Investor di Industri Esports Semakin Banyak, Gunakan Strategi yang Berbeda

Seiring dengan semakin berkembangnya industri gaming dan esports, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi investor di industri tersebut. Karena itu, jangan heran jika ETF (Exchange-Traded Fund) yang bergerak di bidang gaming dan esports semakin menjamur. Pada Selasa, perusahaan ETF Global X mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan Global X Video Games & Esports ETF — yang memiliki ticker symbol HERO — dalam waktu dekat. HERO bukanlah ETF pertama di bidang esports dan gaming. Ada beberapa ETF lain yang telah berdiri, seperti Roundhill BITKRAFT Esports & Digital Entertainment ETF (NERD) dan VanEck Vectors Video Gaming and eSports ETF (ESPO). Meskipun kedua ETF itu bergerak di bidang gaming dan esports, NERD dan ESPO memiliki strategi investasi yang berbeda.

NERD ETF memfokuskan investasi pada perusahaan-perusahaan yang bisnisnya memang terkait langsung dengan esports, termasuk publisher game, platform streaming, penyelenggara turnamen esports, dan perusahaan yang memiliki tim esports. Mereka membagi perusahaan yang mereka investasikan menjadi tiga kategori: Pure-Play, Core, dan Non-Core. Perusahaan yang masuk ke dalam kategori Pure-Play adalah perusahaan yang memiliki bisnis model dan pertumbuhan bisnisnya terkait langsung dengan esports. Sementara perusahaan Core adalah perusahaan yang memiliki keterlibatan yang signifikan di esports, tapi esports bukanlah bisnis utama perusahaan. Terakhir, perusahaan Non-Core adalah perusahaan yang terlibat dalam esports, tapi esports tak memberikan pemasukan signifikan pada perusahaan. Sejumlah perusahaan yang masuk dalam portofolio NERD antara lain Activision Blizzard, platform streaming Tiongkok Huya, Capcom, Sea, dan Take-Two Interactive.

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Investasi terbesar NERD adalah Activision Blizzard. Menurut Seeking Alpha, ini tidak aneh, mengingat Activision Blizzard sukses memonetisasi intelektual properti mereka dengan membuat liga esports, seperti Overwatch League. Co-founder dan CEO Roundhill Investments, Will Hershey menganggap, Overwatch League berhasil menaikkan level esports di Amerika Serikat. Overwatch League menggunakan model franchise, mengharuskan tim yang ingin bertanding di dalamnya untuk membayar sejumlah uang. Pada awalnya, hanya ada 12 slot untuk Overwatch League dan masing-masing tim harus membayar US$20 juta. Tahun ini, jumlah tim di Overwatch League bertambah menjadi 20 slot dan 8 tim baru harus membayar US$35 juta untuk masuk ke liga tersebut. Ke depan, dikabarkan Overwatch League akan menambah jumlah tim hingga 28 tim dan meminta bayaran US$60 juta untuk masuk ke dalam liga. Ini adalah model bisnis yang menguntungkan. Tak berhenti sampai di situ, Activision Blizzard juga akan mengadakan Call of Duty League, menggunakan formula yang sama dengan Overwatch League.

Selain developer game, NERD juga memfokuskan investasinya pada platform streaming seperti Huya dari Tiongkok. Mereka juga memiliki saham di Afreeca, situs streaming game di Korea Selatan. Menariknya, mereka justru tak tertarik untuk membeli saham di perusahaan pembuat hardware, seperti NVIDIA dan AMD atau pembuat konsol, seperti Microsoft, Sony, dan Nintendo. Hersey mengaku, NERD memang lebih mementingkan perusahaan yang lebih terlibat dengan esports. Tak aneh jika mereka fokus pada esports, mengingat pertumbuhan industri esports yang sangat pesat. Pada tahun ini, esports diperkirakan bernilai US$1,1 miliar dan dalam waktu tiga tahun, angka itu akan naik menjadi hampir US$3 miliar, menurut Goldman Sachs.

Selain Huya dan Afreeca, NERD juga memiliki saham di Sea, perusahaan induk Garena. Ini menunjukkan bahwa mereka cukup fokus pada kawasan Asia. Terkait hal ini, Hersey berkata pada CNN Business, “Selama 20 tahun belakangan, ada anak-anak di Korea Selatan yang tumbuh besar dan ingin menjadi gamer profesional. Sementara di Amerika Serikat, esports baru booming dalam satu, dua tahun belakangan, berkat keberdaan Fortnite.”

Sumber: WePC
Sumber: WePC

Sementara itu, ESPO memiliki strategi lain. Mereka tak hanya memfokuskan investasi mereka pada perusahaan streaming dan game, tapi juga hardware. Edward Lopez, Head of ETF Product for VanEck berkata bahwa ESPO memfokuskan investasi mereka pada pada perusahaan yang setidaknya 50 persen dari penjualan mereka datang dari esports dan game. Karena itulah, ESPO juga menanamkan saham di Nvidia dan AMD, yang dikenal dengan kartu grafis dan prosesor buatan mereka. ESPO juga memiliki saham di Nintendo dan perusahaan game Zynga. “Perusahaan-perusahaan ini adalah bagian dari ekosistem gaming, meski mereka tak berperan banyak di esports,” katanya.

Jika menakar keuntungan yang didapatkan, strategi ESPO tampaknya lebih sukses. Data dari Seeking Alpha menunjukkan, keuntungan yang didapatkan ESPO — yang didirikan pada Oktober 2018 — mencapai 25 persen. Sementara keuntungan NERD — yang baru didirikan pada Juni 2019 — hanya mencapai lima persen. Meskipun begitu, industri esports masih akan terus tumbuh. Jadi, tak menutup kemungkinan, akan ada lebih dari satu ETF yang sukses di industri tersebut. “Industri game diuntungkan karena semakin banyak orang yang enggan menonton televisi — tak hanya generasi milenial, tapi juga generasi yang lebih muda,” ujar Lopez. “Gaming adalah bisnis serius dan tak lagi sekadar mainan untuk anak-anak.”

GameGroove Capital Siapkan Rp84,3 Miliar Per Tahun untuk Danai Startup Game

Di tengah industri game yang terus tumbuh, GameGroove Capital muncul untuk membantu startup game yang masih ada di tahap awal. Setiap tahunnya, mereka akan menyediakan US$6 juta (sekitar Rp84,3 miliar) untuk mendanai 20 proyek yang berbeda. Itu berarti, setiap proyek akan mendapatkan pendanaan sekitar US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar). Selain menyediakan pendanaan, setiap startup yang mendapatkan investasi juga akan masuk dalam “program akselerasi”, memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan GameGroove dan Blackwood Games. Dana US$300 ribu mungkin terdengar kecil untuk pengembangan game AAA. Namun, dalam situs resminya, Blackwood mengatakan bahwa mereka juga bekerja sama dengan publisher besar untuk menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengembangkan game AAA.

GameGroove Capital didirikan oleh Alexander Zoll, mantan CEO dari Kiev studio milik Crytek. Markas utama GameGroove memang ada di Amerika Serikat. Meskipun begitu, mereka juga memiliki kantor di Kiev, Ukraina dengan tujuan untuk mengembangkan startup yang berasal dari kawasan CIS (Commonwealth Independent States). Zoll keluar dari Crytek untuk mendirikan Blackwood Games pada Februari 2019. Ke depan, Blackwood akan membantu startup yang menjadi rekan dari GameGroove untuk mengembangkan produk mereka, baik berupa game atau teknologi yang bisa digunakan dalam industri game.

Tim Blackwood Games terdiri dari anggota kunci dari tim yang membuat Warface. Mereka juga pernah mengembangkan franchise ternama seperti Farcry dan Crysis. Tidak hanya itu, mereka juga paham tentang teknologi pembuatan game. CryEngine buatan Crytek pernah dianggap sebagai salah satu game engine paling powerful yang ada di pasar. Engine itu digunakan untuk mengembangkan Crysis 3, salah satu game “berat” yang dianggap bisa digunakan sebagai tolok ukur untuk menguji kemampuan sebuah PC gaming.

Sumber: GameDaily.biz
Sumber: GameDaily.biz

GameGroove Capital bukan satu-satunya perusahaan yang tertarik untuk menanamkan investasi di startup game. Minggu lalu, Hiro Capital mengumumkan bahwa mereka akan menyiapkan  €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk ditanamkan ke startup game yang membutuhkan pendanaan Seri A dan B agar mereka dapat mengembangkan diri. Co-founders Hiro Capital, Ian Livingstone dan Luke Alvarez menjelaskan, alasan mereka mendirikan perusahaan tersebut adalah untuk memudahkan startup game mendapatkan pendanaan Seri A dan B karena biasanya, perusahaan venture capital enggan untuk berinvestasi di startup game.

Di Indonesia, industri game dan esports memang menjadi salah satu industri yang dilirik oleh pemerintah untuk dikembangkan. Pemerintah percaya, jika industri game dan esports berkembang dengan baik, industri tersebut bisa menyerap tenaga kerja Indonesia, terutama tenaga kerja yang memang ingin berkecimpung di dunia kreatif.

Dapatkan Investasi Rp78 Miliar, Nicecactus Siapkan Rp15,4 Miliar untuk Program Pendanaan Gamer Amatir

Platform competitive gaming nicecactus.gg, yang dulu dikenal dengan nama Esports-Management.com, baru saja mendapatkan pendanaan Seri A sebesar €5 juta (Rp78 miliar) dari beberapa investor pribadi. Kucuran dana segar ini akan digunakan untuk memperkaya produk yang perusahaan tawarkan, mencari talenta terbaik di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, serta mengembangkan perusahaan. Selain itu, Nicecactus juga menyiapkan US$1,1 juta (Rp15,4 miliar) untuk Nicecactus Grasroots Esports Funds. Seperti namanya, Nicecactus Grasroots Esports Funds merupakan dana yang disiapkan untuk membantu pemain esports amatir dan semi-pro untuk meningkatkan performa mereka sehingga mereka bisa mendapatkan sponsor sendiri di masa depan.

Dana ini memiliki fungsi layaknya beasiswa. Penerima bisa menggunakan dana itu membiaya perjalanan dan akomodasi mereka saat mereka bertanding dalam sebuah turnamen esports. Selain itu, dana tersebut juga bisa digunakan penerima untuk ikut serta dalam boot camp untuk mengasah kemampuan mereka. Marketing Director Nicecactus Nic van ‘t Schip berkata, dana yang mereka berikan bukanlah berupa pinjaman yang harus atlet esports kembalikan di masa depan. Dana tersebut serupa sponsorship, sehingga penerima tak perlu khawatir untuk mengembalikan uang tersebut.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Sebelum menentukan penerima dana, Nicecactus akan meninjau proposal yang diberikan oleh pendaftar. Nicecactus akan memberikan dana pada pemain yang dianggap berpotensi dan memiliki performa yang konsisten di program latihan game yang akan Nicecactus luncurkan. Platform Nicecactus.gg saat ini memiliki 460 ribu pengguna. Menurut VentureBeat, pendaftaran untuk Nicecactus Grasroots Esports Fund dibuka pada 22 Oktober 2019. Tahap berikutnya, yang dinamai Road to Sponsorship, akan dimulai pada 20 Desember 2019. Pemain esports yang memenuhi persyaratan bisa mendaftar untuk mendapatkan dana pada 27 Januari 2020. Satu bulan kemudian, pada 27 Februari 2020, Nicecactus memberikan kucuran dana pertama pada pemain. Kepada The Esports Observer, Nicecactus menyebutkan, mereka akan membentuk dewan direksi yang terdiri dari tim internal dan rekan eksternal untuk meninjau dan menentukan penerima dana.

“Kami percaya, jika esports ingin terus bertumbuh, industri ini harus mendukung komunitas akar rumput. Dengan membuat Nicecactus Grassroots Esports Funds dan mendapatkan kucuran dana segar untuk membantu semua atlet esports merealisasikan potensi terbaiknya, kami memperkuat komitmen kami untuk menemukan dan membesarkan atlet esports generasi berikutnya,” kata Co-founder Nicecactus.gg, Alexandre Amoukteh, dikutip dari VentureBeat.

Nicecactus.gg didirikan pada 2017 dengan tujuan untuk mendukung pemain amatir dan semi-pro yang ingin menjadi profesional. Mereka bekerja sama dengan sejumlah rekn termasuk DreamHack, G2 Esports, AS Monaco, dan Magic Gaming dengan tujuan memberikan “lingkungan yang menunjang dan inklusif” agar para gamer bisa tumbuh menjadi pemain profesional. Saat ini, Nicecactus ikut serta dalam beberapa game esports, seperti Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, dan FIFA.

Hiro Capital Siapkan Rp1,6 Triliun untuk Danai Startup Game dan Esports

Bermain game tak lagi menjadi hobi bagi segelintir orang. Menurut laporan Newzoo, ada 2,5 miliar gamer di dunia. Para gamer ini pun tak segan untuk mengeluarkan uang demi hobi mereka. Diperkirakan, nilai industri game akan mencapai US$152,1 miliar pada tahun ini. Selain gamergame developer menjadi bagian penting dari industri game. Developer besar biasanya mencuri perhatian dengan game AAA. Namun, tidak sedikit juga startup yang membuat game indie sendiri. Startup yang bergerak di bidang game biasanya bisa mendapatkan seed funding dari angel investor. Sayangnya, mereka kesulitan untuk berkembang karena ketiadaan akses ke pendanaan lebih lanjut, yaitu Seri A dan B. Inilah yang mendorong Ian Livingstone dan Luke Alvarez untuk mendirikan perusahaan venture capital bernama Hiro Capital.

Hiro Capital akan menyediakan dana sebesar €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk ditanamkan di startup yang bergerak di tiga bidang, yaitu game, esports, dan digital sports. Livingstone dan Alvarez memang sengaja memisahkan esports dan digital sports. Jika esports adalah pertandingan dari sebuah game, digital sports adalah olahraga tradisional yang dibawa masuk ke dunia digital menggunakan perangkat wearable, seperti fitness tracker. Alvarez juga menyebutkan, sekarang, semakin banyak olahraga tradisional yang dibuat menjadi seperti game. Misalnya, dengan aplikasi dan fitness tracker, Anda bisa melacak dan membagikan kegiatan olahraga Anda layaknya ketika Anda bermain game.

Alvarez mengatakan, Hiro Capital akan fokus untuk membantu startup yang berasal dari Inggris dan Eropa. Alasannya, karena kawasan itu dianggap sebagai kawasan yang “subur” bagi perusahaan game. Menurut riset Hiro Capital, Eropa menghasilkan 123 game PC dan konsol pada tahun lalu. Sebagai perbandingan, Amerika menghasilkan 78 game dan Asia 103 game. Meskipun begitu, tak tertutup kemungkinan, Hiro Capital akan mendanai startup dari kawasan di luar Inggris dan Eropa.

Sumber: Martechseries
Sumber: MarTechSeries

Hiro Capital akan fokus pada startup yang membutuhkan pendanaan Seri A dan Seri B. Kedua pendiri venture capital ini percaya, permodalan seri A dan B akan membantu para startup tumbuh lebih besar. “Kami merasa, ada kesenjangan permodalan di industri game,” kata Alvarez pada GameIndustry.biz, “Perusahaan game jarang mendapatkan kucuran dana setelah pendanaan tahap awal, khususnya di Eropa. Ada banyak wirausahawan yang memiliki banyak uang dan bersedia untuk berinvestasi sebagai angel investor, tapi opsi untuk mendapatkan pendanaan di kisaran €1 juta (sekitar Rp15,7 miliar) sampai €15 juta (sekitar Rp235 miliar) bagi perusahaan game terbatas.”

Livingstone menjelaskan, mereka membuat Hiro Capital karena melihat ada kesempatan di industri game, esports, dan digital sports. “Persepsi tentang industri game umumnya tidak bagus, sehingga perusahaan game biasanya terlewatkan oleh venture capital yang tidak mengerti indsutri ini dan tidak mencoba untuk mengerti. Jadi, ada banyak kesempatan yang tidak tersentuh — terutama soal kesenjangan permodalan. Startup game bisa mendapatkan pendanaan awal untuk memulai usahanya, tapi tidak ada permodalan yang mendukung mereka untuk berkembang setelah itu,” ujar Livingstone. Selain tiga bidang yang menjadi fokus mereka, Hiro Capital juga akan mendukung startup yang mengembangkan teknologi cloud, mobile, streaming, big data, kecerdasan buatan, wearable, AR dan VR untuk digunakan dalam bidang game, esports, dan digital sports.

Kedua pendiri Hiro Capital yakin dengan pengalaman mereka di industri game, mereka akan bisa mengidentifikasi startup menjanjikan yang memang pantas untuk mendapatkan pendanaan. “Banyak investor yang tidak tahu cara menilai sebuah game,” kata Livingstone. “Mereka tidak tahu apakah sebuah game itu bagus atau jelek, atau besarnya potensi sebuah game. Selain itu, persepsi negatif media akan game — industri game selalu dijadikan kambing hitam — membuat investor enggan untuk masuk ke industri ini. Kami ingin mengatasi masalah tersebut.”

Sumber: Aithority
Sumber: Aithority

Livingstone menjelaskan, Hiro Capital mencari startup yang memang telah membuat beberapa game serta memiliki properti intelektual dan teknologi sendiri. Selain kreatif dalam membuat game, startup yang hendak mendapatkan pendanaan dari Hiro Capital juga harus mengerti bisnis. “Semua perusahaan yang saya bantu sebagai angel investor memiliki kriteria ini, seperti Playdemic, Fusebox, dan Flavourworks. Mereka perlu tahu bisnis game, teknologi back-end, dan pentingnya data,” ujarnya. Dia mengungkap, kecil kemungkinan Hiro Capital akan mendukung developer yang hanya mengembangkan satu game. Yang mereka cari adalah studio yang terbukti tangguh dan memiliki pengalaman membuat lebih dari satu game serta memiliki potensi untuk melakukan IPO atau diakuisisi dengan harga tinggi jika mereka memang lebih memilih untuk diakuisisi perusahaan lain.

Saat ini, Hiro Capital memang belum mendapatkan total dari €100 juta yang hendak mereka investasikan. Namun, kedua pendiri mengatakan, proses pengumpulan dana berjalan sesuai rencana. Dalam waktu dua bulan ke depan, mereka berencana untuk menanamkan tiga atau empat investasi. Secara keseluruhan, mereka ingin memberikan 20 investasi hingga semester pertama 2021. Namun, Hiro Capital tak akan menghabiskan keseluruhan modal mereka. Mereka akan menyimpan 40 persen dari total dana mereka untuk diberikan pada tahap pendanaan berikutnya. Dana investasi ini akan diprioritaskan untuk startup yang bisnisnya berjalan dengan baik.

“Perusahaan game kekurangan modal,” kata Livingstone. “Banyak pemilik perusahaan yang harus menjual properti intelektual atau perusahaan mereka untuk mendanai proyek mereka. Beberapa game blockbuster buatan Inggris justru dimodali asing dan kami ingin membantu para pemilik perusahaan untuk meningkatkan kepemilikan mereka atas perusahaan sebelum mereka menjualnya ke perusahaan lain. Hal ini akan mendorong pertumbuhan industri game di Inggris dan Eropa,” kata Livingstone. Investasi sebesar €100 juta hanyalah awal bagi Hiro Capital. Walau Livingstone dan Alvarez akan fokus pada penanaman modal dalam dua tahun ke depan, mereka memperkirakan, mereka akan melanjutkan usaha mereka ini jika masalah permodalan di dunia game dan esports tetap tak teratasi.

Dapat Investasi Rp170 Miliar, Nerd Street Gamers Hendak Buat Fasilitas Esports

Tiga dari lima game esports paling populer di Indonesia adalah game mobile. Tidak heran, mengingat Indonesia memang adalah yang kebanyakan warganya mengenal internet melalui perangkat mobile. Namun, di Amerika Serikat, kebanyakan game yang diadu adalah game PC, seperti League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Overwatch. Sayangnya, tidak semua orang memiliki komputer gaming untuk bermain. Inilah masalah yang coba Nerd Street Gamers coba selesaikan dengan membangun tempat yang disebut Localhost. Tempat ini bisa menjadi tempat latihan bagi orang-orang yang ingin bermain game esports tapi tak memiliki perangkat atau jaringan internet yang memadai. Selain itu, fasilitas ini juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan liga dan turnamen esports atau untuk menunjukkan peralatan gaming.

Five Below, perusahaan retail asal Philadelphia, Amerika Serikat, mendukung Nerd Street Gamers. Mereka memimpin pendanaan seri A untuk perusahaan tersebut. Selain Five Below, beberapa investor lain yang turut serta kali ini antara lain Comcast, SeventySix Capital, Elevate Capital, dan angel investor George Miller. Total pendanaan yang didapat Nerd Street Gamers kali ini mencapai US$12 juta (sekitar Rp170 miliar). Selain menanamkan modal, Five Below juga bekerja sama dengan Nerd Street Gamers untuk membangun Localhost seluas 3.000 kaki persegi di beberapa toko Five Below. Program tersebut akan menjadi program percobaan yang dimulai pada tahun depan. Jika percobaan itu sukses, mereka berencana untuk membangun toko di 70 lokasi atau lebih dalam waktu beberapa tahun ke depan, lapor VentureBeat.

Salah satu fasilitas yang ada di Localhost. | Sumber: VentureBeat
Salah satu fasilitas yang ada di Localhost. | Sumber: VentureBeat

“Kerja sama dengan perusahaan gaming Nerd Street Gamers  adalah kesempatan unik bagi kami untuk mendekatkan diri dengan komunitas gamer yang jumlah terus bertambah,” kata CEO Five Below, Joel Anderson, seperti dilaporkan oleh Esports Insider. “Gaming adalah sesuatu yang dinikmati oleh para pelanggan muda kami. Menjadikan Nerd Street Gamers sebagai rekan akan membantu kami untuk memberikan pengalaman gaming yang menarik bagi pelanggan lama dan pelanggan baru kami. Pada saat yang sama, kami dapat menunjukkan produk dan aksesori kami dalam bidang teknologi.”

Sementara itu, Founder dan CEO Nerd Street Gamers, John Fazio mengatakan bahwa kesempatan untuk membuat fasilitas esports di tempat yang sama dengan toko Five Below memungkinkan mereka untuk merealisasikan mimpi mereka agar semua orang bisa memainkan game esports. “Terlalu banyak orang yang tak memiliki peralatan dan jaringan internet yang diperlukan untuk bisa bersaing pada level teratas, dan dengan mengatasi masalah ini secara nasional, kita bisa membuat puluhan juta orang memiliki kesempatan lebih besar untuk masuk ke industri esports,” kata Fazio.

“Mendapatkan dukungan dari perusahaan retail terbesar dengan pertumbuhan tercepat membuat kami selangkah lebih dekat untuk mewujudkan mimpi kami,” ujar Fazio. Dia percaya, investasi kali ini akan memungkinkan mereka untuk menumbuhkan platform mereka. “Bekerja sama dengan Five Below, ini memungkinkan kami untuk membuka Localhost di setiap kota besar di Amerika Serikat, membuka akses esports ke segmen gamer yang sama sekali baru.”

Five Vectors Dapatkan Investasi Senilai Rp14 Miliar

Five Vectors Inc baru saja mendapatkan investasi sebesar US$1 juta (sekitar Rp14 miliar). Five Vectors adalah startup yang bekerja sama dengan musisi untuk menciptakan musik yang memang dibuat khusus untuk pelaku industri gaming dan esports. Investasi kali ini dipimpin oleh BITKRAFT Esports Ventures, yang belakangan memang sering menanamkan investasi di startup yang bergerak di bidang gaming atau esports seperti VENN, Ready Games, dan Anzu.io. Five Vectors memiliki kantor di Los Angeles dan Berlin. Saat ini, startup tersebut memiliki dua merek dagang, yaitu 2DEX dan Players Republik. 2DEX adalah merek label rekaman untuk musik gaming sementara Players Republik adalah merek yang akan membuat aplikasi dan produk audio untuk konsumen.

Dengan pendanaan ini, Five Vectors akan bekerja sama dengan publisher game dan organisasi esports serta musisi untuk membuat lagu bagi tim dan liga esports serta musik dalam game. Didirikan pada 2019, Five Vectors telah bekerja sama dengan beberapa musisi serta produser dan telah menghasilkan lebih dari 80 musik. Mereka juga bertanggung jawab dalam pembuatan musik untuk esports dari Rainbow Six Siege, lagu anthem untuk divisi League of Legends dari SK Gaming, dan menciptakan musik pengiring untuk program esports PlayBrain di Jepang.

Pc Headphones Memory Laptop Micro Sd Laptop Bag
Sumber: MaxPixel

BITKRAFT founder dan Managing Partner, Jens Hilgers mengatakan, musik kini telah menjadi bagian dari game yang tak terpisahkan. Menggunakan musik yang tepat dalam sebuah game akan membuat pengalaman bermain menjadi semakin memuaskan. “Dengan investasi kami di Five Vectors, kami mendukung tim ambisius yang sangat fokus pada teknologi musik di dunia gaming dan esports. Five Vectors membawa musik baru untuk gamers dan industri gaming. Teknologi yang Five Vectors tengah kembangkan adalah inovasi besar di dunia musik,” kata Hilgers, dikutip dari The Esports Observer.

“Kami bangga untuk menyambut Jens dan keluarga BITKRAFT Esports Ventures sebagai investor kami,” kata CEO Five Vectors, Andres Lauer, menurut laporan Games Industry. “Kami melihat ada kaitan yang erat antara musik dan gaming dan kami menciptakan Five Vectors untuk mengisi kekosongan di industri dengan menciptakan solusi musik khusus bagi industri gaming dunia.” Five Vectors mengatakan, dana investasi kali ini akan digunakan untuk mencari musisi baru dan untuk mengembangkan teknologi stack terintegrasi untuk memudahkan semua pihak di industri game dan esports — mulai dari game publisher, tim serta liga esports, dan kreator game — untuk mencari dan menggunakan musik yang mereka perlukan.

Pemain NBA Rudy Gobert Investasi di ReKTGlobal

Pemain NBA di Utah Jazz, Rudy Gobert, menanamkan investasi pada ReKTGlobal, grup esports global yang juga merupakan perusahaan induk dari tim Rogue. Gobert menjadi pemain olahraga tradisional terbaru yang ikut masuk ke ranah esports. Dari segi nilai industri, esports tumbuh pesat. Sementara dari total hadiah turnamen, turnamen esports bisa menawarkan hadiah yang tidak kalah dari kompetisi olahraga tradisional. Tidak heran jika tim atau atlet olahraga konvensional tertarik untuk mendukung tim esports. Belum lama ini, Manchester City juga telah mengumumkan kerja samanya dengan FaZe Clan.

“Rudy sangat cocok untuk ReKTGlobal,” kata Amish Shah, co-founder of ReKTGlobal, seperti dikutip dari VentureBeat. “Dia telah menjadi gamer sejak lama. Tidak hanya itu, dia juga memiliki jiwa bisnis yang kuat dan memiliki ide-ide baru. Sejak lama, dia memang ingin berinvestasi di ranah esports dan ikut serta dalam industri gaming. Kami bangga karena dia memilih ReKTGlobal sebagai rekannya dan kami tidak sabar untuk melihat sepak terjangnya sebagai atlet olahraga tradisional pertama yang menjadi anggota dewan kami.”

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Menurut laporan The Esports Observer, Gobert — yang pernah bermain di NBA selama enam musim dan pernah memenangkan Defensive Player of the Year dua kali — akan berbagi pengalamannya di dunia olahraga tradisional pada ReKTGlobal. Selain itu, dia juga akan membantu ReKTGlobal menjalin kerja sama strategis. Ke depan, pemain center asal Prancis ini juga akan membuat konten dan melakukan siaran langsung bersama dengan anggota tim Rogue. Saat ini, Rogue bertanding di League of Legends European Championship (LEC). Selain itu, Rogue juga memiliki tim di Fortnite, Rocket League, dan Rainbow Six Siege. Menurut kabar terbaru, Rogue telah mendapatkan slot untuk bertanding di liga Call of Duty yang akan mulai diadakan pada tahun depan. Rogue akan mewakili London dalam turnamen yang diadakan oleh Activision Blizzard itu.

“Kecintaan saya akan gaming sudah jadi rahasia umum di kalangan Utah Jazz dan tim nasional Prancis. Saya memang sudah tertarik untuk menanamkan investasi dan ikut serta dalam esports, dan saya tidak sabar untuk mengukir sejarah bersama dengan ReKTGlobal,” kata Gobert. “Selama bertahun-tahun, saya bermain game untuk bersantai ketika harus bertanding. Bermain game juga menjadi cara saya mempertahankan hubungan dengan teman-teman saya ketika saya sedang dalam perjalanan. Saya sangat tidak sabar untuk bekerja sama dengan tim Call of Duty sebelum mereka mulai berlaga pada tahun depan.”

ReKTGlobal didirikan pada 2016 dan memiliki markas di New York. Organisasi ini bertujuan untuk menjembatani bisnis olahraga tradisional dengan esports. Selain Gobert, ada sejumlah selebritas lain yang juga telah menjadi investor dari ReKTGlobal, seperti DJ Steve Aoki dan DJ Nicky Romero, serta anggota dari band Imagine Dragons.

Dignitas Dapat Kucuran Dana, Selesai Merger dengan Clutch Gaming

Dignitas mendapatkan dana investasi sebesar US$30 juta. Pengumpulan dana ini dipimpin oleh Harris Blitzer Sports & Entertainment (HBSE) dan Fertitta Entertainment, dua perusahaan yang memiliki pengaruh dalam manajemen Dignitas. Selain dua perusahaan tersebut, ada beberapa investor baru seperti Susquehanna Private Equity Investments, Delaware North, dan Steven Rifkind, pendiri Loud Records. Pada kesempatan kali ini, Dignitas juga mengumumkan bahwa proses merger dengan Clutch Gaming telah selesai. Pada babak kualifikasi League of Legends World Championship (LWC), tim Clutch Gaming akan bertanding dengan seragam Dignitas. Sementara nama tim Clutch Gaming akan diganti menjadi Dignitas per Januari 2020.

Dengan selesainya merger dengan Clutch Gaming, Dignitas membuat perusahaan induk bernama New Meta Entertainment (NME). CEO Dignitas, Michael Prindiville, yang mengusahakan merger Dignitas dengan Clutch Gaming, akan diangkat sebagai CEO NME. “Kami menganggap diri kami sebagai perusahaan olahraga digital dan hiburan,” kata Prindiville, seperti dikutip dari VentureBeat. “Satu tahun belakangan, kami membuat visi untuk menjadi perusahaan multidivisi yang terintegrasi. Kebanyakan perusahaan esports hanya fokus pada satu bisnis saja. Faktanya, cara terbaik untuk sukses adalah dengan memperbanyak ragam bisnis. Tidak hanya gaming, tapi juga media dan hiburan. Kami menyelesaikan masalah ini dengan fokus pada tiga bidang bisnis.”

CEO Dignitas, Michael Prindiville | Sumber: VentureBeat
CEO Dignitas, Michael Prindiville | Sumber: VentureBeat

Tiga bidang bisnis yang menjadi fokus NME adalah manajemen tim esports, konten dan marketing, serta investasi. Saat ini, selain League of Legends, Dignitas memiliki beberapa tim yang bertanding di berbagai game, seperti Counter-Strike: Global Offensive, Super Smash Bros., Rocket League, SMITE, dan Clash Royale. Sementara dalam bisnis konten dan marketing, NME akan bekerja sama dengan para influncer di bidang gaming, olahraga, musik, dan pop culture. NME akan membantu para influencer untuk mengembangkan diri dan memonetisasi merek mereka, menurut The Esports Observer.

“Kami ingin mengembangkan generasi berikutnya dari tim esports, konten hiburan dan livestreaming, serta startup gaming,” kata Prindiville. Sebagai salah satu usahanya untuk mengembangkan bisnis konten dan marketing, Dignitas membuat markas di Newark, New Jersey pada Juni lalu. Fasilitas berukuran 3.000 kaki itu dilengkapi dengan studio untuk produksi konten dan kegiatan gaming. Tahun depan, NME berencana untuk membuka fasilitas serupa di Los Angeles. “Ada kaitan antara musik, olahraga, gaming, dan esports,” ujar Prindiville pada ESPN. “Di sanalah, kami percaya kami punya aset dan infrastruktur. Jika Anda ingin menumbuhkan bisnis digital pada skala global seperti kami, produksi konten adalah salah satu bagian paling penting. Kami percaya kami memiliki posisi unik, didukung oleh organisasi olahraga tradisional, dan kami memiliki kemampuan untuk membuat konten menarik menggunakan acara, staf, dan para bintang esports yang ada.”

Bisnis ketiga NME adalah investasi. Mereka akan memberikan modal pada perusahaan yang bergerak di bidang esports dan hiburan. Tujuannya untuk mengembangkan ekosistem. Salah satu penerima investasi pertama dari NME adalah platform pelatihan League of Legends, U.GG. “Kami merasa, masih ada banyak talenta di industri olahraga digital dan hiburan yang bisa kami bantu untuk tumbuh dengan memberikan modal dan akses ke sumber daya kami,” kata Prinvidille. “Kami ingin menjadi perusahaan yang orang selalu ingat ketika mereka sedang mencari modal.”

Dapat Investasi Rp21,3 Miliar, Team Flash dari Singapura Mau Ekspansi Internasional

Organisasi esports asal Singapura, Team Flash, baru saja mendapatkan investasi sebesar US$1,5 juta (Rp21,3 miliar) dari Octava, yang merupakan perusahaan keluarga asal Singapura dan telah menanamkan investasi di berbagai industri, termasuk properti, teknologi finansial, dan edukasi. Team Flash sekarang memiliki lebih dari 30 atlet esports profesional dan kreator konten. Salah satu tim asuhan Team Flash adalah tim Arena of Valor asal Vietnam yang belum lama ini memenangkan 700 juta Đồng (Rp428 juta) dalam Arena of Glory Spring 2019 pada Mei lalu.

Saat ini, Team Flash fokus untuk berbisnis di Singapura dan Vietnam. Kucuran dana segar dari Octava akan digunakan untuk memperkuat posisi mereka di Vietnam. Mereka juga berencana untuk membuat divisi merchandise. Selain itu, Team Flash hendak melakukan ekspansi internasional. Target pertama mereka adalah menguasai Asia Tenggara. Tidak heran jika mereka menyasar Asia Tenggara terlebih dulu, mengingat kawasan itu memiliki pertumbuhan esports paling cepat. Menurut perkiraan Newzoo, audiens esports di Asia Tenggara akan mencapai 31,9 juta orang pada 2019. Esports juga semakin diakui sebagai olahraga, mengingat ia menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan di SEA Games pada tahun ini.

“Asia Tenggara adalah kawasan dengan pertumbuhan audiens esports paling cepat. Di sini, juga muncul tren yang mendukung seperti penggunaan media sosial dan konsumsi video,” kata Investment Director Octava, Tan ting Yong, seperti dikutip dari e27. “Ke depan, kami percaya, tim esports akan diuntungkan jika esports berubah menjadi olahraga profesional. Team Flash ada di posisi yang strategis untuk melakukan ini, mengingat mereka memiliki prestasi yang baik dan program untuk menjangkau komunitas.”

Team Flash didirikan oleh Terence Ting dan Samson Oh pada 2017. Dalam situs resminya, mereka menyebutkan, visi mereka adalah “menjadikan gamer sebagai pahlawan”. Sementara misi mereka adalah untuk membawa para atlet esports di bawah naungan mereka ke kancah internasional, mendorong terciptanya ekosistem esports yang profesional, serta membantu merek untuk terhubung ke audiens esports. Memang, esports jadi salah satu cara bagi sebuah merek untuk merangkul generasi milenial dan generasi Z, yang tak lagi menonton TV.

CEO Team Flash, Terence Ting mengatakan, meskipun industri esports di Asia Tenggara sempat tertinggal jika dibandingkan dengan kawasan lain, tapi dalam 10 tahun belakangan, industri esports di Asia Tenggara tumbuh pesat. “Tujuan kami adalah membawa talenta dari kawasan Asia Tenggara ke panggung internasional dan menyediakan jalur karir yang baik untuk para pemain kami,” katanya, seperti dikutip dari Esports Insider.

“Kami sangat senang untuk bekerja sama dengan grup investor strategis ini yang akan membantu usaha Team Flash dalam merealisasikan visi kami untuk membuat esports menjadi semakin populer. Dalam 12 bulan ke depan, kami ingin menjadikan Team Flash sebagai organisasi esports internasional bersama dengan rekan kami di kawasan ini.”

Sumber header: Esports Insider

Dapat Kucuran Dana Segar, Ready Games Mau Kembangkan Esports Game Kasual

Kebanyakan turnamen esports saat ini memainkan game untuk PC atau konsol, seperti The International untuk Dota 2 atau StarLadder Major untuk CS:GO. Padahal, industri game mobile juga terus berkembang. Menurut App Annie, pada Q2 2019, total belanja konsumen di Google dan App Play mencapai US$22,6 miliar. Sebesar 75 persen atau sekitar US$16,95 miliar dibelanjakan di game. Jika ditinjau lebih dalam, tiga genre game yang paling populer adalah Arcade, Action, dan Casual. Ready melihat ini sebagai kesempatan. Mereka membuat Ready Games, platform yang memungkinkan para penggunanya untuk bertanding dalam game-game kasual.

Hyper-casual game adalah salah satu game yang paling banyak diunduh di toko aplikasi, membuat posisinya kuat di pasar,” kata Ready, seperti dikutip dari Esports Observer. “Secara global, total pendapatan industri gaming mobile mencapai US$70 miliar. Amerika Utara berkontribusi 25 persen atau sekitar US$18 miliar setiap tahunnya. Hyper casual esports harusnya masuk menjadi salah satu subkategori dari industri ini.” Mereka menyebutkan, nilai dari industri ini memang masih belum diketahui. Namun, mereka percaya, industri esports game kasual bisa melebihi industri esports yang kini diperkirakan mencapai US$1,1 miliar. “Karena pendapatan di industri hyper-casual esports termasuk pembelian item dalam aplikasi dan langganan, yang berasal langsung dari konsumen dan bukannya dari sponsor atau iklan.”

Ready memiliki platform pertandingan game kasual untuk mobile bernama Ready Games. Cara kerja Ready Games sederhana. Setiap minggu, Ready Games akan meluncurkan tiga game yang akan menjadi ajang bagi para pemain untuk saling bersaing. Para pemain boleh berlatih sesering yang mereka mau. Namun, mereka hanya memiliki satu kesempatan untuk bertanding dan menaikkan ranking mereka di leaderboard. Hadiah akan diberikan pada 20 persen pemain yang ada di posisi tertinggi. Jika pemain ingin mencoba lebih dari satu kali untuk menaikkan peringkat mereka, mereka bisa membeli kesempatan itu dengan uang asli. Selain itu, mereka juga bisa membayar biaya berlangganan sebesar US$4,99 agar bisa bertanding lebih dari satu kali dan mendapatkan fitur eksklusif.

“Dengan menjamurnya perangkat mobile, game tak lagi hanya untuk pemain ‘hardcore’,” kata CEO dan Pendiri Ready, David S. Bennahum, lapor Esports Insider. “Game kasual memiliki potensi besar yang belum dijamah dan bisa dinikmati oleh audiens yang beragam, yang tidak menganggap diri mereka sebagai gamer konvensional. Dengan dana segar dan investor baru ini, kami punya kesempatan untuk merealisasikan visi kami agar esports bisa dinikmati semua orang.”

Game-game di Ready Games | Sumber: Ready Games via VentureBeat
Game-game di Ready Games | Sumber: Ready Games via VentureBeat

Saat ini, Ready hanya tersedia untuk gamer di Amerika Serikat dan Kanada. Menurut Ready, pengguna mereka kini tumbuh 30 persen setiap bulannya. Inilah yang menarik BITKRAFT Esports Ventures untuk memimpin pendanaan Seri A senilai US$5 juta bagi Ready. Dua investor lain yang ikut dalam pendanaan kali ini adalah Comcast Ventures dan Eldridge Industries. Ready menyebutkan, mereka akan menggunaan kucuran dana segar ini untuk meningkatkan jumlah penggunanya. Selain itu, mereka juga ingin mempercepat pertumbuhan di pasar hyper-casual gaming esports.

“Industri gaming sering tak menghiraukan salah satu audiens paling signifikan: perempuan. Di Amerika Serikat, 65 persen perempuan bermain game mobile, dan jumlah mereka hampir mencapai setengah dari populasi gamer mobile,” kata Founding Partner of BITKRAFT Esports Ventures, Scott Rupp. “Ready Games yang dibuat menggunakan teknologi pengembangan game Ready Maker telah menjadi salah satu developer mobile paling produktif di App Store, melayani para gamer perempuan yang jumlahnya terus bertambah. Kami percaya, Ready akan bisa memanfaatkan momentum mereka dengan pendanaan ini dan mengembangkan komunitas pemain game kasual yang ingin mendapatkan hadiah uang.”