berbau modding, Gears Tactics juga sebenarnya akan memberikan pengalaman bermain yang sangat berkesan — asal jangan memilih Ironman Mode sebelum mereka mengimplementasi skipping tutorial mission.

Gears 5 Bisa Dinikmati Gratis Sampai Tanggal 12 April

Lupakan PS Plus atau Xbox Live Gold, PC ialah platform terbaik untuk mendapatkan rentetan game gratis tanpa perlu jadi pelanggan suatu layanan premium. Sebagai pengakuan, kurang lebih 75 persen permainan orisinal yang ada di koleksi (totalnya sekitar 250 judul) saya dapatkan tanpa membayar. Menemukan mereka pun sebetulnya tidak sulit. Kita hanya perlu membuka mata karena beberapa platform distribusi kadang membagikannya secara mendadak.

Kali ini kabar baik datang dari Microsoft – lebih tepatnya Xbox Game Studios. Mereka mengumumkan bahwa Gears 5 versi PC dapat dinikmati secara cuma-cuma hingga tanggal 12 April. Game dapat diakses baik lewat Windows Store ataupun Steam. Menariknya lagi, yang publisher tawarkan di sini adalah versi ‘penuh’ dari permainan dan tak ada pemangkasan konten. Anda dipersilakan menikmati seluruh modenya, dari mulai campaign single-player, multiplayer PvP dan co-op, hingga fitur map builder.

Jika Anda sama sekali belum memainkan Gears 5, ini merupakan kesempatan emas. Gears 5 merupakan salah satu permainan non-eksklusif pertama Microsoft di generasi ini, dan bisa dibeli di storefront pihak ketiga seperti Steam. Dirilis di bulan September 2019, game memperoleh respons positif dari gamer serta media. Hanya dalam beberapa hari setelah tersedia, Gears 5 sukses menghimpun lebih dari tiga juta pemain.

Berita baiknya tidak berhenti sampai di sana. Ketika Gears 5 dijajakan seharga US$ 60 untuk konsumen di Amerika Serikat dan negara-negara barat, permainan cuma dijual seharga Rp 250 ribu di Indonesia (efek dari penyesuaian harga, dan saya rasa Xbox Game Studios patut diacungi jempol atas kedermawanan mereka). Dengan membelinya, achievement yang Anda peroleh di periode gratis ini akan terus tersimpan dan petualangan bisa terus dilanjutkan.

Gears 5 ialah satu dari sejumput permainan action kelas blockbuster yang siap menghidangkan pengalaman multiplayer kooperatif split screen di PC. Split screen memperkenankan dua pemain (atau lebih) menikmati game secara lokal di satu layar. Fitur ini cukup berkesan bagi saya, membuat Gears 5 jadi game PC yang paling sering saya mainkan berdua adik ketika hanya ada satu komputer tersedia.

Dan ‘Gears 5 gratis’ bukanlah satu-satunya kabar mengenai franchise Gears of War yang diungkap minggu ini. Tim The Coalition juga menginformasikan bahwa proses pengembangan Gears Tactics versi PC sudah rampung. Gears Tactics adalah spin-off seri Gears yang menyajikan formula strategi turn-based ala XCOM, di-setting 12 tahun sebelum permainan pertamanya berlangsung. Edisi Xbox One-nya juga akan hadir, tapi developer belum mengonfirmasi waktu peluncurannya.

Via DualShockers.

18 Tahun Berselang, Halo: Combat Evolved Kembali Meluncur di PC

Ketika pemilik console biasa dimanjakan oleh judul-judul eksklusif, gamer PC tak lagi asing dengan keterlambatan. Versi Windows Red Dead Redemption 2 tersedia setahun lebih setelah permainan mendarat di PS4 dan Xbox One. Kondisi serupa terjadi lagi pada Death Stranding serta Final Fantasy VII remake. Satu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena kadang kami harus menanti sangat lama agar suatu game hadir di PC.

Satu contohnya adalah Halo: Combat Evolved Anniversary sebagai remake dari game Halo pertama yang dilepas 18 tahun silam. Awalnya, edisi Anniversary ini digarap untuk dirilis di Xbox 360 pada tahun 2011, kemudian di-port ke Xbox One di tahun 2014. Dan akhirnya di awal Maret 2020 ini, permainan meluncur di Windows sebagai bagian dari bundel Halo: The Master Chief Collection – menyusul pelepasan Halo: Reach PC Desember kemarin.

Walaupun dua permainan pertama seri ini turut disajikan di Windows, gamer PC tak pernah diberi kesempatan untuk menikmati Halo 3, 4 dan seterusnya. Kabar baiknya, Microsoft memutuskan buat mengubah strategi mereka dalam menyuguhkan konten. Pelan-pelan, tak ada lagi judul eksklusif Xbox. Game-game Xbox mulai berdatangan di PC, bahkan muncul di platform distribusi third-party seperti Steam.

Tentu ada banyak pembaruan yang Xbox Game Studios serta 343 Industries implementasikan pada versi PC Halo: Combat Evolved Anniversary. Game kini siap menyuguhkan resolusi 4K serta frame rate lebih dari 60 per detik, mendukung pemakaian monitor ultra-wide, dan memperkenankan kita buat mengustomisasi setting keyboard serta mouse hingga fitur grafis seperti field of vision. Menariknya lagi, permainan tidak membutuhkan PC high-end agar bisa berjalan lancar.

IMG_04032020_145537_(1000_x_650_pixel)

Dari aspek konten, developer tidak memodifikasi mode single-player maupun multiplayer terlalu jauh. Halo: Combat Evolved Anniversary kembali menyuguhkan 10 misi campaign serta pilihan 19 peta multiplayer. Sistem progres kabarnya turut disempurnakan, dan bagi Anda yang ingin bernostalgia, terdapat fitur buat mengaktifkan grafis lawas ala tahun 2001.

Meski Halo: Reach dirilis sembilan tahun setelah Halo: Combat Evolved, sesuai kronologis cerita, Reach merupakan kisah pembuka seri permainan ini. Baru di Combat Evolved pemain dipertemukan dengan tokoh protagonis Master Chief John-117. Selanjutnya, Xbox Game Studios berencana untuk meluncurkan Halo 2: Anniversary, Halo 3, Halo 3: ODST dan Halo 4 secara berurutan.

Masing-masing permainan Halo edisi remaster ini dapat Anda beli terpisah atau sekaligus via bundel The Master Chief Collection. Game dijajakan di harga yang sangat murah, hanya Rp 70 ribu atau Rp 170 ribu untuk versi koleksinya.

Microsoft akan Bawa Lebih Banyak Game ke Steam

Kabar baik datang dari raksasa teknologi dunia, Microsoft. Mereka mengumumkan bahwa Microsoft akan membawa lebih banyak game-game Xbox Game Studios ke Steam.

Keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi layanan langganan Xbox Game Pass untuk PC yang diumumkan tanggal 30 Mei 2019.

Mengutip dari PC Gamer; Phill Spencer, Kepala divisi Xbox dari Microsoft, mengatakan, “tujuan kami adalah membuat game-game PC dari Xbox Game Studios tersedia di berbagai toko (digital), termasuk Microsoft Store on Windows milik kami, saat perilisannya. Kami percaya bahwa Anda harusnya punya pilihan di mana Anda ingin membeli game PC.”

Xbox Game Pass untuk PC. Sumber: Microsoft
Xbox Game Pass untuk PC. Sumber: Microsoft

Sebelumnya, sebagian besar dari game mereka memang eksklusif di Microsoft Store yang berarti berbentuk Universal Windows App (UWA). Format UWA sendiri memang punya banyak kekurangan karena tak mendukung moddingoverlays, dan berbagai ekstensi semacam ReShade. Padahal, hal-hal itulah yang sebenarnya membuat PC gaming superior dibandingkan platform gaming lainnya.

Sejumlah game rilisan Microsoft seperti Halo Wars sudah dirilis di Steam. Seri Master Chief Collection juga akan dirilis di Steam tahun ini, yang dimulai dari Halo Reach.

Pada saat pengumumannya, Age of Empires 1-3 Definitive Editions dan Gears 5 akan masuk gelombang pertama yang akan dirilis di Steam. Sayangnya, belum ada kejelasan untuk gamegame yang memang eksklusif untuk Microsoft Store seperti Sea of Thieves ataupun seri Forza Horizon.

Namun demikian, mungkin kita boleh sedikit optimis karena Microsoft juga menambahkan pernyataan berikut ini:

“Memungkinkan para gamers untuk bermain bersama cross-platform dan cross-network di PC Windows 10 dan console adalah hal yang krusial. Membangun komunitas antar pemain, terlepas dari toko ataupun platform yang mereka gunakan (console ataupun PC), juga sama pentingnya karena hal tersebut dapat menyatukan para gamer, memungkinkan game-game nya mendapatkan pasar terbesar, dan membangun kebersamaan sebagai potensi yang sesungguhnya dari kegiatan bermain.”

Steam akan menjadi tujuan pertama sebelum Microsoft membawa game-game mereka ke toko-toko lainnya. “Kami tahu jutaan PC gamers memercayai Steam sebagai tempat untuk mendapatkan game mereka dan kami mendengar masukan bahwa para gamer PC ingin punya opsi. Kami juga tahu bahwa ada toko-toko lain di PC dan kami berupaya untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi para gamer untuk menemukan game-game Xbox Game Studios di lebih banyak toko.”

Jadi, apakah nanti kita juga dapat melihat ada game Microsoft di GOG?

State of Decay 2 yang masih belum tersedia untuk Steam. Sumber: Microsoft
State of Decay 2 yang masih belum tersedia di Steam. Sumber: Microsoft

Selain Microsoft akan merilis game-game mereka di Steam, Microsoft Store juga akan memberikan dukungan ke game-game Win32. Hal ini berarti jika para publisher ataupun developer ingin menaruh game mereka di Microsoft Store, mereka tak lagi harus me-repackage game mereka jadi berbentuk UWA.

Akhirnya, Microsoft Store sendiri mungkin memang tidak populer di kalangan gamer PC. Namun Windows adalah sistem operasi terbaik untuk gaming dan DirectX juga sudah sangat berjasa besar dalam perkembangan sejarah gaming sampai hari ini (setidaknya menurut pendapat saya). Jadi, sudah sewajarnya juga jika berbagai komponen lain dari Microsoft turut memberikan dukungan yang terbaik buat para loyalis PC Master Race.