HSBC Kembali Kucurkan ASEAN Growth Fund, Induk Modalku Dapat Kredit Rp1,5 Triliun

Funding Societies, induk dari platform fintech lending Modalku, mengumumkan perolehan fasilitas kredit dari HSBC melalui ASEAN Growth Fund. Melalui kesepakatan ini, HSBC memberikan komitmen kumulatif $100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun untuk mendukung upaya Funding Societies dalam memperluas akses kredit bagi UMKM di wilayah ASEAN.

Langkah terbaru ini menjadi salah satu fasilitas kredit terbesar yang diberikan HSBC kepada lembaga peminjam UMKM berbasis digital di Asia Tenggara. Pendanaan ini diharapkan dapat memperdalam jangkauan Funding Societies dalam melayani segmen UMKM yang selama ini belum banyak terjangkau layanan keuangan formal.

Sebelumnya ASEAN Growth Fund tersebut juga telah dikucurkan ke sejumlah startup Indonesia, termasuk eFishery, Batumbu, dan AwanTunai.

Co-Founder & CEO Funding Societies Kelvin Teo menyatakan, “Dukungan berkelanjutan dari bank global seperti HSBC membuktikan komitmen mereka dalam mendukung platform digital seperti kami dan UMKM di tengah kenaikan suku bunga global. Dengan adanya fasilitas ini, kami dapat lebih leluasa mengembangkan pembiayaan yang berkelanjutan, serta memperkuat inklusi finansial bagi UMKM yang belum sepenuhnya terlayani di wilayah ini.”

Dengan adanya fasilitas ini, HSBC bertindak sebagai bank pengelola struktur kredit, pemberi pinjaman, dan agen keamanan bagi Funding Societies. Skema ini memberikan solusi pembiayaan yang skalabel dan regional untuk mendukung ekspansi Funding Societies di ASEAN.

Kepala Korporasi dan Bisnis Banking HSBC Singapura Harish Venkatesan menambahkan, “Sebagai pelopor dan pemimpin pembiayaan digital UMKM di ASEAN, kami bangga memberikan dukungan melalui fasilitas kredit ketiga ini. Kami berharap bisa terus mendukung Funding Societies dalam menyediakan solusi pembiayaan bagi UMKM yang menjadi pilar utama perekonomian di kawasan ASEAN.”

Pembiayaan ini juga sejalan dengan inisiatif HSBC ASEAN Growth Fund, yang diluncurkan pada Maret 2024 dengan alokasi dana mencapai US$1 miliar. Dana ini bertujuan untuk mendukung platform digital berbasis di Singapura dalam mencapai skala ekonomi di berbagai pasar internasional dan mengembangkan portofolio aset mereka.

Sejak berdiri pada 2015, Funding Societies telah menyalurkan lebih dari $4 miliar untuk pembiayaan bisnis, dan berkontribusi positif bagi lebih dari 100 ribu bisnis di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Platform ini juga mencatat nilai transaksi tahunan sebesar $1,4 miliar sejak memperluas layanan ke sektor pembayaran pada 2022.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Maybank Berikan Investasi Strategis ke Induk Fintech Lending Modalku

Maybank mengumumkan investasi strategis ke induk fintech lending Modalku, yakni Funding Societies dengan nilai yang tidak disebutkan. Melalui investasi ini, Maybank berencana menjajaki sinergi kolaboratif dengan Funding Societies untuk mendorong inklusivitas dan mengatasi kesenjangan pembiayaan bagi komunitas yang dilayaninya.

Investasi ini merupakan langkah awal dalam inisiatif baru Maybank untuk berinvestasi dan bermitra dengan organisasi berbasis digital yang berkualitas di ASEAN. Upaya ini sejalan dengan strategi M25+ Maybank yang bertujuan mempercepat digitalisasi dan menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, baik di dalam maupun di luar sektor perbankan.

Presiden dan CEO Grup Maybank Dato’ Khairussaleh Ramli menyatakan, “Investasi kami di Funding Societies menegaskan komitmen kami dalam mendorong inklusi keuangan, sesuai dengan tujuan kami untuk memanusiakan layanan keuangan. Dengan menggabungkan keahlian perbankan kami dan platform digital inovatif dari Funding Societies, Maybank bertekad membangun ekosistem UMKM yang kuat dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi semua pihak.”

Kelvin Teo, Co-founder dan CEO Funding Societies, menambahkan, “Kami merasa terhormat dengan dukungan dari Maybank, yang mencerminkan komitmen bersama untuk melayani UMKM di Asia Tenggara. Kemitraan ini memperkuat dedikasi kami untuk memperluas akses kredit bagi UMKM yang kurang terlayani dan menghadapi kendala permodalan.”

Funding Societies saat ini telah memiliki lisensi operasional di Singapura, Indonesia, dan Thailand, serta terdaftar di Malaysia dan beroperasi di Vietnam. Setiap tahunnya, perusahaan teknologi finansial ini menyalurkan pembiayaan bisnis sebesar $1 miliar kepada UMKM di wilayah tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Funding Societies mencapai tonggak strategis, termasuk mengakuisisi platform pembayaran digital regional CardUp serta berinvestasi bersama di Bank Index di Indonesia.

Grup perusahaan Modalku didukung oleh sejumlah investor terkemuka seperti SoftBank Vision Fund 2, Khazanah Nasional Berhad, CGC Digital, SBVA (sebelumnya SoftBank Ventures Asia), Peak XV Partners (sebelumnya Sequoia Capital India), Alpha JWC Ventures, SMBC Bank, BRI Ventures, VNG Corporation, dan Rapyd Ventures.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Dua Co-Founder Startup Umumkan Berhenti: COO Modalku Iwan Kurniawan dan CMO Octopus Hamish Daud

Petinggi di startup Modalku dan Octopus, yakni Iwan Kurniawan (Chief Operating Officer) dan Hamish Daud (Chief Marketing Officer), baru-baru ini mengumumkan pengunduran dirinya.

Sebetulnya, Iwan telah melepas jabatannya sebagai COO sejak Juni 2023, tetapi tetap berlanjut sebagai Advisor hingga Oktober 2023. Saat ini, Iwan diketahui tengah mengambil gelar S2 di AS. Dari laman LinkedIn-nya, Iwan juga tercatat menjadi rekan (fellow) Owl Ventures, VC asal AS yang berfokus pada investasi edtech.

“Setelah hampir delapan tahun memulai dan memimpin Modalku (2015-2023), saya mengambil jeda karier untuk mengeksplorasi passion baru. Sejak tahun lalu, saya mulai menekuni minat lama saya di bidang pendidikan dan pengembangan SDM, dimulai dengan mengambil gelar S2 Pendidikan di Harvard. Saya menginvestasikan waktu untuk memahami human learning benar-benar efektif,” tulisnya dalam laman LinkedIn resminya.

Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan dan Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya / Modalku

Iwan merupakan salah satu pendiri Modalku bersama Reynold Wijaya pada 2015. Modalku sempat melakukan efisiensi karyawan pada tahun lalu, kemudian mengantongi tambahan fasilitas pinjaman (debt) sebesar Rp117 miliar dari Norfund untuk memperluas akses pendanaan ke UMKM. Pihaknya juga tengah mendorong kualitas pembiayaan di tengah tingginya kredit macet industri P2P.

Dalam perjalanannya selama 8 tahun terakhir, Modalku tercatat telah menyalurkan total akumulasi pendanaan sebesar Rp7,24 triliun kepada borrower sejak pertama kali berdiri hingga saat ini (year-to-date). Adapun, total outstanding pinjaman per akhir Januari 2024 sebesar Rp120,6 miliar.

Sementara itu, Hamish memutuskan hengkang dari Octopus dikarenakan alasan pribadi usai perusahaannya sempat tersandung kasus keterlambatan pembayaran tahun lalu.

“Selama empat tahun terakhir, saya terjun di Octopus untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dengan berat hati saya mengumumkan hari ini adalah hari terakhir saya sebagai CMO/Co-Founder. Saya mengundurkan diri dari posisi saya di Octopus karena alasan pribadi. Saya yakin perusahaan ini akan bangkit kembali dan memberikan dampak lingkungan yang besar lagi dalam waktu dekat,” tulisnya di akun Instagram pribadi.

Sebagai informasi, Octopus adalah platform agregator untuk mengumpulkan sampah dari pemulung dan pengepul untuk didaur ulang yang didirikan pada 2021 oleh Dimas Ario, Hamish Daud, Niko Adi Nugroho, dan Moehammad Ichsan. Octopus sempat menjadi peserta terpilih Batch 4 di Grab Velocity Ventures dan Batch 1 program “Google for Startups Accelerator: Circular Economy”.

OCTOPUS Aplikasi Daur Ulang
(ki-ka) Co-founder OCTOPUS: Dimas Ario Rubianto, Hamish Daud Wyllie, Niko Adi Nugroho, Moehammad Ichsan / OCTOPUS

Pada Desember tahun lalu, Octopus viral usai dugaan keterlambatan pembayaran gaji karyawan yang dicuitkan karyawannya di platform X. Manajemen Octopus pun baru mengklarifikasi kabar tersebut pada Januari 2024, menyatakan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh transisi fokus bisnis perusahaan ke B2B.

Mengutip pemberitaan TechInAsia, CEO Octopus Moehammad Ichsan mengungkap bahwa, “Transisi ini menyebabkan anjloknya segmen bisnis B2C dan berdampak pada arus kas, menyebabkan keterlambatan gaji [karyawan].”

DailySocial.id sempat mencoba mengontak Moehammad Ichsan untuk menggali informasi lebih lanjut perihal transisi ini. Namun, menurut perwakilannya, pihaknya baru akan menjelaskan transisi dan perkembangan bisnis Octopus usai Pemilu 2024.

Modalku, STACS, dan IGCN Dorong Praktik ESG ke UMKM Lewat Platform ESGpedia

Modalku, STACS, dan Indonesia Global Compact Network (IGCN) berkolaborasi mengajak pelaku UMKM Indonesia yang ingin memulai perjalanan pelaporan Environmental, Social, Governance (ESG) mereka melalui platform ESGpedia.

Platform ESGpedia menyediakan topik-topik ESG dan fitur untuk mengonversi data operasional pelaku usaha, mulai dari bahan bakar, zat pendingin, dan konsumsi listrik menjadi ESG berdasarkan metode ISO 14064-1 beserta Protokol Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia.

“ESGpedia yang dikembangkan STACS, bertujuan untuk mengatasi kesenjangan data ESG di pasar Asia Tenggara. Platform ini memberikan akses gratis ke UMKM yang ingin menyederhanakan berbagai standar dan kerangka pelaporan ESG. Khususnya di Indonesia, kami sadar beberapa institusi atau perusahaan sudah diwajibkan oleh pemerintah untuk melaporkan metrik ESG,” ungkap Founder & Managing Director STACS Benjamin Soh dalam keterangan resminya, Jumat (2/2).

Sebagai informasi, STACS adalah perusahaan solusi teknologi dan data ESG yang berkantor pusat di Singapura.

Lebih lanjut, dukungan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap praktik berkelanjutan dan pentingnya ESG dalam strategi bisnis mereka, terutama di tengah meningkatnya persyaratan dari regulator dan investor dalam menangani isu perubahan iklim.

Selain itu, dukungan edukasi ini juga dilakukan mengingat UMKM memiliki keterbatasan sumber daya dibandingkan perusahaan skala besar sehingga dapat membantu bisnis untuk lebih peka terhadap isu-isu keberlanjutan yang perlu ditangani.

Melalui pelaporan ini, UMKM dapat membuat rencana aksi terkait topik ESG yang ingin diatasi dan menyesuaikan aktivitas bisnis mereka dengan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB untuk memberantas kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi bumi.

Sebagaimana diketahui, sejumlah pelaku di ekosistem digital dan teknologi juga telah meluncurkan inisiatif sendiri di bidang ESG. Tahun lalu AC Ventures dan PricewaterhouseCoopers (PwC) menerbitkan Pedoman Umum Indonesia untuk Tata Kelola Perusahaan (PUGKI). Targetnya adalah startup Indonesia yang ingin mengeksplorasi pendekatan baru dan memahami tata kelola di tengah gencarnya praktik ESG.

Menurut data PwC di 2022, investor kini mulai beralih ke bisnis yang mempraktikkan metrik ESG. Hal ini diperkuat oleh risetnya yang mencatat sebanyak 80% investor berhati-hati terhadap greenwashing, sedangkan pada data 2023 sebanyak 70% konsumen cenderung memilih produk berkelanjutan.

Sementara platform penyedia SCF, Danamart mengklaim menerapkan prinsip ESG sebagai salah satu tolok ukur penilaian manajemen risiko terhadap UKM sebelum menerbitkan efek di Danamart. Pihaknya menyebut tidak akan memberikan pendanaan kepada perusahaan yang belum memiliki ESG value.

Grup Modalku Dapat Tambahan Debt dari Norfund, Perkuat Kualitas Pinjaman untuk UMKM

Grup Modalku mengumumkan perolehan fasilitas pinjaman (debt) sebesar $7,5 juta atau sekitar Rp117 miliar dari Norfund, sebuah Development Financial Institution (DFI) yang mengoperasikan dana investasi milik pemerintah Norwegia untuk negara-negara berkembang.

Sebelumnya Norfund juga sempat memberikan fasilitas yang sama dengan nominal yang persis sama kepada Amartha pada Juni 2021 lalu.

Bagi grup Modalku sendiri, ini adalah fasilitas debt kedua yang diperoleh sepanjang tahun ini. Pada September 2023, fasilitas yang diraih sebesar $27 juta atau sekitar Rp414 miliar yang dipimpin AlteriQ Global, Aument Capital Partners, dan Orange Bloom.

Seluruh fasilitas ini akan disalurkan kembali melalui berbagai solusi pendanaan yang dirancang khusus untuk UMKM yang belum mendapatkan akses pendanaan di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Co-founder & Group CEO Funding Societies (induk Modalku) Kelvin Teo mengatakan pencapaian ini tidak hanya dapat menjadi bukti terhadap kelayakan kredit dari grup dalam menghadapi pandemi dan ketidakpastian makroekonomi, namun juga peluang untuk memenuhi kebutuhan akses pendanaan bagi UMKM yang masih underserved di Asia Tenggara.

“Kami mengapresiasi dukungan Norfund dalam misi dan komitmen kami untuk memberikan kesempatan yang merata bagi UMKM,” kata Teo dalam keterangan resmi.

Norfund’s Regional Director (Asia) Fay Chetnakarnkul menyampaikan pihaknya terkesan dengan kemampuan grup Modalku dalam mendukung UMKM yang kurang terlayani di Asia Tenggara dengan beragam solusi pendanaan untuk mengatasi tantangan pengelolaan arus kas.

“Kami senang dapat mendukung Modalku dalam memperluas jangkauan, meningkatkan inklusi keuangan dan memungkinkan lebih banyak bisnis untuk tumbuh, serta menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan di wilayah ini,” imbuhnya.

Norfund hadir dengan fokus utama mereka dalam berinvestasi yaitu untuk meningkatkan inklusi keuangan. Hingga saat ini, Norfund telah menyalurkan pendanaan sekitar $4,54 miliar (sekitar Rp 70Triliun) kepada 7,5 juta klien. Pendanaan yang diberikan melalui Grup Modalku akan menjadi jembatan antara Norfund dengan sektor publik & swasta dalam memperluas jangkauan investasinya di Asia Tenggara.

Investasi berdampak (impact investment) yang dilakukan oleh sejumlah DFI di Asia Tenggara telah mencapai $2 miliar (sekitar Rp31 triliun) per tahun antara 2017-2022 (dengan akumulasi lebih dari $12 miliar atau sekitar Rp187 triliun). Lebih dari setengah portofolio investasi tersebut disalurkan ke sektor jasa keuangan.

DFI memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mendukung UMKM yang tidak dapat didukung oleh pemberi dana komersial dan pemerintah, hal ini dikarenakan posisi keuangan mereka yang kuat.

Jaga kualitas pembiayaan

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, Country Head Indonesia Modalku Arthur Adisusanto menyampaikan selain fokus membuka akses pendanaan UMKM yang lebih luas, menjaga kualitas pembiayaan juga tak kalah penting. Ia mengaku dalam menjaga pertumbuhan kredit, perusahaan sangat memperhatikan kualitas portofolio yang dimiliki.

Caranya dengan selalu menerapkan prinsip responsible lending, kehati-hatian, dan manajemen risiko, yaitu melakukan penilaian terhadap UMKM penerima dana, serta kemampuan finansial mereka untuk melunasi modal usaha yang diberikan.

“Karena kami juga memiliki tanggung jawab kepada pemberi dana yang meminjamkan dananya melalui Modalku,” ujar Arthur.

Ditambah, perusahaan meningkatkan sistem mitigasi risiko dalam menjaga angka NPL, seperti melakukan assessment, monitoring, dan collection sebagai upaya deteksi awal apabila terjadi penurunan kualitas portofolio dan upaya penagihan, serta penyelamatan kredit secara simultan.

“Kami juga akan melanjutkan komitmen untuk memperkuat bisnis dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan, serta mengakselerasi akses pendanaan bagi UMKM yang masih underserved. Di samping itu, Modalku juga terus fokus terhadap kesehatan finansial perusahaan dan tetap bijak dalam pengeluaran perusahaan.”

Sebelumnya pada Agustus 2023, Grup Modalku merampingkan operasional yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 38 orang dari total 214 karyawannya di Indonesia.

Produk pembiayaan Modalku cukup beragam. Di antaranya, Modal Proyek untuk pengadaan di sektor pemerintahan. Konsepnya mirip invoice financing, dengan penyesuaian sesuai dengan workflow belanja di sektor pemerintahan.

Kemudian, pada akhir tahun lalu, Modalku juga mulai masuk ke bisnis multifinance lewat akuisisinya terhadap PT Buana Sejahtera Multidana, kemudian di-rebranding menjadi “Modalku Finance”. Modalku Finance menawarkan berbagai fungsi pembiayaan, di antaranya Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi, dan Pembiayaan Multiguna.

Sebelumnya Modalku juga melakukan co-investment bersama Carro ke Bank Index, memberikan sinyal perusahaan untuk masuk ke segmen bank digital. Adapun produk lain yang juga menjadi fokus adalah b2b paylater, bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Bukalapak, Paper.id, dan BukuWarung.

Di skala regional, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp53 triliun kepada lebih dari 100 ribu UMKM di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

51% UMKM di Indonesia Menggunakan Uang Tunai untuk Bertransaksi

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi yang merambah berbagai aspek kehidupan, sebuah riset dari Modalku menunjukkan bahwa tradisi lama belum sepenuhnya ditinggalkan. Meskipun berbagai metode pembayaran modern bermunculan, transaksi uang tunai dan transfer bank tetap menjadi pilihan dominan bagi UMKM Indonesia.

Untuk mendalami perspektif pelaku UMKM, Grup Modalku, yang merupakan platform pendanaan digital di Asia Tenggara, mengadakan survei pada 2023 yang melibatkan 977 UMKM dari lima negara: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dari total responden, sebagian besar adalah pelaku usaha mikro (74%) dan pemilik bisnis (63%). Dari mereka, 59% adalah penerima dana dari Grup Modalku sementara 41% lainnya bukan.

Dalam lanskap bisnis UMKM di wilayah operasional Grup Modalku, terdapat sebuah fenomena menarik terkait metode pembayaran yang digunakan. Meskipun era digitalisasi semakin menguat, transfer bank tetap menjadi pilihan utama bagi mayoritas UMKM.

Data menunjukkan bahwa hampir 90% dari responden memilih untuk membayar supplier mereka melalui transfer bank. Bahkan, 88% dari UMKM tersebut mengkonfirmasi bahwa mereka menerima pembayaran dari pelanggan dengan cara yang sama.

Namun, tidak dapat diabaikan bahwa transaksi tunai masih memiliki tempat di hati banyak UMKM, terutama di Indonesia. Sebanyak 51% responden di tanah air mengungkapkan ketergantungannya pada uang tunai, baik untuk membayar supplier maupun menerima pembayaran dari pelanggan.

Namun, tren pembayaran tidak berhenti di sini. Dengan perkembangan teknologi, metode pembayaran alternatif mulai mendapatkan tempat di kalangan UMKM.

Sebagai contoh, 27% responden menyatakan bahwa mereka menerima pembayaran dari pelanggan melalui e-wallet. Sementara itu, cek masih relevan dengan 14% UMKM menerima pembayaran melalui metode ini.

Virtual account juga mulai mendapatkan traksi dengan 12% UMKM mengadopsinya untuk menerima pembayaran. Dari sisi pembayaran ke supplier, cek masih menjadi pilihan bagi 17% responden, diikuti oleh virtual account (8%), dan e-wallet (4%).

Ini menunjukkan bahwa UMKM terus beradaptasi dengan berbagai opsi pembayaran yang tersedia, mencerminkan fleksibilitas dan ketahanan mereka dalam menghadapi dinamika pasar yang berubah-ubah.

51% UMKM Indonesia Memulai Bisnis dengan Modal Sendiri, Teman atau Keluarga

Laporan terkini dari Grup Modalku ini juga memberikan pandangan mendalam tentang realitas di balik pendirian UMKM di beberapa negara utama kawasan ini, seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Di tanah air, sebagian besar UMKM memperoleh modal awal dari tabungan pribadi, bantuan dari keluarga dan sahabat (51%), disusul oleh bank konvensional (31%), pendanaan alternatif seperti fintech (10%), dan selebihnya dari investor (3%).

Country Head Modalku, Arthur Adisusanto, mengatakan, “Survei ini menegaskan dan memperluas pemahaman kami tentang UMKM untuk melayani mereka lebih baik, dengan mempermudah akses pendanaan yang dihadirkan dan mulai masuk ke dalam manajemen arus kas, yang akan diterapkan pada produk kami.”

Dalam survei ini terungkap pula, Business Term Loan mendominasi pilihan responden di Asia Tenggara dengan porsi sebesar 49%. Produk ini juga memberikan dampak signifikan dalam pendanaan bisnis di tanah air dengan kontribusi mencapai 74%. Produk lain yang mendapat perhatian adalah account payable financing (25%) dan invoice financing (22%). Tidak hanya itu, produk manajemen biaya juga diminati oleh 21% responden, sementara 13% memilih transaksi lintas-negara dan 8% memanfaatkan fasilitas pembayaran dengan kartu.

Grup Modalku Rumahkan 38 Karyawan di Indonesia

Funding Societies atau Grup Modalku mengumumkan perampingan operasional bisnis yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 38 orang dari total 214 karyawannya di Indonesia. Keputusan ini ditempuh lantaran kondisi ekonomi makro yang kurang baik sehingga berdampak terhadap pengguna layanan.

Dalam pernyataan resminya, Grup Modalku memastikan karyawan yang terdampak akan menerima kompensasi sesuai regulasi yang berlaku. Ragam penyesuaian, seperti akses terhadap asuransi kesehatan hingga akhir tahun, dukungan mental health, penulisan CV, pelatihan interview, dan surat rekomendasi akan disediakan.

Perusahaan juga menyatakan keputusan ini diambil untuk menyesuaikan prioritas bisnis saat ini dan masa depan, yakni memberikan dukungan kepada UMKM, baik pendanaan maupun pembayaran, sambil melakukan transisi menuju bisnis yang lebih ramping. Pihaknya akan fokus pada pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

Setelah resmi masuk ke layanan multifinance pada akhir 2022, Grup Modalku belum lama ini juga meluncurkan layanan Modal Proyek yang memfasilitasi pendanaan tambahan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan lebih dari $3,2 miliar atau sekitar Rp49 triliun dalam 5 juta transaksi pendanaan UKM di seluruh operasional bisnis. Sekitar 100 ribu pengusaha berhasil menjaga tingkat default di bawah 2%.

Gelombang baru efisiensi

Meskipun Covid-19 sudah tidak lagi berstatus pandemi global, dampaknya masih terasa hingga saat ini. Banyak perusahaan teknologi yang masih melakukan PHK dikarenakan kondisi ekonomi global yang memburuk, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga. Kondisi ini membuat iklim investasi memburuk secara signifikan.

Selain Modalku, beberapa startup fintech sudah lebih dulu mengumumkan efisiensi bisnisnya, termasuk Ayoconnect (FaaS) yang memangkas 10% dari total karyawannya di Indonesia dan Qoala (insurtech) yang merumahkan 80 orang karyawannya di Indonesia dan Malaysia.

Langkah efisiensi juga ditempuh P2P lending Akseleran, yang mana situasi ini memaksa perusahaan menunda pelaksanaan IPO dari rencana semula pada 9 Agustus 2023 menjadi 2024. Hal ini dipicu oleh belum adanya investor strategis yang tepat untuk mendukung aksi korporasi tersebut. Akseleran juga melakukan restrukturisasi internal dengan melakukan PHK 60 karyawan.

Ketidakpastian kondisi makro ekonomi kerap dijadikan kambing hitam atas langkah restrukturisasi dan efisiensi sejumlah pelaku startup. Perusahaan teknologi didorong untuk segera melakukan penyesuaian terhadap fokus serta kebutuhan bisnis demi menemukan lajur menuju profitabilitas. Sementara itu, investor dipantau semakin ketat dalam memberi pendanaan.

Berdasarkan data publik yang dicatat DailySocial.id, di semester ganjil tahun ini terdapat sekitar 73 pendanaan startup diumumkan ke publik (34 transaksi disebutkan nominalnya) dengan nilai $707 juta. Angka ini merosot 74% dari periode yang sama tahun lalu dengan 149 transaksi pendanaan (99 transaksi diumumkan nilainya) atau dengan nilai $2,69 miliar.

Modalku Fasilitasi “Modal Proyek” untuk Pengadaan Pemerintah

Modalku meluncurkan layanan Modal Proyek yang memfasilitasi pendanaan tambahan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Country Head Modalku Arthur Adisusanto mengatakan pengadaan menjadi salah satu bidang yang mengalami transformasi signifikan. LPSE dinilai telah merevolusi proses pengadaan tradisional. Di Indonesia, anggaran belanja pemerintah tercatat meningkat tahun ini jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp3.061 triliun.

Besarnya potensi pendanaan di sektor pengadaan pemerintah menjadi salah satu alasan Modalku menghadirkan produk Modal Proyek. Ini menjadi alternatif pendanaan tanpa agunan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE saat menjalankan proyek dari pemerintah. Nominal pendanaan yang ditawarkan hingga Rp1,5 Miliar dengan tenor fleksibel hingga 120 hari sesuai tempo pembayaran proyek.

“Tahun 2023 kami mulai coba masuk ke industri tertentu yang kami rasa memiliki potensi dan berkembang pesat. Salah satunya adalah Modal Proyek, di mana kami lihat ada banyak proyek pengadaan. Bagi pelaku UMKM yang memenangkan LPSE bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan tambahan modal dari Modal Proyek di Modalku,” kata Arthur kepada media dalam acara halal bihalal (16/5).

Beberapa persyaratan bagi pelaku UMKM yang memenangkan tender LPSE, ingin mengajukan tambahan modal di Modal Proyek. Pertama, usaha tersebut sudah harus berupa PT atau CV. Kemudian, beroperasi sekitar satu tahun dan sudah terdaftar sebagai salah satu vendor dari LPSE.

Saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp48 triliun ke lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Angka penyaluran ini dinilai cukup stabil dengan pertumbuhan lebih dari 40% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Modalku juga menyebut mampu menjaga kualitas pendanaan dengan tingkat keberhasilan pengembalian dana (TKB90) per 30 April 2023 di level 95,70%.

“Berbagai upaya pemulihan dilakukan dengan menjaga kualitas pendanaan dan melakukan penagihan secara optimal demi menghindari status pendanaan gagal bayar. Untuk transaksi pendanaan yang sudah berstatus gagal bayar, komunikasi dengan penerima dana terus dilakukan dengan menawarkan proses restrukturisasi. Di sisi lain, proses pengajuan klaim ke asuransi juga dijalankan untuk beberapa transaksi pendanaan lainnya,” kata Arthur.

Dukung bisnis berkelanjutan

Dalam beberapa tahun terakhir, prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) mulai diterapkan sebagai kerangka kerja industri startup di Indonesia. ESG menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.

Sebelumnya, penilaian risiko ESG sudah masuk ke dalam credit assessment UMKM di Modalku. Tahun ini, Modalku memutuskan lebih fokus mendukung UMKM yang menerapka ESG. UMKM yang memenuhi kriteria ESG berkesempatan mendapat dana dari berbagai mitra, mulai dari institusi, pendanaan asing, hingga green fund yang ingin mencari exposure ke Indonesia.

“Praktik ESG di Grup Modalku telah terintegrasi dengan bisnis utama. Salah satunya dengan penilaian risiko ESG ke dalam proses credit assessment penerima dana. Penilaian ini mempertimbangkan risiko lingkungan dan sosial dari calon penerima dana berdasarkan kerangka penilaian risiko ESG di Modalku,” kata Sustainability & ESG Lead Grup Modalku Annette Aprilana.

Pihaknya tidak menutup kemungkinan soal potensi portofolio existing Modalku mendapat prioritas penyaluran dana ESG, demikian juga bagi pelaku UMKM yang baru menerapkan ESG value bisa mendaftarkan diri.

“Portofolio existing Modalku tentu menjadi prioritas kami. Namun, Modalku fokus memberi working capital bagi mereka yang memiliki ESG value. Kami tidak memberikan insentif, tetapi kami menjembatani institusi terkait dan pelaku UMKM yang memiliki nilai ESG untuk mendapatkan modal,” kata Arthur.

Modalku juga meluncurkan kampanye bertajuk #WujudkanMasaDepan di mana penerima dana berpotensi mendapatkan modal usaha hingga Rp2 miliar dari individu atau institusi yang mencari pendanaan) melalui pasar digital. Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dengan nama Funding Societies.

“Kehadiran fasilitas pendanaan, seperti Modal Proyek, serta edukasi terkait pentingnya implementasi ESG untuk keberlanjutan bisnis UMKM, diharapkan dapat mendukung para pebisnis , baik ekspansi maupun penambahan lini bisnis.” Tutup AVP Brand and Communications Modalku Errik Jaya Tirta.

Application Information Will Show Up Here

Grup Modalku Masuk ke Bisnis Multifinance Lewat Akuisisi

Startup fintech lending Grup Modalku memperluas jangkauan pasar dengan menawarkan solusi pembiayaan multifinance melalui akuisisi PT Buana Sejahtera Multidana. Fokusnya tetap di segmen UMKM. Pengumuman ini sekaligus meresmikan entitas baru di bawah grup Modalku dengan nama PT Modalku Finansial Indonesia atau Modalku Finance.

Aksi korporasi ini diikuti dengan perubahan kepemilikan saham, Grup Modalku menjadi pemegang saham mayoritas, serta perubahan fokus usaha menjadi pembiayaan produktif PT Buana Sejahtera Multidana. Pihaknya mengungkapkan bahwa hal ini merupakan strategi manajemen yang sangat terencana demi mengoptimalkan pertumbuhan bisnis dan mendukung lebih banyak UMKM di Indonesia.

Terkait multifinance, Co-Founder Modalku Reynold Wijaya mengungkapkan bahwa pengembangan Modalku Finance didorong oleh permintaan serta ekspektasi konsumen terhadap akses pendanaan yang semakin beragam. Selain itu juga untuk menjangkau aksesibilitas pasar yang lebih luas, dengan menghadirkan berbagai produk yang lebih variatif dengan limit modal usaha yang lebih tinggi.

Steven Gunawan yang ditunjuk sebagai President Director Modalku Finance mengungkapkan, “Kehadiran Modalku Finance diharapkan dapat menghadirkan solusi pembiayaan dalam sektor produktif berupa produk yang dapat berguna untuk membiayai aktivitas permodalan bagi perusahaan seperti pembelian bahan baku, pembiayaan piutang usaha, serta peningkatan kapasitas produksi usaha.” tambahnya.

Produk Modalku Finance

Modalku Finance menawarkan berbagai fungsi pembiayaan, di antaranya Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi, dan Pembiayaan Multiguna. Pembiayaan Modal Kerja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas usaha.

Untuk layanan Pembiayaan Investasi dapat disalurkan ke barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, atau relokasi tempat usaha/investasi. Sedangkan Pembiayaan Multiguna, dapat digunakan untuk keperluan konsumtif dan bukan untuk keperluan usaha.

Nominal yang ditawarkan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi ini sendiri lebih besar dari yang ditawarkan pada layanan P2P lending Grup Modalku, mulai dari Rp500 juta hingga Rp25 Miliar dengan tenor pinjaman yang bervariasi hingga 12 bulan.

Sedangkan bagi pembiayaan multiguna, pembiayaan dimulai dari Rp50 juta dengan tenor yang bervariasi. Skema pembayaran yang ditawarkan cukup fleksibel, dimana pembayaran pokok dapat dilakukan sekaligus pada akhir tenor atau angsuran per bulan sesuai produk yang dipilih. Bunga mulai dari 1% per bulan dengan waktu proses yang cepat.

Terkait diferensiasi dengan Grup Modalku, Steven menjelaskan tujuan Modalku Finance ini bisa digunakan bagi UMKM yang naik kelas sehingga membutuhkan pendanaan lebih. Mengingat, P2P lending hanya bisa menyalurkan pinjaman maksimal Rp2 miliar, sementara multifinance bisa mencapai Rp25 miliar.

Target ke depan

Jika dilihat pada tahun-tahun sebelumnya, industri multifinance memang mengalami tren penurunan terutama pada masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan piutang pembiayaan terus menurun.

Namun, memasuki 2022, OJK mencatatkan nilai outstanding piutang pembiayaan multifinance pada Agustus 2022 meningkat 8,57& menjadi sebesar Rp389,54 triliun. Hal ini membuktikan bahwa adanya tren peningkatan pada industri multifinance.

Sementara, President Director Modalku Finance Steven Gunawan mengungkapkan, Grup usaha Modalku telah sejak lama berangan-angan untuk masuk ke dalam industri multifinance. Ia juga menambahkan bahwa salah satu proposisi nilai perusahaan adalah dengan berfokus pada pembiayaan produktif.

Ke depannya, Modalku Finance akan konsisten melakukan berbagai inovasi bisnis dan teknologi untuk memperluas jangkauan. Modalku Finance merupakan bagian dari Grup Modalku. Hingga saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp40,42 Triliun kepada lebih dari 5,1 juta jumlah transaksi pendanaan UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Terkait rencananya masuk ke neobank, Reynold menekankan bahwa untuk saat ini belum ada rencana melakukan akuisisi lagi, termasuk menambah kepemilikan saham di Bank Index menjadi pemegang saham mayoritas. “Kami dengan sangat pasti tidak ada rencana akuisisi untuk perbankan karena berbagai macam hal yang sering dijelaskan, satu sisi mahal sekali,” ujar Reynold.

Ia menambahkan, saat ini lebih memfokuskan untuk keberlanjutan bisnis yang menuju profitabilitas. Sehingga, ia bakal lebih bijak untuk melakukan ekspansi ke depannya. “Untuk mencapai target perusahaan yang profitabilitas, kami terus fokus untuk mengembangkan fundamental dan bisnis,” ujar Reynold.

Sebelum ekspansi ini, Modalku juga sempat mengakuisisi startup fintech pembayaran asal Singapura bernama CardUp. Selain itu, melalui anak usahanya Funding Asia Group, Pte. Ltd, Modalku memiliki saham 10% di PT Bank Index Selindo.

Hingga saat ini, Modalku telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp40,42 Triliun kepada lebih dari 5,1 juta jumlah transaksi pendanaan UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Modalku Jadi Platform “Beyond Financing”

DailySocial bersama Co-founder & CEO Modalku Reynold Wijaya membahas terobosan baru yang digencarkan Modalku dan bagaimana tren fintech di Indonesia ke depan.

Sebagai platform fintech, Modalku menyediakan layanan pendanaan digital yang membantu peminjam (UMKM yang berpotensi) mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa jaminan hingga Rp2 miliar. Dana berasal dari individu atau institusi yang mencari alternatif investasi melalui pasar digital.

Bagaimana strategi Modalku mengembangkan bisnisnya ke depan? Seperti apa strategi perusahaan menghadapi situasi ekonomi yang berpotensi terjal tahun depan?

Simak pembahasannya di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.