Bos Xbox: Pasar Ritel Game Tradisional Masih Lebih Besar Daripada Subscription

Di antara nama-nama besar industri gaming, Microsoft adalah salah satu yang paling optimistis soal cloud gaming dan mekanisme subscription. Meski demikian, Microsoft masih belum punya rencana untuk meninggalkan pasar ritel game tradisional, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Phil Spencer selaku bos besar Xbox sempat menyinggung soal ini. Menurutnya, bisnis subscription yang Xbox jalankan berbeda dari Netflix karena Xbox masih menjual game dengan cara konvensional, dan ini penting karena pasar ritel game masih sangat kuat dan juga terus bertumbuh. Itulah mengapa Xbox memberi pilihan antara subscription dan transaksi kepada konsumennya.

Ditanya mana yang lebih besar antara subscription dan transaksi dari sudut pandang bisnis, Phil dengan sigap menjawab transaksi. “Transaksi lebih besar daripada subscription. Subscription bertumbuh dengan lebih cepat, tapi hanya karena itu relatif baru. Dan dengan Game Pass, kami adalah salah satu penggerak pertama di ranah tersebut. Namun bisnis transaksi sangatlah besar. Kami masih menjual disk fisik,” jelas Phil.

Setidaknya untuk sekarang, masih ada beberapa alasan mengapa Microsoft belum bisa sepenuhnya bergantung pada bisnis subscription. Salah satunya menyangkut isu ketersediaan: layanan Xbox Game Pass maupun PC Game Pass hingga detik ini masih belum tersedia secara resmi di negara-negara besar macam Tiongkok maupun Indonesia. Padahal, hampir semua game keluaran Xbox Game Studios sudah bisa kita beli lewat Steam, termasuk judul-judul terbaru seperti Forza Horizon 5 atau Halo Infinite.

Layanan subscription Xbox Game Pass dan PC Game Pass sejauh ini baru tersedia di beberapa negara saja / Microsoft

Phil juga sempat menyinggung lebih jauh soal cloud gaming, dan bagaimana belakangan ini semakin banyak raksasa teknologi yang tertarik untuk ikut menggeluti bidang ini, mulai dari Google, Amazon, bahkan sampai Netflix sekalipun. Kendati demikian, Phil cukup yakin Microsoft setidaknya satu langkah lebih unggul, sebab di samping memiliki infrastruktur cloud yang bagus, mereka juga sudah paham betul mengenai dunia game development.

“Menurut saya cloud itu penting. Dan Netflix jelas punya cloud. Amazon punya cloud. Google punya kapabilitas cloud yang nyata. Namun tanpa konten, komunitas dan cloud, saya pikir masuk ke gaming saat ini — dan Anda bisa melihatnya pada apa yang sedang Netflix lakukan. Menurut saya apa yang mereka lakukan itu cerdas. Mereka membeli sejumlah studio. Mereka mempelajari proses kreatif dari hiburan interaktif. Dan saya pikir ini merupakan cara cerdas bagi mereka untuk masuk ke ranah ini. Bagi kami, kami sudah memulai ini sejak bertahun-tahun yang lalu,” terang Phil.

Benar saja. Di saat Amazon baru punya satu game yang bisa dibilang lumayan sukses (New World), dan Google malah menutup studio pengembangan game-nya, Microsoft justru merilis banyak game populer hanya di tahun lalu saja (Forza Horizon 5, Halo Infinite, Age of Empires 4, Psychonauts 2). Kita pun juga tidak boleh lupa bahwa Zenimax beserta seluruh anak perusahaannya kini juga merupakan bagian dari keluarga Xbox Game Studios.

Sumber: The New York Times dan PC Gamer.

Bos Xbox: Semua Karya Xbox Game Studios Akan Tersedia di PC

November ini, perang console next-gen akan resmi dimulai dengan diluncurkannya PlayStation 5 dan Xbox Series X. Terakhir peristiwa serupa terjadi adalah di bulan November 2013, tepatnya ketika PlayStation 4 dan Xbox One juga dirilis hampir bersamaan.

Definisi “perang console” sendiri menurut saya sudah bergeser menjadi “perang game eksklusif”. Pasalnya, kalau kita lihat dari sisi teknis, PlayStation 5 dan Xbox Series X punya spesifikasi yang tidak begitu jauh berbeda, dan keduanya pun sama-sama menjanjikan kualitas grafik next-gen yang kurang lebih sama, dengan dukungan resolusi maksimum 8K atau 4K 120 fps.

Buat saya, memilih console next-gen apa yang harus saya beli sama saja dengan memilih game apa yang ingin saya mainkan. Kalau saya suka game balapan, berarti saya tinggal memilih apakah saya lebih tertarik memainkan Gran Turismo 7 (PS5) atau Forza Motorsport (Xbox Series X). Kira-kira begitu pola pertimbangan paling sederhananya.

Di kubu Sony, definisi eksklusif sendiri sangat jelas: sebagian besar game yang dibuat oleh studio internal mereka (yang berada di bawah naungan PlayStation Studios) hanya bisa dimainkan di PlayStation 5. Namun di kubu Microsoft, definisinya terbilang abu-abu, sebab seperti yang kita tahu, mayoritas game bikinan anak-anak perusahaan Xbox Game Studios dalam beberapa tahun terakhir ini juga tersedia di PC.

Microsoft xCloud (Xbox Game Pass)

Ke depannya, Phil Spencer selaku petinggi Xbox malah memastikan bahwa semua karya studio internal mereka juga akan hadir di PC. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancaranya bersama Gamereactor, dan beliau turut mengonfirmasi bahwa ketersediaan di PC ini bukan cuma melalui Microsoft Store, melainkan juga Steam.

Bagi Microsoft, eksklusif bukan berarti mereka harus memaksa konsumen untuk membeli sebuah console Xbox. Di titik ini, Xbox sendiri bisa kita anggap sebagai sebuah ekosistem, dan kebetulan ekosistem tersebut dapat diakses dari berbagai macam perangkat; dari PC atau dari perangkat Android dengan bantuan layanan xCloud (Xbox Game Pass).

Merujuk kembali pada logika “membeli console berdasarkan katalog game eksklusifnya” saya tadi, mudah sekali muncul pertanyaan: “Mengapa saya harus membeli Xbox Series X kalau memang koleksi game-nya bakal bisa dimainkan lewat PC atau perangkat Android?”

Jawabannya adalah timing. Phil memang tidak menjelaskan secara merinci, akan tetapi beliau ada menyinggung soal timing dalam wawancaranya, dan yang saya tangkap, bisa jadi beberapa game eksklusifnya akan hadir lebih dulu di Xbox Series X sebelum akhirnya menyusul ke PC dan xCloud. Kalau ditambah dengan faktor lain seperti kepraktisan atau harga, seharusnya bakal semakin jelas mengapa masih ada orang yang mau membeli console Xbox ketimbang PC.

Via: PC Gamer.

Microsoft Yakin Xbox Series X Mampu Mengungguli PS5 dari Aspek Harga

Harga merupakan salah satu faktor krusial yang bisa menentukan sukses tidaknya peluncuran console game. Di era current-gen, Sony sukses mengungguli Microsoft karena saat diperkenalkan, PlayStation 4-nya dibanderol US$ 100 lebih murah dibanding Xbox One. Sementara itu, sang rival bersikeras untuk membundel perangkatnya bersama Microsoft Kinect (yang kini tak lagi dipasarkan buat konsumen).

Namun kondisi saat ini cukup berbeda dari tujuh tahun silam. Anda mungkin sudah mendengar soal bagaimana Sony kesulitan menekan harga PlayStation 5 akibat kelangkaan sejumlah komponen pendukung penting. Dan melihat dari kemiripan teknologi antara console next-gen Sony dengan Xbox Series X, kita boleh berasumsi Microsoft juga menemui kendala serupa. Apalagi menakar spesifikasinya, Series X punya performa lebih tinggi dari PS5.

Meski begitu, bos Xbox Phil Spencer terlihat cukup percaya diri terhadap harga yang akan Microsoft tetapkan untuk Xbox Series X. Bahkan ia yakin produk mereka mampu menggungguli milik sang kompetitor, dan timnya sudah menyiapkan ‘rencana kemenangan’. Spencer menilai, hardware gaming baru Microsoft menyimpan performa serta kapabilitas yang superior, dan perangkat ini siap menawarkan sebuah paket lengkap.

Sejauh ini, baik Microsoft maupun Sony belum mengungkap harga console anyar mereka. Dari gelagatnya (dan melihat pengalaman sebelumnya), Sony sengaja menunggu hingga Microsoft melakukan pengumuman, barulah harga PS5 disingkap. Microsoft sendiri akan terus ‘membuka mata’ dan menetapkan harga Xbox Series X secara fleksibel karena sangat penting bagi produsen buat memenuhi – atau melampaui – ekspektasi konsumen.

Spencer kembali mengingatkan bahwa nilai sebuah console tak hanya dihitung dari hardware semata. Ada sejumlah faktor krusial lain yang jadi penentu daya tariknya di mata konsumen, misalnya seperti fitur backward compatibility dan layanan Xbox Game Pass. Phil Spencer juga menyampaikan, kapabilitas semisal Smart Delivery dirancang untuk membuat gamer merasa nyaman dalam membeli konten di platform Xbox. Teknologi ini memastikan kita hanya perlu bertransaksi sekali saja buat mengakses satu judul permainan di sistem berbeda.

Sebagai perbandingan, Microsoft awalnya menjajakan Xbox One di harga US$ 500. Seiring berjalannya waktu (dan setelah dipangkasnya bundel Kinect), angkanya turun ke US$ 300. Sementara itu, label US$ 500 kini diusung oleh varian Xbox One X. Spekulasi sementara ini adalah, Xbox Series X akan ditawarkan lebih mahal lagi dan Microsoft kemungkinan tak mengambil banyak keuntungan dari sana – mengharapkan balik modal dari penjualan software dan layanan premium.

Microsoft memang belum mengonfirmasinya, tapi sejumlah pakar dan analis menduga Xbox Series X hanyalah satu dari beberapa model console baru yang tengah produsen kembangkan. Boleh jadi nanti akan ada varian yang lebih terjangkau. Itulah alasannya Microsoft bilang bahwa kita hanya perlu memanggil hardware next-gen itu dengan sebutan ‘Xbox’.

Via Gamespot.

Microsoft Umumkan Spesifikasi Resmi Xbox Series X

Walaupun Microsoft sempat bilang bahwa penjualan Xbox One cukup memuaskan, perusahaan tetap mengakui keunggulan sang rival di era current-gen. Sony berhasil mengapalkan lebih dari 102 juta unit PlayStation 4, memaksa Microsoft untuk mengambil strategi baru dalam menyuguhkan konten. Kita tahu, mereka tak pernah lagi menghidangkan permainan eksklusif. Hampir seluruh game Xbox One kini tersedia di Windows 10 dan Microsoft terus mempromosikan cross-platform play.

Meski demikian, tidak berarti produsen tak menyiapkan produk baru buat berkompetisi dengan Sony. Xbox Series X diumumkan tiba-tiba di ajang The Game Awards 2019. Di sana, Microsoft memamerkan wujud console dan tak lama turut diketahui pula Series X merupakan satu dari beberapa model Xbox anyar yang perusahaan sedang siapkan. Dan melalui Xbox Wire minggu ini, head of Xbox Phil Spencer akhirnya mengungkap informasi lebih rinci terkait hardware dan teknologi pendukung Xbox Series X.

Microsoft menjelaskan bahwa dibandingkan console mereka sebelumnya, Xbox Series X menawarkan keseimbangan antara kecepatan dan tenaga yang lebih baik. Ada lima faktor yang jadi andalan sang produsen: performa grafis 12-teraflop, variable rate shading, teknologi ray tracing DirectX berbasis hardware, kemampuan ‘me-resume‘ beberapa game sekaligus dalam waktu singkat, dan fitur Smart Delivery. Selain itu, Microsoft tentu saja menjabarkan aspek teknis Series X secara lengkap.

IMG_25022020_140347_(1000_x_650_pixel)

Diklaim sebagai console paling bertenaga yang pernah Microsoft ciptakan, Xbox Series X dipersenjatai prosesor semi-custom berbasis AMD Zen 2 dan arsitektur RDNA 2. Komponen ini kabarnya menyimpan kemampuan olah data empat kali lipat dari Xbox One, serta memberikan kesempatan bagi developer game untuk memanfaatkan performa GPU berkekuatan 12-teraflop. Jumlah ini dua kali lebih besar dibanding Xbox One X dan delapan kali Xbox One standar. Console turut ditunjang oleh penyimpanan berbasis SSD sehingga waktu load app jadi lebih singkat.

Variable rate shading merupakan salah satu fitur unik Xbox Series X, memungkinkan distribusi kinerja grafis yang lebih efisien. Dengan VRS, GPU tak lagi perlu mencurahkan tenaganya terus-menerus untuk menangani seluruh pixel di layar. Ia kini dapat memprioritaskan efek visual secara individual, misalnya di karakter tertentu atau objek-objek penting. Alhasil, sistem bisa menampilkan resolusi lebih tinggi dan memastikan frame rate tersaji lebih stabil tanpa mengurangi kualitas grafis. Series X sendiri siap menghidangkan 120fps.

Melengkapi aspek kinerja, Microsoft juga membekali Xbox Series X dengan konektivitas yang lebih canggih. Console ditunjang HDMI 2.1 yang lebih rendah latency serta kemampuan dynamic latency input sehingga sistem bisa membaca perintah dari unit controller wireless lebih cepat, presisi dan responsif.

Sempat dibahas sebelumnya, backward compatibility akan kembali hadir di Xbox Series X. Kapabilitas ini memperkenankan console menjalankan permainan-permainan lawas, termasuk judul yang dirilis di era Xbox generasi pertama. Backward compatibility berhubungan dengan fitur Smart Delivery.  Teknologi ini mampu mengenal game, berfungsi untuk menghidangkan konten secara optimal berdasarkan sistem yang kita miliki – baik Xbox Series X maupun Xbox One. Berkatnya, kita hanya perlu membeli permainan satu kali buat dinikmati di hardware berbeda.

Xbox Series X rencananya akan mulai dipasarkan di kuartal keempat tahun ini. Saya menduga Microsoft akan memamerkan kecanggihannya di E3 2020 serta mendemonstrasikan sejumlah game yang dapat memaksimalkan kinerja console. Hal yang paling membuat saya penasaran adalah harganya. Seberapa jauh kira-kira perusahaan mampu menekan harga Series X?

Strategi Baru Microsoft Xbox Untuk ‘Mengantisipasi’ PlayStation 5

Penampilan Xbox Series X yang lebih menyerupai PC small form ketimbang console memberikan kita gambaran bahwa cara Microsoft menyajikan layanan dan konten hiburan telah berubah. Penyingkapan hardware next-gen itu dilakukan mendadak di The Game Awards 2019 ketika tak ada seorang pun menduganya. Di sepanjang kiprahnya, Microsoft selalu mengumumkan Xbox baru di acara mereka sendiri.

Alasan dilakukannya pengumuman Xbox Series X secara tiba-tiba memang berkaitan dengan arahan baru yang diambil perusahaan. Berdasarkan penuturan executive vice president of gaming Microsoft Phil Spencer dalam podcast Gamertag Radio, tim Xbox berencana untuk mengeksekusi langkah ‘berani’ demi mempromosikan produk anyar tersebut dan merebut pangsa pasar console dari Sony (yang berhasil mengapalkan lebih dari 102 unit PlayStation 4).

Pengungkapan Xbox Series X di The Game Awards 2019 ternyata merupakan gagasan dari salah satu bos marketing Xbox. Awalnya Spencer ragu dengan rencana ini, apalagi hanya ada sedikit game yang mampu menampilkan potensi Series X – misalnya Halo Infinite dan Hellblade 2. Tetapi sang marketing lead berhasil meyakinkan Spencer. Ia menyampaikan bahwa Microsoft perlu menerapkan strategi yang tak pernah perusahaan ambil sebelumnya.

Di podcast tersebut, Spencer juga mengaku, Xbox saat ini tidak berada di posisi yang ditargetkan sebelumnya. Xbox tidak akan bisa mendisrupsi pasar ataupun mengembangkan bisnis jika terus melakukan hal yang sama. Pada akhirnya, Spencer melihat peluang unik di The Game Awards. Geoff Keighley selaku pencipta (dan host) berhasil menciptakan acara yang mampu menarik jutaan pemirsa tiap tahunnya.

Alhasil, trailer perdana Hellblade 2: Senua’s Saga ditayangkan di sana. Walaupun tampak seperti animasi pre-rendered, konten sebetulnya diambil dari porsi in-engine permainan yang dijalankan dari Xbox Series X untuk memamerkan canggihnya kemampuan grafis console next-gen tersebut. Phil Spencer menyampaikan rasa puas terhadap respons khalayak, walaupun saat itu ia sempat cemas rencana mereka akan berantakan.

Selanjutnya, Microsoft akan memusatkan perhatiannya pada persiapan peluncuran Xbox generasi ke-empat itu, rencananya akan dilangsungkan di kuartal empat 2020. Tim mengaku siap mengantisipasi beragam hal, termasuk jika ada kejadian tak terduga.

Perlu diingat kembali bahwa Series X kemungkinan besar hanyalah satu dari beberapa model console next-gen yang akan Microsoft perkenalkan. Produsen menyarankan kita memanggil produk baru mereka sebagai ‘Xbox’ saja. Series X sepertinya merupakan varian high-end dan Microsoft akan menyediakan opsi yang lebih terjangkau. Perangkat juga kembali dibekali fitur backward compatibility, memungkinkannya menjalankan game-game Xbox One, Xbox 360 dan Xbox generasi pertama. Dengan begini, library permainan jadi lebih luas.

Via GameSpot.

Microsoft Tak Lagi Anggap Sony dan Nintendo Sebagai Kompetitor Utama?

Ranah console gaming selalu diasosiasikan dengan tiga brand besar yang sejak dulu berkompetisi ketat: Microsoft Xbox, Sony PlayStation, dan Nintendo. Namun industri gaming terus berubah. Kehadiran sejumlah teknologi baru mentransformasi metode penyajian konten, dan kita tahu bukan hanya nama-nama itu yang menunjukkan ketertarikannya terhadap gaming. Raksasa seperti Google dan Apple juga sudah lama berupaya mempenetrasinya.

Peluncuran PlayStation 5 dan Xbox next-gen yang rencananya dilangsungkan di akhir tahun ini diestimasi akan kembali memperpanas ‘perang console‘ – yang telah berlansung selama beberapa dekade. Namun menariknya, Microsoft mengaku bahwa mereka tak lagi melihat Sony Interactive Entertainment serta Nintendo sebagai kompetitor. Bagi perusahaan asal Redmond itu, Amazon dan Google lebih memberi ‘ancaman’ ketimbang rival-rival lamanya.

Via Protocol.com, bos Xbox Phil Spencer menjelaskan alasan mengapa Sony dan Nintendo bukan lagi rival mereka ialah karena kedua brand tersebut tidak memiliki infrastruktur cloud top-end yang dapat menyaingi platform Microsoft Azure. Dalam menyajikan console baru nanti, Sony diestimasi masih mengandalkan konten eksklusif – begitu pula Nintendo. Sedangkan Xbox generasi keempat akan terintegrasi dengan teknologi xCloud.

Project xCloud ialah layanan cloud gaming yang tengah Microsoft godok, telah memasuki tahap uji coba ‘rumahan’ sejak bulan Mei 2019 lalu. Layanan ini ditunjang oleh tidak kurang dari 54 data center Azure yang tersebar di 140 negara, dirancang agar dapat diakses secara optimal dari smartphone. Game-game-nya bisa dikendalikan langsung via layar sentuh maupun controller Xbox lewat Bluetooth. Dan dibandingkan Stadia, xCloud juga memiliki koleksi permainan lebih banyak.

“Ketika membahas Sony dan Nintendo, kami sangat menghormati brand-brand ini, namun buat sekarang kami melihat Amazon dan Google sebagai kompetitor utama,” tutur Spencer. “Tanpa mengurangi hormat kepada Nintendo serta Sony, perusahaan-perusahaan gaming tradisional berada di posisi yang kurang menguntungkan. Mereka bisa saja mencoba membangun infrastruktur seperti Azure, tetapi selama beberapa tahun ini kami telah berinvestasi miliaran dolar di cloud.”

Selain itu, Microsoft menyadari bahwa ketika perusahaan seperti Nintendo dan Sony memfokuskan produk mereka untuk gamer dan fans, Amazon serta Google berupaya menggaet tujuh miliar di dunia buat jadi gamer. Menurut Microsoft, inilah tujuan sesungguhnya dari layanan gaming.

Mungkin Anda juga tahu, Microsoft tak lagi berupaya menyuguhkan game atau konten eksklusif. Kini hampir seluruh permainan Xbox One juga tersedia di Windows 10, dan Microsoft merupakan salah satu produsen console pertama yang mengusahakan agar agar gamer di sistem berbeda bisa bermain bersama melalui cross-platform play. Sedangkan Sony awalnya malah enggan mengadopsi fitur ini.

Half-Life: Alyx Bahkan Belum Bisa Meyakinkan Tim Xbox Buat Berkecimpung di VR

Beberapa tahun setelah tersedianya head-mounted display virtual reality kelas konsumen, bermunculan-lah banyak game berkualitas. Mereka bukan lagi tech demo yang dirancang buat memperkenalkan VR, namun menyajikan konten eksklusif virtual reality yang tak kalah dari permainan-permainan blockbuster. Judul-judul seperti Lone Echo dan Asgard’s Wrath ialah beberapa contohnya.

Dan Anda mungkin sudah tahu, Valve Corporation saat ini tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan satu permainan VR raksasa, yaitu Half-Life: Alyx. Alyx merupakan game khusus virtual reality yang menjanjikan durasi bermain setara Half-Life 2, dengan konten dan dunia berskala besar demi mendorong pemain buat berjelajah. Lewat virtual reality, Valve bermaksud memperkenalkan formula gameplay baru berbasis controller motion Index.

Pengembangan Half-Life: Alyx sudah berlangsung cukup lama, dan para tester wajib menjaga kerahasiaan eksistensinya. Seorang tester bahkan telah terlibat proses pengujian selama 4,5 tahun. Beberapa individu seperti bos Xbox Phil Spencer juga diberikan kesempatan untuk mencicipinya lebih dulu sebelum game dirilis di bulan Maret nanti. Namun dengan premis yang begitu menarik, Spencer masih belum yakin game virtual reality seperti Half-Life: Alyx betul-betul diinginkan gamer.

Pernyataan tersebut diungkap sang bos Xbox pada wawancara bersama Stevivor terkait mengapa Xbox belum mengintegrasikan VR ke layanannya. Spencer bilang bahwa beberapa aspek di virtual reality terasa masih mengganjal. Menurutnya, VR mengisolasi pengguna padahal seharusnya permainan video bersifat komunal dan dapat dinikmati bersama-sama. Meski begitu, ia mengaku sangat menghargai upaya para pionir teknologi, dari mulai ahli AI, fisik, 3D, ray tracing, termasuk augmented dan virtual reality.

Spencer menyampaikan, dalam menghadirkan produk, Microsoft selalu berusaha merespons keinginan pelanggan dan sejauh ini gamer Xbox belum meminta produk VR. Mayoritas konsumen tahu jika mereka menginginkan konten virtual reality, ada platform lain yang lebih baik buat menyuguhkannya: PC. Kemudian dilihat dari sisi komersial, belum ada satu produsen perangkat VR pun yang mampu menjual produknya dalam hitungan jutaan unit.

Xbox dan VR sejauh ini punya hubungan yang tidak biasa. Dahulu sebelum Xbox One X resmi diumumkan, Microsoft sempat bilang bahwa performa hardware Project Scorpio (codename-nya saat itu) tidak kesulitan buat menopang headset virtual reality layaknya PC. Namun ketika dirilis, Xbox One X malah tidak dibekali dukungan ke HMD VR.

Dan dengan pernyataan Phil Spencer tersebut, ada dugaan kuat kompatibilitas ke VR kembali absen di unit Xbox next-gen. Kita tahu, Microsoft tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengekspansi pengalaman bermain melalui pengembangan layanan cloud gaming. Sementara itu, Sony sebagai rival utamanya memilih buat tetap mempertahankan kapabilitas VR di PlayStation 5. PSVR ‘generasi pertama’ akan kompatibel dengan console anyar mereka.

Bos Xbox: Cloud Gaming Tak Bisa Dihindari, Tapi Belum Dapat Menggantikan Console

Secara teori, metode streaming yang diusung cloud gaming memungkinkan orang menikmati permainan kapan pun menggunakan perangkat apapun yang bisa mengakses internet. Inilah penawaran utama layanan-layanan seperti Google Stadia dan Shadow, hingga platform-platform lokal semisal Skyegrid dan gameQoo. Terkait hal ini, seorang petinggi Microsoft mengungkap pandangan menarik.

Sudah cukup lama Microsoft mengumbar agenda penggarapan xCloud. Waktu itu, eksistensinya membuat orang bertanya-tanya apakah xCloud akan jadi bagian dari ekosistem Xbox atau disajikan terpisah. Lewat Xbox Wire di bulan Mei kemarin, Microsoft menyingkap secara lebih rinci bagaimana mereka akan menyajikan xCloud – termasuk kesiapannya menyajikan seluruh game Xbox di tiap generasi.

Berbicara pada GameSpot, bos Xbox Phil Spencer mengakui bagaimana industri gaming bergerak ke solusi cloud dan hal tersebut tidak terelakkan. Namun transisi ke arah itu pada dasarnya dipengaruhi oleh gamer, dan Spencer menekankan bahwa hardware khusus gaming kemungkinan tetap masih dibutuhkan di masa depan. Buat sekarang saja, ada begitu banyak perangkat komputasi, dari mulai smartphone, Surface Hub ataupun Xbox; dan mereka diperlukan untuk menikmati cloud gaming.

Spencer juga mencoba mengklarifikasi satu hal: terlepas dari pengembangan xCloud, Microsoft tidak punya niatan untuk menyediakan console/set-top box khusus streaming. Yang mereka lakukan adalah menggarap home console baru ‘secara tradisional’. Dengan menyiapkan dua solusi berbeda itu, konsumen dipersilakan memilih, apakah mereka ingin mengakses game secara streaming via smartphone atau secara lokal/langsung di console.

Arahan gaming on demand sebetulnya merupakan kelanjutan dari strategi baru Microsoft. Sejak beberapa tahun lalu, perusahaan memutuskan agar game Xbox juga bisa dimainkan dari PC ber-Windows 10. Eksklusivitas tampaknya tak lagi jadi prioritas. Spencer menjelaskan bagaimana timnya berupaya buat menghadirkan game di perangkat apapun yang Anda pilih, baik itu PC, Xbox bahkan termasuk produk kompetitor seperti PlayStation.

Sang bos Xbox juga memaparkan singkat kekurangan dan kelebihan dari solusi game stream. Karena mengandalkan koneksi internet, kita tidak mungkin mendapatkan konten 8K 120Hz, namun kualitas xCloud tetap nyaman dan memuaskan. Lalu bahkan jika layanan gaming on demand nantinya dibekali fitur-fitur semisal multiplayer coop dan voice chat, pengalamannya sudah pasti berbeda dari seperti ketika Anda duduk di atas sofa di depan TV.

Tentu saja Phil Spencer sangat percaya diri pada apa yang xCloud bisa sajikan. Layanan ini ditopang oleh data center Azure yang tersebar secara global. Kondisi ini memastikan Microsoft dapat lebih mudah menjangkau konsumen serta mempercepat proses pematangannya.

Langkah Nyata Tim Xbox Demi Membuat Komunitas Gaming Lebih Aman dan Nyaman

Gamer berpengalaman pasti tahu, badan internasional sekelas ESRB saja mengaku mereka tak dapat memberi penilaian terhadap interaksi online. Sebuah game bisa saja memperoleh rating ‘semua umur’, tapi tak berarti para pemain akan berperilaku secara layak. Apapun permainan maupun platform-nya, selalu ada peluang terjadinya penggunaan kata-kata kasar hingga perundungan.

Awal bulan ini, Microsoft mengungkapkan bagaimana komunikasi dan aspek kompetisi tidak bisa dilepaskan dari multiplayer. Dan ketika situasi mulai memanas, mereka bisa memaklumi jika beberapa gamer mencoba pamer kemampuan ataupun membual. Hal ini tidak selamanya buruk, bahkan bisa mendorong kita untuk bermain lebih baik. Namun pemain perlu memahami bahwa ada garis batasan jelas antara ‘trash talk‘ dengan tindakan pelecehan.

Lewat blog resmi kemarin, vice president of gaming Phil Spencer kembali menyatakan ketegasan Microsoft melawan segala tindak pelecehan. Spencer punya keinginan menjaga ekosistem bermain selalu bersih, karena ia percaya bagi banyak orang di dunia, gaming ialah pintu gerbang memasuki ranah teknologi yang begitu luas. Di sana, bos Xbox itu juga menceritakan sedikit masa kecilnya dan hobi bermain di Sinclair ZX81 bersama sang ayah.

Phil Spencer menekankan dua poin penting terkait hobi yang digemari jutaan jiwa ini. Pertama, gaming diperuntukkan bagi semua orang. Tidak ada satu kelompok pun yang ‘memiliki’ gaming, dan kita dipersilakan buat menikmatinya, entah apakah Anda baru memulainya atau seorang atlet esports berprestasi. Kedua, gaming harus menekankan faktor keamanan, inklusivitas serta keselamatan, dan Microsoft merasa bertanggung jawab demi memastikan visi ini terpenuhi.

Dengan mengacu pada dua prinsip tersebut, Microsoft mencoba menerapkan tiga strategi:

  1. Selalu waspada, proaktif dan tangkas. Ujung tombaknya adalah satgas Xbox Safety yang mendapat julukan ‘Defenders of Joy’. Mereka ditugaskan buat mengidentifikasi potensi-potensi pelecehan dan penyalahgunaan platform Xbox dan segera merespons secara cepat. Kampanye untuk menciptakan komunitas yang lebih baik ini juga didukung oleh tidak kurang dari 150.000 Duta Xbox.
  2. Meminta Anda untuk turut menjaga gaming tetap positif. Di sini, Microsoft mencoba menyediakan perkakas buat mengustomisasi pengalaman bermain sesuai level kenyamana Anda, rencananya akan mulai meluncur di akhir tahun 2019. Selain itu, para orang tua juga bisa menciptakan akun anak atau remaja agar buah hatinya bisa ikut bermain.
  3. Komitmen kerja sama dengan sesama pemain di industri gaming. Demi melindungi semua gamer, Microsoft akan mengimplementasikan sistem-sistem inovatif, termasuk teknologi PhotoDNA yang tersedia baik bagi developer, publisher sampai penegak hukum untuk memerangi persebaran konten pornografi anak.

Akan Ada Lebih Banyak Game Xbox Lawas Bisa Dinikmati di Xbox One

Saat pertama kali diungkap, backward compatibility di Xbox One memberikan console Microsoft itu satu keunggulan besar dari PlayStation 4. Teknologi ini memungkinkan sistem menjalankan game-game yang dulu dilepas di Xbox 360. Dua tahun setelahnya, Microsoft mengekspansi fitur ini hingga sanggup menjangkau platform yang lebih lawas lagi: Xbox.

Saat ini ada 13 permainan Xbox klasik bisa dimainkan dari sistem current-gen Microsoft. Mereka sengaja memilih judul-judul legendaris dan populer di eranya demi memastikan lebih banyak gamer dapat bernostalgia. Microsoft memang punya rencana untuk menambah jumlah koleksinya, tapi prosedur ‘transfer permainan’ dari console tua ke Xbox One tampaknya lebih kompleks dari menyediakan backward compatibility game-game Xbox 360.

Hal tersebut diutarakan oleh bos Xbox Phil Spencer. Menjawab pertanyaan seorang follower di Twitter, Spencer mengungkapkan bahwa timnya telah menyiapkan lebih banyak game Xbox orisinal untuk dihidangkan via backward compatibility. Tapi ia juga mengakui prosesnya lebih rumit, sehingga perilisan permainan jadi tidak sesering judul Xbox 360. Kesulitan bukan disebabkan oleh faktor teknis, melainkan aspek legalitas.

Agar bisa menyajikan game Xbox di Xbox One, Microsoft harus memastikan mereka telah memperoleh izin dari pemegang franchise. Kendalanya, tidak sedikit publisher di era console generasi keenam sudah berhenti beroperasi. Bahkan jika beberapa perusahaan masih aktif berbisnis, ada kontrak (mungkin dalam wujud lembaran kertas) yang hilang. Faktor penghalang lain boleh jadi sangat sepele, seperti kendala lisensi musik.

13 game Xbox yang backward compatible dengan Xbox One meliputi:

  • Black
  • BloodRayne 2
  • Crimson Skies: High Road to Revenge
  • Dead to Rights
  • Fuzion Frenzy
  • Grabbed by the Ghoulies
  • The King of Fighters Neowave
  • Ninja Gaiden Black
  • Prince of Persia: The Sands of Time
  • Psychonauts
  • Red Faction II
  • Sid Meier’s Pirates
  • Star Wars: Knights of the Old Republic

Silakan Anda bandingkan dengan daftar permainan Xbox 360 yang sudah bisa diakses dari sistem current-gen Microsoft, terhitung per tanggal 16 Januari 2018:

  • 0 Day Attack on Earth
  • 3D Ultra Minigolf Adventures
  • A Kingdom for Keflings
  • A World of Keflings
  • Aegis Wing
  • Age of Booty
  • Alan Wake
  • Alan Wake’s American Nightmare
  • Alice: Madness Returns
  • Alien Hominid HD
  • Altered Beast
  • Anomaly Warzone Earth
  • Arkanoid Live
  • Army of Two
  • Assassin’s Creed
  • Assassin’s Creed II
  • Assassin’s Creed: Brotherhood
  • Assassin’s Creed III
  • Assassin’s Creed Revelations
  • Assassin’s Creed Rogue
  • Assault Heroes 2
  • Asteroids & Deluxe
  • AstroPop
  • Aqua
  • Babel Rising
  • Band of Bugs
  • Banjo Kazooie: Nuts n Bolts
  • Banjo Tooie
  • Banjo Kazooie
  • Batman: Arkham Origins
  • Battlefield: Bad Company
  • Battlefield: Bad Company 2
  • Battlefield 3
  • BattleBlock Theater
  • Battlestations: Midway
  • Bayonetta
  • Beat’n Groovy
  • Bejeweled 2
  • Bejeweled 3
  • Bellator: MMA Onslaught
  • Beyond Good & Evil HD
  • Bionic Commando Rearmed 2
  • BioShock
  • BioShock 2
  • BioShock Infinite
  • Bloodforge
  • Blood Knights
  • Blood of the Werewolf
  • BloodRayne: Betrayal
  • Blue Dragon
  • Bomberman Live: Battlefest
  • Boom Boom Rocket
  • Borderlands
  • Borderlands 2
  • Bound by Flame
  • Braid
  • Brain Challenge
  • Bullet Soul
  • Bullet Soul: Infinite Burst
  • Bully: Scholarship Edition
  • Burnout Paradise
  • Cabela’s Alaskan Adventures
  • Cabela’s Dangerous Hunts 2013
  • Cabela’s Hunting Expeditions
  • Cabela’s Survival: Shadows of Katmai
  • Call of Duty 2
  • Call of Duty 3
  • Call of Duty: Advanced Warfare
  • Call of Duty: Black Ops
  • Call of Duty: Black Ops II
  • Call of Duty: Ghosts
  • Call of Duty: World at War
  • Call of Juarez Gunslinger
  • Capcom Arcade Cabinet
  • Carcassonne
  • Cars: Mater-National Championship
  • Cars 2
  • Castle Crashers
  • Castlestorm
  • Castlevania: Symphony of the Night
  • Catherine
  • The Cave
  • Centipede & Millipede
  • Child of Light
  • Civilization: Revolution
  • Clannad
  • Commanders: Attack of the Genos
  • Comic Jumper
  • Comix Zone
  • Condemned
  • Contra
  • Counter-Strike: Global Offensive
  • Crazy Taxi
  • Crystal Quest
  • Crystal Defenders
  • Cyber Troopers Virtual On: Oratorio Tangram
  • Dark Souls
  • Dark Void
  • Darksiders
  • Darksiders II
  • Daytona USA
  • de Blob 2
  • Dead Rising 2: Case West
  • Dead Rising 2: Case Zero
  • Dead Space
  • Dead Space 2
  • Dead Space 3
  • Dead Space Ignition
  • Deadfall Adventures
  • Deadliest Warrior: Legends
  • Deadliest Warrior: The Game
  • Deadly Premonition
  • Deathspank: Thongs of Virtue
  • Defense Grid
  • Deus Ex: Human Revolution
  • Deus Ex: Human Revolution Director’s Cut
  • Dig Dug
  • Dirt 3
  • Dirt Showdown
  • Discs of Tron
  • Disney Bolt
  • Disney Castle of Illusion Starring Mickey Mouse
  • Disney Epic Mickey 2: The Power of Two
  • Domino Master
  • Doom
  • Doom II
  • Doom 3: BFG Edition
  • Doritos Crash Course
  • Double Dragon: Neon
  • Dragon Age: Origins
  • Dragon’s Lair
  • Driver: San Franciso
  • DuckTales Remastered
  • Duke Nukem: Manhattan Project
  • Dungeons & Dragons: Chronicles of Mystara
  • Dungeon Siege III
  • E4: Every Extend Extra Extreme
  • Earthworm Jim HD
  • Earth Defense Force 2017
  • Earth Defense Force: Insect Armageddon
  • Eat Lead: The Return of Matt Hazard
  • The Elder Scrolls IV: Oblivion
  • Encleverment Experiment
  • Escape Dead Island
  • F1 2014
  • Fable Anniversary
  • Fable II
  • Fable II Pub Games
  • Fable III
  • Faery: Legends of Avalon
  • Fallout 3
  • Fallout: New Vegas
  • Far Cry 2
  • Far Cry 3
  • Far Cry 3 Blood Dragon
  • Feeding Frenzy
  • Feeding Frenzy 2
  • Fighting Vipers
  • Final Fight: Double Impact
  • Flashback
  • Flock
  • Forza Horizon
  • Fret Nice
  • Frogger
  • Frogger 2
  • FunTown Mahjong
  • Galaga
  • Galaga Legions
  • Galaga Legions DX
  • Garou: Mark of the Wolves
  • Gatling Gears
  • Gears of War
  • Gears of War 2
  • Gears of War 3
  • Gears of War: Judgment
  • Geometry Wars: Retro Evolved
  • Geometry Wars: Retro Evolved 2
  • Geometry Wars 3: Dimensions
  • Ghostbusters
  • Ghostbusters: Sanctum of Slime
  • Gin Rummy
  • Girl Fight
  • Goat Simulator
  • Golden Axe
  • Go! Go! Break Steady
  • Golf: Tee It Up
  • Grand Theft Auto IV
  • Grid 2
  • Gripshift
  • Guardian Heroes
  • Gunstar Heroes
  • Guwange
  • Gyromancer
  • Gyruss
  • Half-Minute Hero: Super Mega Neo Climax
  • Halo: Combat Evolved
  • Halo 3
  • Halo 3: ODST Campaign Edition
  • Halo 4
  • Halo: Reach
  • Halo: Spartan Assault
  • Halo Wars
  • Hard Corps: Uprising
  • Hardwood Backgammon
  • Hardwood Hearts
  • Hardwood Spades
  • Harms Way
  • Haunted House
  • Heavy Weapon
  • Hexic 2
  • Hexic HD
  • Hitman: Absolution
  • Hydro Thunder
  • I Am Alive
  • Ikaruga
  • Ilomilo
  • Injustice: Gods Among Us + disc-only Ultimate Edition
  • Insanely Twisted Shadow Planet
  • Interpol: The Trail of Dr. Chaos
  • Iron Brigade
  • Jeremy McGrath’s Offroad
  • Jet Set Radio
  • Jetpac Refuelled
  • Jewel Quest
  • Joe Danger Special Edition
  • Joe Danger 2: The Movie
  • Joust
  • Joy Ride Turbo
  • Juju
  • Jurassic Park: The Game
  • Just Cause 2
  • Kameo
  • Kane & Lynch 2
  • Killer Is Dead
  • The King of Fighters ’98
  • The King of Fighters 2002
  • KOF Sky Stage
  • Lazy Raiders
  • Left 4 Dead
  • Left 4 Dead 2
  • Lego Batman
  • Lego Indiana Jones
  • Lego Pirates of the Caribbean: The Video Game
  • Lego Star Wars: The Complete Saga
  • Limbo
  • Lode Runner
  • Lost Odyssey
  • Lumines Live!
  • Luxor 2
  • Mad Tracks
  • Magic: The Gathering 2012
  • Marlow Briggs and the Mask of Death
  • Mars: War Logs
  • Mass Effect
  • Mass Effect 2
  • Mass Effect 3
  • Matt Hazard: Blood, Bath, and Beyond
  • The Maw
  • Medal of Honor: Airborne
  • Meet the Robinsons
  • Mega Man 9
  • Mega Man 10
  • Metal Gear Rising: Revengeance
  • Metal Slug 3
  • Metal Slug XX
  • Midway Arcade Origins
  • Might & Magic Clash of Heroes
  • Military Madness
  • Mirror’s Edge
  • Missile Command
  • Monaco: What’s Yours Is Mine
  • Monday Night Combat
  • Monkey Island: SE
  • Monkey Island 2: SE
  • Monopoly Deal
  • Moon Diver
  • Motocross Madness
  • Ms. Splosion Man
  • Ms Pac-Man
  • Mutant Blobs Attack
  • Mutant Storm Empire
  • Mutant Storm Reloaded
  • MX vs. ATV Reflex
  • N+
  • NBA Jam: On Fire Edition
  • Neogeo Battle Coliseum
  • Nights Into Dreams
  • Of Orcs and Men
  • Omega Five
  • Operation Flashpoint: Dragon Rising
  • Operation Flashpoint: Red River
  • The Orange Box
  • Outland
  • Pac-Man
  • Pac-Man C.E
  • Pac-Man CE DX+
  • Pac-Man Museum
  • Peggle
  • Peggle 2
  • Perfect Dark
  • Perfect Dark Zero
  • Persona 4 Arena
  • Phantasy Star II
  • Phantom Breaker: Battle Grounds
  • Pinball FX
  • Planets Under Attack
  • Plants vs. Zombies
  • Poker Smash
  • Portal: Still Alive
  • Portal 2
  • Prince of Persia
  • Pure
  • Putty Squad
  • Puzzle Quest
  • Puzzle Quest 2
  • Puzzle Quest: Galactrix
  • QIX++ Puzzlegeddon
  • Rage
  • Raiden IV
  • Raskulls
  • Rayman 3 HD
  • Rayman Legends
  • Rayman Origins
  • Red Dead Redemption
  • Red Faction: Armageddon
  • Red Faction: Battlegrounds
  • RoboBlitz
  • Rocket Knight
  • R-Type Dimensions
  • Runner 2
  • Sacred 3
  • Sacred Citadel
  • Saints Row: The Third
  • Saints Row IV
  • Sam & Max: Beyond Time & Space
  • Sam & Max Save the World
  • Samurai Shodown II
  • Scarygirl
  • Scrap Metal
  • ScreamRide
  • Sega Vintage Collection: Alex Kidd & Co.
  • Sega Vintage Collection: Monster World
  • Sega Vintage Collection: Streets of Rage
  • Sega Vintage Collection: ToeJam & Earl
  • Shadow Assault/Tenchu
  • Shadow Complex
  • Shadowrun
  • Shadows of the Damned
  • Shank 2
  • Shinobi
  • Shred Nebula
  • Shotest Shogi
  • Silent Hill: Downpour
  • Skate 3
  • Skullgirls
  • Skydive
  • Slender: The Arrival
  • Small Arms
  • Sniper Elite V2
  • Soltrio Solitaire
  • Sonic & All-Stars Racing Transformed
  • Sonic & Knuckles
  • Sonic Adventure
  • Sonic Adventure 2
  • Sonic CD
  • Sonic The Fighters
  • Sonic The Hedgehog
  • Sonic The Hedgehog 2
  • Sonic The Hedgehog 3
  • Sonic The Hedgehog 4: Episode 1
  • Sonic The Hedgehog 4: Episode II
  • Soulcalibur
  • Soulcalibur II
  • South Park: The Stick of Truth
  • Space Ark
  • Space Giraffe
  • Space Invaders Infinity Gene
  • Spelunky
  • The Splatters
  • Splosion Man
  • SSX
  • Stacking
  • Star Wars: The Force Unleashed
  • Star Wars: The Force Unleashed II
  • Steins; Gate 比翼恋理のだーりん
  • Steins; Gate (オリジナル版)
  • Steins; Gate 線形拘束のフェノグラム
  • Strania
  • Street Fighter IV
  • Stuntman: Ignition
  • Super Contra
  • Super Meat Boy
  • Super Street Fighter IV Arcade Edition
  • Supreme Commander 2
  • Syberia
  • Tecmo Bowl Throwback
  • Tekken 6
  • Tekken Tag Tournament 2
  • Texas Hold ‘Em
  • Ticket to Ride
  • TimeShift
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Vegas
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Vegas 2
  • Tomb Raider: Underworld
  • Torchlight
  • Tour de France 2009
  • Tour de France 2011
  • Toy Soldiers
  • Toy Soldiers Cold War
  • Toy Story 3
  • Tower Bloxx Deluxe
  • Trials HD
  • Trine 2
  • Tron: Evolution
  • Ugly Americans: Apocalypsegeddon
  • Unbound Saga
  • Undertow
  • Virtua Fighter 5 Final Showdown
  • Viva Piñata
  • Viva Piñata: Trouble in Paradise
  • The Walking Dead: A Telltale Games Series
  • The Walking Dead: Season 2 – A Telltale Games Series
  • The Walking Dead: Michonne – A Telltale Miniseries
  • The Witcher 2: Assassins of Kings
  • Wolfenstein 3D
  • World Puzzle
  • XCOM: Enemy Unknown
  • Yosumin Live
  • Zuma
  • Zuma’s Revenge

Via GameSpot.