Startup “Social Enterprise” Campaign Peroleh Investasi dari Ken Dean Lawadinata

Berdiri sejak dua tahun yang lalu, platform social enterprise Campaign tahun ini mendapatkan investor baru yang sudah tidak asing lagi di dunia startup Indonesia. Ken Dean Lawadinata, yang kita kenal sebagai Co-Founder Kaskus, secara khusus menjadi investor tunggal Campaign.

Sebelumnya Campaign, yang dipimpin CEO William S. Gondokusumo, menjalankan layanan platform kampanye untuk komunitas secara bootstrapping dan memberikan layanan konsultan teknologi kepada korporasi. Dalam dua tahun terakhir sumber dana untuk menjalankan bisnis di Campaign berasal dari pendapatan perusahaan.

“Tahun ini kita mendapatkan investor baru yang secara khusus ingin fokus kepada edukasi dengan memberikan impact investment kepada komunitas dan tentunya platform di Campaign,” kata William.

Saat ini Campaign telah memiliki sekitar 200 individu dan komunitas di Indonesia dan juga lebih dari 60 individu dan komunitas dari luar Indonesia.

Tidak sekadar platform social enterprise

Secara khusus Campaign memiliki platform berbasis digital yang memudahkan komunitas untuk mempromosikan kampanye melalui aplikasi. Teknologi yang dimiliki oleh Campaign, diharapkan bisa mendorong kesuksesan kampanye yang dimiliki oleh kalangan individu hingga organisasi di Indonesia dan juga secara global.

“Selain aplikasi kami juga memberikan pelatihan, konsultasi dan edukasi kepada kalangan individu hingga organisasi agar bisa lebih baik lagi merencanakan hingga merilis kampanye mereka secara digital,” kata William.

Sebagai investor, peranan Ken Dean Lawadinata bakal memberikan arahan hingga masukan kepada tim Campaign untuk bisa melancarkan misi mereka sebagai startup social enterprise lokal.

“Sebagai investor saya sangat peduli dengan apa yang dijalankan oleh Campaign. Untuk itu sebisanya saya akan membantu apa pun yang dibutuhkan oleh Campaign, namun demikian fungsi saya sebagai investor tidak terlalu banyak terlibat hanya terus menjadi pemerhati,” kata Ken.

Strategi monetisasi dan rencana Campaign selanjutnya

Saat ini komunitas yang ingin meluncurkan kampanye melalui Campaign tidak dikenakan biaya. Begitu juga dengan kegiatan rutin edukasi hingga pelatihan dengan menghadirkan pakar hingga kalangan profesional. Strategi monetisasi yang dilancarkan Campaign adalah jika ada korporasi yang ingin melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) atau kampanye khusus melalui Campaign. Dari situlah pendapatan Campaign dihasilkan.

“Belajar dari pengalaman kami di tahun pertama menjadi konsultan teknologi hingga media sosial kepada korporasi, Campaign bisa menghidupi bisnis hingga berjalan selama 2 tahun. Selanjutnya kegiatan tersebut bakal dilancarkan,” kata William.

Hingga kini Campaign telah menjadi platform kampanye untuk brand seperti Autan, Vivo hingga kegiatan CSR perusahaan asing. Selanjutnya Campaign masih memiliki banyak kegiatan untuk membantu komunitas, di antaranya adalah meetups, hub dan Next-Gen Cycle.

“Membangun komunitas adalah hal yang penting untuk membangun Indonesia lebih baik lagi. Saya berharap Campaign tidak hanya membuat perubahan di Indonesia tapi juga secara global,” tutup William.

Application Information Will Show Up Here

Agung Podomoro Group Bersiap Ramaikan Bisnis E-Commerce Tahun Depan

Agung Podomoro Group tampaknya tak ingin ketinggalan inovasi teknologi di bidang e-commerce. Seperti diberitakan Tribun News, Agung Podomoro Group berencana meluncurkan situs e-commerce untuk bisnis trade mall mereka. Peluncuran tersebut kabarnya akan melibatkan Ken Dean Lawadinata, yang dulu pernah menjabat sebagai CEO Kaskus. Ken akan bertindak sebagai konsultan bisnis e-commerce Agung Podomoro Group.

Melalui layanan e-commerce tersebut, Agung Podomoro berencana akan menjual dagangan milik tenant-tenant yang tergabung dalam TM Podomoro sehingga bisa menjangkau lebih banyak konsumen.

Sejauh ini kurang lebih terdapat 30.000 tenant yang tergabung dalam 10 TM Podomoro. Untuk mengawali langkahnya, e-commerce Agung Podomoro ini akan ditawarkan pada tenant-tenant yang ada di TM LTC Glodok, TM Kenari Mas, dan TM Harco Glodok.

“E-commerce ini akan menjual peralatan dan barang-barang elektronik, dan nantinya akan berkembang ke yang lebih spesifik seperti batik atau pakaian muslim,” tambah Asisten Vice Presiden Marketing Trade Mall Podomoro Ho Mely Surjani.

Selain menjangkau lebih banyak masyarakat, hadirnya e-commerce juga diharapkan akan mempermudah para wisatawan dalam berbelanja. Mengingat setiap trade mall sudah dilengkapi dengan jasa ekspedisi sehingga para wisatawan yang telah pulang ke negara asalnya masih bisa berbelanja barang dan dikirimkan melalui jasa ekspedisi yang ada.

Keterlibatan Ken Dean sebagai konsultan dalam program ini diyakini akan memberikan dampak positif dan memuluskan jalannya program yang rencananya akan meluncur di semester kedua tahun 2017 mendatang.

Hadirnya mall konvensional ke ranah online ini sangat menarik untuk disimak. Pertama, tentang bagaimana mereka membangun sistem dan memanfaatkan keunggulan mereka sebagai pemain yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Yang kedua, menarik untuk melihat respons bisnis e-commerce lain yang berangkat murni dari perusahaan teknologi dan tidak memiliki toko konvensional. Setidaknya 2017 akan sangat menarik menunggu bagaimana lanskap bisnis e-commerce tanah air.

Belajar dari Mundurnya Para Petinggi Startup di Indonesia

Kabar keluarnya Ken Dean Lawadinata mungkin masih menyisakan pertanyaan besar di benak kita, mengapa petinggi startup yang merasakan berdarah-darahnya membangun sebuah startup dari nol justru mundur ketika perusahaan yang dirintisnya mulai tumbuh besar? Pertanyaan yang sama barangkali juga menggelayuti pikiran kita ketika Alamanda Shantika memutuskan meninggalkan Go-Jek yang ikut dirintisnya sejak awal hingga memiliki jutaan user seperti sekarang ini. Terakhir, kita dikejutkan dengan kabar mundurnya Michaelangelo Moran yang juga co-founder dari Go-Jek.

Meskipun belum diketahui alasan mengapa Mikey, begitu ia disapa, memutuskan mundur dari Go-Jek, tetapi beberapa pihak menyebut Mikey yang juga berprofesi sebagai DJ akan memulai bisnis propertinya di Bali. Sama seperti Mikey, Ken Dean mundur dari Kaskus karena melirik bisnis lain. Sementara, Alamanda memiliki alasan yang sedikit berbeda. Sebab setelah mundur dari Go-Jek, Ala masih berkecimpung di dunia IT lewat Kibar dan Gerakan 1000 Startup yang dipeloporinya.

Sepintas, mundurnya beberapa nama beken dari perusahaan yang dipandang “wow” di kalangan pelaku bisnis startup membuat kita berpikir, apakah memang pilihan mundur sesuai untuk kondisi sekarang ini?

Seperti yang kita tahu, saat ini startup Indonesia mengalami dualisme yang cukup membuat galau. Di satu sisi, pertumbuhan bisnis startup sedang gencar-gencarnya diikuti semangat ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki cita-cita untuk membangun startup. Namun, di sisi lain kita tidak menutup mata bahwa geliat startup yang telah berjalan justru mengalami musim “paceklik”. Terlihat beberapa waktu lalu ketika startup fashion e-commerce besar di Indonesia seperti SaleStock dan BerryBenka ramai-ramai melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Meski tidak semata-mata karena keuangan, tetapi layoff yang dilakukan oleh suatu perusahaan pastilah menandai adanya permasalahan di dalamnya.

Startup dan mimpi-mimpi kabur anak muda Indonesia

Masih terekam jelas di ingatan saya ketika kali pertama mengenal startup, satu hal yang langsung terlintas di pikiran saya adalah soal masa depan yang berubah. Startup mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Dan istimewanya, hal-hal yang berubah adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kita tidak senangi; jam kerja yang kaku, otoritas atasan, tempat kerja bersekat, dan lain-lain.

Ekosistem di startup bagaimanapun mengubah hal tersebut. Dan itu adalah salah satu yang membuat banyak orang, terutama di kalangan anak muda, yang menaruh banyak sekali mimpi. Entah menjadi founder atau bekerja di startup, paling tidak mereka memiliki harapan dan cita-cita bahwa melalui startup, banyak hal yang bisa berubah dan bisa diubah. Maka tidak salah ketika startup mulai populer, antusiasme anak muda yang ingin terjun di sana juga semakin tinggi.

Hanya saja satu hal yang luput dari pemahaman kita adalah tidak segala hal diciptakan dengan instan. Tidak ada yang serba mudah, termasuk ketika memutuskan untuk bergabung di startup.

Sembilan puluh persen startup di dunia ini mengalami kegagalan. Seharusnya hal itu yang pertama wajib kita ketahui. Dengan demikian, setidaknya kita sadar bahwa mengambil langkah untuk terjun di startup berarti siap dengan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan untuk gagal, dipecat, dan segala macam. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri, kemungkinan besar sukses ataupun gagal, ada banyak hal yang bisa dipelajari selama proses tersebut.

Mundurnya mereka bukan karena menyerah

Banyak orang berpikir bahwa bekerja di startup yang serba tidak pasti adalah salah satu alasan mengapa banyak orang memilih angkat kaki. Kita pun boleh curiga barangkali baik Ala, Mikey, maupun Ken Dean sudah cukup “lelah” dengan startupnya. Namun, saya pribadi memiliki pandangan yang lain.

Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran adalah seberapapun hasilnya, pada akhirnya, lakukan yang terbaik. Jika kita sebagai anak muda mundur dari startup dengan alasan lelah dengan ketidakpastian, saya rasa jangan pernah menyamakan kita dengan mereka bertiga. Ketiga pentolan startup tersebut mundur setelah mereka melakukan banyak hal dan membuktikan bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup berguna. Ken Dean mundur dari Kaskus setelah startup tersebut melejit dengan kepopuleran yang tinggi. Tak jauh beda, Mikey dan Ala mundur ketika Go-Jek sudah menjadi “unicorn” dengan valuasi yang fantastis. Ala sendiri justru menganggap mundurnya dia dari Go-Jek justru akan membawa banyak manfaat, sebab ilmu yang dulunya hanya diketahui Go-Jek, kini bisa ia ajarkan kepada seluruh orang di Indonesia.

Jadi, jika kamu anak muda yang masih menaruh mimpi pada masa depan startup yang lebih baik, saya rasa tidak perlu khawatir. Fokus kita saat ini adalah melakukan yang terbaik, pada apapun yang kita bisa. Fokus untuk berkarya, berimprovisasi, dan membangun sesuatu yang berguna. Sebab jika orang-orang muda seperti kita sudah “lelah” sebelum jadi apa-apa, mau bagaimana masa depan bangsa? Pikir sekali lagi. *ehm, berat ya.

Logo LabanaID

[Tidbit] Ken Dean Lawadinata Hengkang dari Kaskus, Ming Maa jadi Presiden Grab

Ken Dean Lawadinata hengkang dari Kaskus

Ken Dean Lawadinata resmi melepaskan posisinya sebagai Chairman PT Darta Media Indonesia yang mengelola situs Kaskus dan keluar dari perusahaan itu. Menurut keterangan Ken, perannya di Kaskus telah dilepaskan kepada Martin Hartono selaku CEO GDP Venture dan Kaskus, juga On Lee selaku Chief Technology Officer Kaskus. Sisanya, ia mengaku tak tertarik lagi untuk berinvestasi di industri teknologi informasi karena menilai telah terjadi gelembung valuasi. Saat ini dia tertarik untuk berinvestasi di bisnis properti dan tambang.

Ming Maa jadi Presiden Grab

Grab, platform pemesanan layanan kendaraan terkemuka di Asia Tenggara, mengumumkan bahwa Ming Maa telah bergabung dengan Grab dan menjabat sebagai Presiden dan bermarkas di Singapura. Dalam perannya yang baru ini, Ming secara garis besar akan bertanggung jawab untuk mendorong aktivitas-aktivitas pengembangan perusahaan, termasuk kemitraan strategis dan kesempatan investasi, pengembangan dan eksekusi dari strategi pasar terbaru, mengelola struktur kapital perusahaan secara keseluruhan, dan aktivitas korporat lainnya.

“Saya sangat senang dapat bergabung dengan tim Grab yang penuh dengan talenta, dan untuk dapat memanfaatkan pengalaman saya dalam industri e-commerce dan ride-sharing, untuk membangun kesuksesan Grab, seiring dengan upaya kita untuk menciptakan ekosistem mobile generasi berikutnya di Asia Tenggara,” ujar Ming.

Breaking: Kaskus COO Sukan Makmuri Takes CEO Seat, Ken Dean Grabs Chairman & Advisory Role

We just received confirmation that Kaskus CEO Ken Dean Lawadinata has officially stepped down and the position is now taken by its recently appointed Chief Operating Officer, Sukan Makmuri. From now on, Lawadinata will hold the position of Chairman of Kaskus with an advisory role for the company while Andrew Darwis, the company’s co-founder and CTO, will revert to Chief Community Officer. Continue reading Breaking: Kaskus COO Sukan Makmuri Takes CEO Seat, Ken Dean Grabs Chairman & Advisory Role

Breaking: COO Kaskus Sukan Makmuri Ambil Alih Posisi CEO, Ken Dean Lawadinata Menjadi Chairman

Kami baru saja menerima konfirmasi bahwa Ken Dean Lawadinata, CEO Kaskus telah resmi digantikan oleh Sukan Makmuri yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Operating Officer di perusahaan tersebut. Untuk selanjutnya Ken akan menduduki posisi Komisaris sedangkan Andrew Darwis akan tetap menjabat sebagai founder dan Chief Community Officer di Kaskus. Continue reading Breaking: COO Kaskus Sukan Makmuri Ambil Alih Posisi CEO, Ken Dean Lawadinata Menjadi Chairman

CEO Kaskus Luncurkan Tororo, Situs E-Commerce Khusus Perlengkapan Bayi

Selama ini kita mungkin hanya mengenal Ken Dean Lawadinata sebagai CEO dari Kaskus, situs komunitas online terbesar di Indonesia. Namun kali ini, Ken mencoba peruntungannya di petualangan baru yang benar-benar berbeda dari Kaskus dan masuk ke dunia e-commerce. Continue reading CEO Kaskus Luncurkan Tororo, Situs E-Commerce Khusus Perlengkapan Bayi

Berbincang Mengenai #NewKaskus Bersama CEO dan CTO Kaskus

Tidak banyak yang tahu bahwa ternyata Kaskus sudah merencanakan revamp sejak 2 tahun lalu, namun dengan infrastruktur dan data sebesar Kaskus, proses itu-pun menjadi sangat lama. Andrew-pun sudah beberapa bulan ini mengindikasikan akan adanya perubahan besar-besaran di Kaskus, dia menyebutnya #newkaskus. #NewKaskus ini diklaim sebagai improvement yang luar biasa dari Kaskus dari sisi design, infrastruktur hingga platform backend, mereka bahkan pindah dari platform VBulletin yang sudah mereka gunakan selama lebih dari 11 tahun.

Di kesempatan ini, saya diberikan kesempatan untuk berbincang dengan Ken Dean Lawadinata, CEO Kaskus dan juga dengan founder sekaligus CTO, Andrew Darwis. Bertempat di kantor baru Kaskus, kami berbincang santai mengenai #newKaskus dan kemana duo CEO-CTO ini akan membawa Kaskus. Meskipun kami masing-masing terlihat memegang senjata, namun bisa saya jamin interview kali ini berjalan mulus tanpa ada pertumpahan darah.

Ingin lihat perbincangan saya dengan mereka? Check this out.

Continue reading Berbincang Mengenai #NewKaskus Bersama CEO dan CTO Kaskus