Kisah TanganDia yang Tumbuh Bersama Digitalisasi, Diayani: Pandemi Bukan Hambatan

Usaha dengan skala mikro atau kecil bukanlah sebuah hambatan untuk terus bertumbuh. Terlebih lagi di era digital seperti saat ini yang membuat berbagai hal lebih mudah untuk dilakukan, meski ketika situasi mencoba menghambatnya melalui pandemi. TanganDia membuktikannya dengan menjadi Best of The Best UMKM dalam event Telkomsel Digital Creative Entrepreneurs 2021.

Selain penolong saat pandemi, internet ternyata juga telah berperan besar dari awal perjalanan TanganDia. Bagaimana kisah lengkapnya? Simak cerita dari Diayani Sukardi, owner TanganDia, tentang kisah suksesnya bersama digitalisasi.

Berani Tampil Beda dengan Boneka Rajutan Tangan

TanganDia adalah sebuah usaha yang menjual hasil kreasi rajutan. Dinamakan TanganDia karena semua produk dihasilkan dengan tangan atau handmade. Kemudian, Dia sendiri diambil dari nama owner TanganDia.

“TanganDia itu memproduksi sebuah kreasi tangan berupa rajutan. Nah, nama TanganDia itu berasal dari nama saya, Dia, dan karena memang semua produk yang saya buat itu tidak ada yang menggunakan mesin, semuanya asli dari tangan,” kata Dia.

Seperti kebanyakan usaha kerajinan lainnya, TanganDia juga berawal dari hobi Dia dalam merajut. Namun, alih-alih membuat produk fashion seperti banyak pengrajin lainnya, Dia memilih untuk fokus pada pembuatan boneka rajutan tangan.

Sumber: Instagram @tangandia

“Awalnya itu hanya sekedar hobi saya yaitu merajut. Namun yang saya lihat di sini orang lain merajut hanya dalam bentuk baju kebanyakan, belum ada yang dalam bentuk boneka.  Jadi saya berfikir jika saya merajut dalam bentuk boneka akan ada peluang disitu.”

Dari situlah tekad Dia dimulai. Tekad tersebut juga menyemangatinya untuk belajar secara otodidak dan berkreasi dalam membuat pola boneka.

Memulai dari Platform Online dan Titip Jual

Meski tampil berbeda, namun ternyata tidak mudah bagi Dia dalam memasarkannya. Dia pun memanfaatkan media sosial, seperti Instagram. Kemudian, atas semangat dan dukungan yang diberikan teman-temannya, Dia juga menitipkan beberapa produk kreasinya di berbagai tempat, seperti kafe, dengan harapan meningkatkan awareness orang-orang terkait produknya.

Sumber: Instagram @tangandia

“Jadi, selama ini masih (jualan) sebatas online melalui media sosial seperti Instagram dan lain-lain. Saya belum memiliki toko sendiri. Namun, saya suka titipkan barang dagangan saya ini ke teman-teman yang bekerja di hotel atau kafe. Setidaknya sebagai contoh barang rajutan hasil saya. Alhamdulillah dari situ banyak orang yang meihat dan akhirnya tertarik untuk memesan,” ujar Dia.

Meski niat awal Dia hanya ingin menumbuhkan awareness pengunjung hotel atau kafe tempat ia menitipkan produknya, tapi hasilnya ternyata melebihi dugaan. Bahkan, ia juga berhasil menjual produknya ke Jerman melalui sistem titip jual tersebut.

“Kalo itu saya sudah pernah menjual ke Jerman, itu awalnya juga yang saya bilang dititipkan ke teman. Ternyata di Jerman banyak orang yang suka dan memesan ke saya.”

Tawar Menawar Jadi Tantangan yang Sering Dihadapi

Ketika menjual barang handmade yang pembuatannya membutuhkan waktu dan perhatian ke banyak detail, harga adalah satu hal yang seringkali menjadi kendala dalam proses penjualan. Hal ini juga dirasakan oleh TanganDia. Ia mengaku proses tawar menawar merupakan kendala yang paling sering ia temui selama menjalankan TanganDia. 

Namun, meski begitu, TanganDia tidak ingin kendala tersebut berubah menjadi hambatan TanganDia. Ia pun mengatasinya dengan menyesuaikan produk sesuai budget pelanggan.

Sumber: Instagram @tangandia

“Kesuliatnnya itu jika ada orang yang menawar, karena ini kan hasil karya tangan sendiri ya. Akhirnya saya mengatasi kesulitan tersebut dengan menanyakan terlebih dahulu budget dari orang yang memesan itu supaya saya bisa menyesuaikan barang yang harus saya buat.”

Berinovasi dan Raih Keuntungan di Tengah Pandemi

Banyak usaha terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 dari berbagai sisi, seperti dari sisi produksi maupun penjualan. Namun, hal ini ternyata tidak berlaku bagi TanganDia. Dia mengaku bahwa pandemi tidak menghambat TanganDia, melainkan menjadi momen TanganDia untuk berinovasi.

Saat berselancar di internet kala itu, Dia menemukan sebuah ide yang juga merupakan inovasi baru untuk TanganDia, yaitu membuat strap masker rajutan tangan.

“Sebetulnya kalau dibilang pandemi menghambat “TanganDia” tidak juga ya. Karena pandemi saya jadi mendapatkan inovasi baru dengan membuat strap masker namun dari rajutan tangan. Jadi alhamdulillah cukup meningkat omset penjualan dari strap masker, karena dalam sehari bisa menjual seratus strap masker,” jelas Dia.

Alih-alih terpuruk, ide tersebut membuat TanganDia meraih banyak keuntungan selama pandemi. Karena untuk memproduksinya tidak membutuhkan banyak bahan namun bisa terjual dalam jumlah banyak.

Untuk menjualnya, Dia juga masih memanfaatkan platform digital, seperti marketplace, dan menitipkannya kepada teman.

Konsisten Pada Niat Awal Menjadi Sumber Semangat

Rasa lelah dan ingin menyerah bisa mendatangi siapa saja, termasuk Dia. Meski tidak terlihat dari luar, tapi nyatanya Dia pernah merasakan momen ingin menyerah. Namun, Dia kini memiliki resep untuk mengatasi rasa lelah tersebut, yakni selalu ingat dan konsisten pada niat awal.

“Konsisten. Karena saya sudah sempat mau menyerah karena capek bikinnya lama, namun karena niat dari awal jadi saya berfikir sayang kalau saya harus berhenti disini. Melihat saya juga sudah berada di titik ini,” ujarnya.

Rencana Merambah Pasar Luar Negeri dengan Digitalisasi

Perkembangan TanganDia dari awal hingga sekarang ternyata tidak membuat Dia segera puas. Dia masih memiliki segudang rencana untuk TanganDia. Salah satunya adalah merambah pasar luar negeri dengan bantuan digitalisasi yang selama ini sudah menjadi ‘teman’ bagi TanganDia.

“Saya berencana ingin melakukan penjualan ke luar negeri dengan marketplace seperti eBay dan Alibaba yang tidak memiliki perang harga yang tinggi,” kata Dia.

Selain fokus untuk memasarkan produknya ke luar negeri, Dia juga ingin mencoba suatu hal yang baru dengan bantuan teknologi digital, yakni menjual pola atau desain berbayar melalui platform Etsy. Meskipun tantangannya, tapi menurutnya ide tersebut patut untuk dicoba.

“Dan rencana lain saya ingin menjual pola atau design berbayar yang bisa digunakan oleh orang lain. Walaupun tantangannya banyak namun tidak salah untuk mencoba ya. Di sisi lain meskipun tantangannya banyak, namun cukup menguntungkan. Dengan satu kali berpikir namun bisa menjual di beberapa orang yang bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan ya,” lanjutnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Dia juga berencana untuk memangun studio offline TanganDia yang nantinya bisa digunakan untuk pelatihan merajut.

Impian untuk Bisa Berdayakan Sesama Perempuan

Saat ini, selain fokus pada penjualan produk rajutannya, Dia juga membuka kursus atau pelatihan merajut untuk para ibu rumah tangga. Ia ingin membantu para ibu bisa memanfaatkan waktunya dengan kegiatan positif.

Sumber: Instagram @tangandia

Kemudian, ia juga memiliki harapan nantinya akan semakin banyak ibu yang bisa merajut dan membantunya dalam proses produksi TanganDia.

“Harapannya yang pasti semoga semakin banyak yang bisa merajut karena saya memiliki harapan ingin menambah pegawai dan membantu ibu ibu rumah tangga agar memiliki kesempatan untuk berkegiatan yang lain selain berdiam dirumah.”

Teknologi adalah Proses Menjadi Bisa Karena Terbiasa

Meski kini sudah banyak UMKM yang berhasil memanfaatkan teknologi, tapi masih banyak pula UMKM lainnya yang masih takut dan tidak bisa untuk memulainya. Dia pun memberi saran untuk jangan pernah takut dalam mencoba. Bisa karena terbiasa.

“Kalo saran dari saya, sih, jangan pernah takut untuk mencoba atau terjun langsung dalam proses digitalisasi. Sebenarnya bukan tidak bisa, namun hanya belum terbiasa. Jika dibiasakan saya yakin akan bisa, karena hal tersebut akan dilakukan secara terulang yang membuat kita mahir atau bisa. Intinya bukan tidak bisa tapi hanya belum terbiasa.”

Berani berinovasi, pantang menyerah, dan terus bermimpi besar adalah beberapa hal yang bisa diambil dari kisah yang dibagikan oleh Dia dalam perjalanannya membangun TanganDia. Tiga hal itu juga yang membawa Dia bisa bermanfaat untuk sesama melalui pelatihan yang ia adakan.

Sejak awal berdiri hingga sekarang, TanganDia juga tak pernah luput memanfaatkan berbagai kemudahan yang diberikan di era digital. Bahkan ia pun berencana untuk terus mengembangkan TanganDia dengan bantuan digitalisasi. Karena baginya, selama berani mencoba, semua bisa menjadi mungkin.

Dengan Porcelite, Membuat Kerajinan Keramik Jadi Jauh Lebih Mudah

Seni kerajinan tembikar telah ada semenjak 24 ribu tahun silam, dan pengetahuan mengenainya tetap terjaga hingga sekarang. Keterampilan tersebut mengalami perkembangan sangat pesat selepas ditemukannya alat pemutar. Dan 16 tahun memasuki abad ke-21, pottery sekali lagi mengalami sebuah evolusi berkat produk baru dari tim Tethon 3D ini.

Perusahaan asal Nebraska itu mengadopsi teknik 3D printing dan menerapkannya ke bidang kerajinan tembikar. Kreasi mereka adalah Porcelite, sebuah resin porselen yang kompatibel ke printer SLA atau DLP 3D. Porcelite bisa digunakan dengan segala macam printer 3D berbasis sinar ultraviolet, dan sang produsen mengklaim bahwa bahan unik tersebut sangat berguna baik untuk kalangan profesional maupun konsumen biasa.

Dengan mengombinasikan Porcelite dan 3D printer UV, Anda bisa menciptakan karya-karya yang sebelumnya mustahil dibuat berbekal peralatan pottery standar. Sangat mungkin bagi kita menggarap struktur-struktur kompleks. Keunikan dari Porcelite ialah, hasil cetak merupakan bahan keramik komposit utuh. Material cari ini berubah menjadi objek porselen padat begitu keluar dari ‘oven’.

Porcelite02

Tethon 3D juga mengungkapkan, keuntungan dari pemakaian printer SLA (stereolithography) atau DLP (digital light processing, hampir mirip dengan SLT) adalah kita dapat memperoleh hasil cetakan beresolusi tinggi. Tingkatan akurasinya ideal untuk keperluan intustri atau dalam pembuatan perhiasan. Penggunaannya sangat mudah, Anda hanya perlu mengukur takaran, mencampur dan menuangkannya secara manual ke printer.

Membahas spesifikasi Porcelite lebih detail, resin memiliki persentase penyusutan sebesar 14 sampai 17 persen di suhu 1150-1230 derajat Celcius. Setelah proses printing selesai, cetakan tersaji dalam keadaan ‘bisque’ – bertekstur matte halus layaknya keramik. Anda disarankan melapisnya lagi dengan layer kaca (glaze) supaya lebih kuat saat dicuci, dimasukkan ke microwave, atau ke lemari pendingin.

Porcelite01

Merupakan anggota korporat dari American Ceramic Society dan National Council on Education for the Ceramic Arts, Tethon 3D mempunyai reputasi cukup besar di ranah pendidikan seni tembikar. Mereka membuka kelas workshop buat perorangan atau grup, berlokasi di Omaha, Nebraska.

Tertarik tapi tidak mungkin mengunjungi tempat itu di waktu dekat? Anda (atau ditambah teman-teman lain) dapat latihan langsung dengan ahlinya via Skype – berdurasi satu jam, Anda menentukan sendiri jadwalnya.

Porcelite bisa dipesan di situs crowdfunding Kickstarter seharga US$ 200 per botol satu liter. Pengiriman kabarnya akan dilaksanakan di bulan Mei 2016 untuk backer di seluruh dunia.

Sempurnakan Layanan Transaksi, Situs Jual Beli Produk Kreatif CraftLine Diluncurkan Ulang

Situs online marketplace bagi dunia kerajinan kreatif CraftLine, resmi diluncurkan ulang. Lewat tampilan baru serta penyegaran konsep, CraftLine merombak total seluruh fiturnya serta menyempurnakan layanan transaksi jual-beli barang kerajinan kreatif dengan misi membantu memajukan industri usaha kecil dan menengah di Indonesia lewat jaringan digital. Continue reading Sempurnakan Layanan Transaksi, Situs Jual Beli Produk Kreatif CraftLine Diluncurkan Ulang

CraftLine Jajaki Industri Kreatif Indonesia Melalui Online Marketplace

Geliat e-commerce di Indonesia yang kian meningkat belakangan ini dilihat telah menghadirkan ragam tipe dan jenis yang berbeda-beda, mulai dari fashion, perangkat teknologi, barang kebutuhan sehari-hari, hingga kebutuhan untuk bayi sekalipun seluruhnya memiliki “toko digital” yang diminati oleh banyak lapisan masyarakat di seluruh Indonesia. Baru-baru ini, industri yang sedang “hangat-hangatnya” diperbincangkan oleh banyak kalangan tersebut kedatangan satu pemain baru yang menghadirkan marketplace khusus barang-barang kerajinan asli Indonesia, CraftLine. Continue reading CraftLine Jajaki Industri Kreatif Indonesia Melalui Online Marketplace

Craft-Jogja.com: E-Commerce Persembahan Dekranasda Kota Yogyakarta

Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya pada hari Rabu tanggal 7 Desember 2011, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta meluncurkan sebuah e-commerce untuk menunjang pariwisata dan penjualan kerajinan tangan (handicraft) di Kota Yogyakarta bernama Craft-Jogja.com.

Seperti yang kami kutip dari Media Indonesia, Herry Zudianto (Walikota Yogyakarta) saat meresmikan Craft-Jogja.com menjelaskan bahwa situs ini (Craft-Jogja.com) akan menjadi jawaban yang tepat bagi perkembangan bisnis, Dekranasda bisa membantu usaha kerajinan dengan online store (e-commerce) ini. Herry juga menambahkan bahwa sarana ini adalah terobosan yang luar biasa bagi produk-produk kerajinan dan UMKM di Kota Yogyakarta untuk dipasarkan pada khalayak ramai dan bisa menjadi lokomotif perekonomian di Yogya selain pariwisata dan pendidikan. Continue reading Craft-Jogja.com: E-Commerce Persembahan Dekranasda Kota Yogyakarta