Potensi Cerah Produk SaaS dan Makin Maraknya Kehadiran Investor Tiongkok di Indonesia

Memasuki hari kedua kegiatan Global Ventures Summit 2017, rangkaian acara lebih banyak diisi dengan penjabaran serta diskusi dari investor asing dan lokal. Venture capital lokal yang dihadirkan adalah Kejora Ventures dan Convergence Ventures. Ada pula VC asing seperti Wavemaker Partners yang memiliki beberapa portofolio di Asia Tenggara. Terdapat tiga hal yang menjadi sorotan dan disepakati oleh masing-masing investor tersebut, yaitu networking, SaaS dan pelokalan sebagai kunci kesuksesan membangun startup di Indonesia.

Kejora dan rencana ekpansi ke mancanegara

Sebagai salah satu venture capital dari Indonesia yang termasuk aktif membina startup lokal, Kejora Ventures memiliki rencana yang cukup agresif sepanjang tahun 2017. Salah satu rencana yang akan diwujudkan Kejora adalah menambah lebih banyak lagi kantor perwakilan Kejora di berbagai negara dan menambah jumlah partner dari Eropa, Korea Selatan, dan Thailand.

“Kami memang sedang menempatkan beberapa kantor oprasional di negara tujuan yang kami anggap memiliki potensi dan layak untuk ditempatkan kantor perwakilan, seperti yang baru kami lakukan di Bangkok baru-baru ini,” kata Managing Director Kejora Ventures Andy Zain.

Dalam proses pemilihan startup yang tepat di Indonesia, Andy dan tim melihat ke industri yang hingga kini masih belum disentuh oleh pemain lainnya. Contoh keberhasilan yang telah diterapkan Kejora adalah dengan menjadi salah satu venture capital yang serius mengembangkan layanan financial technology (fintech).

“Kami dari Kejora melihat nampaknya sudah cukup sulit untuk memasuki industri e-commerce di Indonesia. Dengan alasan itulah kami akhirnya memilih layanan fintech, HR dan logisitik yang menjadikan Kejora salah satu pionir di industri tersebut,” kata Founding Partner Kejora Group (Mountain Kejora Ventures) Sebastian Togelang.

Kekuatan networking untuk mendukung pertumbuhan startup

David Siemer dari Wavemaker Partners

Dalam beberapa diskusi yang digelar dalam cara GVS 2017 hari kedua, pentingnya networking saat membangun startup banyak disampaikan oleh para investor. Menurut Andy, sebaik apa pun ide yang dimiliki atau seberapa besar pendanaan yang didapatkan, tidak akan memberikan impact yang cukup baik jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk networking yang baik.

Kekuatan networking juga disinggung David Siemer dari Wavemaker Partners. Wavemaker adalah venture capital asal Amerika Serikat yang telah mendalami dunia startup di Asia Tenggara selama 10 tahun terakhir. Menurut Andrew, penggiat startup wajib mencermati seperti apa jaringan atau networking yang dimiliki oleh venture capital tersebut sebelum mendapatkan pendanaan. Jaringan tersebut seyogyanya akan memberikan keuntungan lebih kepada startup.

“Selain jaringan, hal lain yang harus diperhatikan oleh startup ketika memilih VC adalah siapa saja capital partner mereka, personality dari VC tersebut dan tentunya LP (limited partner).”

Potensi menjanjikan SaaS

Terkait dengan sektor yang paling menjanjikan untuk diinvestasikan di Indonesia, Adrian Li dari Convergence Ventures menyebutkan layanan atau produk Software as a Service (SaaS) tidak disangka memiliki potensi yang cukup cerah di Indonesia. Adrian juga menambahkan selain SaaS, sektor yang menarik untuk dikembangkan adalah mobile internet, O2O dan fintech.

“Awalnya saya tidak yakin dengan produk SaaS atau bisnis software di Indonesia, namun saat ini sudah banyak produk SaaS dan software tumbuh dengan baik di Indonesia,” kata Adrian.

Sementara itu menurut Andrew dari Wavemaker, produk SaaS di Asia Tenggara, nilai valuasinya masih sangat rendah. Namun hal tersebut tidak menjadikan sektor SaaS kurang diminati.

Kehadiran perusahaan dan VC Tiongkok di Indonesia

Adrian Li dari Convergence, Jefferson Chen dari GSR Ventures, Ian Goh dari 01VC

Salah satu topik menarik yang juga dibahas dalam acara GVS 2017 adalah kehadiran investor dan perusahaan raksasa asal Tiongkok seperti Alibaba ke Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang banyak dan kebiasaan konsumen yang tidak jauh berbeda dengan Tiongkok, Indonesia menjadi pasar yang menarik untuk dijajaki  investor Tiongkok.

Namun demikian, pelokalan masih menjadi faktor penentu keberhasilan perusahaan asing yang berencana masuk ke Indonesia. Hal ini ditegaskan Jefferson Chen dari GSR Ventures.

“Untuk menjalankan bisnis di Indonesia harus mengerti kultur dan pasar di Indonesia. Hal ini berlaku untuk semua bisnis dari luar negeri untuk selalu menempatkan tim lokal terlebih dahulu di Indonesia.”

Akuisisi yang dilakukan oleh Alibaba kepada Lazada, kolaborasi antara Emtek dengan Alipay juga membuktikan bahwa secara perlahan makin banyak investor asal Tiongkok yang mulai melirik pasar di Indonesia. Menurut Ian Goh, Founding Partner 01vc, diperkirakan akan lebih banyak lagi investor asal Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia.

“Saya melihat akan makin banyak Chinese capital masuk ke bisnis di Indonesia. Untuk itu masalah seperti kurangnya talenta yang berkualitas hingga minimnya kemampuan dan pengalaman dari pendiri startup harus diminimalisir,” kata Goh.


DailySocial adalah media partner Global Venture Summit 2017

Jembatani Venture Capital Asing dan Startup Lokal, Global Ventures Summit 2017 Resmi Dibuka

Kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan venture capital asal Silicon Valley dengan penggiat startup di Indonesia Global Ventures Summit 2017, secara resmi digelar di Bali. Dalam sambutannya, Founder GVS Ahmed Shabana mengungkapkan kegiatan yang pertama kali digelar di Indonesia ini akan memberikan kesempatan kepada pelaku startup lokal bertemu langsung dengan para investor asing, yang sebagian besar didominasi VC asal Silicon Valley.

Dalam sambutannya yang singkat tersebut, Shabana juga menegaskan agar momentum ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku startup, tech enthusiast, dan regulator untuk belajar dan mengenal lebih jauh kondisi terkini dan tren investasi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Pertumbuhan signifikan jumlah investor di Asia Tenggara

Di hari pertama, Global Ventures Summit 2017 yang akan berlangsung selama 3 hari (19 – 21 April) menghadirkan beberapa praktisi, akademisi, hingga brand, seperti Mohd Atasha dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), Prashant Gokarn dari Indosat Ooredoo, Oscar Ramos dari Chinaccelerator, dan lainnya.

Dalam presentasinya Mohd Atasha menyampaikan beberapa informasi menarik seputar tech scene di Malaysia. Sejak tahun 1997 – 2016, MDEC telah menggelontorkan investasi sebesar RM 304 miliar (lebih dari 920 miliar Rupiah). Diklaim banyak startup asal Malaysia yang sudah melakukan IPO hingga exit sepanjang tahun 2001-2015.

Hal menarik lain yang juga dibahas dalam kegiatan Global Ventures Summit hari pertama adalah terkait dengan masalah logistik hingga infrastruktur yang masih menjadi kendala terbesar di Indonesia. Menurut Richard L. Drobnick dari American Indonesian Chamber of Commerce, saat ini pemerintah Indonesia telah menunjukkan dukungan yang positif dengan menambah infrastruktur hingga fasilitas pendukung lainnya untuk mendukung ekosistem startup di tanah air.

Drobnick berharap akan lebih banyak inisiasi serta regulasi yang pasti dari pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan startup di Indonesia.

Hadir mewakili Chinaccelerator, Oscar Ramos memberikan presentasi yang menarik tentang popularnya media sosial di Tiongkok yang mampu mengalahkan media sosial raksasa asal Amerika Serikat seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya. Chinaccelerator sendiri selama ini dikenal sebagai investor yang hanya memfokuskan kepada startup lulusan program akselerator di Tiongkok.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Ventures Summit 2017