[Review] ASUS ROG Phone II; Spek Lebih Dewa, Harga Merakyat

Bagi Anda yang mencari perangkat khusus untuk bermain game dan mendahulukan aspek kinerja daripada yang lain. Saat ini sudah ada beberapa judul smartphone gaming yang tersedia di Indonesia, salah satunya adalah ASUS ROG Phone II.

Dukungan ekosistem yang kuat dengan sederet aksesori gaming eksklusif merupakan satu dari banyak keunggulan yang dimilikinya. Namun satu hal yang mengguncang hati saya dan mungkin para gamer lainnya ialah harganya.

Untuk ROG Phone II Elite Gamer Package dijual seharga Rp8.499.000. Sebagai perbandingan, tahun lalu ROG Phone pertama dijual seharga Rp13 juta (namun tak jadi dipasarkan). Sementara, kompetitor terdekatnya; Black Shark 2 Pro dibanderol Rp9 juta.

Saya telah mengajaknya begadang beberapa malam, berikut review ASUS ROG Phone II selengkapnya.

Layar AMOLED dengan Refresh Rate 120Hz

PSX_20191218_134640

Aspek utama yang membedakan smartphone gaming dengan smartphone mainstream ialah teknologi layarnya. ROG Phone II sudah mengusung panel AMOLED dengan refresh rate 120Hz. Pengaturannya bisa ditemukan di Settings > Display > Refresh Rate, terdapat pilihan 60Hz, 90Hz, dan 120Hz.

Singkatnya semakin tinggi refresh rate maka jumlah frame yang dapat ditampilkan semakin banyak. Semakin banyak frame yang ditampilkan maka tampilan visual dan pergerakan animasi akan terlihat lebih smooth, memanjakan mata dan tidak bikin pusing.

Bukan hanya itu, layar 6,59 inci beresolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9 ini memiliki response time 1ms. Dengan response time yang rendah, tentunya akan mengurangi fenomena input lag. Di mana tembakan atau skill terlambat keluar, padahal perasaan yakin sudah menekan tombol cepat-cepat. Bagi yang bermain game-game kompetitif, response time tentunya berperan meningkatkan peluang untuk menang.

Layarnya juga memiliki tingkat reproduksi warna di color space DCIP-3 hingga 111,8 persen dengan Delta E<1 dan mendukung tampilan 10-bit HDR. Lewat fitur Splendid yang berada di Settings > Display, kita bisa meyesuaikan color temperature dan color mode seperti natural, optimal, cinematic, standard, dan customized.

Judul game yang sudah mendukung refresh rate sampai 120Hz sendiri memang jumlahnya masih sedikit, tapi pasti akan terus bertambah. ASUS juga sudah membuat daftar game yang mendukung 120Hz dan yang telah optimal dengan aksesori TwinView, GamePad, dan fitur AirTriggers di aplikasi Armoury Crate.

Sistem Kontrol Permainan

PSX_20191218_134725

Bahkan tanpa perlu kita menyematkan aksesori ROG Kunai Gamepad, sistem kontrol permainan pada ROG Phone II lebih unggul dibanding smartphone standar. Kuncinya pada fitur AirTrigger II, di mana ASUS melengkapinya dengan tiga sensor ultrasonic di samping body. Dua di samping kanan bagian atas dan bawah, satu lagi di samping kiri bagian bawah untuk fitur squeeze gesture.

Ya, memang tidak semua game memerlukan kontrol tambahan ini. Tapi khusus game bergenre shooter, kita ambil contoh PUBG Mobile atau CoD Mobile. Dengan menggunakan AirTrigger II, artinya kita memiliki kontrol yang lebih presisi seperti “nge-cheat” atau sama halnya seperti main lewat emulator di laptop. Tidak menjamin menjadi last man standing, tapi meningkatkan peluang  winner2x chicken dinner.

Perlu diketahui juga, beberapa turnamen esports untuk game mobile juga sudah menerapkan standar seperti maksimal ukuran layar smartphone. Mungkin ada ketentuan khusus saat menggunakan smartphone gaming untuk kompetisi.

Untuk pengaturan AirTrigger II bisa ditemukan di Settings > Advanced dan juga di aplikasi Armoury Crate. Level sensitivity-nya bisa disesuaikan dari 1 hingga 11, dengan input latency 20ms, punya dual vibration, dan kontrol sliding gesture baru.

Armoury Crate

PSX_20191218_134751

Untuk mengelola fitur dan pengaturan terkait gaming, ASUS mengumpulkannya di satu tempat yakni Armoury Crate. Ada dua menu utama, pertama Game Library – di sini daftar game yang diinstall akan muncul dan profil tiap-tiap game bisa disesuaikan lebih jauh.

PSX_20191218_134758

Lalu, menu kedua Console – pusat kendali yang menampilkan informasi sistem seperti CPU, GPU, memory used, storage used, dan remaining time. Lalu, ada opsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan X mode, pengaturan terkait fitur Game Genie, AirTriggers, fan speed bila menggunakan aksesori kipas AeroActive Cooler II, dan system lighting.

Game Genie dapat diakses saat kita menjalankan game, caranya dengan swipe dari kiri ke kanan pada bagian kiri layar smartphone untuk menampilkan game toolbar. Ada banyak tool yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kenyamanan bermain game, seperti mapping AirTriggers, memblokir notifikasi, panggilan telepon, mengunci tingkat kecerahan layar, menggunakan data-only, dan speed up untuk mengoptimalkan performa smartphone. Selain itu, informasi seperti CPU, GPU, level baterai, temperature, dan FPS juga bisa ditampilkan secara real-time.

Bila Anda ingin membuat konten, ASUS telah melengkapi ROG Phone II dengan fitur screen recorder bawaan. Anda bisa merekam keseruan gameplay dari game yang dimainkan hingga resolusi 1080p, bahkan bisa live streaming ke channel YouTube atau Twitch hingga resolusi 1080p juga.

Desain

Tampang ROG Phone II segarang pendahulunya, sangat kental dengan nuansa gaming dan juga tampil futuristik. Di bagian belakang, terpampang logo ROG dengan lampu RGB yang efeknya bisa mengintimidasi teman atau lawan saat ‘mabar’.

Desain smartphone ini dirancang agar nyaman digunakan di posisi landscape. Menurut ASUS, layar 6.59 inci dengan rasio 19.5:9 dengan lebar 7,8 cm dan tinggi 17,1 cm adalah ukuran maksimum untuk membuat grip ROG Phone II tetap nyaman di tangan.

Layarnya diproteksi oleh Gorilla Glass 6 dan punya speaker stereo di depan dengan aksen warna orange-nya yang khas. Kontruksi body-nya sendiri terbuat dari paduan kaca dan logam, dengan ketebalan 9,5 mm dan bobot 240 gram.

Atribut lainnya, di sisi kiri terdapat port untuk khusus untuk aksesori dan port USB Type-C ekstra yang memungkinkan Anda bisa melanjutkan permainan sambil mengisi daya. Lalu, tombol power dan volume di sisi kanan. Sementara, port USB Type-C satu lagi dan jack audio 3.5mm di sisi bawah.

Hardware dan Performa

PSX_20191218_134935

Smartphone Android 9 Pie dengan opsi antarmuka ROG UI atau Zen UI ini diotaki oleh Mobile Platform Qualcomm Snapdragon 855 Plus dengan CPU clock speed hingga 2,96GHz yang memang dirancang untuk menangani tuntutan gaming.

Menggunakan jenis RAM dan storage versi terbaru. RAM LPDDR4X dengan kapasitas 8GB atau 12GB, serta penyimpanan UFS 3.0 dengan kapasitas 128GB atau 512GB. Kinerjanya tak perlu diragukan lagi, sudah pasti bisa menangani hampir semua game yang ada di Google Play Store dengan setting rata kanan.

Apa gunanya RAM besar jika sistem operasinya sangat agresif? Pada ROG Phone II, aplikasi atau game yang kita buka akan standby di background – sehingga proses multitasking berjalan sangat mulus.

Saat bermain game dengan X mode aktif, body smartphone ini memang terasa agak panas. ASUS memberikan solusi dengan sistem pendingin berlapis yakni GameCool II dengan 3D vapor-chamber hingga active cooling berupa aksesori kipas AeroActive Cooler II. Jadi, potensi Snapdragon 855+ tidak terhambat dan menjaga kinerja keseluruhan tetap optimal.

Baterai berkapasitas 6.000 mAh memastikan Anda dapat bermain game dalam sesi waktu yang lama. Untuk penggunaan standar dengan X mode dan lampu RGB dinonaktifkan, seenggaknya smartphone bisa bertahan dua hari. Proses pengisian dayanya juga cepat berkat teknologi ROG HyperCharge 30W dan Quick Charge 4.0.

Kamera

PSX_20191218_135008

Seorang gamer pun bukan berarti tidak membutuhkan kamera, meski ditujukan untuk bermain game – kemampuan kamera ROG Phone II selevel dengan flagship mainstream ASUS Zenfone 6. Meskipun masih mengandalkan konfigurasi dual-camera, kebanyakan smartphone baru saat ini sudah mengemas triple bahkan quad-camera.

Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX586 beresolusi 48MP (f/1.8) dengan ukuran per piksel 0.8 µm dan memiliki filter warna Quad Bayer 2×2 piksel. Singkatnya, ouput 12MP didukung dengan ukuran piksel 1,6 μm yang ideal untuk berbagai skenario foto.

Kamera sekundernya juga menggunakan sensor Sony, 13MP (f/2.4) dengan lensa ultrawide 11mm yang menyuguhkan bidang pandang 125 derajat. Menariknya, fitur wide-angle ini bisa digunakan di mode photo, night, pro, dan video. Berikut hasil foto dari kamera ASUS ROG Phone II:

Lalu, untuk kamera depannya 24MP (f/2.2) dan bisa merekam video 1080p hingga 60 fps. Sementara, kamera belakangnya mampu merekam video 4K hingga 60 fps dan slow-mo 1080p 120 fps atau 240 fps.

Review-ASUS-ROG-Phone-2-22

Verdict

PSX_20191218_135044

Harga dasar untuk ROG Phone II Elite Gamer Package dengan konfigurasi memori 8GB + 128GB dibanderol seharga Rp8.499.000, menurut saya ini benar-benar harga yang pantas untuk sebuah smartphone gaming premium yang selevel dengan smartphone flagship Android ataupun iOS yang ada saat ini.

Desain khas ROG-nya mungkin tidak untuk semua orang. Namun deretan fitur gaming seperti layar dengan refresh rate 120Hz serta response time 1ms, sensor ultrasonic AirTrigger II, dan dukungan aksesoris eksklusif – semua yang dibutuhkan untuk pengalaman bermain game mobile terbaik disajikan di sini.

Sparks

  • Panel AMOLED dengan refresh rate 120Hz
  • Punya dua port USB Type-C
  • Baterai 6.000 mAh dengan Quick Charge 4.0
  • Dukungan ekosistem aksesori gaming yang cukup lengkap

Slacks

  • Tidak mendukung wireless charging
  • Body smartphone tidak tahan air

[Review] Canon EOS 200D II, Era Kamera DSRL Belum Berakhir

Lewat sistem EOS R (full frame) dan EOS M (APS-C), Canon tengah fokus menggarap lini kamera mirrorless mereka sambil terus merawat lini DSLR-nya. Transisi dari DSLR ke mirrorless ini memang diperlukan, sejalan dengan perkembangan teknologi.

Belum lama ini, Canon telah me-refresh lini DSLR entry-level mereka dengan EOS 200D mark II. DSLR dengan wujud ringkas nan ringan ini dibanderol dengan harga Rp10 juta di Indonesia.

Ya, pada rentang harga yang sama telah bertengger dengan kokoh kamera mirrorless EOS M50. Di mana dimensinya lebih ringkas dan berpenampilan modern, lalu apa yang ditawarkan dari oleh EOS 200D II ini? Berikut review Canon EOS 200D II selengkapnya.

Desain Canon EOS 200D II

Tampang jadul dengan grip besar dan ‘punuk’ yang menonjol justru memberikan kesan yang mendalam bagi kalangan tertentu. Saya termasuk di dalamnya dan merasakan sensasi nostalgia, saya pun cenderung memotret menggunakan optical viewfinder daripada layar-nya.

EOS 200D II mengemas fitur Live View dengan layar sentuh mekanisme fully articulated, layarnya bisa ditarik keluar dan diputar 180 derajat menghadap ke depan. Lebih leluasa untuk menyusun komposisi dan sangat berguna saat nge-vlog.

Berat kamera ini 654 gram, dengan lensa kit EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM. Aperture-nya tidak konstan, bukaan maksimalnya f/4 pada panjang fokal 18mm dan f/5.6 pada 55mm.

Untuk build quality-nya, EOS 200D II memilki body dari material yang hampir semua konstruksinya terbuat dari plastik. Harus diakui memang terasa kurang premium, tapi sisi baiknya bobotnya cukup ringan.

Unit yang saya review berwarna silver yang tampil cukup mencolok, dengan grip berwarna coklat. Grip-nya berlapis karet untuk mempererat cengkraman tangan.

Sistem Kontrol Canon EOS 200D II

Dibanding kamera mirrorless seperti EOS M50, desain EOS 200D II memang terkesan ‘ketinggalan zaman’. Menurut saya, hal tersebut justru menjadi keunikan tersendiri.

Bentukan EOS 200D II dengan ukuran grip-nya yang besar membuatnya lebih nyaman dipakai untuk aktivitas memotret dalam durasi lama. Serta, aman bahkan bila memotret menggunakan satu tangan.

Kamera DSLR ini memiliki mode pengambilan foto dan video yang terpisah, bersama tuas untuk menonaktifkan kamera yang terletak pada sisi atas sebelah kanan. Hanya ada satu roda kontrol putar (dial), fungsinya untuk mengatur shutter speed. Namun dengan menekan kombinasi tombol Av, Anda dapat mengatur nilai aperture dengan roda tersebut.

Masih pada sisi atas sebelah kanan, terdapat juga tombol ISO dan DISP yang ukurannya kecil – saya telat menyadari keberadaan mereka. Pada punuk kamera, dihuni oleh hot shoe dan LED flash.

Pada sisi samping kamera dapat ditemui port mikrofon 3.5mm dan mini HDMI. Sayangnya, kamera ini tidak mendukung pengisian daya lewat USB. Jelas hal ini cukup merepotkan karena kita harus bawa-bawa adaptor charger khusus bawaannya.

Pengalaman Menggunakan Canon EOS 200D II

Review-Canon-EOS-200D-II
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kamera ini memiliki antarmuka layar sentuh yang simpel dan berbagai mode yang sangat mudah dimengerti. Sangat ideal buat belajar fotografi, Anda bisa mempelajari dari dasar-dasarnya. Terdapat juga mode Full Auto, di mana Anda hanya perlu fokus mengatur komposisi dan menekan tombol rana.

Setelah kamera dihidupkan, optical viewfinder adalah metode standar pemotretan pada EOS 200D II. Anda bisa beralih ke Live View dengan menekan tombol switch yang berada persis disamping kanan viewfinder.

Buat saya, memotret menggunakan optical viewfinder menyuguhkan experience ‘real camera‘ dan juga memakan sedikit daya. Sebagai pembanding, EOS 200D II mampu bertahan hingga 1.070 jepretan per charge menggunakan jendela bidik optik dan hanya 300 jepretan menggunakan Live View.

Kedua pemotretan ini memiliki sistem autofocus yang berbeda. Optical viewfinder memiliki 9 titik yang bekerja sangat cepat, sementara Live View memiliki 3.975 titik fokus.

Kemampuan Foto Canon EOS 200D II

Canon EOS 200D II juga disebut EOS 250D di sejumlah negara, kamera ini mengusung sensor CMOS APS-C beresolusi 24,1MP dengan sistem autofocus Dual Pixel CMOS AF dan prosesor DIGIC 8 baru.

Prosesor DIGIC 8 merupakan pembaruan yang sangat penting di sini. Selain memastikan performa kamera berjalan lancar, ia juga berkontribusi besar atas fitur-fitur yang ditawarkan.

Sebut saja, Eye Detection AF di Live View, kemampuan memotret beruntun 5 fps, perekaman video 4K 25fps, dan battery life yang sangat mengesankan. Rentang ISO yang bisa digunakan cukup luas, dari 100 hingga 25.600 (dapat diperluas hingga 51.200) yang memungkinkan untuk memotret dalam berbagai kondisi pencahayaan.

Saya cukup terkesan dengan fleksibilitas lensa kit Canon EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM, sudah mencukupi untuk berbagai kegiatan fotografi. Ukuran lensa ini cukup compact, dilengkapi tuas stabilizer dan focus mode. Dukungan image stabilization tentunya sangat berguna saat menggunakan shutter speed rendah untuk menekan nilai ISO agar hasilnya tetap tajam.

Hasil foto JPG-nya sangat mengesankan, ciri khas warna Canon terlihat menyenangkan dipandang. Untuk kualitas optimal, Anda bisa menyimpan foto dalam format Craw untuk fleksibel dalam editing tapi tetap hemat memori.

Untuk pertama kalinya, fitur seperti Creative Assist dan Smooth Skin terbenam dalam EOS DSLR guna membantu menghasilkan efek yang diinginkan. Berkat koneksi nirkabel, kita bisa mengakses hasil foto EOS 200D II dan mengirimkannya secara mudah ke smartphone.

Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth dan WiFi, kita bisa menghubungkan kamera dan smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Bila perlu, kita bisa mengaturnya agar setiap bidikan langsung di-transfer ke smartphone.

Bagaimana dengan kemampuan perekam videonya? Lumayan, kamera ini mampu merekam video 4K pada 30fps dengan crop 1,7x dan 1080p hingga 60fps. Sudah mencukupi untuk keperluan pembuatan video di YouTube, meski tanpa dukungan picture profile.

Berikut hasil jepretan dari Canon EOS 200D II:

Verdict

Kita telah memasuki era kamera mirrorless, DSLR mulai ditinggalkan. Bukan hanya perkara soal dimensi yang lebih ringkas, tampilan lebih modern, tapi teknologi itu sendiri. Meski begitu, kalau bicara soal kualitas – kamera DSLR masih sangat solid.

Pada segmen entry-level, kamera DSLR mungkin akan sedikit kewalahan menghadapi kamera mirrorless. EOS 200D II sendiri harus berhadapan langsung dengan saudaranya EOS M50, belum lagi sejumlah kompetitor di kelasnya.

Menurut saya, kamera ini sangat ideal buat kalian yang memiliki minat untuk belajar fotografi. EOS 200D II mampu memberikan kualitas foto yang bagus dan lensa bawaannya mencakup banyak kebutuhan fotografi. Soal perekaman video, kualitas video 4K dan port mikrofon 3.5mm juga dimiliki meskipun tanpa dukungan picture profile.

Sparks

  • Prosesor DIGIC 8, kinerja cepat
  • Eye Detection AF di Live View
  • Perekaman video 4K 25fps
  • Layar sentuh dengan mekanisme fully articulated
  • Grip besar dan sistem kontrol mudah
  • Daya tahan baterai panjang menggunakan optical viewfinder
  • Konektivitas nirkabel

Slacks

  • Desain DSLR dengan Punuk besar yang terlihat jadul
  • Body dari material plastik, terasa kurang premium
  • Tidak ada pengisian USB