Observing the Potential of Co-Living Business in the Digital Era

The well-established ecosystem of boarding house [further mentioned by kost-kostan] sector or what is recently known as co-living, has become an opportunity for startups like RoomME. This platform, which specifically caters for homestay owners and seekers, tries to boost the company’s acceleration by providing further education and introduction to technology and the use of applications to make it easier for homestay owners and seekers.

In this #Selasastartup edition, DailySocial presents RoomME Co-Founder & COO Winoto Hartanto.

Kost-kostan business transformation

The concept of kost-kostan has always been very familiar to the people of Indonesia. By prioritizing a family culture and a close relationship between the owner and the seeker, makes this business never subside and they are always glimpsed by the house owners. Seeing this potential, RoomME founders tried to find opportunities that could then be explored to target this sector.

“For a long time, this business was known as kost-kostan. However, nowadays when many investors come and to simplify a more general term, co-living has been introduced, but it does not leave the essence of the business,” Winoto said.

Many insights were later found by Winoto along with other colleagues when he then started building RoomME. Starting from quite a lot of feedback from the boarding house owner to the ability of technology to make it easier for both parties. This then differentiates a platform like RoomME from other similar platforms.

“Since the beginning, we have focused on providing services to boarding owners as well as boarding house seekers, in contrast to other platforms, which are mostly marketplaces,” Winoto said.

Pandemic drives acceleration

About the pandemic hindered the growth of RoomME’s business, Winoto emphasized that at the beginning of the pandemic, it had experienced problems. However, the pandemic has also created creativity among the management and RoomME team to move faster.

Among those are accelerating the digital and educational process for owners and seekers. Education is a powerful way that is claimed to be able to accelerate awareness and digital adoption of RoomME’s target market.

“Using the application, we strive to provide information and convenience to boarding owners to manage their boarding business. Meanwhile, for boarding seekers, using the application gives them the flexibility to search for boarding houses anywhere and anytime,” Winoto said.

In particular, RoomME offers two service options to boarding owners, those who want to have the freedom to manage their boarding business and services that make it easier for homestay owners when they want to jump right into managing their business.

“To date, with the education we have launched, we have not encountered any obstacles. From various groups, young and old alike, have adopted RoomME technology very well,” Winoto added.

In the future, RoomME sees that the future of the co-living business in Indonesia is very bright, as seen from the stable interest of boarding house seekers and a large number of house owners in Greater Jakarta. Expansion to reach a wider market is also the next for RoomME’s plan.

“Last year we were present in Jabodetabek. Next year we plan to expand to Bandung and Yogyakarta. In the future RoomME wants to be a platform that unites industries that are still very fragmented,” Winoto said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menyimak Potensi Bisnis Co-Living di Era Digital

Sudah mapannya ekosistem yang ditawarkan oleh sektor indekos atau yang sekarang dikenal dengan istilah co-living, menjadi peluang yang kemudian diincar oleh startup seperti RoomME. Platform yang secara khusus meng-cater pemilik dan pencari indekos ini, mencoba untuk mempercepat akselerasi perusahaan dengan melakukan edukasi dan pengenalan lebih jauh tentang teknologi dan penggunaan aplikasi untuk mempermudah pemilik dan pencari indekos.

Dalam edisi #Selasastartup kali, DailySocial menghadirkan Co-Founder & COO RoomME Winoto Hartanto.

Transformasi bisnis kos-kosan

Sejak dulu konsep indekos sudah sangat familiar oleh masyarakat Indonesia. Dengan mengedepankan kultur kekeluargaan dan relasi yang dekat antara pemilik dengan pencari, menjadikan bisnis ini tidak pernah surut dan selalu dilirik oleh mereka pemilik indekos. Melihat potensi tersebut kemudian para pendiri RoomME mencoba untuk mencari peluang yang kemudian bisa dijajaki untuk menyasar sektor ini.

“Sejak dulu bisnis ini memang dikenal dengan nama kost-kostan. Namun saat ini ketika banyak investor yang masuk dan untuk mempermudah istilah yang lebih umum, co-living kemudian mulai diperkenalkan, namun tidak meninggalkan esensi dari bisnis itu,” kata Winoto.

Banyak insight yang kemudian ditemukan oleh Winoto bersama dengan rekan lainnya ketika kemudian mulai membangun RoomME. Mulai dari feedback yang cukup banyak dari pemilik indekos hingga kemampuan teknologi untuk mempermudah kedua belah pihak. Hal tersebut yang kemudian membedakan platform seperti RoomME dengan platform serupa lainnya.

“Sejak awal kami fokus memberikan layanan kepada pemilik indekos juga pencari indekos, berbeda dengan platform lainnya yang kebanyakan adalah marketplace saja,” kata Winoto.

Pandemi percepat akselerasi

Disinggung apakah pandemi menghambat pertumbuhan bisnis RoomME, Winoto menegaskan saat awal pandemi memang sempat mengalami kendala. Namun di sisi lain pandemi juga menciptakan kreativitas di antara manajemen dan tim RoomME untuk bergerak lebih cepat.

Di antaranya adalah mengakselerasi digital dan proses edukasi kepada pemilik dan pencari. Edukasi merupakan cara ampuh yang diklaim mampu mempercepat awareness dan adopsi digital kepada target pasar dari RoomME.

“Memanfaatkan aplikasi kami berupaya untuk memberikan informasi dan kemudahan kepada pemilik indekos untuk mengelola bisnis kost mereka. Sementara untuk pencari kost, memanfaatkan aplikasi memberikan mereka fleksibilitas pencarian kost di mana saja dan kapan saja,” kata Winoto.

Secara khusus RoomME menawarkan dua pilihan layanan kepada pemilik indekos, yaitu bagi mereka yang ingin memiliki kebebasan mengelola bisnis indekos mereka dan layanan yang memudahkan pemilik indekos ketika ingin terjun langsung mengelola bisnis mereka.

“Sejauh ini dengan edukasi yang kami lancarkan kami tidak menemui kendala. Dari berbagai kalangan tua maupun muda, telah mengadopsi teknologi RoomME dengan sangat baik,” kata Winoto.

Ke depannya RoomME melihat masa depan bisnis co-living di Indonesia sangat cerah, dilihat dari stabilnya minat di kalangan pencari indekos dan jumlah yang cukup besar mereka pemilik indekos di Jabodetabek. Ekspansi untuk menjangkau pasar yang lebih luas juga menjadi rencana RoomME selanjutnya.

“Tahun lalu kami sudah hadir di Jabodetabek, tahun depan kami berencana untuk melakukan ekspansi ke Bandung dan Yogyakarta. Ke depannya RoomME ingin menjadi platform yang menyatukan industri yang hingga kini masih sangat fragmented,” kata Winoto.

ZEN Rooms Hadirkan Konsep Penginapan Non-Hotel ZEN Home

Layanan marketplace budget hotel, ZEN Rooms meluncurkan layanan terbaru ZEN Home yang diklaim merupakan dukungan ZEN Rooms untuk Indonesia memberdayakan industri pariwisata dan perhotelan. Setelah merangkul berbagai pemilik hotel dan homestay, kini ZEN Home menghadirkan pilihan penginapan properti non hotel (misalnya kost-kostan) untuk pengguna ZEN Rooms di Indonesia. Masih fokus di Jakarta, ZEN Home menargetkan bakal mengumpulkan sebanyak 100 kost-kostan hingga akhir tahun 2017.

“Memulai bisnis di Jakarta sendiri sudah menjadi salah satu bentuk cinta ZEN Rooms terhadap Indonesia. Dan untuk memajukan industri pariwisata dan perekonomian Tanah Air, ZEN Rooms melebarkan bisnis dengan memperkenalkan ZEN Home,” ungkap Country Manager ZEN Rooms Indonesia, Nikita Semenov.

Konsep ZEN Home sendiri adalah jenis properti ZEN Rooms berbentuk rumah, apartemen, kost-kostan, atau bangunan bukan hotel lainnya yang dikelola perorangan.

Kepada DailySocial, Semenov menjelaskan perbedaan antara layanan ZEN Home dengan layanan lokal serupa, seperti Infokost. Lebih dari sekedar marketplace, ZEN Home memberikan pendekatan yang berbeda dan lebih personal kepada pemilik kost-kostan di Indonesia.

“Selain memberikan komisi yang menarik, pemilik properti kost-kostan juga mendapatkan edukasi mengenai manajemen dan bagaimana cara tepat memasarkan properti mereka untuk bisnis.”

Pemilik kost-kostan yang sudah bergabung dengan ZEN Home akan diberikan perlengkapan kamar tidur dengan logo resmi dan kesempatan untuk mempromosikan bangunan mereka dengan harga khusus di ZEN Home.

“Kita juga memastikan properti milik mitra akan terjamin pemesanannya, sehingga pemilik bangunan bisa terus mendapatkan tamu sesuai dengan ketersediaan ruangan,” kata Semenov.

Ekspansi di Asia Tenggara

ZEN Rooms awalnya mencoba konsep ZEN Home di Jakarta dari jenis properti kost-kostan. Hingga kini ZEN Rooms telah memiliki 949 properti dengan 77 properti flagship yang dikelola penuh, dan telah meluncurkan 17 properti bertipe ZEN Home, baik di Indonesia, juga di luar negeri seperti di Malaysia, Filipina, dan Thailand. Dan melihat besarnya potensi konsep ini, ZEN Rooms bakal memperluas cakupannya hingga Bali, Bogor, dan Jogjakarta.

“Setelah melakukan percobaan di Jakarta, ZEN Home memiliki potensi untuk berkembang, sesuai dengan maraknya jumlah pemilik kostan di Jakarta dan kota besar lainnya. Selanjutnya ZEN Rooms akan menambahkan fitur terbaru seperti check-in management  untuk memudahkan pengguna dan pemilik properti,” tutup Semenov.

Application Information Will Show Up Here