Sony Me-refresh Kamera Saku RX100 V dengan Prosesor Lebih Cepat

Banyak yang beranggapan bahwa kamera saku telah ‘mati’ akibat gempuran antara kamera smartphone dan mirrorless. Meski peminatnya berkurang, namun kamera saku di level premium masih mampu bertahan.

Kemampuan zoom yang jauh merupakan fitur andalan kamera saku, ukurannya yang sama ringkasnya seperti smartphone, serta jauh lebih kecil dan ringan dibanding kamera mirrorless dengan lensanya.

Salah satu perusahaan kamera yang masih membuat kamera saku adalah Sony. Kabar yang terbaru, mereka telah me-refresh kamera saku travel zoom seri RX100 V dengan RX100 VA.

Sony-RX100-V-1

Sony RX100 VA menyertakan prosesor BIONZ X lebih cepat dan firmware baru. Sistem menu telah ditata ulang dengan indikator lebih jelas, dan terdapat tambahan tab baru yakni ‘My Menu’ yang bisa disesuaikan.

Kamera ini menggunakan sensor Exmor RS CMOS tipe 1 inci dengan resolusi 20,1-megapixel. Meski ukurannya kecil, kamera ini juga punya jendela bidik elektronik bertipe pop-up, flash built-in, dan layar yang bisa di putar ke atas hingga 180 derajat.

RX100 VA mampu merekam 24 foto per detik dengan buffer atau memori penampungan sementara saat foto berturut-turut lebih panjang, yaitu 233 foto – sebelumnya hanya 150 foto dalam format JPEG + RAW.

Performa Eye AF turut ditingkatkan, fitur ini sangat membantu untuk foto portrait. Selain itu, subject tracking, refresh rate viewfinder juga meningkat. Tambahan lainnya seperti mode focus area Zone baru, serta peningkatan mode metering, dan fitur white balance.

Sony RX100 VA memiliki nomor model DSC-RX100M5A dan dengan santainya menggantikan model lama di situs resmi Sony. Harga masih sama, yakni US$999.99 atau sekitar Rp14 jutaan di pasar Amerika Serikat.

Sumber: DPreview

Leica C-Lux, Kamera Saku dengan Kemampuan Super Optical Zoom 15x

Pasar compact camera atau kamera digital saku entry-level, eksistensinya memang telah tergerus oleh smartphone. Namun kamera saku high-end belum mati dan masih punya kemampuan yang tidak dimiliki oleh ponsel pintar.

Ya, kemampuan tersebut adalah optical zoom yang mampu memperluas atau mempersempit bidang pandang tanpa menurunkan kualitas foto. Keunggulan itu juga diusung oleh kamera saku terbaru besutan Leica.

Leica-C-Lux

Pabrikan kamera asal Jerman itu telah mengumumkan Leica C-Lux, kamera saku dengan kemampuan super optical zoom 15x dan digital zoom 2x. Sangat ideal sebagai teman travelling, ditunjang bentukan yang ringkas berdimensi 113x67x46 mm yang tidak makan tempat, dan bobot yang ringan 340 gram saja.

Lebih jauh, Leica C-Lux dilengkapi dengan lensa zoom 24-360mm F3.3-6.4 dan sensor BSI-CMOS 1 inci ukuran 20-megapixel. Hasil bidikannya bisa disimpan dalam format JPEG atau RAW agar lebih leluasa meng-edit nantinya.

Leica-C-Lux-Midnight-Blue
en.leica-camera.com
Leica-C-Lux-Light-Gold
en.leica-camera.com

Saat memotret, Anda bisa memanfaatkan monitor LCD 3 inci (1,2 juta titik) dan karena sudah mendukung layar sentuh maka Anda bisa menentukan fokus dan shutter melalui layar. Selain itu, Leica C-Lux juga telah dilengkapi dengan viewfinder dengan resolusi 2,3 juta titik dan pembesaran 0,53x.

Soal perekam video, Leica C-Lux mampu merekam video hingga resolusi 4K dengan frame rate 30 fps dan bit-rate 100 Mbps. Kamera saku ini juga dilengkapi fitur 4K Photo yang memperbolehkan Anda mengambil foto JPEG 8-megapixel dari video 4K tersebut.

Hasil foto dan video tersebut bisa dengan mudah Anda kirim ke smartphone melalui konektivitas WiFi dan Anda juga bisa mengendalikan kamera dari jarak jauh. Mengenai harga dan ketersediaan, Leica C-Lux dibanderol US$1050 atau sekitar Rp14,7 jutaan dan tersedia mulai bulan Juli dengan pilihan warna midnight blue atau light gold.

Sumber: Dpreview

Sony RX100 VI Datang Membawa Lensa Zoom yang Amat Jauh dan Performa Lebih Gegas

Setelah dirilis hampir dua tahun silam, Sony RX100 V akhirnya punya penerus. Generasi terbarunya, RX100 VI, membawa peningkatan yang cukup signifikan, meski desain dan dimensi bodinya kurang lebih masih sama seperti ketika generasi pertamanya diperkenalkan di tahun 2012.

Sensor berukuran besar (1 inci) sudah menjadi ciri khas seri RX100 sejak lama. Hal itu tidak berubah di generasi keenamnya, dan resolusinya tetap berada di kisaran 20,1 megapixel. Yang istimewa, sensor ini merupakan tipe stacked yang menyatu dengan chip DRAM, dan image processor-nya juga sudah ditemani oleh front-end LSI.

Sony RX100 VI

Anda tak perlu memusingkan istilah-istilah tersebut. Intinya, performa RX100 VI meningkat pesat dibanding pendahulunya: burst shooting dengan kecepatan 24 fps dalam posisi AF menyala dan buffer rate hingga 233 gambar (naik dari 150), phase-detection autofocus dengan kemampuan mengunci fokus dalam 0,03 detik saja, dan kinerja EyeAF Tracking dua kali lebih kencang.

Untuk video, RX100 VI masih mempertahankan opsi perekaman 4K 30 fps yang sangat mendetail (karena memanfaatkan seluruh penampang sensor). Slow-motion dalam kecepatan ekstrem 960 fps juga masih tersedia, tapi mungkin yang lebih ideal untuk sehari-hari adalah dalam kecepatan 120 fps dengan resolusi 1080p.

Sony RX100 VI

Namun yang mungkin lebih menarik justru adalah lensanya. Kalau sebelum-sebelumnya RX100 tergolong terbatas perihal zooming, RX100 VI berbeda sebab ia telah dibekali lensa 24-200mm (sebelumnya cuma 24-70mm). Sayangnya, aperture-nya jadi menurun dari f/1.8-2.8 menjadi f/2.8-4.5, dan kamera tak lagi dilengkapi ND filter terintegrasi.

Viewfinder elektronik dengan mekanisme pop-up masih tersedia, bahkan semakin sempurna karena tak lagi harus ditarik ujungnya secara manual (setelah nongol ke atas) ketika hendak digunakan. Di bawahnya, ada LCD yang bisa dimiringkan 90 derajat ke bawah, atau 180 derajat ke atas untuk memudahkan pengambilan selfie.

Sony RX100 VI

Menariknya, untuk pertama kalinya di seri RX100 LCD ini merupakan layar sentuh. Sudah sejak menjajal RX100 generasi pertama di tahun 2012 saya mengimpikan kehadiran touchscreen, dan akhirnya Sony mengabulkannya lewat RX100 VI, sehingga mengatur titik fokus bakal jauh lebih mudah mulai sekarang.

Di Amerika Serikat, Sony RX100 VI bakal dilepas ke pasaran mulai bulan depan dengan harga $1.200, $200 lebih mahal ketimbang RX100 V saat pertama kali diluncurkan.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix DMC-ZS200, Kamera Saku Andalan untuk Traveling

Saat ini semua mata mungkin tertuju pada kamera mirrorless Lumix GX9, tapi Panasonic masih punya jagoan baru yaitu kamera saku Lumix DMC-ZS200.

Seri travel zoom ini dikemas dengan kemampuan zoom optik hingga 15x yang membawa segala sesuatunya terasa semakin dekat dan perekaman video resolusi 4K yang tajam. Sangat cocok sebagai teman setia traveling, Anda bisa menyimpan memori perjalanan dalam bentuk yang diinginkan.

Berbeda dengan GX9 yang yang lensanya bisa dilepas-pasang atau diganti, ZS200 memiliki lensa tetap (fix lens) yaitu lensa LEICA DC VARIO-ELMAR 24mm ultra-wide angle dan 15x optical zoom (lensa zoom 35mm, equivalent 24-360mm).

Untuk mengurangi getaran, dibekali juga dengan 5-axis HYBDIR Optical Image Stabilizer Plus yang bekerja dalam mode foto dan video, meski sayangnya tidak dalam mode 4K.

Di belakangnya terdapat sensor MOS tipe 1 inci resolusi 20.1-megapixel dengan prosesor Venus Engine dan ISO 12.800. Pengambilan foto makro bisa dilakukan dengan jarak fokus minimum 3cm.

Untuk melihat untuk object yang akan diambil, ZS200 dibekali live viewfinder 2330k-dot eyepiece berukuran 0.21 inci dan layar touchscreen 3 inci. Panasonic juga menyediakan fitur auto listing dan sequence composition untuk membantu pengguna mendapatkan frame terbaik.

Dukungan Bluetooth 4.2 dan WiFi juga disertakan, baik itu untuk fungsi remote control ataupun mempermudah transfer hasil foto ke smartphone.

Panasonic Lumix DMC-ZS200 ini dibanderol dengan harga US$799.99 atau sekitar Rp11 jutaan dan akan tersedia di pasar global mulai tanggal 20 Maret.

Sumber: Slashgear

Fujifilm Luncurkan Kamera Saku Tahan Banting Baru, FinePix XP130

Fujifilm mengawali tahun 2018 dengan cukup santai, tidak seperti dua tahun lalu di mana mereka menyingkap salah satu kamera mirrorless terandalnya, X-Pro2. Produk pertamanya yang dirilis tahun ini adalah FinePix XP130, generasi baru dari kamera saku tahan bantingnya.

Secara fisik dan teknis tidak ada banyak perubahan yang dibawa XP130 jika dibandingkan XP120. Perangkat masih mengemas sensor 16 megapixel, ditemani oleh lensa 28-140mm f/3.9-4.9. Video dapat ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps, sedangkan tingkat ISO-nya berkisar 100 – 3200.

Fujifilm FinePix XP130

Body-nya tetap amat ringkas, dengan bobot hanya 207 gram, sudah termasuk baterai. Terlepas dari itu, Fuji mengklaim XP130 tahan banting dari ketinggian 1,8 meter, tahan air sampai kedalaman 20 meter dan tahan beku sampai suhu -10 derajat Celsius. Di belakang, pengguna bakal disambut oleh LCD 3 inci beresolusi 920 ribut dot dengan lapisan anti-reflektif.

Beralih ke hal yang baru, XP130 mengemas konektivitas Bluetooth di samping Wi-Fi, fitur baru yang Fuji perkenalkan belum lama ini lewat X-E3. Kehadiran Bluetooth berarti menyambungkan kamera ke smartphone atau tablet bakal jauh lebih mudah, dan foto pun bisa dipindah secara instan, termasuk menuju printer Instax Share.

Fujifilm FinePix XP130

Selain Bluetooth, fitur baru yang dibawa XP130 mencakup Eye Detection untuk mengunci fokus pada mata subjek, dan juga Electronic Level untuk membantu mengambil komposisi dengan subjek horizontal secara apik. Fujifilm XP130 rencananya akan dilepas ke pasaran mulai bulan Maret seharga $230, dengan lima pilihan warna: hitam, biru, hijau, kuning dan putih.

Sumber: DPReview.

Kodak Mini Shot Padukan Kesederhanaan Kamera Saku Dengan Teknologi Film Instan

Melejitnya teknologi kamera di ponsel memang memengaruhi banyak aspek di industri fotografi. Namun meski kita mengira hal tersebut akan menyingkirkan tipe point-and-shoot dari pasar, produsen seperti Sony dan Panasonic masih tetap menawarkannya, masing-masing dibekali fitur andalan sendiri. Tapi Kodak punya konsep berbeda dalam menyediakan kamera jenis ini.

Di bulan September kemarin, perusahaan perangkat imaging Amerika itu menyingkap sebuah produk unik. Mereka menamainya Printomatic, yaitu kamera instan bertubuh mungil ala point-and-shoot. Sejarah produk ini cukup menarik karena ternyata Printomatic digarap oleh perusahaan C+A Global yang juga memproduksi Polaroid Snap dua tahun lalu. Dan di ujung 2017, Kodak mengekspansi lineup kamera instan saku melalui pengenalan Mini Shot.

Kodak Mini Shot 3

Mini Shot mempunyai arahan desain serupa Printomatic. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dari luas kartu identitas/debit Anda. Di bagian luarnya, user disuguhkan layout familier; dengan modul lensa, LED flash dan tombol shutter di atas. Mini Shot turut dilengkapi layar LCD viewfinder seluas 1,7-inci serta tombol buat mengakses fungsi serta navigasi menu.

Kodak Mini Shot 1

Kamera poket instan ini menyimpan unit cetak film di dalam, dikeluarkan dari sisi kanan (jika dilihat dari depan). Mini Shot siap mendukung dua varian film 4Pass Photo Paper, yakni 2,1×3,4-inci atau 2,1×2,1-inci. Uniknya lagi, kamera tak hanya bisa mencetak hasil jepretan, tapi juga file yang dikirim dari perangkat Android atau iOS lewat Bluetooth via app companion.

Kodak Mini Shot 2

Melalui aplikasi mobile tersebut, Anda bisa melakukan sedikit proses penyuntingan sebelum gambar dicetak, contohnya membubuhkan filter, stiker atau memilih template kartu. Tanpa smartphone, Mini Shot memanfaatkan sensor digital 10-megapixel buat mengabadikan gambar. Kamera ini juga ditunjang fitur-fitur penting semisal auto-focus, pengaturan exposure, white balance serta gamma, dan Anda dapat melihat tampilan pratinjaunya di layar.

Kodak Mini Shot 4

CEO Kodak Jeff Clarke menjelaskan alasan yang mendorong mereka menyajikan Mini Shot, “Kebangkitan tengah terjadi di segmen fotografi ‘instan print‘, dan saat ini permintaan terhadap produk yang tahan lama dan terjangkau sangat tinggi. Pelepasan Kodak Mini Shot dan Printomatic merupakan wujud dari komitmen berkelanjutan kami pada ranah pencetakan instan serta merepresentasikan awal dari agenda Kodak menghadirkan Print Solutions ke pasar.”

Kodak Mini Shot sudah dapat dipesan saat ini juga di Amazon. Di situs eCommerce raksasa itu, produk dijajakan seharga US$ 100 saja.

Sumber: DPreview.

Canon PowerShot G1 X Mark III Adalah Kamera Saku Premium dengan Jeroan DSLR

Setelah disibukkan dengan segmen mirrorless dan DSLR, Canon kembali memusatkan perhatiannya ke segmen kamera saku premium. Buah pemikirannya adalah Canon PowerShot G1 X Mark III. Namun jangan tertipu oleh label “Mark III” yang diusungnya, sebab pembaruan yang dibawanya sangatlah signifikan dibanding generasi sebelumnya.

Desainnya telah dirombak total, kini mengadopsi gaya DSLR seperti seri G5 X, lengkap dengan sederet kenop di panel atasnya. Bobotnya tergolong ringkas di angka 400 gram, tapi di saat yang sama Canon berhasil menjejalkan sensor yang jauh lebih besar.

Canon PowerShot G1 X Mark III

Sensor itu bukan lagi sensor berukuran 1,5 inci, melainkan sensor APS-C 24 megapixel seperti yang terdapat pada DSLR EOS 77D. Dipadukan dengan prosesor DIGIC 7 dan teknologi Dual Pixel AF, G1 X Mark III sejatinya merupakan EOS M5 dengan lensa permanen. Namun jangan khawatir, lensa ini masih menawarkan optical zoom sejauh 3x (24-72mm), dengan aperture f/2.8-5.6.

Sensor APS-C pastinya dapat membawa G1 X Mark III menjadi raja low-light di kategori kamera saku premium. ISO-nya dapat diatur dari 100 – 25600, sedangkan pemotretan tanpa henti dapat ia lakukan di kecepatan 9 fps, atau 7 fps dengan continuous AF. Canon pun tak lupa menyematkan sistem image stabilization yang diklaim mampu mengompensasi getaran hingga 4 stop.

Canon PowerShot G1 X Mark III

Di belakang, pengguna bakal disambut oleh viewfinder OLED beresolusi 2,36 juta dot, plus layar sentuh 3 inci yang dapat dimanipulasi posisinya sesuka hati. Konektivitas Wi-Fi, NFC maupun Bluetooth telah tersedia untuk memudahkan proses transfer gambar ataupun kendali dari jauh.

Satu-satunya kekurangan G1 X Mark III di atas kertas adalah opsi perekaman video yang terbatas pada resolusi maksimum 1080p 60 fps, apalagi di saat sudah banyak ponsel yang mampu merekam video 4K. Terlepas dari itu, ini merupakan upgrade yang sangat signifikan dari pendahulunya. Canon bakal memasarkannya mulai November mendatang seharga $1.299.

Sumber: DPReview.

Kecil Tapi Perkasa, Nikon Coolpix W300 Siap Menyelam Selagi Merekam Video 4K

Di tengah derasnya serbuan action camera, kamera saku dengan bodi tangguh rupanya masih punya cukup banyak peminat. Buktinya, Olympus belum lama ini merilis Tough TG–5, dan kini giliran Nikon yang meluncurkan produk baru dalam kategori ini, yaitu Coolpix W300.

Sepintas kamera ini mungkin terlihat kurang galak, apalagi kalau dibandingkan dengan besutan Olympus itu tadi. Namun sejatinya kedua kamera ini sama-sama siap ditugaskan di medan apapun. Anda mau mengajaknya diving? Bukan masalah, sebab Coolpix W300 tahan air sampai kedalaman 30 meter tanpa bantuan casing tambahan.

Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon
Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon

Seperti kamera lain dalam kategori ini, ada banyak embel-embel serba “proof” lain yang dibanggakannya: freezeproof hingga suhu –10º Celsius, dustproof dan shockproof dari ketinggian 2,4 meter. Kecil tapi perkasa adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikannya.

Kemampuan jepret-menjepretnya didukung oleh sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 16 megapixel, dibantu oleh lensa 24–120mm f/2.8–4.9 (5x optical zoom). Video siap ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps, dan Nikon tak lupa membekalinya dengan perpaduan sistem electronic dan optical image stabilization.

LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon
LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon

Yang unik dari Coolpix W300 adalah integrasi GPS dan fitur Active Guide, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses data seperti lokasi maupun ketinggian secara cepat. Juga tak kalah menarik adalah fitur SnapBridge, yang sederhananya memungkinkan kamera untuk terus tersambung ke ponsel dan mengirim gambar secara otomatis via Bluetooth, di samping Wi-Fi untuk memberikan kontrol dari kejauhan.

Nikon Coolpix W300 bakal dipasarkan bertepatan dengan dimulainya musim panas tahun ini. Banderol harga yang ditetapkan adalah $390, dan perangkat tersedia dalam tiga pilihan warna: oranye, kuning dan hitam.

Sumber: DPReview.

Olympus Tough TG-5 Siap Abadikan Momen di Segala Medan

Lini kamera Olympus Tough merupakan salah satu alternatif terbaik jika Anda mengincar kamera saku untuk travelling yang siap menghadapi segala medan. Model terbarunya, Olympus Tough TG–5, baru saja diperkenalkan, dan bersamanya datang sederet pembaruan yang signifikan dibanding pendahulunya.

Tepat di jantungnya bernaung sensor 12 megapixel dengan ISO maksimum 12800 dan kemampuan memotret dalam format RAW. Buat yang mengikuti perkembangan lini Olympus Tough, Anda mungkin sadar kalau resolusi sensor pendahulunya malah lebih besar di angka 16 megapixel, akan tetapi Olympus menjamin kualitas gambar TG–5 tetap lebih baik.

Panel atasnya kini dilengkapi sebuah control dial, sedangkan mekanisme zoom-nya kini diganti menjadi lebih konvensional / Olympus
Panel atasnya kini dilengkapi sebuah control dial, sedangkan mekanisme zoom-nya kini diganti menjadi lebih konvensional / Olympus

Kok bisa? Sederhana saja: ukuran penampang sensor yang digunakan masih sama, yakni 1/2,3 inci, tapi berhubung jumlah pixel-nya lebih sedikit, maka ukuran masing-masing pixel-nya jadi lebih besar. Hasilnya, kualitas gambar TG–5 dalam kondisi low-light bisa lebih bagus karena cahaya yang masuk lebih banyak. Ini sangat penting diingat supaya kita tidak selalu mengukur kualitas kamera berdasarkan resolusinya.

Peningkatan kualitas gambar ini juga didukung oleh prosesor quad-core TruePic VIII, persis seperti yang terdapat pada kamera mirrorless unggulan Olympus, OM-D E-M1 Mark II. Soal video, TG–5 siap merekam dalam resolusi 4K 30 fps, atau 1080p 120 fps jika Anda hendak mengabadikan aksi slow-motion.

Lensa yang digunakan masih sama seperti TG–4, yaitu 25–100mm f/2.0–4.9. Lensa ini sendiri sebenarnya cukup istimewa karena dapat mengunci fokus meski objek hanya berada 1 cm di depannya.

Tough TG-5 mengemas fitur Field Sensor System yang dipinjam dari action cam TG-Tracker / Olympus
Tough TG-5 mengemas fitur Field Sensor System yang dipinjam dari action cam TG-Tracker / Olympus

Desainnya tidak berubah banyak, akan tetapi Olympus rupanya sudah membuat TG–5 jadi lebih ‘berotot’. Ketahanan airnya kini naik jadi 15 meter – bisa ditingkatkan lagi menjadi 45 meter dengan bantuan underwater housing – dan perangkat masih tetap tahan banting dari ketinggian 2,1 meter, plus tetap bisa beroperasi meski mendapat tekanan sebesar 100 kg. Suhu dingin sampai –10º Celsius juga bukan masalah besar buat TG–5.

Fitur unik lain dari TG–5 adalah Field Sensor System, yang sejatinya dipinjam dari action cam TG-Tracker. Fitur ini memungkinkan kamera untuk merekam informasi seperti lokasi, suhu, ketinggian maupun arah, yang kemudian bisa ditambatkan pada foto atau video sebelum dibagikan ke media sosial.

Olympus Tough TG–5 bakal tersedia di pasaran mulai bulan Juni mendatang seharga $449. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau merah.

Sumber: DPReview.

Masuk Kelas Pocket, Panasonic Lumix TZ90 Warisi Sejumlah Fitur Lini Mirrorless

Panasonic baru saja meluncurkan kamera pocket anyar untuk lini “Travel Zoom” (TZ) mereka, yakni Lumix TZ90. Melihat penamaannya, kamera ini merupakan suksesor dari Lumix TZ80 yang dirilis bersama-sama dengan Lumix TZ100 pada awal tahun lalu.

Desainnya tidak banyak berubah dibanding TZ80, dan kamera ini juga masih menggunakan sensor berukuran 1/2,3 inci, meski resolusinya naik sedikit menjadi 20,3 megapixel. Lensa yang digunakan sama persis, dan masih mengacu pada standar yang ditetapkan Leica; menawarkan optical zoom sebesar 30x di angka 24–720mm, dengan aperture f/3.3–6.4.

Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic
Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic

Soal video, TZ90 pun tidak membawa perubahan, tetap dalam resolusi 4K 30 fps. Yang baru justru adalah sistem autofocus-nya, dimana TZ90 telah mewarisi teknologi Depth-from-Defocus dari lini mirrorless Panasonic, memungkinkannya untuk mengunci fokus dengan sangat cepat.

Sistem ini, dipadukan dengan kemampuan burst shooting secepat 10 fps (atau 5 fps dalam mode Continuous AF), menjadikan peran TZ90 sebagai kamera travelling makin esensial. Melengkapi semua itu adalah sistem hybrid OIS 5-axis – sayang ini tidak bisa digunakan saat merekam video 4K.

Fitur baru lain yang diusung oleh TZ90 adalah Post Focus dan Focus Stacking – lagi-lagi merupakan warisan lini mirrorless Panasonic. Dengan Post Focus, pengguna dapat mengganti bagian foto yang terfokuskan pasca pemotretan. Focus Stacking juga demikian, tapi untuk depth of field, dan semua prosesnya ini langsung terjadi di perangkat.

Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic
Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic

Menengok ke belakang, Anda akan disambut oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang dapat dimiringkan 180 derajat hingga menghadap ke depan. Dalam posisi ini, kamera akan masuk dalam mode Self Shot secara otomatis. Saat sinar matahari terlalu terik, pengguna dapat memanfaatkan electronic viewfinder meski ukurannya terlampau kecil jika dibandingkan dengan milik kamera mirrorless kebanyakan.

Panasonic Lumix TZ90 akan dilepas ke pasaran mulai akhir Mei mendatang dengan banderol harga $449. Pilihan warna yang tersedia hanya hitam dan silver.

Sumber: DPReview.