NBA 2K League Bakal Adakan Asia Pacific Invitational di Seoul

NBA 2K League mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen kualifikasi internasional untuk kawasan Asia Pasifik. Turnamen yang dinamai Asia Pacific Invitational ini akan diadakan di Seoul, Korea Selatan pada 20 dan 21 Januari 2020. Ini adalah kali kedua NBA 2K League mengadakan turnamen kualifikasi untuk kawasan Asia Pasifik. Turnamen Asia Pacific Invitational ini akan diikuti oleh 20 pemain NBA 2K terbaik dari lima negara, yaitu Australia, Filipina, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Tiongkok. Tujuan diadakannya turnamen ini adalah untuk mencari “pemain NBA 2K elit” di Asia Pasifik.

Dalam acara ini, Gen.G juga akan menampilkan nama tim, logo, dan channel media sosial dari tim NBA 2K mereka. Pada September 2019, organisasi esports itu memang telah membeli franchise untuk  tim NBA 2K. Mereka akan mewakili Shanghai, Tiongkok, menjadikan mereka sebagai tim NBA 2K pertama yang berasal dari luar Amerika Utara, menurut laporan Reuters. Tim tersebut akan menggunakan markas Gen.G di Los Angeles, Amerika Serikat untuk berlatih. Gen.G juga akan mendukung penyelenggaraan Asia Pacific Invitational. Belum lama ini, mereka menyelenggarakan turnamen Pro-Am pertama di Tiongkok, yang mempertemukan 20 pemain NBA 2K terbaik di negara tersebut.

Gen.G membeli franchise untuk NBA 2K pada September 2019. | Sumber: The Esports Observer
Gen.G membeli franchise untuk NBA 2K pada September 2019. | Sumber: The Esports Observer

“Kami tak sabar untuk menyelenggarakan turnamen kualifikasi Asia Pasifik kedua kami di Seoul dan kami senang karena Gen.G akan menjadi rekan strategis kami dalam mengembangkan talenta NBA 2K di kawasan Asia Pasifik,” ujar NBA 2K League Managing Director, Brendan Donohue, seperti dikutip dari Sporting News. “Dalam APAC Invitational musim lalu, kami menemukan beberapa pemain yang pantas untuk bermain di NBA 2K League Draft. Melihat talenta di kawasan ini, kami berharap bahwa turnamen kali ini akan ada di level yang lebih tinggi,” kata Donohue. Dalam turnamen kualifikasi untuk Asia Pasifik pertama, Jack “Jaacko” Stevenson dari Selandia Baru terpilih untuk menjadi pemain Piston GT, yang merupakan tim esports yang terafiliasi tim NBA Detroit Pistons.

Diselenggarakannya Asia Pacific Invitational merupakan bagian dari usaha 2K League untuk mengembangkan pasar mereka di luar Amerika Serikat. Pada Desember 2019, mereka juga mengadakan turnamen esports di London, Inggris dengan format yang sama dengan turnamen Invitational untuk Asia Pasifik, lapor ESPN. Ketika itu, mereka mengundang 20 pemain NBA 2K dari beberapa negara Eropa, yaitu Austria, Belgia, Inggris Raya, Jerman, Prancis, Spanyol, dan Turki.

Sumber header: European Gaming

10 Tim Esports dengan Hadiah Kemenangan Terbesar Pada 2019

Sepanjang 2019, ada setidaknya 4.490 turnamen esports yang menawarkan total hadiah sebesar US$211 juta (Rp2,9 triliun). Fortnite menjadi salah satu game yang mendorong pertumbuhan ekosistem esports. Epic Games mengeluarkan US$79 juta (Rp1,1 triliun) untuk mengembangkan ekosistem esports game buatannya. Selain itu, total hadiah The International 2019, turnamen Dota 2 paling bergengsi, juga kembali naik dari tahun lalu. Dengan total hadiah US$34 juta (Rp472,6 miliar), The International 2019 menjadi turnamen esports dengan hadiah terbesar, setidaknya saat ini. Inilah 10 tim esports dengan hadiah kemenangan terbesar sepanjang 2019, menurut The Esports Observer.

1. OG, total hadiah US$15,84 juta (Rp220 miliar)
OG menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar berkat memenangkan The International 2019. Dari turnamen itu saja, mereka membawa pulang US$15,8 juta (Rp219,6 miliar) dan anggota OG menjadi pemain esports dengan pendapatan terbesar. Pada tahun lalu, mereka juga menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar. Sepanjang 2018, total hadiah yang mereka menangkan mencapai US$11,46 juta (Rp159,3 miliar). Tahun lalu, mereka juga memenangkan The International.

2. Team Liquid, total hadiah US$9,4 juta (Rp130,7 miliar)
Berbeda dengan OG, yang sebagian besar hadiah kemenangannya berasal dari satu turnamen, Team Liquid berhasil menang di berbagai turnamen game, seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, dan Fortnite. Secara total, tim Dota 2 Liquid berkontribusi US$5,08 juta (Rp70,6 miliar). Mereka membawa pulang US$4,46 juta (Rp62 miliar) setelah menjadi runner up dari TI9.

Sumber: Dot Esports
Sumber: Dot Esports

Sementara tim CS:GO mereka memberikan kontribusi sebesar US$2,31 juta (Rp32,1 miliar). Walau kontribusi tim CS:GO lebih kecil, roster ini pernah menjadi tim nomor satu dunia, menurut HLTV.org. Tim League of Legends Liquid memberikan kontribusi US$455 ribu (Rp6,3 miliar). Secara keseluruhan, semua roster Team Liquid memberikan performa yang baik pada tahun ini.

3. NRG Esports, total kemenangan US$5,28 juta (Rp73,4 triliun)
Tahun lalu, NRG Esports hanya membawa pulang hadiah kemengan sebesar US$945 ribu (Rp13 miliar). Sama seperti Team Liquid, NRG duduk di peringkat ketiga berkat kemenangan mereka di sejumlah turnamen dari berbagai game. Tim San Francisco Shock membawa pulang US$1,5 juta (Rp20,8 miliar) setelah memenangkan Overwatch League. Sementara tim Fortnite NRG membawa pulang US$2,85 juta (Rp39,6 miliar).

Menariknya, NRG memutuskan untuk menjual roster CS:GO mereka ke Evil Geniuses atas dasar alasan finansial. Sepanjang 2019, tim tersebut berkontribusi US$368 ribu (Rp5 miliar) pada total hadiah kemenangan NRG. Tim Rocket League NRG menyumbangkan US$378 ribu (Rp5,25 miliar) sementara tim Apex Legends US$124 ribu (Rp1,7 miliar). Dengan diumumkannya Apex Legends Global Series pada tahun depan, NRG memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah kemengan lebih besar lagi pada 2020. Selain itu, NRG juga memiliki tim yang akan bertanding di Call of Duty League.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

“2019 adalah tahun yang baik untuk NRG. Empat tim kami, semuanya memberikan performa terbaik dan memenangkan banyak turnamen, dua diantaranya adalah turnamen kelas dunia,” kata CEO NRG Any Miller pada The Esports Observer. “Gaming GM kami, Jaime Cohenca dan Chris Chung juga membuat roster yang hebat, yang lalu diasah oleh pelatih kami, yang merupakan senjata rahasia kami.”

4. Lazarus, total kemenangan US$4,22 juta (Rp58,7 miliar)
Organisasi yang dulunya bernama SetToDestroyX ini kini memiliki strategi baru dalam manajemen. Daripada fokus pada game esports yang sudah populer, mereka fokus pada game esports yang lebih kecil. Tujuan mereka adalah untuk membuat sumber penghasilan yang beragam. Strategi mereka sukses.

Dalam Fortnite World Cup, ada enam anggota Lazarus yang lolos babak kualifikasi. Lazarus duduk di peringkat 2 dan 17 dalam kategori Duos di Fortnite World Cup dan memenangkan US$2,35 juta (Rp32,7 miliar). Dari turnamen Fortnite lain, organisasi asal Kanada ini memenangkan US$1,3 juta (Rp18 miliar). Lazarus juga memiliki tim CS:GO, Hearthstone, PUBG, dan game lain.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

5. PSG.LGD Esports, total kemenangan US$3,54 juta (Rp49,2 miliar)
Tim Dota 2 PSG.LGD memberikan kontribusi US$3,4 juta (Rp47,3 miliar). Kolaborasi antara Paris Saint-Germain dan LGD ini juga mencakup tim FIFA yang membawa pulang US$37 ribu (Rp514 juta). PSG.LGD merupakan bukti bahwa game seperti Dota 2 — yang turnamen terbesarnya diadakan pada akhir tahun — bisa memiliki dampak besar pada ekosistem esports secara keseluruhan.

6. Cooler Esports, total kemenangan US$3,51 juta (Rp48,8 miliar)
Nama Cooler Esports tak banyak dikenal. Namun, mereka berhasil duduk di peringkat 6 karena mereka berhasil memenangkan kategori Duos dalam Fortnite World Cup. Emil “nyhrox” Bergquist Pedersen dan David “aqua” Wang membawa pulang US$3 juta (Rp41,7 miliar) setelah menang di kategori Duos dalam Fortnite World Cup.

Ini menunjukkan, untuk bisa bertahan di dunia esports, sebuah organisasi tak harus menjadi organisasi besar. Sebuah organisasi esports yang tak populer sekalipun bisa mendapatkan hadiah besar jika mereka bisa memenangkan turnamen esports bergengsi dengan hadiah besar. Mengingat perusahaan seperti Epic Games dan PUBG Corp. siap untuk mengeluarkan modal besar untuk mengembangkan ekosistem esports, ini akan menguntungkan organisasi esports yang tak terlalu besar.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

7. Gen.G Esports, total kemenangan US$3,45 juta (Rp48 miliar)
Saat ini, Gen.G Esports mendominasi scene PlayerUnknown’s Battleground (PUBG). Mereka memenangkan tiga turnamen besar, termasuk PUBG World Global Championship 2019. Secara total, 94 pesen hadiah kemenangan mereka berasal dari hadiah turnamen PUBG.

Setelah mengakuisisi tim CS:GO, tahun depan, Gen.G mungkin tak hanya memenangkan turnamen PUBG. Selain itu, organisasi ini juga memiliki dua tim yang memberikan pemasukan tetap, yaitu Seoul Dynasty yang bertanding di Overwatch League dan Gen.G yang berlaga di League of Champions Korea.

8. Team Secret, total kemenangan US$3,31 juta (Rp46 miliar)
Team Secret duduk di peringkat 8, naik dari peringkat 11 pada tahun lalu, dengan total hadiah kemenangan sebesar US$3,1 juta (Rp43,1 miliar) yang mereka dapatkan dari berbagai turnamen Dota 2. Tim Dota 2 mereka membawa pulang US$2 juta (Rp27,8 miliar) setelah keluar sebagai juara empat dalam The International 2019.

Ke depan, Team Secret berencana untuk membuat tim yang biaya operasionalnya tidak terlalu besar. Namun, mereka tampaknya masih harus menggantungkan diri pada tim Dota 2 mereka untuk mendapatkan hadiah kemenangan besar. Sepanjang 2019, tim Rainbow 6, Apex Legends, Age of Empires, PUBG Mobile, dan Age of Empires II mereka berhasil membawa pulang US$213 ribu (Rp2,96 miliar).

9. Sentinels, total kemenangan US$3,26 juta (Rp45,3 miliar)
Tahun lalu, total hadiah kemenangan Sentinels hanyalah US$30,4 ribu (Rp423 juta). Sentinels bisa duduk di peringkat 9 berkat kemenangan Kyle “Bugha” Giersdorf dalam kategori Solo di Fortnite World Cup dengan hadiah US$3 juta (Rp41,7 miliar). Ini menunjukkan bahwa jika sebuah organisasi esports bisa menemukan talenta esports yang hebat dan membuatnya memenangkan turnamen esports dengan hadiah besar, maka mereka juga akan mendapatkan untung.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

10. FaZe Clan, total kemenangan US$3,166 juta (Rp44 miliar)
FaZe Clan dikenal berkat tim Call of Duty dan CS:GO mereka. Namun, mereka bisa masuk dalam daftar 10 organisasi esports dengan total kemenangan terbesar berkat tim battle royale mereka. Tim PUBG mereka memberikan kontribusi US$1,1 juta (Rp15,3 miliar) sepanjang tahun. Sementara tim Fortnite dari FaZe memberikan kontribusi sebesar US$964 ribu (Rp13,4 miliar) dan secara total, tim CS:GO serta Call of Duty membawa pulang US$894 ribu (Rp12,4 miliar).

Sebelum ini, kami juga pernah menghitung total hadiah kemenangan yang pernah didapatkan oleh EVOS Esports dan RRQ. Tentu saja, total hadiah yang dibawa pulang oleh keduanya tidak setara dengan tim-tim esports yang berlaga di tingkat dunia karena total hadiah yang ditawarkan oleh turnamen esports kelas dunia memang jauh lebih besar dari turnamen esports yang diadakan di Indonesia.

BnTeT, Pemain Indonesia Pertama yang Bermain di Region Amerika Utara

Gen.G Esports adalah sebuah organisasi esports yang bermarkas di Korea dan Amerika Utara. Baru-baru ini mereka memutuskan untuk terjun ke scene CS:GO dengan mengakuisisi pemain-pemain dari tim lain. Mereka terbilang cukup serius untuk terjun ke scene CS:GO karena berani langsung mengakuisisi 3 pemain Cloud9 yaitu Timothy “autimatic” Ta, Damian “daps” Steele, dan Kenneth “koosta” Suen. Lalu pemain keempat nya diisi oleh Sam “s0m” Oh dari Team Envy. Namun demikian, hal yang membuat geger komunitas CS:GO di Reddit adalah ketika Gen.G mengumumkan pemain kelimanya. Hansel “BnTeT” Ferdinand dipastikan mengisi slot terakhir roster Gen.G divisi CS:GO.

Memunculkan tanya dan spekulasi dari komunitas CS:GO

Ada dua hal yang membuat komunitas CS:GO kaget, yaitu BnTeT bergabung dengan Gen.G dan TYLOO rela melepas BnTeT. Dengan Gen.G yang berisikan 4 pemain region North America, banyak pihak berspekulasi pemain kelimanya
pasti dari region North America juga. Namun akhirnya Hansel “BnTeT” Ferdinand lah yang ditarik untuk mengisi pemain kelima. Kita semua tahu kalau BnTeT memang setara atau malah lebih mumpuni dalam segi kemampuannya untuk bertanding di scene North America tetapi yang dipertanyakan oleh komunitas CS:GO adalah mengapa TYLOO rela melepas BnTeT. Karena, BnTeT merupakan pemain bintang tim TYLOO dan tidak ada orang yang berpikiran TYLOO akan melepas pemain dengan KDA terbaik mereka. BnTeT dikabarkan telah habis masa kontraknya di akhir 2019 ini, maka Gen.G menarik BnTeT ke dalam roster CS:GO nya.

Kesempatan Besar Bagi Jagoan CS:GO Indonesia

Sumber: Starladder
Sumber: Starladder

North America jelas region yang lebih menjanjikan dibandingkan Asia untuk scene CS:GO. Perlahan tapi pasti, pilihan ini merupakan tahap baru bagi karir BnTeT. Sudah terhitung dua tahun semenjak BnTeT bergabung dengan TYLOO dan, sampai tahun 2019 ini, karirnya bisa dibilang menanjak. Selama di TYLOO, BnTeT berhasil menarik perhatian dunia dengan performanya yang luar biasa. Memang sudah selayaknya ia ditarik ke region yang lebih baik. Turnamen yang lebih kompetitif yang berisikan pemain-pemain bintang yang berpengalaman menjuarai turnamen Major merupakan tempat yang tepat untuk Bntet menunjukan kemampuannya.

Komunitas Reddit CS:GO berspekulasi bahwa BnTeT sebagai pendatang baru akan memberikan kompetisi yang lebih menarik untuk scene CS:GO North America. Jarang sekali player region Asia yang mendapatkan kesempatan untuk pindah ke region North America, yang tercatat hanyalah Enkhtaivan “Machinegun” Lkhagva dan BnTeT saja. Karena itu, komunitas CS:GO North America sangat bersemangat untuk melihat sepak terjang BnTeT dan akhirnya mereka memberikan spekulasi liar di forum Reddit.

Banyak yang bilang bahwa BnTeT akan bersinar bermain dengan bekas trio Cloud9, tetapi tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa mereka tidak bisa bersaing di turnamen Major dan hanya jadi angin lalu saja. Bukan hanya komunitas luar yang berkomentar, komunitas CS:GO Indonesia juga berkomentar terhadap kabar gembira tersebut. Antonius “Wooswaa” Willson sebagai caster dan pengamat CS:GO tanah air mengatakan, “kalau tidak ada kendala bahasa, Bntet akan semakin sukses di North America.” Wooswaa juga membandingkan rekan tim BnTeT ketika di TYLOO dan di Gen.G nanti, autimatic yang memiliki banyak pengalaman menjuarai turnamen Major jelas memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan rekan timnya ketika di TYLOO.

Antonius “Wooswaa” Willson dan Arwanto “WawaMania” Tanumiharja | Sumber: Facebook

Sementara Arwanto “WawaMania” Tanumiharja berkomentar, “perlahan, BnTeT merangkak ke region CS:GO yang lebih baik. Yang penting pindah dulu”. WawaMania menganggap langkah BnTeT sudah sangat benar, yang paling penting adalah ia harus keluar terlebih dahulu dari region Asia ke North America karena turnamen-turnamen Major lebih banyak diselenggarakan di North America dibandingkan di Asia.

Kabar Mengatakan BnTeT Dilirik Gen.G Untuk Jadi Pemain Kelima

Organisasi esports asal Korea Selatan, Gen.G, dikabarkan sedang mengincar Hansel “BnTeT” untuk dimasukkan ke dalam divisi CS:GO mereka. Kabar ini menyeruak pertama kalinya pada artikel yang ditulis oleh Jarek Dekay Lewis di DBLTAP.

Pada tanggal 6 Desember 2019 kemarin, Gen.G Esports memang mengumumkan akan melakukan ekspansi ke ekosistem esports CS:GO lewat scene Amerika Serikat. Usaha Gen.G untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengambil tiga pemain ex-Cloud9, yaitu Kenneth “koosta” Suen, Damian “daps” Steele, dan Timothy “autimatic” Ta, dan juga menambahkan Sam “s0m” Oh. Melengkapi roster, tim ini juga menyertakan seorang pelatih asal Australia yaitu Chris “Elmapuddy” Tebbit.

Mengutip dari rilis resmi, usaha ekspansi Gen.G sebenarnya sudah lama direncanakan, ujar Nathan Stanz General Manager Gen.G. Arnold Hur, Chief Operating Officer Gen.G juga melanjutkan bahwa organisasi esports terasa kurang lengkap jika belum memiliki tim CS:GO. “Kami sejak lama mencari celah untuk masuk ke dalam scene dengan tim yang tepat, dan kami sangat bersemangat karena kini akhirnya mendapat kesempatan yang baik untuk memulai pergerakan pertama.” lanjut Arnold.

Terkait BnTet, sumber mengatakan kontraknya bersama TYLOO akan habis pada akhir tahun ini. Melihat kesempatan tersebut, Gen.G yang masih kekurangan 1 pemain, dikabarkan telah membuat sebuah tawaran kepada BnTeT. Namun demikian belum ada informasi lebih lanjut terkait hal ini.

Sumber: CS:GO Liquidpedia
Sumber: CS:GO Liquidpedia

Hansel Ferdinand telah bergabung dengan tim TYLOO sejak dari Maret 2017 lalu. Sejauh ini, posisi BnTeT teramat penting bagi tim TYLOO. Tak hanya memegang jabatan sebagai in-game leader (IGL), tapi mantan pemain NXL ini juga merupakan fragger dari tim asal Tiongkok tersebut. Terakhir kali, BnTeT sudah membawa TYLOO tembus ke dalam tiga CS:GO Majors, dan berhasil membuat TYLOO mencapai babak Semifinal di CS:GO Asia Championships bulan November lalu.

Jika BnTeT resmi bergabung di dalam tim Gen.G, maka ia akan jadi pemain Indonesia pertama yang bergabung ke dalam scene CS:GO barat. Selama ini sendiri, scene CS:GO barat kerap kali dianggap lebih superior dibanding dengan scene CS:GO wilayah lain. Akankah bergabung ke dalam tim Gen.G bisa mendongkrak karir BnTeT di masa depan?

Gen.G Keluar Sebagai Juara PUBG Global Championship 2019

Tanggal 27 November 2019 lalu menjadi akhir dari gelaran PUBG Global Championship 2019. Setelah 12 ronde pertandingan dengan persaingan yang ketat pada babak Grand Finals, Gen.G keluar sebagai juara, menundukkan 15 tim kontestan lainnya.

Tetapi, dari total 15 tim kontestan yang bertanding, FaZe Clan, 4AM, dan OGN Entus Force menjadi penantang terberat bagi Gen.G. Pada hari pertama babak Grand Final, mereka berhasil menyelesaikan pertandingan dengan 56 poin, hanya terpaut 5 poin saja dengan peringkat kedua, tim 4AM. Untungnya mereka bermain dengan stabil pada hari berikutnya, walau beberapa kali juga sempat terhenti di peringkat bawah dalam beberapa rode pertandingan.

Jelang babak akhir, persaingan berjalan dengan semakin ketat. Tiga tim, FaZe Clan, 4AM, dan Gen.G memiliki perbedaan poin yang tipis-tipis. Ditambah lagi, Circle pada ronde keenam semakin membuat penonton gigit kuku karena ketegangan. Circle bergerak ke arah barat map Erangel, menyisakan proporsi daratan yang sangat sempit, memaksa semua tim untuk bertarung lebih dini.

https://twitter.com/PUBGEsports/status/1198832923211730944?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1198832923211730944&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.dexerto.com%2Fpubg%2Fgen-g-hold-on-to-secure-pubg-global-championship-2019-win-full-results-placements-1291221

Pada pertandingan terakhir, di ronde 15, kesempatan terbuka lebar bagi tim Gen.G. 4AM tertunduk di awal permainan, sementara FaZe Clan dipaksa bermain defensif yang membuat mereka kesulitan mendapatkan kill.

Gen.G segera mengambil kesempatan terseubt, melibas CJ Entus Force serta kontestan lainnya, dan mengamankan kill dua digit. Walau Gen.G arus terhenti di peringkat 4, namun FaZe Clan terhenti tepat setelahnya. Dengan perolehan kill yang jauh lebih banyak, Gen.G berhasil menjadi juara dengan total perolehan 111 poin, terpaut sangat tipis dengan sang runner-up yang berhasil memperoleh 101 poin.

Kemenangan yang tertunda

Gen.G sebenarnya bisa dibilang sebagai salah satu tim terkuat di kancah kompetitif PUBG PC sejak lama. Sayangnya tahun lalu mereka gagal mendapatkan tahta juara, dan menutup perjuangannya di peringkat 11 pada PUBG Global Championship 2018.

Tahun itu, format kompetisi PUBG memang agak sedikit berbeda, dan Gen.G mengirimkan dua wakil. PGC 2018 membagi pertandingan menjadi dua bagian, pertandingan dalam format third person perspective (TPP) dan format first person perspective (FPP). Gen.G Gold keluar menjadi juara pada format TPP, sementara Gen.G Black menyelesaikan perjuangannya di peringkat 11 dalam format FPP.

Kini, dengan format FPP yang menjadi standar kompetisi PUBG PC, Gen.G yang berisikan Kim Chelator” Min-ki, Park “Loki” Jung-young
Go “Esther” Jeong-wan, Kang “taemin” Tae-min, Cha “Pio” Seung Hoon, berhasil merengkuh tahta tim terkuat dan menunjukkan posisi Korea Selatan sebagai regional PUBG terkuat sejauh ini.

Sebagai juara, Gen.G berhak menerima total hadiah sebesar US$2 juta atau sekitar Rp28 miliar. Berikut 4 besar gelaran PUBG Global Championship 2019:

Sumber: PUBG Esports official media
Sumber: PUBG Esports official media
  • 1st – Gen.G esports – $2,000,000 (sekitar Rp28 miliar)
  • 2nd – FaZe Clan – $600,000 (sekitar Rp8 miliar)
  • 3rd – Four Angry Men – $300,000 (sekitar Rp4 miliar)
  • 4th – OGN Entus Force – $200,000 (sekitar Rp3 miliar)

Lagi-lagi Korea Selatan menunjukkan dominasinya sebagai regional esports terkuat. Ini menambah panjang portfolio dominasi Korea Selatan di berbagai cabang esports, mulai dari League of Legends, StarCraft II, dan kini PUBG PC.

Gen.G Dapatkan Dana dari Akselerator New York

Gen.G baru saja mendapatkan investasi dari Entrepreneurs Roundtable Accelerator (ERA) yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, industri esports tak lagi dianggap sebagai permainan untuk anak-anak. Berbaga merek non-endemik berlomba-lomba untuk terjun ke industri esports, dengan menjadi sponsor dari tim profesional atau liga esports. Tak hanya itu, semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal di industri esports. Inilah yang membuat semakin banyak Exchange-Traded Fund (ETF) yang bergerak di bidang esports. Perusahaan modal ventura pun tertarik untuk masuk ke ranah esports, seperti Bessemer Venture Partners yang ikut berinvestasi di Team SoloMid dan Sequioa di 100 Thieves.

Sayangnya, tak diketahui berapa jumlah investasi yang diberikan oleh ERA pada Gen.G. Satu hal yang pasti, dana investasi ini memungkinkan Gen.G untuk memperkuat posisinya sebagai organisasi esports besar di Pesisir Timur Amerika Serikat. Selain dana, Gen.G juga mendapatkan kerja sama strategis dengan ERA, yang biasanya mendukung startup teknologi di tahap awal. Melalui kerja sama strategis ini, Gen.G akan mendapatkan akses ke rekan dan mentor dari ERA, memungkinkan organisasi esports ini untuk mengembangkan diri dan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah yang ada di industri esports yang masih berkembang pesat.

“Kami fokus untuk memudahkan orang-orang yang ada di komunitas gaming untuk saling mengenal satu sama lain,” kata CEO Gen.G, Chris Park, menurut laporan TechCrunch. Kata-kata sang CEO tampaknya mengimplikasikan rencana Gen.G di masa depan. “Harapan saya adalah, ke depan, platform dan tim profesional akan memperlakukan para pemain dan para fans dengan lebih baik, layaknya rekan dan kolaborator.” Sebelum menjadi CEO Gen.G, Park bekerja sebagai executive vice president yang bertanggung jawab atas bagian produk dan marketing di Major League Baseball. Pada akhir 2018, dia diajak untuk bergabung ke Gen.G sebagai CEO. Gen.G sendiri dibentuk pada pertengahan 2017. Ketika itu, nama yang mereka gunakan adalah KSV eSports dan mereka hanya memiliki tim yang bertanding di Overwatch League. Pada 2018, mereka melakukan ekspansi dan membuat tim-tim baru untuk berlaga di game esports lain, seperti Heroes of the Storm, Player Unknown’s Battleground (PUBG), dan League of Legends. Mereka lalu mengganti nama mereka menjadi Gen.G yang merupakan singkatan dari Generation Gaming. Perubahan ini diumumkan bersamaan dengan pembentukan divisi Clash Royale.

Gen.G Player Wellness Campaign

Sejauh ini, sebagai CEO Gen.G, Park telah mengumpulkan total investasi sebesar US$46 juta. Dana ini didapatkan dari bebagai sumber, seperti Dennis Wong, pemegang saham minoritas di tim basket Los Angeles Clippers, Dreamers Fund milik Will Smith, Battery Ventures, Canaan Partners, Stanford University, SVB Capital, dan lain sebagainya. Selain itu, dia juga bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan aplikasi kencan Bumble. Gen.G menggandeng Bumble untuk membuat tim Fornite khusus perempuan. Memang, ketidaksetaraan gender adalah salah satu masalah di dunia game dan esports. Meskipun ESA menyebutkan bahwa 46 persen gamer adalah perempuan, tak banyak game yang dibuat khusus untuk gamer perempuan. Inilah mengapa TouchTen memutuskan untuk fokus pada mobile gamer perempuan ketika mendapatkan kucuran dana segar. Sementara itu, Nielsen mengatakan, hampir 25 persen penonton esports adalah perempuan. Sayangnya, jumlah tim atau pemain profesional perempuan tak banyak. Salah satu alasannya karena memang adanya seksisme. Xiaomeng “VKLiooon” Li, yang baru saja memenangkan Hearthstone Grandmasters Global Finals, menceritakan pengalaman buruknya sebagai pemain profesional perempuan.

Belum lama ini, Gen.G juga bekerja sama dengan University of Kentucky dengan tujuan untuk memperkuat esports di dunia akademik. Dengan ini, Gen.G dapat menjembatani dunia esports profesional dengan dunia akademik. Sementara pada pertengahan September lalu, Gen.G meluncurkan Player Wellness Campaign, menunjukkan bahwa kesehatan atletnya adalah hal yang mereka perhatikan. Fakta bahwa Gen.G bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari aplikasi kencan sampai universitas, menunjukkan bahwa mereka tak hanya tertarik untuk menang turnamen dan meraih gelar, tapi juga menjaga dan mengembangkan ekosistem esports sendiri.

Kolaborasi Gen.G dan University of Kentucky Perkuat Esports di Dunia Akademik

Organisasi esports asal Korea Selatan, Gen.G, belakangan ini tampaknya sedang aktif sekali melebarkan sayap ke berbagai bidang. Dari kolaborasi bersama aplikasi kencan, hingga pembukaan franchise NBA 2K League pertama di luar Amerika, jangkauan Gen.G seolah tak ada batasnya. Belum lama ini mereka kembali menjalin kerja sama dengan pihak lain, yaitu University of Kentucky.

CEO Gen.G, Chris Park, berkata, “Meskipun esports tingkat perguruan tinggi sudah tumbuh pesat, kekuatan penuh gaming untuk mempengaruhi kehidupan para pelajar lebih banyak datang dari komunitas internasional daripada rivalitas antarkampus. Kami percaya universitas-universitas terbaik harus berinvestasi dalam visi ini di seluruh dunia. University of Kentucky, dengan penawaran akademik nasional yang elit dan program atlet yang diakui secara internasional, secara khusus memiliki kelengkapan untuk memimpin jalannya.”

Menurut laporan dari Esports Insider, kolaborasi ini bertujuan membuka jalan baru untuk rekrutmen siswa, serta pengembangan oportunitas di dalam kelas dan internship. Gen.G dan University of Kentucky akan meluncurkan sejumlah program di bidang pengembangan akademik, komunitas, serta profesional. Selain itu Gen.G juga bertindak sebagai konsultan untuk pendirian fasilitas esports, dan membantu mengembangkan tim esports di dalam kampus.

https://twitter.com/universityofky/status/1186311218794881026

Di samping itu, mereka juga akan bekerja sama dalam pengembangan riset berbagai topik seputar esports, misalnya soal cedera akibat perilaku gaming, serta isu-isu sosial seputar gaming dan kekerasan.

Eric N. Monday, Executive Vice President of Finance and Administration di University of Kentucky, memberi keterangan lebih lanjut, “Kerja sama ini akan memberikan jalan lebih jauh untuk para siswa mengeksplorasi tujuan-tujuan tersebut, menggunakan teknologi—dan gaming—sebagai alat. Di University of Kentucky dan Gen.G, kami memandang gaming, esports, dan teknologi sebagai sebuah lensa di mana para siswa Inggris Raya yang sekarang, yang baru, dan yang akan datang melihat kehidupan mereka dan melihat kesempatan pertumbuhan serta perkembangan seumur hidup.”

Dari wujud-wujud kolaborasi di atas, pengembangan riset berbagai topik adalah hal unik yang bisa menghasilkan berbagai kontribusi berharga terhadap industri esports secara keseluruhan. Risiko kesehatan para atlet, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, sudah mulai menjadi perhatian beberapa organisasi belakangan ini, termasuk di Indonesia. Sudah terbukti juga bahwa tim yang memperhatikan masalah tersebut bisa meraih performa yang lebih baik.

Seiring industri esports berkembang menjadi semakin matang dan sustainable, alangkah baiknya bila urusan kesehatan atlet esports menjadi cabang ilmu yang ditangani secara serius dan terstandar. Tidak hanya dalam segelintir organisasi besar saja, tapi untuk seluruh tim yang bergerak di dunia video game kompetitif. Dunia olahraga sudah melakukannya, jadi mungkin, untuk esports, sekarang sudah waktunya.

Sumber: Esports Insider

Gen.G Jadi Tim Luar Amerika Pertama yang Berkompetisi di NBA 2K League

NBA 2K League beberapa waktu lalu baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menerima satu tim dari Tiongkok untuk ikut berkompetisi, yaitu Gen.G. Tim ini merupakan tim pertama dari luar daerah Amerika Utara yang masuk sebagai bagian dari franchise NBA 2K League. Mulai dari musim 2020, Gen.G akan bergabung dengan 22 tim lainnya yang sudah ada, seperti Lakers Gaming, Celtics Crossover Gaming, dan Knicks Gaming.

Dalam keterangan di situs resminya, NBA 2K League mengatakan bahwa mereka menjalin kerja sama strategis jangka panjang dengan Gen.G untuk memperluas jumlah penggemar maupun pemain, dengan fokus di wilayah Asia. Brand Gen.G yang multikultural dan kiprah mereka di berbagai judul esports diharapkan dapat semakin memperluas jejak NBA 2K League secara global.

“Ini adalah momen bersejarah dalam perjalanan NBA 2K League untuk menjadi liga global sejati bersama fans, franchise, dan pemain dari seluruh dunia,” kata Brendan Donohue, Managing Director 2K League, “Gen.G adalah organisasi yang ideal untuk meluncurkan tim pertama kami di luar Amerika Utara, dan kami berharap dapat bekerja bersama Gen.G untuk menjangkau penggemar baru di Shanghai serta menemukan talenta elit di penjuru Asia.”

Tim Gen.G nantinya akan berlatih di markas Gen.G yang berada di Los Angeles. Selain merupakan tim luar Amerika pertama, Gen.G juga merupakan tim pertama di NBA 2K League yang tidak berafiliasi dengan tim NBA, meskipun salah satu investor Gen.G yaitu Dennis Wong juga merupakan shareholder di tim NBA LA Clippers. Bagi Gen.G, NBA 2K League adalah franchise kedua yang mereka ikuti. Sebelumnya mereka mengikuti franchise Overwatch League sebagai pemilik tim Seoul Dynasty.

Menariknya, peran Gen.G di NBA 2K League bukan hanya sebagai partisipan kompetisi, tapi juga sebagai partner untuk mengembangkan liga tersebut secara global. Mereka akan berkolaborasi dalam pencarian dan pengembangan atlet di Asia, pengembangan brand di Asia, serta pelaksanaan program-program esports dan gaming di seluruh dunia.

Team Bumble
Team Bumble, divisi Fortnite Gen.G khusus perempuan

Salah satu hal yang memperkuat kolaborasi Gen.G dan NBA 2K League adalah karena keduanya sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas dan profesionalisme. Di bulan Agustus lalu misalnya, NBA 2K League baru saja mengadakan development camp pertama untuk pemain-pemain esports NBA 2K perempuan di New York City. Sementara Gen.G juga baru meluncurkan tim Fortnite khusus perempuan yang disebut Team Bumble, hasil kerja sama dengan aplikasi Bumble. Bersama Gen.G, NBA 2K League ingin lebih memperkuat program-program seperti ini.

“Kami merasa terhormat bisa membantu memimpin ekspansi NBA 2K League ke Asia dan bangga bisa mewakili Shanghai beserta ratusan juta penggemar Tiongkok yang menyukai bola basket dan video game,” kata CEO Gen.G, Chris Park, “Misi utama Gen.G yang unik—untuk menghubungkan para penggemar dan atlet esports di seluruh Amerika Serikat dan Asia—ada untuk usaha ambisius seperti ini. Kami memiliki rencana-rencana besar untuk membantu menumbuhkan NBA 2K League di komunitas seluruh dunia yang memiliki gairah terhadap bola basket dan video game.”

Sumber: NBA 2K League

Gen.G Luncurkan Kampanye Hidup Sehat untuk Atlet dan Penggemar Esports

Atlet esports adalah profesi yang menuntut banyak usaha dan kerja keras. Jadwal latihan yang padat, perjalanan ke luar negeri, penciptaan konten, serta program kerja sama dengan berbagai pihak dapat berdampak pada kelelahan dan menurunnya kondisi fisik. Bukan hanya fisik saja yang jadi taruhan. Kondisi mental pemain juga bisa terkena imbasnya, sementara untuk berkompetisi di level tertinggi butuh konsentrasi tinggi dan mental yang kuat.

Gen.G adalah salah satu tim esports yang menyadari hal ini. Oleh karena itu mereka baru-baru ini mengumumkan sebuah inisiatif baru yang disebut Player Wellness Campaign (Kampanye Kesehatan Pemain). Tujuannya adalah menghadirkan solusi dan mendorong pola hidup sehat, baik kesehatan fisik maupun mental, serta tanggung jawab finansial bagi para atlet esports dan para penggemar.

Gen.G menjalin kerja sama dengan dua pihak dalam kampanye ini. Pertama yaitu waralaba gym internasional, LA Fitness. Kedua adalah aplikasi kesehatan Simple Habit. Kerja sama ini memberikan Gen.G akses ke barbagai sumber daya yang diperlukan untuk mendorong kampanye tersebut.

Wujud kolaborasinya, LA Fitness akan membagikan sejumlah kiat sehat untuk gamer, dengan arahan detail tentang cara-cara sederhana agar gamer bisa tetap fit dan menghindari cidera. Sementara itu, Simple Habit akan meluncurkan kurikulum tersendiri untuk mengatasi masalah-masalah stres bagi gamer dan streamer. Program ini juga mencakup komponen seputar tanggung jawab finansial.

“Menjaga kemampuan bermain game di level yang tinggi bisa melelahkan baik secara fisik atau mental. Kami ingin para pemain dan penggemar kami untuk sempurna di segala aspek kehidupan,” kata Martin Kim, Vice President of Strategic Partnerships di Gen.G Esports, dilansir dari PR Newswire, “Melalui kampanye Wellness ini, tujuan kami adalah untuk mengembangkan generasi gamer yang lebih sehat dan menanamkan mindset pengembangan diri.” Pernyataan ini sesuai dengan tagline Player Wellness Campaign, yang berbunyi “Winning Beyond Gaming”.

Sebelum meluncurkan Player Wellness Campaign, bulan Juli lalu Gen.G juga telah mendirikan markas di Los Angeles dengan fasilitas yang mengutamakan kesehatan para pemain. Markas tersebut menyediakan kafetaria dengan menu makanan sehat, tempat tidur dan istirahat, serta akses membership ke gym LA Fitness, lengkap dengan pelatih dan terapi fisik. Nantinya, Gen.G juga akan meluncurkan pembaharuan secara berkala terhadap Player Wellness Campaign ini.

“Kurang tidur dan mental burnout hanyalah beberapa contoh kecil dari tantangan yang saat ini dihadapi para gamer dan fanbase muda mereka,” kata Ian Yung, Head of Marketing di Simple Habit, “Kami percaya bahwa meluangkan waktu lima menit sana untuk menggunakan Simple Habit dapat membantu para pemain muda dan penggemar untuk istirahat dan melepas stres. Kami senang sekali bisa mengambil langkah ini bersama Gen.G.”

Sumber: PR Newswire

Gandeng Dating App Bumble, Gen.G Bentuk Tim Esports Khusus Para Srikandi

Organisasi esports internasional Gen.G baru saja mengumumkan wujud kerja sama dengan pihak yang cukup unik, yaitu Bumble. Untuk Anda yang tak familier dengan nama ini, Bumble adalah aplikasi kencan berbasis lokasi yang didirikan oleh co-founder Tinder, Whitney Wolfe Herd. Dengan visi yang mendukung feminisme, Bumble telah berhasil merangkul lebih dari 55 juta pengguna di 150 negara dan kini perusahaannya memiliki valuasi senilai US$1 miliar.

Kolaborasi antara Gen.G dengan Bumble akan berjalan selama tiga tahun, dan mencakup berbagai macam program, event, serta merchandise. Dikutip dari Esports Insider, VP of Marketing Bumble Chelsea Maclin berkata, “Misi kami di Bumble adalah untuk memberdayakan kaum perempuan di seluruh dunia, dan kami bangga dapat berpartner dengan Gen.G untuk terus melebarkan sayap ke komunitas esports dan gaming. Kami berusaha mendukung kaum perempuan yang telah membangun komunitas-komunitas luar biasa di dunia gaming.

Kami telah membangun komunitas yang kuat lewat Bumble dan Gen.G, dan kami gembira bisa bekerja sama untuk membantu menyatukan komunitas gamer di dunia nyata. Bersama dengan Gen.G, kami ingin memberdayakan para perempuan perintis, dan memudahkan mereka terhubung dengan komunitas mereka baik lewat kencan, pertemanan, atau networking.”

Dalam keterangan yang ia sampaikan pada Forbes, Maclin juga mengungkap terjadinya satu hal unik di kalangan pengguna Bumble. Yaitu bahwa begitu Bumble meluncurkan fitur BFF (best friends forever, fitur pencarian untuk hubungan pertemanan nonromantis), ternyata banyak pengguna yang membajak platform tersebut untuk mencari teman sesama gamer. Fenomena ini mendorong Bumble untuk menambahkan badge “gaming” di profil pengguna, juga menambahkan “gaming” sebagai salah satu kategori minat bila pengguna ingin melakukan pencarian.

Ini menunjukkan bahwa banyak pengguna Bumble yang juga merupakan gamer, dan Bumble telah membantu mereka untuk membentuk komunitas-komunitas tersendiri. Bila seorang perempuan menggunakan fitur BFF, mereka hanya bisa mendapat match dengan sesama perempuan. Di tengah dunia gaming yang didominasi oleh kaum lelaki, Bumble menjadi ruang alternatif yang aman bagi kaum gamer perempuan ini.

KittyPlays
KittyPlays, streamer populer dan Head of New Gaming Initiatives Gen.G | Sumber: KittyPlays

“Komunitas gaming telah lama berorientasi di sekitar kaum laki-laki dan bahkan terkadang toxic untuk kaum perempuan yang berpartisipasi atau sekadar menonton,” kata CEO Gen.G, Chris Park, kepada Forbes, “Kami ingin mengubah hal itu dan memberikan suara dan mempromosikan bagaimana para perempuan membawa gaming masuk ke kehidupan serta persahabatan mereka. Kami ingin mendorong perempuan menjadi bagian dari olahraga ini.”

Bersama Bumble, Gen.G kini membentuk sebuah tim Fortnite dengan anggota seluruhnya perempuan, yang disebut Team Bumble. Beranggotakan empat orang yaitu Carlee, Hannah, maddiesuun, dan Tinaraes, tim ini diharapkan dapat mengubah posisi kaum perempuan di dunia esports menjadi lebih positif. Bumble juga menjalin kerja sama khusus dengan Kristen “KittyPlays” Valnicek, streamer populer dengan lebih dari 1 juta follower di Twitch yang kini memegang posisi Head of New Gaming Initiatives di Gen.G.

“Saya menghabiskan banyak hidup saya menyembunyikan fakta bahwa saya seorang gamer karena dulu ada sedikit kontroversi seputar ini (gamer perempuan),” ujar KittyPlays, “Saya bangga terhadap sisi gaming diri saya sekarang dan ingin tampil terbuka dengannya. (Gaming) adalah sesuatu yang membuat saya sangat gembira, dan saya ingin lebih banyak perempuan merasakan kebanggaan yang sama.”

Sumber: Esports Insider, Forbes