Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

Artikel berseri tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.

Pernahkah Anda mendengar tentang seruan seperti ini, “Stop complaining about Facebook’s changes, it’s free for God sake!”? Apakah Anda pernah dicap sebagai tukang mengeluh hanya dengan berbicara tentang hal ini? Saya ada di antara mereka yang berbicara tentang itu, tapi saya tidak peduli dengan label tukang keluh. Lagi pula, apa yang saya lakukan adalah memberi mereka (Facebook) masukan yang berharga.

Selain itu, saya juga tidak setuju kalau Facebook adalah sebuah layanan gratis. Tentu saja secara finansial kita tidak membayar apapun ke Facebook, namun pendekatan ini telah dijalankan secara praktis dalam waktu yang terlalu lama: memberikan akses gratis ke produk (sebagian dari produk tersebut) untuk memperkecil hambatan bagi pengguna dalam mengadopsi produk. Kita mungkin bertanya-tanya, sampai kapan Facebook tetap menjadi layanan gratis? Akankah di masa depan Facebook tiba-tiba menerapkan biaya atas layanan mereka?

Continue reading Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

Users Do and Have to Complain

The series of User Experience (UX) posts is brought to you by Qonita Shahab, a researcher in UX who used to work in IT. Her interest in music and photography helps her in designing interactive system prototypes. Since she started research in the field of persuasive technology, Qonita studied more about social psychology and the communal use of technology. Follow her on Twitter @uxqonita.

Have you heard of “Stop complaining about Facebook’s changes, it’s free for God sake!”? Have you been labeled as whiner just by talking about it? I’m among those who talked about it, but I didn’t buy the whiner label. After all, what I did was giving them valuable inputs.

Besides, I also don’t agree that Facebook is free. Of course financially we don’t pay anything to Facebook, but this approach has been in practice for too long: giving free access to a product (of parts of it) lowers the barrier to adopt the product. We may wonder, until when will Facebook keep being free? Will in the future Facebook suddenly charge us something?

Continue reading Users Do and Have to Complain

Mencari Teknolog Sejati

Editorial: Dalam tulisannya kali ini, Razi Thalib akan membawa kita melihat alam – lingkungan sekitar, kekuatan hebat yang berada di balik penciptaan dan pengelolaan alam, kontemplasi, teknologi dan bagaimana semua ini bisa menginspirasi untuk menghadirkan pengembangan digital yang lebih baik. 

Seusai perayaan bulan suci dan sembari kembali ke pekerjaan masing-masing, sebagian dari kita mungkin berkesempatan untuk merenungkan posisi spiritual kita di alam semesta ini. Bagi kita yang sudah terbiasa hidup bernapaskan “digital,” sekilas pekerjaan sehari-haripun sudah jauh terputus dari hubungan kita dengan tujuan Ilahi. Jarang sekali kita terlibat dengan orang-orang yang menghubungkan perkembangan teknologi dengan pendekatan atas posisi spiritual mereka. Bahkan nyatanya, kedua hal ini lebih sering ditempatkan pada kompartemen mental yang terpisah.

Apapun bentuk keyakinan kita terhadap Tuhan, tidak ada dari kita yang bisa menolak kehebatan kehidupan ini, keberadaan alam yang menyokongnya, dan kekuatan yang ada di balik keindahan tersebut. Lewat sebuah refleksi, ada banyak wawasan pengetahuan yang bisa kita ambil dari kekuatan semacam itu. Sebagai pendukung teknologi hebat, izinkan seorang awam seperti saya untuk berbagi beberapa pandangan sederhana atas pelajaran-pelajaran yang bisa menginspirasi perkembangan digital yang lebih baik.

Continue reading Mencari Teknolog Sejati

Searching for The Ultimate Technologist

Editorial: This time Razi Thalib will bring us to see the nature, the divine force behind the creation and management of nature, contemplation, technology and how all this could inspire better digital development.

As the holy month celebrations pass and we begin to return to work some of us may have briefly considered our spiritual place in the universe. For those of us living and breathing “digital” the day to day work we perform may on the surface be far removed from our connection to any divine purpose. It is therefore rare that we experience engaging with people who connect technology development with how they approach appreciating their spiritual existence. It is often the case in fact that the two are placed in entirely separate mental compartments.

Whatever our beliefs are in a higher entity, none of us can deny the awesomeness that is life, the existence of nature that supports it and the force behind such exquisite beauty. Upon reflection there are many insights that we can glean from such power. As a proponent of great technology permit a layman like myself to share some humble and brief reflections on several of these learnings that may inspire better digital development.

Continue reading Searching for The Ultimate Technologist

[Guest Post] Siapa Saja Yang Berpartisipasi Dalam UX?

Editor’s Note: Artikel kali ini adalah bagian dari seri tulisan tentang User Experience (UX), yang merupakan unsur penting dalam proses pengenalan produk ke pengguna. Kali ini penulis akan membahas tentang siapa yang perlu berpartisipasi dalam proses UX dan tingkatan partipasinya.

Seorang desainer User Experience (UX) pada dasarnya adalah seorang yang memiliki keahlian general. Keterampilan utama yang harus dimiliki adalah keterampilan komunikasi. Seorang desainer UX dibutuhkan untuk mengkomunikasikan -antara satu dengan yang lain- dari kebutuhan pengguna, keinginan stakeholder, dan keterbatasan pengembang. Sifat yang paling penting adalah bahwa ia harus memiliki kemampuan untuk berempati. Seorang desainer UX harus mampu memaparkan gambaran besar dari produk dalam bahasa pengguna, stakeholder, dan pengembang.

Dalam posting saya sebelumnya, saya menyebutkan berbagai bidang yang pada akhirnya menunjukkan jumlah keseluruhan bidang UX. Anda dapat menjadi Designer Interaksi, Usability Analyst, spesialis Komunikasi/Pemasaran, atau spesialis di bidang Teknologi. Belum lagi bahwa untuk bidang Teknologi terdiri dari beberapa keterampilan, tergantung dari produk itu sendiri. Dalam kasus produk berupa situs web, bidang dari UX meliputi Graphic/User Interface (UI) Designer, Software Developer, dll.

Continue reading [Guest Post] Siapa Saja Yang Berpartisipasi Dalam UX?

Mengembangkan Budaya Permintaan Yang Canggih

Editorial: Kali ini, Razi Thalib menuliskan artikel yang cukup menarik yang berhubungan dengan pengembangan produk atau jasa yang dilihat dari sisi konsumen, bahwa konsumen sudah seharusnya mengedukasi diri mereka sendiri sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan permintaan akan produk/jasa yang lebih berkualitas. Di sisi lain, jika hal ini berjalan maka akan juga mendorong perusahaan/startup untuk membuat/mengembangkan layanan serta produk yang berkualitas.

Saya merasa beberapa proyek pembangunan di Indonesia tidak dijalankan secara tepat, hanya memberikan yang lebih baik tetapi tidak memikirkan sisi kualitas dengan lebih dalam. Ilustrasinya mirip dengan memberi pisang pada monyet, berikan yang lebih baik maka mereka akan menurut.

Saya prihatin karena bertemu orang-orang yang fokus pada “bagaimana” daripada “mengapa” atas sebuah proyek. Mereka lebih memilih untuk menyalin contoh yang ada daripada berusaha lebih untuk mengeksplorasi masalah sebenarnya dan mengidentifikasi solusi yang tepat. Mereka memikirkan hadiah langsung dan mengabaikan dampak masa depan. Mereka berpikir dalam segi harga dan biaya bukan pada nilai dan investasi.

Continue reading Mengembangkan Budaya Permintaan Yang Canggih

[Guest Post] Who Participates in UX?

Editor’s note: This is part of series about in User Experience (UX) which is essential element of product introduction to its user. This time, the author is discussing about who need to participate in the process of UX and what level are they required.

A UX designer is basically a generalist. The most important skill that he/she must have is communication skill. A UX designer is needed for communicating the needs of users, the wants of stakeholders, and the limitations of developers, among each other. The most important trait that he/she must have is the ability to empathize. A UX designer should be able to describe the big picture of the product in the languages of users, stakeholders, and developers.

Continue reading [Guest Post] Who Participates in UX?

Developing a Sophisticated Demand Culture

Editorial: This time, Razi Thalib wrote an interesting article about the development of a service/product from the consumer side, that consumers should also educate themselves in order to raise demand for the service/product quality, on the other hand this will encourage the company/startup to create/develop great services or products.

I feel like some development projects in Indonesia might as well be chaired by monkeys: show them bananas and they’ll dance, describe the possibility of a better banana and they’ll throw crap at you.

I am concerned at times to meet people who focus on the “how” over the “why” of a project. They prefer copying existing examples over exploring real problems and identifying the appropriate solution. They dwell on immediate rewards and neglect future impact. They think in terms of price and expenses rather than on value and investments.

I have seen a form of this in every industry (that I’ve been a part of) that there is a general lack of awareness and therefore lower expectations that lead to a lack of demand for innovation and change. For instance I’ve read that people in remote regions of Indonesia are generally very satisfied with their access to education. This probably does not mean they receive world class services but instead they just feel lucky to have a school building in their district.

Continue reading Developing a Sophisticated Demand Culture

[Guest Post] Productive Y Generation

Editorial: Y Generation, who is now still in college, working at a company or developing the business will play an important role in industrial development in the next 5-10 years, Joseph William Widjaya as a part of a university (lecturer) have an interesting view for this condition and also opinions about how to raise up a generation Y to be a productive generation.

Are you a Y Generation? Yes, if you were born in 1980 to 1995, and at least have the following characteristics:

Continue reading [Guest Post] Productive Y Generation

[Guest Post] UX: Perkenalan

Editor’s Note: Ini merupakan bagian seri tulisan tentang User Experience (UX) yang merupakan suatu bagian penting pengenalan suatu produk ke pengguna. Berikut dijelaskan apa itu UX dan pentingnya penerapan UX dalam suatu prototipe, produk ataupun aplikasi.

UX (User Experience) adalah sebuah bidang baru yang berangkat dari hubungan manusia dengan teknologi. Awalnya, hubungan antara manusia dan komputer dipelajari melalui bidang HCI (Human Computer Interaction). Ahli HCI mempelajari kemampuan komputer (pada umumnya: produk teknologi) dalam berinteraksi dengan manusia, sedangkan unsur kemampuan manusia dipelajari oleh para ahli bidang Psikologi Kognitif, maupun para ahli bidang Human Factors, yang berangkat dari bidang Teknik Industri.

Bidang-bidang ini bercampur menjadi suatu bidang baru bernama Interaction Design (IxD), di mana interaksi antara manusia dan teknologi didefinisikan dalam desain sebelum diimplementasikan. Ilmu desain inilah yang menekankan pentingnya suatu sistem diujicobakan terlebih dahulu dengan calon pengguna mulai dari bentuk yang sederhana (low fidelity prototype). Hasil interaksi para calon pengguna dengan prototipe inilah yang dijadikan masukan untuk mengembangkan sistem lebih lanjut sampai ke bentuk jadi (working prototype). Proses evaluasi dengan calon pengguna ini bisa berkali-kali (iteratif), sampai diperoleh desain yang paling cocok untuk pengguna.

Continue reading [Guest Post] UX: Perkenalan