Smartwatch Ini Jalankan Android Lollipop, Bukan Android Wear

Belum lama ini, fans Android Wear dibuat kecewa dengan kabar bahwa LG Watch Urbane 2 batal dirilis. Banyak yang menaruh ekspektasi tinggi pada smartwatch tersebut. Pasalnya, ia merupakan smartwatch Android Wear pertama yang dilengkapi konektivitas seluler, yang berarti ia dapat dioperasikan secara mandiri tanpa tersambung ke smartphone.

Kini sebuah startup asal Hong Kong, Omate, ingin menawarkan produk serupa. Hanya saja, smartwatch bernama Omate Rise ini tidak mengusung Android Wear sebagai sistem operasinya, melainkan Android 5.1 Lollipop seperti yang ada di smartphone.

Dengan kata lain, Rise sebenarnya juga bisa dianggap sebagai sebuah smartphone. Ia dilengkapi sebuah slot kartu microSIM untuk mengaktifkan konektivitas seluler – sayang cuma 3G. Di saat yang sama, pengguna juga bisa memperlakukannya seperti smartwatch biasa dengan menyambungkan ke smartphone (Android atau iOS) via Bluetooth.

Tapi tentu saja tampilan OS Android yang dijalankan Rise berbeda dibanding di smartphone, mengingat layarnya yang membulat cuma berukuran 1,3 inci, dengan resolusi 360 x 360 pixel. Di sini Omate telah menambatkan skin OUI 4.0 hasil rancangannya sendiri supaya Rise bisa dinavigasikan dengan mudah.

Omate Rise

Dari segi fisik, bodi Rise terbuat dari bahan polycarbonate dengan bezel serat karbon. Tidak terlalu istimewa memang, tapi paling tidak layarnya telah dilapisi kaca safir dan ia tahan air hingga kedalaman 1 meter. Terdapat satu tombol saja di sisi kanan atasnya, sedangkan diameternya berkisar 44 mm dan lebar strap-nya menuruti standar yaitu 22 mm.

Selain mengemas sederet sensor yang dibutuhkan untuk fitness tracking, Omate Rise juga ditenagai oleh prosesor dual-core 1,2 GHz, RAM 512 MB dan memori internal 4 GB – tanpa slot microSD. Baterainya berkapasitas 580 mAh, sedikit lebih besar daripada smartwatch Android Wear biasanya.

Yang cukup mengejutkan adalah cara Omate memasarkan produk ini. Pada tanggal 7 Desember 2015 nanti, kampanye crowdfunding-nya di Indiegogo akan dimulai. Tapi kita cuma punya waktu 48 jam untuk memesan. Harga yang dipatok sendiri berkisar mulai $200, termasuk bonus aksesori heart-rate monitor yang bisa diikatkan ke dada.

Sumber: Digital Trends.

Action Cam Ini Bisa Menancap di Permukaan Logam Apa Saja dan Merekam Video 4K

Dalam dunia teknologi, kita tahu betul bahwa ukuran perangkat tak bisa dijadikan patokan utama atas kualitasnya. Namun dalam aspek-aspek tertentu, ukuran memang memegang peranan besar, sehingga terkadang kita pun menganggap remeh suatu perangkat yang ukurannya lebih kecil dari biasanya.

Kendati demikian, ukuran kecil selalu identik dengan aspek kepraktisan. Bicara soal action cam misalnya, semakin kecil ukurannya, maka semakin fleksibel pula penggunaannya. Tren ini bahkan diamini oleh GoPro dengan meluncurkan Hero4 Session, yang terinspirasi oleh Polaroid Cube.

Kini sebuah startup asal Hong Kong ingin ikut meramaikan tren action cam imut-imut tersebut. Mereka memperkenalkan Mokacam. Premisnya sama, yaitu sebuah action cam yang mudah dibawa-bawa karena ukurannya sangat kecil, tapi performanya masih bisa disetarakan dengan yang berukuran lebih besar.

Fisik Mokacam sangatlah ringkas, dengan dimensi 45 x 45 x 35 mm dan bobot 96 gram. Memang tidak sekecil GoPro Hero4 Session dan Polaroid Cube yang masing-masing memiliki panjang sisi 38 dan 35 mm, tetapi masih sangat mungil jika dibandingkan action cam lainnya.

Mokacam

Spesifikasi tentu saja menjadi pertimbangan utama konsumen saat menilai sebuah action cam. Maka dari itu, pengembang Mokacam telah membekalinya dengan spesifikasi yang cukup wah. Di balik tubuhnya yang kecil itu, tertanam sensor 16 megapixel buatan Sony dan lensa bersudut pandang 152 derajat, sanggup merekam video dalam resolusi 4K 15 fps atau 1080p 60 fps.

Tapi itu saja belum cukup, Mokacam juga dilengkapi sejumlah fitur yang membuatnya pantas disorot di antara serbuan action cam lainnya. Yang pertama adalah sisi belakang berlapis magnet, yang berarti Anda bisa menancapkan Mokacam di permukaan logam apa saja tanpa membutuhkan aksesori tambahan.

Selanjutnya ada modul layar yang bisa ditancapkan dengan mudah di sisi kanan Mokacam. Modul layar ini bisa diputar 270 derajat dan dilengkapi komponen baterai untuk memberikan daya ekstra. Kalau itu belum cukup, terdapat sebuah modul baterai yang bisa ditancapkan ke sisi belakang Mokacam. Ditotal, ada daya 3.300 mAh yang bisa Anda manfaatkan untuk mengabadikan momen.

Mokacam

Sebagai sebuah action cam, sudah sewajarnya Mokacam disertai sebuah case anti-air yang sanggup membawanya hingga ke kedalaman 60 meter. Supaya jauh lebih memikat lagi, sebuah adapter turut disertakan agar Mokacam menjadi kompatibel dengan semua mount milik GoPro.

Mokacam saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Di sana, harganya dipatok $169, sudah mencakup case anti-air, modul layar dan modul baterai.

Casing Smartphone Ini Diciptakan Khusus untuk Pasien Diabetes

Sudah bukan rahasia apabila diabetes memakan banyak korban. Tapi yang justru perlu kita kagumi adalah usaha keras yang dijalani oleh para pasien diabetes, dimana mereka harus rutin mengecek kadar gula darahnya menggunakan alat uji yang tersedia – kalau kita ke mana-mana membawa power bank, mereka ke mana-mana membawa sederet peralatan ini.

Menurut sebuah startup bernama AkibaH, seharusnya pasien diabetes tidak perlu serepot itu. Mereka punya solusi bernama GluCase, sebuah casing smartphone yang juga berfungsi sebagai glucometer, alias alat uji kadar gula darah.

Semua alat yang dibutuhkan ada di sini, mulai dari lanset (jarum penusuk) sampai test strip untuk membaca kadar gula dari satu tetes darah di atasnya. Semua komponen tersebut tersembunyi dengan baik di bagian belakang casing, siap digunakan kapan saja pengguna membutuhkan.

GluCase

Cara kerjanya seperti ini: letakkan jari Anda di bagian bawah casing, lalu geser kenop untuk memunculkan jarum. Selanjutnya, Anda tinggal meneteskan darah di atas test strip di sisi tengah casing, dan data akan langsung terpampang di layar smartphone.

Menariknya, data-data ini bisa dikaitkan dengan konteks seperti aktivitas maupun pola makan. Dengan demikian, pengguna bisa mengetahui apa penyebab naiknya kadar gula darah, atau sebaliknya, bagaimana pengaruh tingginya gula darah pada kesehatan dan aktivitas mereka.

Tapi yang lebih menarik lagi, semua data ini akan diunggah ke cloud. Keuntungannya adalah, dokter yang bertanggung jawab atas seorang pasien bisa langsung menganalisa datanya melalui web. Cara ini jelas mempermudah komunikasi antara dokter dan pasien, terutama ketika ada yang salah pada hasil analisa kadar gula darah pasien.

Soal kompatibilitas, GluCase rencananya akan ditawarkan untuk perangkat-perangkat berikut ini: iPhone 5, 5S, 6, 6 Plus, Samsung Galaxy S5, S6, S6 Edge dan Galaxy Note. AkibaH juga telah berencana untuk merilis aplikasi smartwatch sebagai pelengkap.

Saat ini GluCase ditawarkan seharga $29 di Indiegogo, plus $25 untuk biaya pengiriman internasional. Harga tersebut sudah mencakup 50 test strip dan 20 lanset – kalau habis, pengguna bisa membelinya secara terpisah.

Perusahaan Antivirus AVG Ciptakan Router Wi-Fi Berteknologi Canggih

Kelemahan utama router Wi-Fi adalah menjangkau seluruh sudut ruangan dalam rumah, apalagi kalau rumahnya begitu luas. Sejauh ini, solusi yang paling umum adalah memasang router tambahan atau Wi-Fi extender. Sayang, prosesnya tergolong ribet buat khalayak umum dan ada sederet kompromi yang harus diterima – penurunan kecepatan, koneksi putus saat berpindah dari satu zona ke zona router lain.

Solusi lain yang jauh lebih efektif adalah dengan teknologi mesh networking. Sederhananya, teknologi ini memungkinkan satu router untuk berkomunikasi dengan router lainnya, membentuk jaringan Wi-Fi tunggal yang bisa diakses dari seluruh sudut rumah.

Teknologi ini sebenarnya bukan barang baru, dan sudah diterapkan di bandar udara, mall maupun kantor perusahan-perusahaan besar. Namun kini AVG – ya, AVG si pembuat antivirus itu – ingin menghadirkannya ke ranah rumahan lewat Chime Router.

Chime tidak lain merupakan sebuah router Wi-Fi. Bedanya, Chime memanfaatkan teknologi mesh networking tadi untuk membentuk jaringan Wi-Fi yang luas dari sejumlah router sekaligus. Harapannya, tidak ada satu bagian pun dalam rumah Anda yang tidak ter-cover sinyal Wi-Fi yang stabil.

Chime dilengkapi dengan antena dual-band, yang berarti ia dapat memancarkan sinyal Wi-Fi dalam frekuensi 2,4 GHz atau 5 GHz. Biasanya, router dual-band akan menciptakan dua jaringan berbeda untuk masing-masing frekuensi. Tidak demikian untuk Chime. Semuanya berjalan di balik layar, dan hanya ada satu jaringan Wi-Fi yang dibuat untuk semua perangkat.

Chime Router

Satu unit Chime diklaim bisa mengakomodasi hingga 50 perangkat yang tersambung. Tambahkan unit lain, makanya jumlahnya pun berlipat ganda. Masing-masing Chime mengemas sepasang port Ethernet dan sebuah port USB 2.0. Fisiknya cukup elegan untuk ukuran router.

Namun bukan ciptaan AVG namanya kalau perangkat ini tidak menawarkan fitur keamanan. Jaringan Wi-Fi yang diciptakan Chime Router akan dilindungi oleh sistem AVG AntiVirus Free. Tersedia pula fitur VPN dan Tor buat pengguna yang hendak mengakses internet secara anonim, alias tidak meninggalkan jejak bahkan di mata penyedia layanan internet – tapi masih bisa dimonitor oleh AVG sendiri.

Chime pun turut didampingi oleh sebuah aplikasi smartphone. Melalui aplikasi ini, pengguna bisa memonitor sekaligus mengontrol apa saja yang sedang terjadi dalam jaringan rumahnya, termasuk halnya memblokir situs-situs tertentu – krusial ketika ada anak-anak di rumah yang memiliki akses ke perangkat.

Sekarang ini Chime Router sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $125 per unit. Sayang sekali mereka hanya menerima pengiriman menuju benua Amerika dan Eropa saja. Karena itu, pastikan Anda punya saudara atau rekan yang ada di sana sebelum memesannya.

Sumber: Engadget.

Bulat Atau Kotak? Oxy Smartwatch Tawarkan Keduanya

Dewasa ini, bentuk membulat dijadikan salah satu senjata untuk mempromosikan sebuah smartwatch. Dengan wajah yang membulat, smartwatch bisa terlihat seakan-akan seperti arloji tradisional. Padahal, arloji tradisional juga ada yang berwajah kotak, dan konsumen pun juga ada yang lebih suka dengan gaya semacam itu.

Maka dari itu, pilihan opsi selalu menjadi aspek penting bagi sebuah smartwatch. Sebuah startup asal Inggris ini tampaknya belajar banyak dari konsumen smartwatch yang ada sekarang. Mereka pun memperkenalkan Oxy Smartwatch. Salah satu kelebihannya? Ia hadir dalam wujud membulat maupun kotak.

Jadi, pilihan pun jatuh di tangan pengguna. Namun apapun pilihannya (Round atau Square), Anda masih akan disambut oleh hardware yang tak kalah mewah dari smartwatch lainnya. Oxy mengandalkan material stainless steel sebagai konstruksi case beserta strap-nya, layarnya pun dilapisi kaca Gorilla Glass sebagai proteksi ekstra.

Oxy Smartwatch

Masih seputar layar, tentunya ukuran layar model Round dan Square berbeda. Oxy Round mengemas layar 1,39 inci beresolusi 400 x 400 pixel, sedangkan Oxy Square 1,63 inci beresolusi 320 x 320 pixel. Keduanya sama-sama memercayakan panel AMOLED.

Beralih ke software, kedua model Oxy ini menjalankan sistem operasi hasil rancangan pengembangnya sendiri. Dinamai Elf OS, ini merupakan hasil modifikasi dari Android 5.1 Lollipop, dan tampilannya pun benar-benar mirip seperti Android Wear. Lebih menarik lagi, OS ini dikembangkan secara open-source, yang berarti komunitas developer bisa ikut menumpahkan ide-ide cemerlangnya.

Karena masih ‘berdarah’ Android, Elf OS pun bisa menjalankan aplikasi-aplikasi yang memang dirancang untuk Android. Satu-satunya catatan adalah, pemilik Oxy Round harus memperhatikan apakah aplikasi yang akan diunduh memang mendukung layar membulat.

Oxy Smartwatch

Juga tidak kalah menarik adalah perihal kompatibilitas. Oxy merupakan satu dari segelintir smartwatch yang kompatibel dengan tiga platform sekaligus, yakni Android, iOS dan Windows. Apapun perangkatnya, selama menjalankan Android 4.3 ke atas, iOS 8 ke atas ataupun Windows 10, Oxy Smartwatch bisa disambungkan via Bluetooth 4.1.

Selanjutnya, Oxy bisa digunakan seperti smartwatch pada umumnya, mulai dari meneruskan notifikasi, menjawab panggilan telepon sampai memonitor laju jantung berkat seabrek sensor yang dikemasnya. Oxy ditenagai oleh prosesor dual-core 1,2 GHz dan RAM 1 GB. Ia juga dibekali kapasitas penyimpanan sebesar 8 GB dan baterai 320 mAh – bisa bertahan hingga 2 – 3 hari pemakaian.

Baterai ini bisa diisi ulang menggunakan charger magnetik yang termasuk dalam paket pembelian. Karena tidak mengemas port USB sama sekali, Oxy pun cukup percaya diri mengusung sertifikasi ketahanan air IP67.

Sekarang ini Oxy Smartwatch sedang menjalani kampanye pengumpulan dana di Indiegogo. Harga yang ditawarkan adalah $249 selama masa kampanye – tersedia pilihan warna silver atau hitam.

Sumber: Digital Trends.

Microbot Push Ubah Hampir Semua Perangkat yang Dilengkapi Tombol Menjadi Perangkat Pintar

Waktu sudah menunjuk pukul 12 malam. Anda pun bergegas masuk ke dalam kamar untuk beristirahat karena besok pagi harus kembali bekerja. Sesampainya di kamar, Anda langsung rebahan di atas kasur. Eits, lampu lupa dimatikan. Rasanya malas sekali kalau harus beranjak dari kasur hanya untuk mematikan lampu.

Solusinya? Gunakan saklar pintar macam Belkin WeMo, atau sekalian saja beli bohlam pintar Philips Hue. Tentu saja ini bukan satu-satunya opsi, karena masih ada alternatif lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah perangkat bernama Microbot Push ini.

Oleh tim pengembangnya yang bermarkas di Korea Selatan, Push dianggap sebagai sebuah jari robotik untuk menekan hampir seluruh tombol yang ada di dalam rumah Anda. Push memiliki misi untuk membawa hampir seluruh perangkat elektronik yang ada di dalam rumah masuk ke ekosistem smart home.

Microbot Push

Secara teori perangkat apapun yang dioperasikan via tombol bisa disulap menjadi perangkat pintar yang terhubung ke dalam jaringan oleh Push. Berkat konektivitas Bluetooth yang diusung Push, perangkat tersebut bisa Anda nyala-matikan menggunakan smartphone.

Jadi, dalam kasus di paragraf awal tadi, Anda bisa menempelkan dua buah Push di saklar lampu dengan isolasi bolak-balik – satu untuk mematikan, dan satu untuk menyalakan. Saat Anda sudah terlanjur rebahan, buka saja aplikasi pendamping Microbot Push di smartphone untuk mematikan lampu tersebut.

Microbot Push

Lalu bagaimana ketika Anda sedang tidak bersama smartphone kepercayaan? Apakah Anda harus melepas Push terlebih dulu lalu menekan tombol saklar secara manual? Tidak, karena permukaan atas Push juga dibekali panel sentuh kapasitif. Letakkan jari Anda di atasnya, maka Push akan langsung menekan tombol saklar, sama seperti ketika Anda menggunakan aplikasinya.

Menemani Microbot Push adalah sebuah hub bernama Prota Box. Hub ini sifatnya opsional, berfungsi untuk menghadirkan fitur otomatisasi pada Push berkat kemampuannya menyambung ke jaringan Wi-Fi. Fitur otomatisasi yang ditawarkan sejatinya mirip seperti yang ditawarkan platform IFTTT, dimana Anda bisa membuat berbagai ‘resep’ seperti “jika saya tiba di rumah, nyalakan lampu ruang tamu,” dan sebagainya.

Prota Box

Sejatinya Microbot Push bisa jadi langkah awal yang ideal untuk merasakan inovasi di era Internet of Things (IoT), apalagi mengingat baterainya bisa bertahan hingga sekitar 6 bulan dalam satu kali charge. Tidak ada salahnya memberikan kemampuan berkomunikasi pada perangkat-perangkat elektronik lawas kalau memang tujuannya baik dan bisa mempermudah aktivitas sehari-hari.

Kalau Anda tertarik, Anda masih harus bersabar sebelum Microbot Push siap untuk dipasarkan. Saat ini pihak pengembangnya baru menerima pesanan lewat laman crowdfunding di Indiegogo. Satu unit Microbot Push dihargai $39. Atau kalau mau yang satu paket, tersedia bundle 3 Microbot Push + 1 Prota Box seharga $199.

Oliba Sulap Boneka Biasa Menjadi Storyteller dan Pengantar Tidur Buat Anak-Anak

Tren terbaru di dunia mainan anak-anak adalah pemanfaatan kecerdasan buatan alias AI. Masalahnya, belum tentu anak Anda suka dengan wujud boneka berbasis AI yang ia jumpai. Kemungkinan besar ia masih cinta mati dengan boneka teddy bear yang selalu setia menemaninya, bahkan saat bersantai di atas stroller sekalipun.

Kalau seperti itu kasusnya, Anda bisa mencoba penawaran dari startup asal Perancis ini. Bernama Oliba, ia sebenarnya merupakan sebuah Bluetooth tracker berjangkauan 30 meter untuk boneka kesayangan buah hati Anda. Tapi ketimbang hanya berfungsi untuk mencegah boneka tersebut hilang entah ke mana, Oliba juga mengusung sejumlah fitur pintar yang cukup menarik. Dengan kata lain, Oliba akan menyulap boneka biasa menjadi sedikit lebih pintar.

Oliba mengandalkan konektivitas Bluetooth 4.0 untuk menyambung ke smartphone. Perangkat berwujud burung hantu ini bisa diikatkan ke hampir seluruh boneka tradisional. Ia dilengkapi sebuah speaker, sehingga Anda juga bisa membuatnya bersuara di samping melihat lokasinya di peta.

Kehadiran speaker ini juga memberikannya peran sebagai storyteller buat anak Anda. Lewat aplikasi pendampingnya, Anda bisa memilih sebuah cerita untuk dibacakan ke anak Anda. Koleksi ceritanya cukup bervariasi, sesuai untuk anak-anak berusia 0 – 5 tahun.

oliba-02

Namun tentu saja cara Oliba bercerita tidak mungkin sebagus cara Anda sendiri. Maka dari itu, Oliba juga menawarkan fungsi untuk memutar rekaman cerita yang Anda buat sendiri. Untuk mulai mendengarkan cerita, anak Anda tak perlu meminjam smartphone Anda terlebih dulu. Cukup tekan wajah Oliba selama dua detik, maka cerita akan langsung dibawakan.

Tracker sekaligus storyteller, peran Oliba masih belum berhenti sampai di situ. Ia juga bertugas sebagai lampu tidur, berpenjar di dalam kegelapan sehingga anak Anda bisa tidur dengan tenang. Agar lebih maksimal, Oliba juga akan memutarkan lagu pengantar tidur – baik rekaman cerita maupun file lagu ini bisa Anda kirim via USB, dengan kapasitas maksimal 10 cerita dan lagu.

Sebagai produk untuk anak-anak, Oliba dirancang supaya sama sekali tidak membahayakan. Bodinya juga diklaim tahan banting dan bisa dicuci menggunakan mesin cuci standar. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan hingga sekitar 5 hari dalam satu kali charge.

Sejauh ini Oliba masih belum siap untuk dipasarkan secara massal. Pihak pengembangnya masih mengadakan kampanye crowdfunding di Indiegogo, dimana Anda bisa memesan satu unitnya seharga $35.

Sumber: TechCrunch.

Smartphone Modular PuzzlePhone Akhirnya Punya Desain Final, Plus Kampanye di Indiegogo

Janji dirilis di tahun 2015 rupanya belum bisa ditepati oleh PuzzlePhone. Oh, Anda sudah lupa dengan perangkat ini? Well, ia merupakan salah satu smartphone modular yang diprediksi dapat bersaing dengan Google Project Ara. Continue reading Smartphone Modular PuzzlePhone Akhirnya Punya Desain Final, Plus Kampanye di Indiegogo

Tumbler Ini Bisa Hangatkan Kopi dalam Suhu yang Anda Inginkan

Fungsi sebuah tumbler adalah menghangatkan kopi nikmat yang Anda bawa ke tempat kerja. Sayangnya Anda tidak punya kontrol atas seberapa hangat kopi tersebut. Seringkali ketika tiba di kantor, Anda akan menyeruput kopi yang masih sangat panas, atau sebaliknya, sudah tidak hangat sama sekali. Continue reading Tumbler Ini Bisa Hangatkan Kopi dalam Suhu yang Anda Inginkan

Czur Scanner Bantu Anda Dirikan Perpustakaan Digital dengan Cepat dan Mudah

Scanner telah cukup lama menjadi senjata andalan bagi mereka yang benar-benar komitmen menjalani gaya hidup digital. Perkembangan scanner sendiri tergolong lamban, tapi paling tidak sekarang kita bisa menggunakan smartphone sebagai alat pemindai dokumen di mana saja dan kapan saja. Continue reading Czur Scanner Bantu Anda Dirikan Perpustakaan Digital dengan Cepat dan Mudah