Kisah Sukses “Saat Senggang” Berdayakan Perempuan dan Komunitasnya, Mila: Kami Menjunjung Tinggi Kolaborasi

Setiap brand pastinya ingin bisa berdampak dan bermanfaat bagi sekitarnya. Hal ini juga yang menjadi misi awal dari brand yang kini dikenal dengan Saat Senggang.

Saat Senggang berhasil menjadi brand yang tidak hanya memanfaatkan teknologi di tengah era serba digital ini, tapi juga menjadi brand yang berdampak bagi perempuan dan komunitasnya dengan melibatkan mereka dalam proses produksi.

Penasaran bagaimana perjalanan lengkapnya? Simak kisah sukses Saat Senggang yang di sampaikan oleh Mila Wijaya, selaku Co-Founder, Co-Owner, dan Brand Director Saat Senggang, kepada DailySocial berikut ini.

Sebuah Perjalanan yang Terinspirasi dari Waktu Senggang

Saat Senggang merupakan sebuah brand yang diinisiasi oleh Utterly Magazine dan dinaungi oleh Utterly Studio, sebuah kreatif agensi multidisipliner. Mila menjelaskan bahwa hadirnya Saat Senggang adalah buah dari pemikiran untuk bisa melibatkan perempuan dengan lebih nyata.

“Lahirnya Saat Senggang ini sebetulnya berangkat dari sebuah pemikiran gimana ya caranya supaya kita bisa melibatkan perempuan dan komunitasnya itu lebih dalam dan lebih nyata. Karena kan kalau lewat majalah itu segmennya kan lebih kecil ya. Nah, makanya oke kita harus bikin lifestyle brand supaya value yang ingin kita sampaikan ini bisa terhubung langsung dan lebih dekat dengan audiens,” jelasnya.

Tak dapat dipungkiri, brand Saat Senggang memiliki nama yang cukup unik. Ternyata, ada cerita menarik di balik nama Saat Senggang ini di mana nama ini terinspirasi dari waktu senggang yang bisa diisi untuk mencari inspirasi.

“Jadi kami ini terinspirasi dari waktu senggang yang biasanya diisi dengan momen-momen lagi cari inspirasi. Terus, di waktu senggang itu malah kadang bisa muncul ide-ide yang terbaik kan, kayak ide-ide yang unik, menarik. Dan dari situ kita bisa kembangkan jadi sesuatu,” ujar Mila.

Jadi, waktu senggang yang dimiliki setiap orang merupakan waktu paling produktif yang bisa dimanfaatkan untuk berkarya tanpa terbatas usia, waktu, dan latar belakang.

Dari pemikiran tersebut, kemudian Saat Senggang lahir dengan tujuan untuk memberi semangat kepada perempuan untuk berkreasi dan mewujudkan hal-hal yang mereka suka. Hal ini juga direpresentasikan melalui tagline mereka, yaitu ‘Make each second in life count’.

Berinovasi Dalam Model Produk, Pengemasan, dan Cara Mengembangkan Brand

Membangun brand memang bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, Mila mengakui bahwa dalam mengembangkan Saat Sengggang, dirinya dan tim banyak melakukan trial and error dan berinovasi untuk mencari cara terbaik dalam menjalankan bisnis.

Brand Saat Senggang adalah brand dengan produk rajutan yang meluncurkan koleksi pertamanya di bulan Agustus tahun 2019. Awalnya, Saat Senggang tidak hanya ingin fokus kepada satu jenis produk, melainkan berbagai produk yang berhubungan dengan waktu senggang.

“Awalnya Saat Senggang itu sendiri kami nggak ingin fokus pada satu produk sebenarnya. Jadi (inginnya) semuanya berhubungan sama saat senggang. Mungkin kayak ada ibu-ibu yang saat senggangnya masak, ada ibu-ibu yang saat senggangnya menjahit, atau ada ibu-ibu yang saat senggangnya ngerajut. Nah, karena kami dulu dapatnya ibu-ibu orang terdekat kami ini bisa merajut ya kami berpikir oke kita mulai dari sini,” kata Mila.

Dari situlah kemudian Saat Senggang mulai berkolaborasi memudahkan proses distribusi dan branding produk rajutan komunitas rajut, serta terus mencari cara terbaik mengembangkan brand-nya. Mulai dari mengintegrasi program offline dan online, membuat campaign, pemotretan, dan lainnya agar value brand dan produk dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu, Saat Senggang juga terus berinovasi dalam hal model dan pengemasan produk, menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar mudah diterima market.

Fokus Mengelola Komunitas di Sela-Sela Produksi dan Branding

Menurut keterangan Mila, seluruh perempuan yang turut serta dalam produksi merupakan seniman bagi Saat Senggang. Maka dari itu, mengelola komunitas adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan dan juga akan berdampak baik kepada proses produksi Saat Senggang sendiri.

Saat ini, aktivitas produksi Saat Senggang sendiri berada di empat lokasi yang berbeda, antara lain di Surabaya, Semarang, Solo, dan Malang, yang mana semua pengiriman akan dilakukan dari Surabaya.

Banyaknya lokasi produksi dan jumlah perempuan pengrajut ini membuat Saat Senggang harus pintar-pintar mencari cara untuk mengelola komunitas agar kualitas produk yang dihasilkan tetap bagus.

“Karena kan sebenarnya kami sendiri bukan pelaku produksi, kan. Maksudnya kayak saya dan partner bukan yang merajut. Tapi kami mensiasatinya dengan setiap daerah itu akan ada satu ibu pemimpin dimana kami bekerja sama dengan dia,” jelas Mila.

Lebih lanjut Mila juga menjelaskan bahwa ibu pemimpin di setiap daerah ini bertugas membantu apabla ada yang ingin bergabung ke komunitas dengan memandu cara produksi dan juga SOP yang harus diikuti.

Namun, ternyata, alih-alih kualitas produk Mila mengakui bahwa komitmen pengrajut lah yang seringkali menjadi kendala. Meski begitu, hal tersebut dapat menjadi ruang baru bagi Saat Senggang untuk berinovasi.

Tokopedia Menjadi Platform Andalan Sejak Awal Berdiri

Ketika pandemi melanda Indonesa di tahun 2020 silam, banyak bisnis yang kewalahan dalam hal produksi hingga melakukan transisi dari penjualan offline ke online. Tapi, hal ini tidak berlaku bagi Saat Senggang.

Dalam kegiatan produksi, Saat Senggang justru dapat menggandeng komunitas lebih kuat karena para seniman-seniman perempuannya memiliki waktu luang lebih banyak ketika pandemi.

Selain itu, dalam hal penjualan pun Saat Senggang tidak mengalami kesulitan yang berarti selama pandemi. Hal ini dikarenakan Saat Senggang merupakan salah satu brand yang mengawali perjalanannya sejak awal berbasis online dengan platform Tokopedia sebagai andalannya hingga saat ini. 

“Perannya (Tokopedia) yang pasti banyak ya karena Tokopedia punya sistem yang menurut kami cukup membantu. Sangat membantu bahkan. Ya istilahnya dari bagaimana back office-nya, ketika ada order, bisa setting PO, dikasih waktu pengirimannya, ditambah ada penilaian dan performa toko itu sangat membantu bagaimana kita mengontrol pihak internal,” kata Mila.

Menurutnya, sistem di Tokopedia sangat membantunya dalam berkoordinasi dengan bagian-bagian lain, seperti administrasi dan warehouse. Kemudian, Saat Senggang juga tak perlu membangun toko online-nya sendiri.

“Terus misalnya ada komplain itu kayak mempermudah kita tanpa kita harus build own website kan, own e-commerce gitu. Terus ditambah ada gratis ongkir, kita bisa daftar di Power Merchant. Ya sangat membantu sih kalo saya bilang ya. Ditambah sekarang sudah ada affiliate. Sehingga dari tokonya sendiri pun bisa integrasi ke platform lain, sosial media, contohnya Instagram,” lanjutnya.

Adanya program Tokopedia affiliate juga membantu Saat Senggang mendapatkan penghasilan tambahan dengan membagikan link produknya ke platform promosi lain, seperti media sosial.

Hadapi Tantangan dengan Selalu Update Ilmu

Meski saat pandemi Saat Senggang tidak mengalami kesulitan bukan berarti Saat Senggang tidak pernah menghadapi tantangan. Dari kesulitan di proses produksi hingga tantangan dalam menyusun strategi bisnis pernah dihadapi oleh Saat Senggang menurut keterangan Mila.

“Iya selalu ada. Itu lah kenapa harus update ilmu terus,” katanya.

Sebagai bisnis dengan produk yang dibuat secara handmade, memenuhi jumlah produksi ketika demand sedang tinggi tentu merupakan kendala tersendiri. Namun, hal itu tidak menghentikan Saat Senggang. Memperbesar komunitas adalah solusi yang dipilih oleh Saat Senggang.

Tapi, lagi-lagi, kendala tidak berhenti sampai di situ. Saat Senggang menemui tantangan lainnya, yaitu bagaimana cara mengontrol komunitas dan kualitas produk (QC) karena komunitas yang semakin besar.

Kendala lainnya yang diutarakan Mila adalah strategi dalam mewujudkan impian untuk menjadi brand yang sustainable dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu people, profit, dan planet.

“Tapi untuk planetnya ini kami sampai sekarang masih berusaha sih karena kami ini sebetulnya pengin bisa memproduksi produk yang materialnya bisa dari daur ulang. Jadi lebih ke economic circular gitu. Tapi lagi-lagi untuk ke sana bukan sesuatu yang mudah. Karena pertama supply-nya gak ada. Barang tersebut susah ditemukan, misalnya ada pun itu akan mahal sekali. Jadi kita mensiasatinya dari hal-hal kecil untuk punya value sustainable itu.”

Untuk mensiasati agar tetap tercapai sustainability yang diimpikan, Saat Senggang mulai dari hal-hal kecil seperti membuat packaging yang reusable, membuat desain dari sampah daur ulang, dan membuat barang-barang kecil dari sisa benang yang dapat dijual kembali.

Berhasil Bertahan dengan Konsistensi, Value, dan ‘Melek Digital’

Banyaknya tantangan ternyata tidak menyurutkan Saat Senggang untuk terus berkembang. Menurut Mila, konsistensi dan value yang dimiliki Saat Senggang juga menjadi alasan mengapa Saat Senggang bisa bertahan hingga saat ini.

“Yang membuat bertahan yang pasti konsistensi ya. Kami punya full heart kami tuangkan di brand ini. Menurut kami, brand yang bisa survive ketika brand itu dibentuk dengan value,” ujarnya.

Selain itu, Mila juga beberapa kali menekankan ‘melek digital’ sebagai kunci dari bertahan dan mengembangkan brand Saat Senggang. Mau terus belajar memahami teknologi adalah kunci survive yang dibagikan oleh Mila.

“Kalau yang masih gagap teknologi, kalau mereka masih merasa takut masuk ke teknologi itu biasanya karena keterbatasan informasi ya. Jadi mungkin kiat-kiat untuk pelaku bisnis yang masih gagap teknologi, dia harus terbuka dengan informasi baru, cari tahu. Karena kalau misalnya di zaman sekarang mereka gagap teknologi saya juga nggak tahu gimana mereka survive kan.”

Ingin Menjadi Brand yang Lebih Berdampak

Tak dapat dipungkiri, Saat Senggang telah memberikan dampak yang cukup besar bagi para senimannya, yakni perempuan-perempuan komunitas rajut di berbagai daerah yang menjadi bagian dari proses produksi Saat Senggang.

Meski begitu, Saat Senggang tidak ingin berhenti sampai di sini. Mila mengutarakan harapan Saat Senggang untuk bisa menjadi brand yang lebih berdampak ke depannya serta terus mempertahankan value yang dipegang sejak awal.

“Ke depannya kami ingin jadi brand yang bisa jadi wadah untuk membuka lapangan pekerjaan baru, menjadi brand yang selalu menjunjung tinggi sustainability, dan mungkin bisa punya produk-produk lain yang mungkin saja di luar rajut supaya bisa lebih berdampak buat komunitas-komunitas lain selain komunitas rajut.”

Dari kisah yang disampaikan Mila tersebut, kita tahu bahwa Saat Senggang di bawah naungan Utterly Studio telah berhasil melibatkan perempuan dan mendukung mereka untuk berkreasi melakukan hal yang mereka sukai.

Meski perjalanan Saat Senggang dan komunitas rajut dihadapi berbagai tantangan, namun hal tersebut tidak menghentikan mimpi Saat Senggang untuk bisa berdampak lebih besar lagi.

101Red Wujudkan Jualan Online Tanpa Ribet, Gandeng Brand Lokal Jadi Kunci Utama

101Red merupakan sebuah platform bisnis online yang menyediakan berbagai pilihan produk untuk dijual kembali, atau penjualan secara dropship. Bukan hanya produk untuk dijual, 101Red juga menyediakan marketing kit berupa media promosi dan website replika, di mana website tersebut dapat menjadi wadah berjualan yang langsung diisi hingga 45.000 produk. 

Yang unik, seluruh orderan yang masuk akan dikelola oleh tim 101Red.101Red juga memiliki customer service yang dapat melayani pembeli Anda, sehingga Anda tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Kelihatannya sangat praktis, bukan?

Gandeng Brand Lokal

Di balik seluruh hal brilian tersebut, pada awalnya 101Red merupakan platform jual beli yang menjual ribuan produk-produk aksesoris import yang hits di tahun 2016, utamanya produk-produk aksesoris K-Drama dan K-Pop. 

Melebarkan sayapnya, pada tahun 2018 101Red mulai berkolaborasi dengan brand lokal untuk bekerja sama dalam memajukan produk lokal. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap brand lokal, sehingga brand lokal lebih digemari.

Terlebih, kini 101Red dihadapkan dengan keadaan di mana negara importir turut serta berjualan ke pasar Indonesia melalui marketplace, hal ini menyebabkan rusaknya persaingan pasar. Sebab, harga yang ditawarkan lebih rendah dan biaya impor yang lebih terjangkau.

Menyikapi situasi tersebut, 101Red melakukan pivot dengan menciptakan produk lokal bernama Lumecolors serta bekerja sama dengan brand lokal lainnya. Lumecolors merupakan brand penyedia kosmetik yang halal dan memiliki sertifikasi BPOM, dengan kualitas yang bersaing dengan brand luar negeri namun harganya lebih terjangkau.

Christina Lie, Founder 101Red menyatakan bahwa pencapaian terbesar 101Red adalah saat pihaknya melakukan pivot bisnis, dari yang semula importir produk hingga melahirkan brand kosmetik Lumecolors. Lumecolors pada awalnya hanya menjual produk lipcream, namun sambutan baik dari pelanggan membuat Lumecolors bisa melahirkan kategori kosmetik lainnya seperti foundation, compact powder, loose powder, dan akan terus kami berkembang dengan menyesuaikan kebutuhan orang indonesia.

Merangkul brand lokal dan melakukan pivot terbukti menjadi senjata ampuh bagi 101Red. Pivot dalam bisnis memang terkadang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan bisnis agar tetap mampu bertahan. Disebutkan bahwa hal inilah yang membuat 101Red eksis hingga kini.

Pelayanan Jadi Fokus Utama

Dalam menyikapi ketatnya persaingan industri saat ini, Christina Lie menyatakan bahwa pihaknya selalu berupaya untuk memberikan pelayanan kepada seluruh pihak yang terlibat, mulai dari para seller, pemilik brand, hingga pelanggan. “Kami yakin, jika kami fokus kepada kebutuhan semua pihak, kami tidak perlu risau dengan kompetitor. Jadi, kami berkompetisi dalam  memberikan pelayanan yang terbaik untuk semua pihak,” ungkap Christina.

101Red berupaya menjadi jembatan antara pemilik brand dengan seller, dengan menyediakan layanan customer service yang ramah serta terus meningkatkan kecepatan pengiriman demi kepuasan pelanggan. Dengan begitu, 101Red berharap bahwa upaya tersebut bukan hanya mampu meningkatkan penjualan para seller, namun juga nama sebuah brand di mata pelanggan.

“Kami turut aktif menjaga harga jual dari semua brand, sehingga jika ada seller kami yang nakal, kami menghentikan jalur distribusinya sebagai tindakan tegas kami kepada seller yang tidak mengikuti harga jual. Kami juga menyediakan marketing kit tambahan berupa video dan foto pendukung, lalu pembinaan baik dari internal hingga mengundang pakar di bidang digital marketing untuk memberikan webinar ke para seller untuk bisa jualan online melalui platform marketplace, Instagram, Facebook, hingga Tiktok,” ujar Christina.

Pentingnya Relasi dan Negosiasi

Sumber: Youtube Christina Lie

Bicara soal modal, Christina mengaku bahwa memulai bisnis tidak melulu butuh modal yang besar. Membangun bisnis tanpa modal berupa materi yang besar mungkin saja terjadi, karena modal bisnis pada dasarnya bukan hanya materi.

“Menurut saya, modal yang diperlukan bukan hanya pinjaman modal. Tapi luasnya relasi juga kemampuan bernegosiasi menjadi modal penting selain modal materi. Sehingga kita bisa bekerja sama saling mengisi kekurangan masing-masing,” tegasnya.

101Red hingga kini tidak melakukan pinjaman modal dalam menopang bisnisnya. Hal tersebut adalah bukti nyata bahwa hal penting dalam memulai bisnis bukan hanya materi dalam jumlah besar, namun antara lain butuh niat yang kuat, kesiapan dalam menghadapi berbagai situasi, luasnya relasi, dan kemampuan negosiasi.

Jualan Online Tanpa Ribet

101Red berupaya meningkatkan kembali slogan jualan online tanpa ribet. 101Red akan terus berupaya untuk menggandeng brand lokal dalam memajukan produk-produk indonesia.

Mengingat saat ini adalah era kolaborasi, Christina menyadari bahwa pihaknya tidak bisa fokus ke banyak hal sekaligus. “Kita perlu untuk menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, lalu mencoba mencari orang yang bisa melengkapi menopang kelemahan tersebut dan kita bisa fokus memaksimalkan kelebihan dengan tujuan untuk membesarkan bisnis.”

Kisah TanganDia yang Tumbuh Bersama Digitalisasi, Diayani: Pandemi Bukan Hambatan

Usaha dengan skala mikro atau kecil bukanlah sebuah hambatan untuk terus bertumbuh. Terlebih lagi di era digital seperti saat ini yang membuat berbagai hal lebih mudah untuk dilakukan, meski ketika situasi mencoba menghambatnya melalui pandemi. TanganDia membuktikannya dengan menjadi Best of The Best UMKM dalam event Telkomsel Digital Creative Entrepreneurs 2021.

Selain penolong saat pandemi, internet ternyata juga telah berperan besar dari awal perjalanan TanganDia. Bagaimana kisah lengkapnya? Simak cerita dari Diayani Sukardi, owner TanganDia, tentang kisah suksesnya bersama digitalisasi.

Berani Tampil Beda dengan Boneka Rajutan Tangan

TanganDia adalah sebuah usaha yang menjual hasil kreasi rajutan. Dinamakan TanganDia karena semua produk dihasilkan dengan tangan atau handmade. Kemudian, Dia sendiri diambil dari nama owner TanganDia.

“TanganDia itu memproduksi sebuah kreasi tangan berupa rajutan. Nah, nama TanganDia itu berasal dari nama saya, Dia, dan karena memang semua produk yang saya buat itu tidak ada yang menggunakan mesin, semuanya asli dari tangan,” kata Dia.

Seperti kebanyakan usaha kerajinan lainnya, TanganDia juga berawal dari hobi Dia dalam merajut. Namun, alih-alih membuat produk fashion seperti banyak pengrajin lainnya, Dia memilih untuk fokus pada pembuatan boneka rajutan tangan.

Sumber: Instagram @tangandia

“Awalnya itu hanya sekedar hobi saya yaitu merajut. Namun yang saya lihat di sini orang lain merajut hanya dalam bentuk baju kebanyakan, belum ada yang dalam bentuk boneka.  Jadi saya berfikir jika saya merajut dalam bentuk boneka akan ada peluang disitu.”

Dari situlah tekad Dia dimulai. Tekad tersebut juga menyemangatinya untuk belajar secara otodidak dan berkreasi dalam membuat pola boneka.

Memulai dari Platform Online dan Titip Jual

Meski tampil berbeda, namun ternyata tidak mudah bagi Dia dalam memasarkannya. Dia pun memanfaatkan media sosial, seperti Instagram. Kemudian, atas semangat dan dukungan yang diberikan teman-temannya, Dia juga menitipkan beberapa produk kreasinya di berbagai tempat, seperti kafe, dengan harapan meningkatkan awareness orang-orang terkait produknya.

Sumber: Instagram @tangandia

“Jadi, selama ini masih (jualan) sebatas online melalui media sosial seperti Instagram dan lain-lain. Saya belum memiliki toko sendiri. Namun, saya suka titipkan barang dagangan saya ini ke teman-teman yang bekerja di hotel atau kafe. Setidaknya sebagai contoh barang rajutan hasil saya. Alhamdulillah dari situ banyak orang yang meihat dan akhirnya tertarik untuk memesan,” ujar Dia.

Meski niat awal Dia hanya ingin menumbuhkan awareness pengunjung hotel atau kafe tempat ia menitipkan produknya, tapi hasilnya ternyata melebihi dugaan. Bahkan, ia juga berhasil menjual produknya ke Jerman melalui sistem titip jual tersebut.

“Kalo itu saya sudah pernah menjual ke Jerman, itu awalnya juga yang saya bilang dititipkan ke teman. Ternyata di Jerman banyak orang yang suka dan memesan ke saya.”

Tawar Menawar Jadi Tantangan yang Sering Dihadapi

Ketika menjual barang handmade yang pembuatannya membutuhkan waktu dan perhatian ke banyak detail, harga adalah satu hal yang seringkali menjadi kendala dalam proses penjualan. Hal ini juga dirasakan oleh TanganDia. Ia mengaku proses tawar menawar merupakan kendala yang paling sering ia temui selama menjalankan TanganDia. 

Namun, meski begitu, TanganDia tidak ingin kendala tersebut berubah menjadi hambatan TanganDia. Ia pun mengatasinya dengan menyesuaikan produk sesuai budget pelanggan.

Sumber: Instagram @tangandia

“Kesuliatnnya itu jika ada orang yang menawar, karena ini kan hasil karya tangan sendiri ya. Akhirnya saya mengatasi kesulitan tersebut dengan menanyakan terlebih dahulu budget dari orang yang memesan itu supaya saya bisa menyesuaikan barang yang harus saya buat.”

Berinovasi dan Raih Keuntungan di Tengah Pandemi

Banyak usaha terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 dari berbagai sisi, seperti dari sisi produksi maupun penjualan. Namun, hal ini ternyata tidak berlaku bagi TanganDia. Dia mengaku bahwa pandemi tidak menghambat TanganDia, melainkan menjadi momen TanganDia untuk berinovasi.

Saat berselancar di internet kala itu, Dia menemukan sebuah ide yang juga merupakan inovasi baru untuk TanganDia, yaitu membuat strap masker rajutan tangan.

“Sebetulnya kalau dibilang pandemi menghambat “TanganDia” tidak juga ya. Karena pandemi saya jadi mendapatkan inovasi baru dengan membuat strap masker namun dari rajutan tangan. Jadi alhamdulillah cukup meningkat omset penjualan dari strap masker, karena dalam sehari bisa menjual seratus strap masker,” jelas Dia.

Alih-alih terpuruk, ide tersebut membuat TanganDia meraih banyak keuntungan selama pandemi. Karena untuk memproduksinya tidak membutuhkan banyak bahan namun bisa terjual dalam jumlah banyak.

Untuk menjualnya, Dia juga masih memanfaatkan platform digital, seperti marketplace, dan menitipkannya kepada teman.

Konsisten Pada Niat Awal Menjadi Sumber Semangat

Rasa lelah dan ingin menyerah bisa mendatangi siapa saja, termasuk Dia. Meski tidak terlihat dari luar, tapi nyatanya Dia pernah merasakan momen ingin menyerah. Namun, Dia kini memiliki resep untuk mengatasi rasa lelah tersebut, yakni selalu ingat dan konsisten pada niat awal.

“Konsisten. Karena saya sudah sempat mau menyerah karena capek bikinnya lama, namun karena niat dari awal jadi saya berfikir sayang kalau saya harus berhenti disini. Melihat saya juga sudah berada di titik ini,” ujarnya.

Rencana Merambah Pasar Luar Negeri dengan Digitalisasi

Perkembangan TanganDia dari awal hingga sekarang ternyata tidak membuat Dia segera puas. Dia masih memiliki segudang rencana untuk TanganDia. Salah satunya adalah merambah pasar luar negeri dengan bantuan digitalisasi yang selama ini sudah menjadi ‘teman’ bagi TanganDia.

“Saya berencana ingin melakukan penjualan ke luar negeri dengan marketplace seperti eBay dan Alibaba yang tidak memiliki perang harga yang tinggi,” kata Dia.

Selain fokus untuk memasarkan produknya ke luar negeri, Dia juga ingin mencoba suatu hal yang baru dengan bantuan teknologi digital, yakni menjual pola atau desain berbayar melalui platform Etsy. Meskipun tantangannya, tapi menurutnya ide tersebut patut untuk dicoba.

“Dan rencana lain saya ingin menjual pola atau design berbayar yang bisa digunakan oleh orang lain. Walaupun tantangannya banyak namun tidak salah untuk mencoba ya. Di sisi lain meskipun tantangannya banyak, namun cukup menguntungkan. Dengan satu kali berpikir namun bisa menjual di beberapa orang yang bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan ya,” lanjutnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Dia juga berencana untuk memangun studio offline TanganDia yang nantinya bisa digunakan untuk pelatihan merajut.

Impian untuk Bisa Berdayakan Sesama Perempuan

Saat ini, selain fokus pada penjualan produk rajutannya, Dia juga membuka kursus atau pelatihan merajut untuk para ibu rumah tangga. Ia ingin membantu para ibu bisa memanfaatkan waktunya dengan kegiatan positif.

Sumber: Instagram @tangandia

Kemudian, ia juga memiliki harapan nantinya akan semakin banyak ibu yang bisa merajut dan membantunya dalam proses produksi TanganDia.

“Harapannya yang pasti semoga semakin banyak yang bisa merajut karena saya memiliki harapan ingin menambah pegawai dan membantu ibu ibu rumah tangga agar memiliki kesempatan untuk berkegiatan yang lain selain berdiam dirumah.”

Teknologi adalah Proses Menjadi Bisa Karena Terbiasa

Meski kini sudah banyak UMKM yang berhasil memanfaatkan teknologi, tapi masih banyak pula UMKM lainnya yang masih takut dan tidak bisa untuk memulainya. Dia pun memberi saran untuk jangan pernah takut dalam mencoba. Bisa karena terbiasa.

“Kalo saran dari saya, sih, jangan pernah takut untuk mencoba atau terjun langsung dalam proses digitalisasi. Sebenarnya bukan tidak bisa, namun hanya belum terbiasa. Jika dibiasakan saya yakin akan bisa, karena hal tersebut akan dilakukan secara terulang yang membuat kita mahir atau bisa. Intinya bukan tidak bisa tapi hanya belum terbiasa.”

Berani berinovasi, pantang menyerah, dan terus bermimpi besar adalah beberapa hal yang bisa diambil dari kisah yang dibagikan oleh Dia dalam perjalanannya membangun TanganDia. Tiga hal itu juga yang membawa Dia bisa bermanfaat untuk sesama melalui pelatihan yang ia adakan.

Sejak awal berdiri hingga sekarang, TanganDia juga tak pernah luput memanfaatkan berbagai kemudahan yang diberikan di era digital. Bahkan ia pun berencana untuk terus mengembangkan TanganDia dengan bantuan digitalisasi. Karena baginya, selama berani mencoba, semua bisa menjadi mungkin.

Di Balik Kisah Sukses Game Tahu Bulat yang Fenomenal

Siapa yang hari ini tidak tahu game berjudul Tahu Bulat karya Own Games? Game tersebut telah berhasil menembus top chart di Google Play mengalahkan game sekelas Clash of Clans.

Namun tidak banyak yang tahu apa kunci dibalik kesuksesan game tersebut. Tahu Bulat bukan hanya sebuah game yang diluncurkan dalam rangka mengikuti tren, tapi game ini merupakan kesuksesan yang berbuah dari kerja keras dan konsistensi.

Perjalanan Own Games

Own Games bukanlah pemain baru di industri game Indonesia. Mereka telah aktif di belantara game lokal sejak 2011. Tahun itu merupakan era kejayaan Nokia dan Own Games salah satu pengembang game yang cukup sukses di Nokia. Salah satu game mereka yang berjudul Beneath the Well dan Own Pet Dragons pernah di-pre load oleh perangkat Nokia. Sudah 5 tahun lebih Own Games terus berkarya dan mengembangkan produk-produk mereka.

Game-game Own Games di Google Play
Game-game Own Games di Google Play

Di platform Android, Own Games sudah merilis cukup banyak judul game seperti Own Super Squad, Own Pet Dragon, Eyes On Dragon, Own Kingdom, dan masih banyak lainnya.

Dilihat dari jumlah download-nya, mungkin bisa dikatakan game-game tersebut belum sesukses Tahu Bulat. Ada yang download-nya tinggi, ada yang biasa saja, ada yang kurang. Namun satu hal yang pasti, sukses itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan juga konsistensi. Own Games terus berkarya dan berinovasi mencoba mewujudkan game-game terbaik hingga akhirnya lahir game Tahu Bulat.

Tahu Bulat 1 Juta Download
Tahu Bulat 1 Juta Download

Lahir dari keisengan

Game Tahu Bulat ini juga lahir dari program rutin Own Games membuat satu game design setiap dua minggu sekali. Awalnya program ini dibuat untuk meningkatkan pengetahuan dan skill terkait pengembangan game mereka agar bisa terus berinovasi.

Pada acara Pasar Komik Bandung 2016, Own Games iseng membuat game yang awalnya hanya ide saja tetapi akhirnya dibuat dalam bentuk game. Dan di versi awal yang dibuat dalam waktu satu hari ini saja, ternyata respon pengunjung acara tersebut sangat bagus, ini membuat Own Games mengerjakan game tersebut lebih serius lagi sebelum merilisnya ke publik.

Mirip seperti kisah kesuksesan Flappy Bird, game Tahu Bulat menjadi viral karena mendapat exposure dari media. Dalam waktu singkat, game Tahu Bulat bisa mendapat ratusan ribu download. 

Hal ini bukan hanya karena nama game-nya saja yang unik, tapi game-nya sendiri juga tidak sembarangan. Dengan model genre clicker game, Tahu Bulat menjadi game yang sangat sederhana dan mudah dimainkan. Namun jangan salah, konten di dalam game ini sangat dalam dan adiktif.

Mengalahkan Clash of Clans
Mengalahkan Clash of Clans

Konten di dalam game

Jika exposure yang sama dialami oleh game developer lain, mungkin belum tentu memiliki kisah yang indah dan mendapatkan download yang terus bertambah. Mungkin ketika exposure tersebut berhenti, game tersebut juga akan hilang. Own Games menunjukkan kelasnya dan juga pengalamannya di dunia game dengan terus memberikan update dan mencoba mendengarkan feedback dari pemainnya, sehingga game ini mendapatkan pengguna yang loyal.

Ada kolaborasi dengan tokoh komik Ghosty, ada update fitur di dalam game yang menarik, hingga update tematik seperti menyambut bulan Ramadhan. Own Games secara konsisten dan tekun terus menjaga game Tahu Bulat agar bisa merangkul para pemainnya. Mental seperti itulah yang harus dimiliki oleh para game developer di Indonesia.

Berbagi dengan pengembang game lain

Terkait dengan mental positif, Own Games juga tidak ingin menikmati kesuksesan mereka sendiri. Mereka berbagi kebahagiaan dengan game developer lokal lainnya dengan cara memberikan spot iklan khusus untuk game buatan Indonesia. Untuk bisa memajukan ekosistem game di Indonesia, memang dibutuhkan kolaborasi yang erat.

Hal menarik lain tentang studio game asal Bandung ini adalah mereka juga menganggap ringan kasus munculnya cloning dari Tahu Bulat. Mereka menganggap bahwa rejeki sudah ada jatahnya masing-masing sehingga tidak perlu dipersoalkan lebih jauh. Jika Anda sering melihat Play Store untuk kategori game, maka Anda mungkin sempat melihat berbagai game cloning Tahu Bulat.

Tahu Bulat Turut Membantu Developer Lokal Lainnya
Tahu Bulat Turut Membantu Developer Lokal Lainnya

Tentunya akan menarik untuk melihat perkembangan game dan kejutan apa lagi yang akan dihadirkan oleh Own Games.

Bagi Anda yang belum memainkan game yang sukses mengangkat derajat game lokal ini, Tahu Bulat sudah bisa dimainkan untuk pengguna Android. Unduh game-nya di Google Play secara gratis.

Application Information Will Show Up Here