“Femtech” dan Pemimpin Perempuan di Mata Mitra Gender

Peranan perempuan, yang awalnya “hanya” menjadi pasar dan pengguna, kini sudah bergeser. Makin banyak perempuan yang berkecimpung di industri teknologi dan menghadirkan platform yang bermanfaat untuk semua. Tercatat, sejak tahun 2014, sekitar 844 pendiri startup perempuan telah mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara. Beberapa di antaranya bahkan berhasil menghadirkan layanan yang mampu mengubah kebiasaan dan gaya hidup orang banyak.

Meskipun teknologi telah membuka peluang untuk perempuan mendirikan bisnis, tidak bisa dipungkiri masih banyak tantangan yang ditemui. Meskipun demikian, perspektif perempuan telah terbukti sangat berharga dan membantu keberhasilan mereka menapaki karier di industri ini. Hal tersebut menciptakan peluang bagi perempuan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, untuk mengembangkan bisnis yang sebelumnya hanya didominasi kaum adam.

“Indonesia saat ini tengah berada pada kondisi startup booming. Pertumbuhan startup yang didirikan oleh perempuan merupakan hal yang menarik untuk diamati. Teknologi pada prinsipnya adalah cara untuk membuka peluang semua kalangan meningkatkan kehidupan mereka, menjadi berita baik tentunya ketika startup yang didirikan perempuan makin bertambah jumlahnya. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan berada pada posisi yang setara untuk memimpin usaha yang bisa berkembang dan di masa mendatang,” kata Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Masih di edisi hari Kartini, DailySocial mencoba menggali pendapat dan pandangan para pendiri startup laki-laki di Indonesia, sebagai mitra gender, tentang peranan dan eksistensi para pemimpin perempuan di dunia startup teknologi.

Kesetaraan gender

Perkembangan teknologi yang dapat diakses siapapun dan di manapun saat ini mendorong kesetaraan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan dirinya. Keterbukaan atas informasi menjadi pintu utama bagi perempuan untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan, termasuk mendirikan startup.

“Menurut saya bidang teknologi lebih mengutamakan technical dan leadership skills bisa lebih ‘genderless’ daripada bidang lain. Sehingga banyak perempuan, yang memang memiliki kemampuan secara technical maupun leadership, dapat mendirikan startup dan meyakinkan para investor untuk mengembangkan bisnisnya. Jadi teknologi itu membuka peluang buat semua orang, menghilangkan batas-batas, termasuk batas gender,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Kesetaraan gender memang sangat terasa di dunia startup dan teknologi. Kebanyakan kolega dan pimpinan laki-laki melihat potensi dan kemampuan pegawai dan pimpinan perempuan yang tidak kalah dengan mitra gendernya. Proses ini membantu mereka untuk berkembang dan menunjukkan kemampuan untuk berkontribusi kepada perusahaan.

“Menurut saya, daripada melihat dari sisi gender, ada baiknya kita melihat kemampuan dan kelebihan seseorang dari sisi individunya itu sendiri. Baik itu perempuan maupun laki-laki, hasil kerja yang diberikan seimbang hanya saja setiap orang pasti punya caranya masing-masing untuk mencapai hasil tersebut,” kata CEO Giladiskon Fandy Santoso.

Hal senada diungkapkan CEO Modalku Reynold Wijaya yang mengklaim telah mendukung segala kebutuhan pegawainya baik laki-laki maupun perempuan, asal kebutuhan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan sifatnya untuk kepentingan bersama.

“Secara umum saat ini untuk sisi kemampuan baik laki-laki atau perempuan sudah sama, tidak ada lagi perbedaan gender. Justru beberapa kali kelebihan dari perempuan dalam memimpin itu dikarenakan naluri ibu yang sangat membantu di saat tim membutuhkan motivasi lebih,” kata CEO Belimobilgue Johnny Widodo.

Kelebihan talenta perempuan


Salah satu kunci kesuksesan yang hanya dimiliki pegawai perempuan adalah kemampuan mereka melakukan segala pekerjaan secara multitasking.

Kami percaya bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. Perempuan juga memiliki technical skills dan leadership yang baik, apalagi jika ditambah naluri perempuan yang mengayomi dan memperhatikan secara detil, sehingga perempuan biasanya juga lebih peka dan memahami kondisi anggota tim,” kata Rachmat.

Perempuan juga dinilai memiliki kemampuan untuk melihat semua hal secara detail dan memiliki keinginan untuk mencoba berbagai hal yang baru dan bersedia untuk bangkit kembali ketika menemui kegagalan. Sifat-sifat positif tersebut yang ternyata menjadi kekuatan bagi perempuan, ketika mendirikan bisnis hingga mengembangkan usaha mereka.

“Saya telah bekerja dengan banyak rekan kerja perempuan yang memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan kemampuan mereka. Mungkin karena mereka lebih netral dan memiliki kemampuan untuk belajar dari kesalahan. Namun saya juga melihat masih banyak di antara mereka yang belum memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk memulai usaha. Jika lebih banyak perempuan memiliki ambisi untuk mengembangkan bisnis, akan lebih besar peluang kesuksesan yang bisa diraih,” kata CEO Titik Pintar Robbert Deusing.

Berbagi pengalaman dan mendapatkan wawasan lebih ternyata tidak hanya dilakukan sesama pendiri startup laki-laki. Kesempatan tersebut juga banyak bisa diperoleh dari para pengusaha perempuan yang sudah mendirikan bisnis dengan kategori beragam.

“Dengan lebih banyaknya perempuan mendirikan bisnis, paling tidak bisa memperkaya ekosistem startup di Indonesia. Saya suka belajar dari sesama pendiri startup. Kami kebetulan berbagi kantor dengan Nalagenetics dan kami selalu belajar dari mereka,” kata Co-Founder Newman’s Anthony Suryaputra.

Ke depannya, untuk  membantu lebih banyak rekan kerja dan pemimpin perempuan bergerak lebih cepat, dibutuhkan dukungan yang lebih peka dan pemahaman yang baik. Tidak lagi cara-cara mendasar berbasis bias yang kerap muncul di suatu sistem. Menjadi penting bagi semua pihak yang terlibat untuk memberikan semua kesempatan secara adil.

“Kami percaya bahwa penting untuk merangkul keberagaman dan menciptakan tempat kerja yang inklusif. Mendukung lebih banyak perempuan masuk ke [industri] teknologi adalah menjadi bagian dari perjalanan kami untuk mempromosikan nilai keanekaragaman, inklusi, dan kesetaraan dalam teknologi,” kata Archie.

Dukungan perusahaan

Banyak cara yang dilakukan startup untuk mendukung perempuan bekerja. Mulai dari fasilitas khusus untuk perempuan hingga kesempatan bagi ibu rumah tangga yang bekerja di perusahaan. Hal tersebut dilihat mampu meningkatkan kepercayaan dan loyalitas yang akan berimbas kepada produktivitas bekerja.

“Di Modalku kami menyediakan fasilitas ruang ibu menyusui untuk para ibu bekerja. Pada hari International Women’s Day bulan Maret kemarin, Modalku memberikan fasilitas manicure untuk para karyawan perempuan sebagai wujud kami menghargai dan mendukung para perempuan bekerja,” kata Reynold.

Dukungan tersebut juga bisa ditunjukkan dengan menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan menerapkan kesetaraan gender. Hal tersebut diklaim telah diterapkan manajemen StickEarn.

“Mengingat peran khusus yang dipegang perempuan dalam kehidupan pribadi dan rumah tangga mereka, kami memahami ada kebutuhan tambahan yang dapat disediakan oleh perusahaan. Kami memberikan cuti hamil selama 3 bulan dan juga ruang perawatan di kantor baru kami. Hal ini kami lakukan untuk mendukung pekerjaan, tanpa harus meninggalkan peran mereka sebagai ibu,” kata Archie.

Penerapan diversity and inclusion juga telah dilakukan Belimobilgue. Salah satu contohnya memberikan kemudahan dan akses tertentu untuk pegawai perempuan, seperti monthly day off dan maternity leave.

Kesempatan untuk memiliki jenjang karier, self development, sampai kesetaraan mengungkapkan pendapat juga diterapkan di Bukalapak. Walaupun kadang masih ada stigma bahwa laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama, perusahaan menanamkan cara berpikir bahwa perempuan juga memiliki potensi yang sama.

“Kami memberikan ruang khusus bagi para perempuan untuk dapat sharing dengan seluruh Bukalapak Squad dalam berbagai kesempatan. Salah satunya adalah melalui program Bedah Buku special event Kartini di mana salah satu female leader di Bukalapak bercerita mengenai buku yang dia baca dan berbagi key takeaways yang didapatkan dari buku itu kepada Bukalapak Squad. Sebisa mungkin kami selalu melibatkan karyawan perempuan di ruang publik maupun acara yang dilakukan oleh Bukalapak, sehingga mereka bisa lebih mengekspresikan diri melalui perspektif perempuan dan karyawan lain bisa saling belajar dari perspektif tersebut,” kata Rachmat.

Mendukung Kesetaraan Gender di Ekosistem Startup

Tahun 2019 bisa dibilang merupakan tahunnya entrepreneur perempuan di Indonesia. Makin maraknya startup yang didirikan perempuan dan menyasar perempuan dan aliran dana segar investor mendukung pertumbuhan bisnis femtech. Ekosistem startup dianggap memberi keterbukaan dan peluang bagi perempuan untuk berkarya. Perlahan tapi pasti, kesetaraan gender di Indonesia terjadi di berbagai startup teknologi.

“Menerima perempuan sebagai pemimpin di perusahaan, bukan hanya tentang mencapai kesetaraan gender. Namun juga berpengaruh kepada hasil yang lebih baik. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa lingkungan pekerjaan yang beragam dan inklusif akan menjadi lebih produktif dan lebih bahagia daripada rekan-rekan mereka yang homogen,” kata Managing Director Digitaraya Nicole Yap.

Di edisi Kartini bulan ini, DailySocial mengupas tantangan dan cara cerdas para perempuan menyelesaikan tugas sambil mengurusi rumah tangga.

Teknologi membuka peluang

Menurut para pemimpin di industri, teknologi secara langsung membuka kesempatan bagi perempuan untuk memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan. Menurut CFO Ovo Sharly Rungkat, jumlah perempuan yang bekerja di perusahaan teknologi mulai banyak jumlahnya. Tidak hanya mendirikan startup, para perempuan mulai menyasar lapangan pekerjaan yang sebelumnya banyak didominasi laki-laki.

“Saya melihat industri teknologi mungkin berkembang lebih cepat daripada industri lain dalam menerima pegawai tanpa memandang jenis kelaminnya. Secara pribadi, dari pengalaman bekerja saya di New York atau di Jakarta, saya cukup beruntung untuk dianggap oleh orang-orang yang bekerja sama dengan saya secara adil. Di Ovo, kami tentunya melakukan perekrutan berdasarkan pada meritokrasi. Saya melihat banyak pemimpin perempuan di organisasi kami yang dapat memiliki departemen sendiri tanpa memiliki perbedaan gender,” kata Sherly.

Meritokrasi juga diterapkan CEO Kotoko Cynthia Krisanti. Menurutnya saat ini perusahaan di industri teknologi telah mengadopsi atau bergerak menuju budaya meritokratis. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki rencana atau struktur kerja yang berorientasi pada tujuan dan penilaian kinerja berbasis kepada hasil kuantitatif.

Dengan menjadi meritokratis, perusahaan-perusahaan di industri teknologi dapat meminimalkan, jika tidak menghilangkan, bias gender di tempat kerja. Lingkungan kerja yang produktif sudah banyak diterapkan industri teknologi.

Langkah selanjutnya, yang bisa diambil oleh perempuan bekerja, adalah bisa lebih berani mengambil keputusan.

“Saya cukup beruntung mengalami kesetaraan gender sepanjang perjalanan karier saya di industri teknologi. Sebagai seorang pemimpin, saya harus siap untuk membuat keputusan yang tidak sempurna setiap hari, dan belajar darinya. Kesalahan tidak bisa dihindari, tetapi yang penting bagi para pemimpin adalah bagaimana mereka bereaksi terhadap kesalahan ini dan bangkit dengan lebih baik lagi,” kata Cynthia.

Keterbukaan dan peluang yang diberikan startup dirasakan benar oleh SVP Transport Marketing Gojek Monita Moerdani. Dirinya melihat lingkungan kerja yang mendukung dan apresiasi dari rekan kerja laki-laki sehingga mendorong suasana kerja lebih positif.

“Setidaknya di perusahaan teknologi tempat saya bekerja, inklusi perempuan adalah topik utama. Saya melihat upaya nyata dari perusahaan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam hal kepemimpinan. Di saat yang sama mereka telah memberikan inspirasi kepada generasi muda perempuan menjajaki karier di bidang yang kurang populer di antara mereka [seperti engineering]. Saya pikir itu perlu dilakukan secara dua arah,” kata Monita.

Perusahaan juga perlu memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam proses perekrutan dan pengembangan karier. Mereka memastikan bahwa bidang yang saat ini didominasi laki-laki dapat menarik lebih banyak perempuan.

“Saya juga percaya bahwa industri teknologi adalah tempat di mana seseorang dapat dan harus dievaluasi berdasarkan kemampuannya. Karena itu, fakta bahwa Anda adalah laki-laki atau perempuan, seharusnya tidak relevan. Saya sungguh berharap saya berada di tempat saya sekarang karena saya memiliki kualifikasi dan keterampilan yang tepat untuk pekerjaan, bukan karena saya seorang woman engineer,” kata VP Engineering DANA Ignatia Suwarna.

Peranan sebagai mentor

Tidak hanya kemampuan menyelaraskan anggota tim, pemimpin perempuan di startup teknologi juga harus bisa menjadi mentor untuk memotivasi anggota tim mereka. Peranan tersebut dirasakan benar oleh Software Engineer Lead (Fintech) Tokopedia Vania Christie Chandra. Sebagai seorang Lead, dirinya diberikan kepercayaan membangun dan membekali talenta software engineer dengan perspektif dan keterampilan baru.

“Sebagai seorang mentor yang mengelola 15 talenta digital, saya terus berupaya mengetahui segala kebutuhan tim dari setiap aspek sekaligus memberikan dukungan penuh agar mereka terus berkarya lewat teknologi,” kata Vania.

Peranan sebagai mentor juga dirasakan Sharly yang selama ini bertanggung jawab mendukung pertumbuhan bisnis salah satu ekosistem digital terbesar di Indonesia. Dalam mengelola Ovo, Sharly harus menggabungkan semua strategi bisnis, proses peningkatan dan ketekunan keuangan untuk memastikan pertumbuhan OVO yang berkelanjutan. Mengelola faktor internal dan eksternal akan menjadi sangat penting untuk menjaga perusahaan tetap agile menyesuaikan kondisi ekonomi.

Tantangan terbesar yang masih banyak ditemui entrepreneur perempuan adalah minimnya jaringan. Tidak hanya di Indonesia namun juga secara regional. Dengan alasan itulah  Simona Accelerator diluncurkan pada tahun 2019 yang mempertemukan para entrepreneur perempuan di Indonesia dan regional. Agar lebih banyak perempuan terjun ke teknologi dan startup, Gojek juga memiliki program Gojek Xcelerate yang di salah satu batch-nya berkomitmen mengembangkan 10 startup terbaik oleh perempuan dari Indonesia dan Asia Pasifik.

Mengatur urusan keluarga dan pekerjaan

Salah satu kendala yang kerap dirasakan perempuan bekerja adalah menentukan prioritas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Mereka harus bisa mengelola semua tanggung jawab di rumah dan di kantor. Cara yang banyak diterapkan oleh mereka adalah berbagi tugas dengan suami dan tidak hanya membebankan urusan rumah tangga kepada satu pihak saja.

“Saya cukup beruntung bahwa saya bekerja di sebuah organisasi yang mendukung saya untuk berada di rumah hampir setiap hari ketika anak-anak saya kembali dari kegiatan sehari-hari. Sebelum mereka tidur, saya mencoba untuk memiliki kualitas dan waktu yang menyenangkan bersama mereka. Setelah mereka pergi tidur, saya kembali bekerja,” kata Ignatia.

Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Yang perlu diperhatikan semua perempuan bekerja adalah tidak perlu khawatir metode pendekatan yang diterapkan untuk mengelola keluarga dan pekerjaan. Lakukan cara yang dianggap paling ideal sebagai istri dan seorang pimpinan di perusahaan.

“Saya pikir bukan hal yang mudah untuk menyeimbangkan karier dan keluarga. Namun, keuntungan yang dimiliki perempuan adalah kemampuan mereka menangani berbagai tugas. Tinggal di Indonesia pasti telah membantu dalam hal memiliki sistem pendukung. Secara pribadi kadang-kadang bisa cukup menantang. Sebagai profesional perempuan, saya pikir kita cenderung memikul tanggung jawab keluarga, rumah tangga, dan pekerjaan secara otomatis. Jadi bagi saya, memiliki hak bekerja dan lingkungan di rumah, dengan pasangan, tim, rekan kerja dan atasan yang mendukung menjadi kunci keberhasilan,” kata Sharly.

Hal yang sama juga dirasakan para perempuan yang sudah menikah dan belum memiliki anak. Kebebasan dan kesempatan untuk menentukan waktu yang ideal berkumpul bersama pasangan dan melanjutkan pekerjaan dirasakan benar selama menjadi pimpinan di startup.

“Secara pribadi, saya belum memiliki pengalaman sebagai orang tua. Saya sudah menikah tetapi belum memiliki anak. Untuk berbagi sedikit pengalaman pribadi, saya dan pasangan telah menyetujui pembagian tanggung jawab yang sama. Kami tidak percaya bahwa merawat rumah adalah hanya tugas istri. Oleh karena itu, bagi saya, dengan keluarga yang terdiri dari dua orang [hanya saya, suami saya, dan 2 anjing], tugas saya sebagai seorang istri cukup sederhana, work-life balance yang dapat dicapai,” kata Cynthia.

Bagi mereka yang masih lajang, fasilitas yang diberikan perusahaan menjadi motovasi tersendiri untuk bekerja. Salah satunya adalah ruang bermain dan penitipan anak saat ibu atau ayah mereka bekerja. Fasilitas ini sudah banyak ditawarkan startup, termasuk Tokopedia.

“Walau saya belum berkeluarga, yang bisa saya sampaikan bahwa selain memberikan fleksibilitas jam kantor dan berbagai fasilitas lainnya, Tokopedia telah menyediakan Kid’s Room yang memudahkan orang tua tetap dapat menikmati waktu berkualitas dengan anak sambil bekerja. Dengan berbagai inisiatif lainnya, harapannya Nakama [sebutan pegawai Tokopedia], baik yang juga berperan sebagai seorang ibu maupun ayah, dapat memenuhi kebutuhan yang beragam dengan menjalankan tanggung jawab karier maupun rumah tangga,” kata Vania.

Hal senada diungkapkan Monita yang melihat fasilitas lengkap di kantor bisa mendukung produktivitas perempuan bekerja. Meskipun belum memiliki pengalaman berkeluarga, dirinya melihat banyak rekan kerja di kantor yang merasakan benar keuntungan kebijakan dan fasilitas yang diberikan perusahaan.

“Saya bersyukur bahwa Gojek secara aktif memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan menyediakan tempat penitipan anak untuk orang tua yang bekerja, di mana mereka bisa mendapatkan perawatan dan pendidikan yang tepat untuk anak-anak,” kata Monita.

Sosok-sosok Perempuan yang Menjadi Petinggi di Perusahaan Berbasis Teknologi

Paling tidak satu abad yang lalu, Raden Adjeng Kartini membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa berdedikasi. Semangat juangnya terus kita rasakan sampai di era modern ini, dimana kaum perempuan turut berperan dalam perkembangan perusahaan berbasis teknologi.

Berikut ini adalah daftar sosok perempuan yang memegang peran kunci sekaligus jabatan tinggi dalam perusahaan berbasis teknologi, baik di luar maupun di dalam negeri. Boleh dibilang, mereka ini adalah para Kartini generasi abad ke–21.

Marissa Mayer – CEO Yahoo

Marissa Mayer / Yahoo
Marissa Mayer / Yahoo

Berparas cantik dan cerdasnya bukan main, sejak pertengahan 2012, beliau menjabat sebagai CEO dari Yahoo. Dalam pimpinannya, ada banyak keputusan penting yang diambil, seperti salah satunya ketika Yahoo mengakuisisi Tumblr senilai $1,1 miliar di tahun 2013.

Reputasi Mayer sudah melambung sejak ia bergabung dengan Google di tahun 1999, dimana ia merupakan engineer perempuan pertama dalam kru Larry Page. Salah satu kontribusi terbesar Mayer bagi Google adalah AdWords, yang berjasa atas 96 persen dari penghasilan Google di kuartal pertama tahun 2011.

Sheryl Sandberg – COO Facebook

Sheryl Sandberg / Facebook
Sheryl Sandberg / Facebook

Lulus dari Harvard, beliau sempat menjadi anggota tim bendahara mantan presiden AS, Bill Clinton, sebelum akhirnya bergabung dengan Google di tahun 2001. Pada bulan Maret 2008, Sandberg ditunjuk Facebook sebagai COO yang aktif sampai sekarang.

Kalau bukan karena beliau, mungkin Facebook tidak bisa bertumbuh hingga sebesar sekarang. Sandberg-lah yang memulai berbagai inisiatif supaya Facebook bisa memperoleh penghasilan. Hanya dua tahun setelah ia bergabung, Facebook sudah bisa meraup untung dari iklan di tahun 2010.

Susan Wojcicki – CEO YouTube

Susan Wojcicki / Google+
Susan Wojcicki / Google+

Mungkin tidak banyak orang tahu, namun saat pertama Google didirikan, Larry Page dan Sergey Brin memanfaatkan garasi milik Wojcicki sebagai kantor. Beliau merupakan salah satu inisiator Google Doodles, dan bertanggung jawab atas sejumlah program pemasaran di awal-awal kiprah Google.

Namun jasa terbesar Wojcicki buat Google adalah di tahun 2006, dimana ia yang menyarankan perusahaan untuk mengakuisisi YouTube. Sejak Februari 2014, beliau ditunjuk sebagai CEO YouTube sampai sekarang, dan kita tahu sendiri semaju apa layanan berbagi video itu saat ini.

Meg Whitman – CEO Hewlett Packard

Meg Whitman / HP Enterprise
Meg Whitman / HP Enterprise

Menginjak usia yang ke–60 tahun ini, Whitman masih menjabat sebagai CEO Hewlett Packard sejak tahun 2011 (kini HP Enterprise). Sebelumnya, beliau merupakan CEO eBay. Selama sepuluh tahun kepemimpinannya, jumlah karyawan eBay berkembang gila-gilaan dari 30 orang menjadi sekitar 15 ribu orang.

Di HP, keputusan terbesarnya adalah ‘menghidupkan’ kembali divisi PC setelah CEO sebelumnya berencana untuk meninggalkannya. Seperti yang kita tahu sekarang, divisi PC HP masih baik-baik saja, bahkan mereka bisa menciptakan laptop secantik HP Spectre.

Virginia Rometty – CEO IBM

Virginia Rometty / IBM
Virginia Rometty / IBM

Beliau merupakan bukti nyata bahwa loyalitas dan integritas bisa membawa karir Anda ke puncak yang paling tinggi, tanpa menimbang perihal jenis kelamin. Di tahun 1981, Rometty bergabung sebagai engineer di IBM. 20 tahun setelahnya dan hingga kini, beliau menjabat sebagai CEO, sekaligus menjadi pemimpin perempuan pertama di IBM.

Salah satu peran besar Rometty di IBM adalah mengarahkan fokus perusahaan menuju ke teknologi cloud dan artificial intelligence. Tanpa fokus seperti ini, tidak bakal ada supercomputer Watson.

Diajeng Lestari – CEO HijUp

Diajeng Lestari / Foto pribadi
Diajeng Lestari / Foto pribadi

Toko busana online yang secara khusus menjual pakaian-pakaian muslim untuk perempuan, kedengaran ambisius bukan? Namun Diajeng Lestari, pendiri sekaligus CEO HijUp, berhasil mengubah ambisi tersebut menjadi bisnis e-commerce yang terus berkembang pesat.

Funding terbaru dari para investor terhadap HijUp bernilai jutaan dolar, dan kini HijUp sendiri semakin dekat dengan misinya berekspansi secara global. Traffic situsnya sendiri cukup tinggi di negara-negara luar seperti Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Inggris dan sejumlah negara lain di Eropa.

Cynthia Tenggara – CEO Berrykitchen

Cynthia Tenggara / DailySocial
Cynthia Tenggara / DailySocial

Latar belakang pendidikannya bukanlah IT, namun beliau berhasil mengembangkan Berrykitchen hingga menjadi salah satu perusahaan katering online kenamaan di tanah air. Bersama timnya, Cynthia tidak pernah bosan memberikan inovasi, mulai dari yang kecil seperti perubahan tampilan website, sampai peresmian dapur baru dengan kapasitas produksi masif.

Sebagai pendiri dan CEO, dirinya juga tidak cepat merasa puas dan terus ingin memajukan Berrykitchen, dimulai dari perilisan aplikasi mobile hingga target melayani 6.000 porsi per hari pada akhir tahun ini.

Hanifa Ambadar – CEO Female Daily Network

Hanifa Ambadar / DailySocial
Hanifa Ambadar / DailySocial

Dari perempuan, untuk perempuan, mungkin slogan singkat ini bisa menggambarkan visi Hanifa sebagai pendiri sekaligus CEO Female Daily Network. Berawal dari sebuah blog di tahun 2005, Female Daily kini telah menjadi komunitas tempat berkumpulnya jutaan perempuan yang ingin berbagi informasi produk-produk kecantikan.

Komunitas inilah yang pada akhirnya membantu perkembangan Female Daily hingga kini. Pun begitu, tanpa keputusan tim Hanifa membuat forum untuk melengkapi situs, tentunya tidak akan ada tempat berkumpul buat komunitas ini.

Sumber gambar: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Gambar header: Pixabay.