OJK Berencana Naikkan Limit Fintech Lending Produktif, Ini Gambaran Sektornya

Pekan lalu, OJK menerbitkan pengumuman bahwasanya mereka tengah menyusun Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (RPOJK LPBBTI) atau fintech lending. Saat ini prosesnya telah mencapai penyusunan peraturan, termasuk menerima pandangan dan masukan dari pemangku kepentingan.

Ada beberapa aspek yang coba dirombak, antara lain kelembagaan, manajemen risiko, tata kelola dan pelindungan konsumen, serta penguatan dukungan terhadap sektor produktif. Fokus pada sektor produktif tersebut sejalan dengan Roadmap Pengembangan dan Penguatan LPBBTI 2023-2028 yang bertujuan agar mening​katkan kontribusi terhadap UMKM dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu pembaruan yang cukup mencolok adalah rencana OJK untuk meningkatkan batas maksimum pendanaan produktif lebih tinggi dibanding batas maksimum sebelumnya sebesar Rp2 miliar menjadi Rp10 miliar.

Bukan tanpa syarat, pemain fintech lending yang dapat menyalurkan batas maksimal tersebut harus memenuhi kriteria tertentu antara lain memiliki rasio TWP90 maksimum sebesar 5%. Seperti diketahui, TWP90 adalah ukuran tingkat wanprestasi atau kelalaian penyelesaian kewajiban yang tertera dalam perjanjian pendanaan di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.

Penyaluran pendanaan produktif

Melihat statistik fintech yang dirilis OJK pada April 2024, total pembiayaan yang berhasil didistribusikan sekitar Rp6,9 triliun. Angka tersebut setara dengan 31,86% dari total pinjaman — yang artinya fintech lending masih didominasi untuk mengakomodasi kebutuhan konsumtif.

Jika dipetakan berdasarkan sektornya, sebagian besar pinjaman produktif masih berkuat di industri ritel dan F&B. Tidak dimungkiri sejumlah nama besar dalam fintech lending produktif memang memiliki produk andalan invoice financing untuk membantu pengadaan di kalangan peritel – sebut saja AwanTunai, Modalku, KoinWorks, dan beberapa lainnya.

Penyaluran sektor produktif oleh fintech lending / DailySocial.id
Penyaluran sektor produktif oleh fintech lending / DailySocial.id

Sementara sektor underserved lain seperti pertanian justru memiliki tantangan yang cukup rumit. Hal ini terbukti dengan sejumlah pemain besar di segmen ini memiliki operasional yang tidak stabil, bahkan sebagian menyerah. Sebut saja Tanihub yang akhirnya pailit akibat platform TaniFund untuk pinjaman produktif ke petani tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Investigasi OJK menemukan fakta bahwa TKB90 platform tersebut hanya 36%. Akibatnya banyak pemberi pinjaman yang mengalami kerugian akibat kredit macet yang sangat besar. Ada sekitar 128 investor yang dirugikan, dengan total nilai investasi gagal bayar sekitar Rp14 miliar.

Tidak hanya TaniFund, startup sejenis lain iGrow sempat mengalami masalah serupa. Namun dengan berada di bawah naungan LinkAja (diakuisisi), tampaknya  masalah tersebut lebih teratasi. Namun demikian faktanya mereka memiliki TKB90 hanya 53,44%. Idealnya persentase untuk bisnis yang sehat di atas 95%.

Masih banyak PR yang harus dikerjakan oleh para stakeholder untuk memaksimalkan penyaluran pinjaman produktif dari fintech lending.

Berdasarkan riset EY bertajuk “MSME Market Study and Policy Advocacy”, total kebutuhan pembiayaan UMKM pada tahun 2026 diproyeksikan mencapai Rp4.300 triliun dengan kemampuan suplai sebesar Rp1.900 triliun. Sehingga akan ada credit gap sebesar Rp2.400 triliun dari lembaga jasa keuangan konvensional, ini memang menjadi peluang bagi fintech lending untuk berkontribusi.

Sementara menurut data AFPI, per 2023 ada sekitar 46,6 juta UMKM yang belum tersentuh kredit perbankan, menyisakan credit gap Rp1.650 triliun.

Accion Umumkan Pendanaan Rp287 Miliar ke Amartha

Organisasi nirlaba global Accion mengumumkan pendanaan ekuitas senilai $17,5 juta atau setara Rp287 miliar ke Amartha. Investasi dikucurkan melalui Accion Digital Transformation Fund, bertujuan membantu Amartha membangun platform yang menyediakan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan bagi bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan kekuatan data dan AI.

Amartha telah mengembangkan infrastruktur keuangan digital yang komprehensif yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota tingkat 2 dan 3 di luar Pulau Jawa. Dengan mengintegrasikan model pemberian dan pendanaan yang tersemat untuk investor institusi dan ritel, Amartha menyederhanakan solusi keuangan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan mereka.

Amartha juga menawarkan layanan pembayaran dan sistem penilaian kredit yang eksklusif, menyediakan opsi teknologi mikrofinansial yang sangat terintegrasi untuk mendigitalkan komunitas akar rumput di Indonesia.

Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan modal kerja lebih dari Rp25 triliun ($1,6 miliar) kepada lebih dari 2,5 juta bisnis yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan dan peri-urban di Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.

Platform pendanaan Amartha memberikan akses ke modal bagi bisnis akar rumput, sekaligus mewakili bisnis kecil sebagai instrumen investasi alternatif bagi investor institusi yang menguntungkan dan berdampak. Selain modal investasi, Accion Digital Transformation Fund akan memberikan dukungan strategis untuk memperkuat keterlibatan pelanggan, efisiensi operasional, dan inovasi produk menggunakan teknologi digital.

Tentang Accion Digital Transformation Fund

Dikelola oleh Accion Impact Management, Accion Digital Transformation Fund didasarkan pada pengalaman Accion dalam mendukung bank dan perusahaan keuangan di seluruh dunia untuk menghubungkan jutaan orang dan bisnis kecil ke ekonomi digital. Investasi dari dana sebesar $152.5 juta ini fokus pada perusahaan yang melayani usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, memberikan modal pertumbuhan dan dukungan strategis untuk transformasi digital.

Managing Partner Accion Transformation Capital Njord Andrewes, yanag kini menjadi anggota Dewan Komisaris Amartha mengatakan, “Melalui model bisnis unik dan platform pasar, kami percaya Amartha berada dalam posisi yang tepat untuk menghubungkan banyak bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di seluruh Indonesia dengan layanan keuangan yang bertanggung jawab untuk pertama kalinya. Kami bermitra dengan Amartha untuk menyediakan dukungan strategis dan modal pertumbuhan, saat mereka bekerja untuk menjangkau pelanggan baru di daerah yang kurang terlayani menggunakan teknologi digital.”

Investasi terbaru ini memposisikan Amartha untuk meningkatkan penawaran produknya di sektor UMKM, memperkuat sistem analitik audiens yang canggih, dan mendorong adopsi layanan digitalnya, menghubungkan lebih banyak orang dan bisnis kecil ke layanan keuangan yang bertanggung jawab.

CFO Amartha Ramdhan Anggakaradibrata mengatakan “Amartha dan Accion memiliki tujuan yang sama — mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke layanan keuangan. Pendanaan terbaru dari Accion Digital Transformation Fund akan membantu memperkuat kemampuan kami untuk memanfaatkan kekuatan data dan AI. Kami tidak hanya akan memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini, tetapi juga mengantisipasi tren dan tantangan di masa depan. Pendekatan ini akan membantu kami tetap berada di garis depan inovasi fintech, terus berkembang untuk menyediakan solusi keuangan mutakhir yang memberdayakan pelanggan kami dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.”

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

JULO Targetkan Penyaluran Pinjaman Rp10,5 Triliun di 2024, Bersiap Jadi Neobank

JULO mengumumkan pencapaian dalam pertumbuhan penyaluran pinjaman. Seperti dikutip dari AC Ventures, sepanjang empat bulan pertama tahun 2024 total penyaluran pinjaman JULO melonjak sebesar 87,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, melebihi $189 juta atau setara lebih dari Rp3 triliun. Perusahaan menargetkan bisa menyalurkan lebih dari $650 juta atau sekitar Rp10,5 triliun sepanjang tahun ini.

Sejak didirikan 2016, JULO telah berhasil menyalurkan lebih dari $1 miliar secara total, dengan hampir $500 juta disalurkan pada tahun 2023 saja—peningkatan sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Perusahaan ini juga mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pengguna, menarik lebih dari 2 juta pengguna dengan peningkatan sebesar 58% pada tahun 2023.

JULO bermain di tiga area, yakni cashloan, paylater, dan tagihan online. Pencapaian pertumbuhan terbaru JULO juga mencakup peningkatan pendapatan sebesar 73% pada tahun 2023 dan tingkat retensi per cohort sebesar 75%+, diklaim mengurangi biaya akuisisi pinjaman dan meningkatkan efisiensi operasional.

Bersiap jadi neobank

JULO juga tengah bersiap untuk bertransformasi menjadi neobank yang berfokus pada dampak, melayani pasar Indonesia yang sebagian besar masih kurang terlayani dan memajukan inklusi keuangan di wilayah ini. Ini bukan kali pertama platform fintech lending berambisi menjadi neobank, sebelumnya pemain serupa seperti ALAMI, KoinWorks dan sejumlah lainnya sudah merealisasikan visi tersebut.

Kesuksesan JULO hingga saat ini didorong oleh produk pembiayaan konsumen inovatif yang menggunakan data perilaku secara komprehensif untuk penilaian kredit canggih. Strategi ini memungkinkan JULO untuk mengembangkan dan menawarkan produk kartu kredit virtual yang dirancang khusus untuk populasi berpenghasilan menengah di Indonesia, memberikan akses kredit yang belum pernah ada sebelumnya kepada jutaan orang dan mendorong pemberdayaan ekonomi di seluruh negeri.

Selain itu pertumbuhan JULO didukung oleh kemitraan dengan institusi keuangan terkemuka, termasuk perusahaan global seperti Credit Saison dan raksasa lokal seperti Bank Sampoerna dan Superbank, untuk memberdayakan penyaluran pinjaman ke segmen berpenghasilan menengah di Indonesia.

Presiden Grup JULO Ankur Mehrotra, menjelaskan, “Sentimen investor mungkin berfluktuasi, mencerminkan siklus ekonomi dan investasi yang lebih luas. Terlepas dari volatilitas ini, permintaan akan perusahaan layanan keuangan yang dipimpin secara bertanggung jawab dan berfokus pada inklusi keuangan di Indonesia tetap kuat. Di JULO, kami berkomitmen untuk menjadi entitas yang berfokus pada dampak tersebut. Saat ini, ada minat investor yang jelas terhadap bisnis seperti kami yang tidak hanya memberikan dampak sosial yang substansial tetapi juga menghasilkan keuntungan finansial yang solid bagi para investor kami.”

Segmen pasar menengah di Indonesia menawarkan peluang sebesar sekitar $100 miliar. Perusahaan ini baru-baru ini meluncurkan produk nonkredit, seperti asuransi, pada tahun 2023 dan akan terus mengembangkan penawaran barunya.

Ankur menambahkan, “Kami sangat optimis tentang prospek makroekonomi jangka panjang Indonesia dan potensi abadi industri jasa keuangannya, mengingat Indonesia memiliki rasio utang rumah tangga terhadap PDB terendah di antara negara-negara ASEAN. Meskipun menghadapi berbagai krisis dan tantangan yang tak terduga, JULO berhasil menavigasi pasar selama lebih dari tujuh tahun dan kini berkembang lebih dari sebelumnya. Kami berkomitmen untuk membangun bisnis yang akan melampaui generasi.”

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PIKKAT dan Avantee Jalin Kerja Sama, Permudah UMKM Ritel Akses Permodalan

PT Pikkat QTA Retail Servisindo (PIKKAT), startup penyedia solusi manajemen ritel terintegrasi untuk UMKM, mengumumkan kerja sama dengan PT. Grha Dana Bersama (Avantee), startup fintech P2P lending.

Kerja sama ini merupakan bagian dari layanan PIKKAT untuk para mitranya yang merupakan pelaku UMKM, seperti warung dan toko, untuk mendapatkan akses permodalan cepat, mudah, dan aman dengan manajemen risiko yang dilakukan secara digital.

PIKKAT didirikan di Jakarta oleh Herman Bg dan Iman Pribadi dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di dunia ritel dan jasa keuangan. PIKKAT, singkatan dari “PIlih toko terdeKAT” menawarkan berbagai layanan termasuk sistem POS, pengelolaan persediaan, manajemen pelanggan, strategi pemasaran, dan aksesibilitas pembiayaan. Misinya membantu bisnis UMKM mengelola operasionalnya secara lebih efisien dengan mengintegrasikan berbagai fungsi, mendorong pertumbuhan, dan kemudahan dalam penggunaan.

Iman Pribadi, salah satu pendiri PIKKAT, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh sebuah lembaga independen, lebih dari 80% transaksi belanja harian detail Servisindo (PIKKAT), startup penyedia solusi manajemen ritel terintegrasi untuk UMKM, mengumumkan kerja sama dengan PT. Grha Dana Bersama (i Indonesia terjadi di warung atau toko ritel UMKM yang jumlahnya lebih dari 3 juta.

Namun, banyak pemilik warung atau toko ritel tersebut kesulitan mengembangkan bisnis dan keuntungan mereka secara optimal karena kurangnya kompetensi dalam mengelola bisnis ritel, mulai dari kepuasan pelanggan, manajemen produk dan persediaan, efisiensi operasi, hingga dukungan permodalan.

Saat ini, PIKKAT sudah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk distributor besar, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan untuk memperkenalkan solusinya kepada para pelaku UMKM. Solusi POS PIKKAT telah digunakan di Tangerang untuk mendukung program warung digital yang diinisiasi oleh pemerintah kota Tangerang dan Universitas Buddhi Dharma. Kegiatan serupa juga sedang berlangsung di Jakarta, Depok, dan Bandung.

Avantee merupakan mitra bisnis pertama PIKKAT dari industri jasa keuangan yang menyediakan solusi pembiayaan bagi para pelaku warung/toko ritel UMKM. Avantee, yang dipimpin oleh Firman Wiranata dan Minto Liem, menyediakan berbagai produk pinjaman produktif untuk UMKM, seperti invoice financing, PO refinancing, project financing, multipurpose financing, dan Earned Wage Access (EWA) atau Kas Bon.

Saat ini, Avantee telah mengembangkan produk pembiayaan produktif bagi pelaku warung/toko ritel UMKM dan produk Kas Bon untuk pembelian barang kebutuhan sehari-hari bagi karyawan, bekerja sama dengan PIKKAT.

Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan UMKM di Indonesia, memudahkan akses permodalan, dan meningkatkan inklusi keuangan di sektor ritel.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Dua Unit Bisnis KoinWorks Ungkap Raih Profit

KoinWorks Group mengumumkan status profitabilitas yang telah diraih oleh kedua unit bisnisnya, yaitu BPR KoinWorks Sejahtera Annua (KoinWorks Bank) dan Lunaria Annua Teknologi (LAT). Grup perusahaan akan meningkatkan pencapaian tersebut untuk mencapai profitabilitas grup pada akhir tahun ini.

“Dengan KoinWorks Bank dan LAT yang melaporkan hasil menguntungkan, kami telah memvalidasi fokus strategis kami pada pertumbuhan yang berkelanjutan. Prestasi ini mengonfirmasi dedikasi kami dalam memberikan nilai kepada pemangku kepentingan. Kami juga menjadi lebih dekat ke tujuan kami untuk mencapai profitabilitas grup pada akhir tahun 2024,” ujar Benedicto Haryono selaku CEO dan Co-Founder KoinWorks serta owner dari KoinWorks Bank dalam keterangan resmi, kemarin (17/4).

Berikut rincian pencapaian dari dua bisnis KoinWorks Group:

  1. KoinWorks BPR

Profitabilitas awal yang dilaporkan adalah hasil langsung dari portofolio pelanggan UMKM yang terdiversifikasi dengan baik dengan tingkat NPL yang dapat dipertahankan, sebesar 0,5%. Kemudian hasil dari biaya dana yang lebih rendah pada produk deposito berjangka.

Pendiri KoinWorks mengakuisisi BPR Asri Cikupa Karya pada Januari 2023, kemudian beroperasi dengan nama legal KoinWorks Bank sejak Oktober 2023. Akuisisi strategis ini memberikan pengguna KoinWorks opsi produk Deposito Berjangka dengan tingkat pengembalian bersaing yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sejak akuisisi, KoinWorks Group telah menyuntikkan modal guna untuk mentransformasi KoinWorks Bank menjadi wadah digital untuk bisnis dan konsumen. Rencananya peluncuran akan dilakukan pada tahun depan.

  1. PT LAT

PT LAT atau lebih dikenal dengan p2p lending KoinWorks melaporkan profit pada tahun penuh 2023, setelah investasi substansial dalam pengembangan produk dan automasi backend. LAT berhasil mengembangkan portofolio kredit UMKM-nya, dengan mencairkan pinjaman produktif lebih dari Rp10 triliun sepanjang 2023.

Hasil dari pengembangan produk membuahkan hasil, KoinWorks mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengotomatisasi proses yang sebelumnya dikelola oleh integrasi perangkat lunak sebagai pihak ketiga. Otomatisasi ini meningkatkan efisiensi biaya keseluruhan perusahaan. Secara konkrit, hal ini juga berkontribusi pada peningkatan 25% dalam EBITDA pada 2023, dan peningkatan margin sebesar 65% dalam periode yang sama.

Baru-baru ini, KoinWorks makin menyeriusi produk paylater untuk mitra pemasok di FMCG. Kemitraan teranyar yang diumumkan adalah bersama IDH.ID yang memungkinkan pemilik toko dan reseller menggunakan IDH Paylater, yang ditenagai oleh KoinWorks, untuk berbelanja kebutuhan bisnis secara online dengan sistem pembayaran jatuh tempo.

Ben, panggilan akrab Benedicto, melanjutkan mencapai profitabilitas pada 2024 tak hanya menjadi tonggak penting bagi KoinWorks Group, tetapi juga memperkuat kemampuannya untuk memenuhi komitmen kepada para pemangku kepentingannya. Keberhasilan tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan strategi perubahan dengan efektif.

“Sementara itu, prestasi LAT dalam mencapai profitabilitas tahun penuh pada 2023 menegaskan komitmen kami terhadap inovasi dan efisiensi dalam melayani UMKM. Dengan mempertahankan fokus pada dampak dalam melayani UMKM, pendana, dan semua pengguna, KoinWorks memastikan bahwa profitabilitas yang diperoleh dapat memberikan dampak lebih dan dukungan yang bermakna bagi seluruh pengguna,” pungkas dia.

Selain kedua badan hukum di atas, KoinWorks juga mengoperasikan aplikasi super financial yang dioperasikan oleh PT Sejahtera Lunaria Annua.

Application Information Will Show Up Here

Perdalam Bisnis di FMCG, KoinWorks Jadi Mitra Paylater Platform B2B IDH.ID

Startup fintech lending KoinWorks mengumumkan kemitraan strategis dengan platform e-commerce B2B IDH.ID untuk memberikan fasilitas produk Buy Now Pay Later (BNPL) ke sektor FMCG.

Kemitraan ini memungkinkan pemilik toko (kulakan) dan reseller menggunakan IDH PayLater untuk berbelanja kebutuhan bisnis secara online dengan sistem pembayaran jatuh tempo.

KoinWorks melalui KoinPayLater dan IDH.ID akan memfasilitasi pinjaman ke 380 ribu pelaku bisnis FMCG secara bertahap dengan limit pinjaman hingga Rp2 miliar. Layanan ini diharapkan dapat mendorong pengelolaan arus kas dan daya beli para pemilik toko secara signifikan.

“KoinWorks terus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekosistem bisnis di Indonesia, khususnya di sektor FMCG yang terintegrasi secara menyeluruh dalam ekosistem penjualan dan distribusi. Kami memiliki kesempatan untuk memberikan dampak yang lebih luas, baik kepada distributor maupun UMKM pemilik toko,” ucap Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Bagi KoinWorks, kerja sama tersebut sekaligus memperluas jangkauan penggunaan KoinPaylater ke sektor FMCG pada tahun ini. KoinPayLater adalah produk pembiayaan bagi UMKM yang meluncur sejak 2022. Adapun, KoinWorks telah menyalurkan total pinjaman di 2024 lebih dari Rp1,9 triliun dan penggunanya mencapai 2,5 juta.

Sebagai informasi, IDH.ID, bernaung di bawah PT Indonesia Distribution Hub, adalah platform e-commerce untuk distribusi produk FMCG. IDH.ID sebelumnya telah bekerja sama dengan Amerta Indah Otsuka, perusahaan multinasional yang bergerak dalam pengembangan dan produksi produk-produk FMCG.

IDH tercatat telah memiliki lebih dari 380 ribu toko aktif yang terdaftar dan 48.000 SKU yang dijual dari 320+ prinsipal dan 170+ distributor di 232 kota di Indonesia.

CEO IDH.ID Jack Ng menambahkan, perusahaan berupaya meningkatkan layanan dan opsi pembayaran yang lebih fleksibel guna memenuhi kebutuhan pasar yang semakin berkembang. “Kerja sama dengan KoinWorks sebagai mitra pertama kami untuk paylater juga mencerminkan komitmen bersama untuk memperluas layanan finansial kepada UMKM di tingkat lokal.”

Sejauh ini, IDH.ID memiliki distributor di seluruh Indonesia serta memasok ke seluruh pelanggan di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihaknya meyakini digitalisasi di sektor FMCG dapat mendorong produktivitas dan efisiensi bagi pelanggan.

FMCG adalah sektor yang produknya banyak dipasok dan dijual oleh pemilik usaha warung atau toko tradisional. Namun, segmen tersebut masih banyak yang belum tersentuh akses finansial, terutama oleh bank, dikarenakan aspek risiko dan jaminan.

Diketahui, saat ini baru sekitar 27% dari lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia telah mendapatkan akses pinjaman. Tantangan tersebut juga yang coba diatasi oleh startup fintech lending lainnya yang fokus di area UMKM dan FMCG. AwanTunai adalah salah satu pemain yang menawarkan solusi keuangan bagi pelaku UMKM dan pemasok FMCG.

Produk supplier financing AwanTunai memiliki limit pinjaman hingga Rp2 miliar dengan tenor bervariasi, mulai dari 7 hari, 14 hari, dan 30 hari.

Update 17.21: DailySocial.id melakukan pembaruan artikel pada paragraf keenam sesuai input dari KoinWorks.

Menyimak Data Fintech Lending 2023, Sinyal Positif Pertumbuhan Industri

Data terbaru OJK, per 9 Oktober 2023 ada 101 perusahaan fintech lending terdaftar. Jumlah ini relatif stagnan dalam beberapa tahun terakhir (naik turunnya tidak sampai dua digit). Kendati demikian, untuk statistik lainnya terus mengalami kenaikan eksponensial.

Misalnya dari total aset, hingga akhir 2023 nilainya mencapai Rp7.043 miliar, naik 27,7% dibandingkan tahun 2022. Sementara untuk liabilitas menjadi Rp3.575 miliar naik 44,8% dan ekuitas Rp3.468 naik tipis 13,9%.

Ruang pertumbuhan fintech lending masih terbuka lebar. Merujuk data Bank Indonesia, 97,8 juta orang atau 48% dari total populasi penduduk Indonesia belum mendapatkan akses layanan perbankan (unbanked). Di sisi lain dari 60 juta lebih UMKM di Indonesia, juga baru sekitar 27,6% yang mendapatkan fasilitas kredit dari institusi formal. Faktornya ada beraneka ragam, mulai dari edukasi finansial sampai dengan keterbatasan akses.

Proposisi nilai penting fintech lending ada pada utilisasi teknologi untuk mendobrak batasan-batasan yang tidak mampu diakomodasi oleh institusi keuangan tradisional. Misalnya, untuk meningkatkan manajemen risiko para fintech lending membangun platform skoring kredit alternatif yang didukung oleh big data – menjadikan penilaian kredit tidak lagi bergantung dengan SLIK yang memiliki keterbatasan untuk menilai kredit kalangan unbanked.

Di tengah berbagai capaian yang didapat, industri ini juga menghadapi sejumlah kasus. Mulai dari sebaran pemain ilegal sampai dengan kegagalan tata kelola pemain terdaftar. Mungkin pembaca masih ingat kasus yang baru-baru ini terjadi, terkait keluhan lender Investree yang kesulitan untuk menarik dananya. Atau masalah yang sempat terjadi di Tanifund dalam pengelolaan dana, AdaKami dalam penagihan, hingga iGrow dalam pengelolaan pinjaman.

Kasus di atas menjadi buah bibir, lantaran brand fintech tersebut relatif masuk ke dalam daftar pemain top of mind di masyarakat. Langkah preventif dan represifnya sebenarnya juga sudah tercantum dalam beleid Peraturan OJK No. 10 tahun 2022 yang mengatur kriteria hingga mekanisme model bisnis fintech lending di Indonesia.

Statistik Fintech Lending 2023

Menuju Arus Kas Positif

Mulai tahun 2023, secara akumulatif industri ini mulai membukukan arus kas positif. Tentu ini menjadi preseden baik, setelah sebelumnya selama satu tahun penuh akumulasi arus kas ini selalu menunjukkan angka negatif. Capaian profitabilitas ini juga berada di situasi yang tepat – seperti diketahui saat ini investor mulai berpikir konservatif untuk menjadikan capaian untung sebagai takaran utama saat berinvestasi pada sebuah bisnis digital.

Statistik arus kas fintech lending 2023 / DailySocial
Statistik arus kas fintech lending 2023 / DailySocial

Melihat dari grafik capaian tersebut, laba yang dibukukan pada tahun 2023 cukup bertumbuh secara eksponensial. Menanggapi hal ini, Ketua AFPI Entjik S. Djafar dalam wawancaranya dengan DailySocial.id mengatakan, sepanjang tahun 2023 ini salah satu improvisasi penting dalam industri adalah peningkatan sistem manajemen risiko (termasuk di dalamnya skoring kredit). Ini berimplikasi langsung terhadap kualitas pinjaman – meminimalisir secara signifikan angka gagal bayar.

“Di 2022 kita tahu bahwa ada beberapa kelemahan untuk credit scoring. Lalu di tahun 2023 sudah tidak menjadi masalah. Sekarang banyak dukungan ekosistem (software, data dll) yang membantu mendukung industri ini sehingga semakin matang, prudent, dan comply. Walaupun demikian, memang kita terus-menerus melakukan evaluasi terhadap credit risk – kita berinovasi bagaimana memitigasinya dan meminimalkan risiko kredit itu,” ujarnya.

Penurunan Tipis Distribusi Pinjaman

Dibandingkan dengan tahun 2022, capaian distribusi dana ke peminjam di tahun 2023 turun sangat tipis 0,14%. Sementara itu untuk jumlah akun peminjam (borrower) bulanan justru secara konsisten menurun dari bulan ke bulan dibanding periode tahunan yang sama. Menurut AFPI, sistem manajemen risiko yang makin kuat berdampak langsung terhadap pengurangan jumlah peminjam ini. Sistem berhasil meminimalisir calon-calon peminjam yang berpotensi gagal bayar.

“Terus terang saja, di tahun 2021 dan 2022 itu ada beberapa sindikat gagal bayar yang berhasil diketahui. Para sindikat ini mencoba untuk menjebol industri ini dengan KTP curian, memanipulasi swafoto saat verifikasi, dan mengajukan pinjaman tanpa melakukan pengembalian. Sekarang sistem verifikasi sudah semakin canggih, kita menerapkan AI untuk bisa mencegah manipulasi gambar, bahkan bisa membaca apakah itu wajah asli atau robot. Di tahun 2023 semakin dipertajam, sehingga semakin banyak calon peminjam yang tereliminasi,” ujar Entjik.

Statistik borrower fintech lending 2023 / DailySocial.id
Statistik borrower fintech lending 2023 / DailySocial.id

Minat Pemberi Pinjaman P2P Lending Menurun

Dengan skema peer-to-peer, layanan fintech lending juga mengakomodasi masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam penyediaan dana. Sepanjang tahun 2023 ini, terdapat tren penurunan baik dari sisi jumlah total Rupiah maupun jumlah akun lender yang terdaftar. Puncak penurunannya cukup kentara ketika memasuki kuartal keempat.

Jika dirunut dalam catatan pemberitaan industri, tahun lalu memang terdapat sejumlah dinamika industri yang menyeret sejumlah top of mind brand, khususnya mereka yang turut menyediakan fitur lender. Beberapa kasus membuat lender kesulitan untuk mengakses dananya, salah satu kasusnya seperti disebutkan di atas terkait dengan kejadian Investree.

Statistik lender fintech lending 2023 / DailySocial.id
Statistik lender fintech lending 2023 / DailySocial.id

Kendati tidak mau memberikan komentar spesifik kasus per kasus, Entjik mengatakan bahwa sejumlah kasus yang terjadi melibatkan fintech lending lokal diakibatkan kurang ketatnya perusahaan dalam menjalankan SOP dan aturan regulasi yang telah distandarkan.

“Jangan pernah menyimpang dari POJK. Jangan pernah menyimpang dari apa yang diatur -undang. Itu saja. Jadi kalau sepanjang kita mengikuti itu pasti selamat. Karena masalah undang fraud atau lainnya, 1000% pasti menyimpang dari POJK ataupun SOP yang ada. Itu yang selalu saya sampaikan,” tegasnya.

Lebih lanjut dicontohkan terkait kasus lender yang menuntut, jika pemain industri melakukan seperti apa yang diatur dalam regulasi, idealnya tidak akan terjadi isu tersebut.

“Contohnya pada saat lender mendaftar, kita harus menjelaskan secara rinci risiko kredit ini. Jadi jangan sampai lender berpikir ini investasi. Atau ini seperti placement deposito yang mana pasti kembali duitnya. Nah, ini yang mungkin perlu edukasi kepada lender agar dari awal sudah mengerti,” ujar Entjik.

Penyaluran di Sektor Produktif Masih Minim

Menurut data KemenkopUKM, per Desember 2023 rasio kredit UMKM masih di angka 19,36%. Ini masih jauh dari target pemerintah di angka minimal 30%. Lebih lanjut menurut Bank Indonesia, sebanyak 46,21% kredit UMKM disalurkan kepada segmen mikro, 31,26% untuk segmen kecil, dan 22,53% di segmen menengah. Sebenarnya fintech lending diharapkan bisa mengisi gap tersebut, membantu institusi seperti perbankan dalam membantu UMKM mengatasi isu permodalan.

Faktanya distribusi pinjaman ke sektor produktif juga masih kecil. Tahun 2023 angkanya baru 36,84% total kredit yang disalurkan ke UMKM – capaian ini menurun tipis dari tahun sebelumnya.

Statistik penyaluran kredit produktif fintech lending 2023 / DailySocial.id
Statistik penyaluran kredit produktif fintech lending 2023 / DailySocial.id

Dirinci lebih dalam sektor peradangan mendominasi perolehan. Sejumlah startup fintech lending memang punya spesialisasi memberikan pembiayaan rantai pasok untuk pemenuhan kebutuhan ritel, khususnya dalam segmen FMCG. Nilai pasar yang besar, didukung dengan perputaran transaksi yang kencang membuat area ini dinilai prospektif saat ini.

Statistik sektor produktif yang banyak mendapatkan kredit fintech lending 2023 / DailySocial.id
Statistik sektor produktif yang banyak mendapatkan kredit fintech lending 2023 / DailySocial.id

Salah satu pemain di sektor pembiayaan FMCG adalah AwanTunai melalui layanan pembiayaan stok warung AwanTempo dan pembiayaan grosir Supplier Financing. Melalui inovasi teknologi yang diejawantahkan dengan ERP terpadu, AwanTunai membentuk sebuah sistem yang memungkinkan UMKM dan pemasok FMCG mendapatkan akses finansial yang lebih lancar. Platform ERP tersebut sekaligus menjadi sumber data penting untuk membantu perusahaan melakukan analisis risiko secara lebih komprehensif.

Dengan fokus bermain di area ini, AwanTunai telah mencapai EBITDA positif dan menargetkan laba positif (setelah pajak) pada akhir tahun 2024.

Masih Terfokus di Area Jawa

Statistik menarik lainnya terkait persebaran borrower dan lender yang sampai tahun 2023 masih banyak terfokus di area Jawa. Menanggapi hal ini AFPI mengatakan bahwa sebenarnya sudah ada keinginan para fintech lending untuk melakukan ekspansi ke luar Jawa, hanya saya masih ada sejumlah keterbatasan, salah satunya infrastruktur. Selain itu ada tantangan edukasi pengguna yang masih harus dikejar, karena tingkat literasinya dinilai masih belum salam secara umum antara Jawa dan Luar Jawa.

“Kenapa banyak di Jawa? Memang populasi kebanyakan di Jawa (dan Bali). Sehingga kita masih lebih banyak 80% konsentrasi di Jawa. Nah, itu pun 80% itu belum menyentuh semua. Masih banyak area di Jawa yang belum tersentuh […] Di fintech ini kan terdiri dari tiga klaster: Cash Loan, Produktif, dan Syariah. Nah, teman-teman di produktif juga banyak yang membiayai di Sumatera dan ada sampai Sulawesi bahkan di Papua,” ujar Entjik.

Statistik persebaran area fintech lending 2023 / DailySocial.id
Statistik persebaran area fintech lending 2023 / DailySocial.id

Ia melanjutkan, “Ekosistem untuk risk control di Jawa lebih akurat [saat ini], jadi kita lebih memilih Jawa dulu. Maksudnya orang per orang, borrower per borrower ini masih mudah kita deteksi ya, mudah kita analisa ya dibanding yang di luar Jawa. Tapi ke depannya kita pasti akan diekspansi ke luar.”

Kualitas Pinjaman

Salah satu penilaian kualitas industri fintech lending didasarkan pada tingkat Non Performing Loan (NPL) alias kredit bermasalah. Secara formal, OJK mengukur ini melalui sejumlah variabel pengukuran. Berikut hasil pengukurannya di tahun 2023:

  2023 2022
TKB90 97,05% 97,38%
TWP90 2,95% 2,62%
TKB0* 85,30%
TKB30* 89,43%
TKB60* 91,95%

*DailySocial.id melakukan pengukuran dengan mengambil nilai rata-rata dari 12 pemain cash loan terdaftar di OJK dipilih secara acak

Seperti diketahui, TKB90 adalah persentase pinjaman yang dibayar dalam 90 hari setelah jatuh tempo. Nilai yang tinggi menunjukkan kinerja pembayaran yang baik. Sementara TWP90 adalah persentase pinjaman yang gagal bayar lebih dari 90 hari. Nilai yang rendah menandakan risiko kredit yang rendah.

Dengan rata-rata TKB90 di angka 97%, industri fintech lending secara umum masih mendapati torehan yang baik. Pun demikian dengan capaian TWP90 yang masih di angka 2,95% menyiratkan tingkat risiko yang relatif masih terjaga.

Namun demikian, kami mencoba mendalami capaian variabel lain yang saat ini juga menjadi pengukuran di fintech lending, khususnya bagi perusahaan yang bermain di cashloan. Menggunakan sampling dari 12 pemain cashloan yang berizin di OJK, kami mendapati bahwa capaian TKB0, TKB30, dan TKB60 persentasenya masih di bawah benchmark 97% untuk TKB90.

“Kalau 2022 ke 2023 kelihatannya semakin baik ya. NPL juga saya melihat turun sedikit, bahkan stabil. Kredit pun juga, walaupun memang tidak segencar 2020 dan 2021 growth-nya, tetapi tetap ada pertumbuhan. Dan memang di 2023 itu kebanyakan perusahaan industri di fintech peer-to-peer lending ini lebih banyak fokus ke konsolidasi, jadi banyak strategi yang bersifat lebih konservatif,” jelas Entjik.

Gambaran Umum Industri

Secara keseluruhan, industri fintech lending Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif berdasarkan data yang disajikan. Namun, untuk memastikan kelangsungan dan stabilitasnya, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi dinamika bisnis yang berpotensi merugikan pemain fintech dengan lebih mematuhi regulasi dan menguatkan pengawasan. AFPI dapat memainkan peran penting dalam menggalang kedisiplinan aturan di antara anggotanya.

Selain itu, penekanan terhadap NPL, terutama dalam konteks pinjaman dengan tenor pendek seperti cashloan, perlu menjadi fokus utama. Upaya untuk memperketat proses penilaian calon debitur dan meningkatkan edukasi pengguna dapat menjadi strategi kunci dalam menekan tingkat NPL dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi industri fintech lending di masa depan.

Untuk data selengkapnya tentang statistik industri fintech lending di Indonesia, unduh laporan berikut: Indonesia’s Fintech Lending Report.

Investree Konfirmasi Dana Investasi Seri D dari JTA Holdings Segera Cair

Investree mengumumkan kabar terbaru terkait upayanya dalam memperbaiki internal perusahaan agar memperoleh kepercayaan lagi dari masyarakat. Manajemen mengakui tantangan bisnis di internal karena kendala pembayaran oleh sejumlah borrower, berdampak pada keterlambatan pengembalian pinjaman untuk lender.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan Director Investree Singapore Pte. Ltd. Kok Chuan Lim merinci lebih jauh kabar Investree sejauh ini. Berikut detailnya:

  1. Membuka komunikasi dengan borrower yang masih memiliki itikad baik untuk melunasi pinjaman kepada lender, salah satunya dengan menambah kerja sama dengan pihak ketiga untuk mempercepat proses loan repayment collection. Sebagian besar borrower yang macet menurut data internal Investree adalah UMKM dari multi-industri yang mengalami kendala operasional akibat berbagai faktor, seperti penurunan omzet, penutupan bisnis, dan lainnya.
  2. Dana investasi dari JTA Holdings akan segera cair setelah Investree Group mendapat Commitment Letter yang dikirim pada 21 Februari 2024. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan dokumen-dokumen teknis untuk proses pencairan dana.
  3. Kembali membuka kantor Investree Indonesia per 19 Februari 2024 dan beroperasi secara normal setelah sebelumnya sempat tutup.

Selain mengandalkan dana investasi dari JTA Holdings untuk meneruskan operasional yang tersendat, sebelumnya diinformasikan bahwa salah satu investor Investree, yakni SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.

Sebanyak $4,5 juta digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.

“Saat ini kami memprioritaskan agar setiap stakeholders internal dan eksternal Investree mendapatkan hak mereka secara proporsional dan diharapkan setiap borrower untuk tetap melanjutkan kewajiban pelunasan fasilitas pinjamannya. Kami juga ingin menegaskan bahwa kami sedang menangani situasi ini dengan serius dan bertanggung jawab penuh untuk mencari solusi terbaik,” tutur Lim, Rabu (28/2).

Ia juga menyampaikan, “Kami tengah mengusahakan seluruh proses penyelamatan operasional Investree Indonesia berjalan dengan kecepatan penuh, demi para stakeholders.”

Lim merupakan CEO dari Investree Philippines. Ia sudah bergabung di Investree sejak 2019. Investree Philippines adalah ekspansi Investree kedua, setelah Thailand yang sudah dimulai sejak awal 2019. Di Thailand, Investree menggunakan brand eLoan dan menggandeng mitra lokal.

Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, Lim menyampaikan Investree tetap membuka jalur komunikasi buat para lender melalui email resmi. Bagi stakeholder lain, termasuk pihak luar yang mengaku terafiliasi dengan Investree juga dapat mengajukan pengadukan melalui laman khusus yang disiapkan perusahaan untuk pendataan.

“Bagi para lender maupun stakeholders yang merasa terlibat dengan perusahaan/perorangan lainnya yang mengklaim sebagai terafiliasi, anak perusahaan, subsider/anak perusahaan, dengan Investree, kami menghimbau untuk melapor dan melakukan pendataan. Tautan pendaftaran pengaduan ini dapat diakses di https://bit.ly/PelaporanInvestree,” tutup Lim.

Kanal pengaduan Investree lainnya, mulai dari saluran telepon 1500886, Whatsapp CS, Whatsapp khusus Lender VIP, dan Direct Message Instagram sejauh ini masih ditutup untuk sementara waktu.

Sebagai informasi, TKB90 Investree pada 28 Februari 2024 sebesar 83,56%, belum berubah sejak Januari 2024. Artinya, persentase kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi atau TWP kini mencapai 16,44%.

Terus dipantau regulator

Secara terpisah mengutip Infobank, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman menjelaskan, kalau saat ini pihaknya masih melakukan dan pemantauan kepada Investree. Ada dua pendekatan yang OJK lakukan dalam menangani kasus ini.

Pertama, berupa pengawasan yang bersifat offsite yang mengandalkan analisis atas laporan yang disampaikan penyelenggara kepada OJK. Pendekatan kedua berupa pengawasan onsite atau langsung ke perusahaan.

Pengawasan ini, menurut Agusman, antara lain untuk memastikan kebenaran laporan maupun melakukan investigasi jika ada dugaan pelanggaran yang mereka lakukan. Ia memastikan, bahwa OJK akan memastikan investigasi dilakukan secara menyeluruh dan melihat dari berbagai sudut pandang.

Kalau investigasi terhadap kasus ini akan membutuhkan waktu sampai selesai, karena OJK masih mengumpulkan bukti. Salah satunya adalah pengaduan masyarakat.

“Kami sedang mengumpulkan bukti-bukti seperti dokumen dan lainnya. Pengaduan dari masyarakat juga banyak sekali. Kita akan melihat dengan baik, apakah ini ada faktor-faktor nonteknis seperti fraud atau lainnya, dan memastikan tindak lanjutnya seperti apa,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

JULO Umumkan Capai Titik Impas pada Keuntungan Operasional

Startup fintech lending JULO mengumumkan perolehan pendapatan berulang tahunan (ARR) sebesar $120 juta (sekitar Rp1,8 triliun) dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 73% di 2023. Pihaknya juga melaporkan keuntungan operasionalnya telah mencapai titik impas.

Total penyaluran pinjaman JULO di sepanjang 2023 tercatat mencapai $454 juta atau tumbuh 50% (YoY). Sementara, total penyaluran pinjaman sejak beroperasi pada 2016 telah tembus angka $1 miliar.

Adapun, tingkat retensi per cohort JULO sebesar 70% yang mana secara signifikan disebut telah berkontribusi terhadap penghematan biaya akuisisi peminjam dan peningkatan biaya operasional perusahaan.

President JULO Ankur Mehrotra menyebut, pertumbuhan kinerja perusahaan dapat terealisasi berkat kemitraan sejumlah mitra keuangan terkemuka, termasuk Credit Saison, Bank Sampoerna, dan Superbank, untuk memperluas penyaluran pinjaman ke segmen pendapatan menengah di Indonesia.

Sejumlah investor JULO antara lain AC Ventures, Credit Saison, Quona Capital, dan Saratoga. JULO terakhir kali memperoleh pendanaan seri B senilai Rp1,1 triliun dari Credit Saison pada 2022.

“Tujuan utama kami adalah menghasilkan profit berkelanjutan kepada para pemegang saham, dan menawarkan opsi likuiditas ke depannya, seperti IPO. Kami yakin sedang di jalur yang tepat sembari mengoptimalkan produk utama dan mengelola risiko secara efisien lewat investasi dan risk management. Kami akan memperluas portofolio produk untuk menjadi platform keuangan yang sepenuhnya terintegrasi,” ujar Ankur dalam keterangan resminya.

Masuk ke segmen kesehatan

Dalam diskusi panel Asia PE-VC Summit bulan lalu, Ankur sempat menyebut fokus utama perusahaan saat ini adalah menyalurkan pinjaman produktif dengan rekam jejak penggunaan yang jelas dan dapat meningkatkan taraf hidup konsumen jangka panjang.

Salah satunya adalah pembiayaan pendidikan yang dimasukinya pada awal 2023. Padahal di tahun yang sama, beberapa P2P lending justru memutuskan keluar dari bisnis pembiayaan pendidikan. JULO menawarkan pembiayaan pendidikan untuk kebutuhan sekolah, universitas, dan kurus di 250 ribu institusi. Bagi JULO, segmen ini masih memiliki ruang pertumbuhan besar.

Selanjutnya, tambah Ankur, JULO akan meluncurkan produk pembiayaan serupa di segmen layanan kesehatan dalam beberapa bulan mendatang.

“Daripada membiayai pembelian sepatu atau tas baru di platform online, pembiayaan produktif akan meningkatkan kehidupan konsumen dalam jangka panjang. Kami dapat membantu mereka yang kesulitan keuangan dalam mengakses layanan kesehatan,” ujarnya pada Januari lalu di Jakarta.

Application Information Will Show Up Here

Investree Lakukan Restruktrisasi, SBI Holdings Suntik Dana Penyelamatan Rp109 Miliar

Setelah mengalami isu serius akibat mismanajemen, investor terdahulu Investree dikabarkan ‘gotong-royong’ menyelamatkan startup fintech lending tersebut dengan memberikan pendanaan baru. Menurut sumber DealStreetAsia, saat ini salah satu investor mereka SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.

Adapun $4,5 juta di antara telah digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.

Amunisi tambahan tersebut dicairkan setelah Adrian Gunadi hengkang dari jabatannya sebagai CEO pekan lalu. Adrian diduga melakukan pelanggaran karena mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadinya dan menggunakan nama perusahaan untuk melakukan penjaminan di luar ketentuan.

Pengumuman Investree atas dugaan penyalahgunaan nama perusahaan untuk penjaminan perjanjian / Investree
Pengumuman Investree atas dugaan penyalahgunaan nama perusahaan untuk penjaminan perjanjian / Investree

Salah satu pendiri Investree, Kok Chuan Lim, sebelumnya juga mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi masif guna menjaga keberlangsungan dan membuatnya menjadi sehat kembali. Terlebih kini Investree juga tengah dipantau OJK setelah ada dugaan fraud — juga akibat TKB90 yang berada di bawah rata-rata. Mengingat banyak lender yang komplain dananya tidak bisa ditarik.

TKB90 adalah tingkat keberhasilan penyelenggara P2P Lending dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjaman di rentang 90 hari sejak jatuh tempo. Adapun Investree memiliki TKB90 di ambang 83,56%, sementara rata-rata pemain fintech lending lainnya di atas 97%.

Investree sendiri sudah terdaftar di OJK sebagai fintech lending sejak Mei 2017. Melalui aplikasi marketplace lending miliknya, ia memfasilitasi penyaluran pinjaman (ritel dan institusi) kepada pelaku UMKM dan individu di sektor produktif. Sejauh ini mereka telah menyalurkan dana Rp14,53 triliun ke lebih dari 93 peminjam (individu dan institusi).

Saat kondisi masih baik-baik saja

Sejak 2021, fokus Investree adalah ekspansi regional, bahkan sebelumnya mereka berhasil mengantongi lisensi dari Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC) untuk memberikan layanan pembiayaan ke UMKM setempat. Di Filipina Investree juga mendapati nasib baik yang sama, mereka berhasil mengantongi izin dari otoritas setempat. Atas performanya, sejumlah institusi keuangan global menyuntikkan pendanaan debt untuk meningkatkan nilai penyaluran dana, salah satunya Rp142 miliar dari responsAbility.

Pengembangan produk tak kalah dikebut, setelah matang dengan layanan pinjaman produktif, Investree perluas lini produk ke segmen pembiayaan pengadaan bekerja sama dengan sejumlah mitra. Kemudian, layanan syariah juga sempat diluncurkan bahkan ada kabar akan di-spin off jadi badan usaha tersendiri. Rencana masuk ke bank digital sempat digemborkan pasca perusahaan mencaplok 18,4% saham Amar Bank.

Investree juga sempat berinvestasi ke startup fintech pembayaran OY! dan bentuk joint venture. Tujuannya untuk memperluas ekosistem layanan finansial menjadi lebih komplit.

Di luar pendanaan debt yang didapat, Investree juga telah membukukan pendanaan ekuitas dari sejumlah pemodal. Hingga putaran seri C, Investree berhasil bukukan dana $31,7 juta dengan kisaran valuasi $200 juta. Adapun jajaran investor mereka termasuk Kejora, SBI, MUFG, BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Endeavor, dan beberapa lainnya.

Tahun 2022 kemudian Investree melanjutkan penggalangan dana dengan JTA Holdings diumumkan sebagai lead untuk putaran seri D. Komitmen investor akan menyuntikkan dana 200 juta Euro atau setara 3,6 triliun Rupiah. Sayangnya, menurut kabar yang beredar, dana tersebut tak kunjung cair sampai awal tahun 2024 ini, menjadikan perusahaan harus memperketat runway.

Application Information Will Show Up Here