Sempat Alami Kesulitan Bisnis, Infokost Kini Diakuisisi Rukita

Bertujuan untuk memperluas cakupan bisnis, Rukita resmi mengakuisisi platform Infokost. Sebelumnya Infokost telah menutup layanan mereka pada tahun 2020 lalu dan berada di bawah naungan GDP Venture.

Sebelumnya layanan Infokost sempat dihentikan pada tahun 2020 karena kesulitan bisnis, ditambah pandemi. Hal tersebut diberitahukan perusahaan melalui situs resminya. Infokost memiliki lebih dari 20 ribu listing hunian berisi informasi lengkap, mulai dari data dan kelengkapan fasilitas di hunian, fasilitas umum seperti lokasi ATM dan minimarket, hingga peta lokasi. Untuk aplikasi, mereka menyediakan aplikasi IbuKost untuk manajemen properti bagi pemilik atau pengelola.

Setelah resmi menjadi sister company dari Rukita, Infokost akan diperbarui dari sisi tampilan di situs agar bisa lebih segar dan relevan untuk pengguna. Dengan demikian Infokost bisa menawarkan lebih dari satu juta kamar dalam listing properti infokost.id serta melayani 50 ribu pemilik indekos.

“Dengan akuisisi ini kami dapat melayani lebih banyak lagi konsumen dan pemilik properti di seluruh Indonesia melalui Infokost Ini merupakan satu dari serangkaian perluasan bisnis yang dilakukan Rukita di tahun 2022,” ungkap Co-Founder & CTO Rukita Xu-Zonne Ho.

Nantinya Infokost tetap akan menjalankan bisnisnya secara independen. Namun, manajemen property listing dan lainnya masih di bawah supervisi langsung dari Rukita. Beberapa listing dari Rukita nantinya juga akan masuk ke dalam Infokost.

Dari sisi pengguna, Rukita terpisah dengan Infokost. Tidak ada rencananya untuk menggabungkan aplikasi Rukita dan Infokost dalam satu platform.

“Ke depannya, kami akan terus melakukan pengembangan inovasi dan fitur terbaru di Infokost.id untuk segera menghadirkannya ke masyarakat, sehingga Infokost dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para konsumen dan pemilik indekos,” kata Xu.

Penyedia hunian jangka panjang

Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, Rukita mengklaim telah memiliki total 13 juta pengunjung di situs sejak peluncuran pertamanya di pertengahan 2019 lalu. Diawali oleh layanan properti manajemen melalui brand Rukita, kemudian menambah perluasan layanannya melalui RuOptions, layanan marketing properti. Serangkaian inovasi melalui Aplikasi Rukita, Aplikasi Rumanage, Rukita Mods, dan inovasi lainnya juga dilancarkan secara agresif di tahun 2021.

Rukita yang semula berfokus kepada co-living kini beralih menegaskan posisinya sebagai Penyedia Sewa Hunian Jangka Panjang, lewat rencana akuisisi dan ekspansi besar-besaran yang dilakukan di sepanjang tahun 2022 ini.

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, Rukita berhasil meningkatkan kerja sama dengan lebih dari 20.000 properti dalam platformnya. Hunian ini tersebar di area-area padat sekitar Jabodetabek dengan rentang harga yang ditawarkan beragam tergantung fasilitas dan posisi yang menunjang.

Baru-baru ini Rukita juga tergabung dalam Surge (Program percepatan dari Sequoia Capital India). Program ini diikuti 20 perusahaan startup (salah satunya Rukita) dengan total pendanaan $60 juta dari Surge dan para co-investor.

“Rukita memiliki keahlian dalam pengelolaan properti dan pemanfaatan teknologi untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik bagi kaum urban di Indonesia. Dengan semangat inovasi yang menjawab kebutuhan milenial, kami siap memantapkan posisi kami di industri ini,” tutup Xu.

Pasar hunian sewa memang cukup besar di Indonesia di tengah pesatnya urbanisasi. Selain Rukita, platform lain yang fokus ke layanan ini adalah Mamikos. Selain layanan listing, mereka juga mulai merambah ke co-branding dan layanan pengelolaan properti sewa.

Application Information Will Show Up Here

Konsep Co-Living Makin Diminati, Rukita Perbarui Aplikasi Targetkan Komunitas

Konsep hunian co-living menjadi semakin diminati, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Penyewaan kamar pribadi jangka panjang dengan fasilitas dan ruang bersama sebenarnya bukanlah konsep yang baru, hanya saja di sini lebih akrab dengan sebutan indekos. Indekos dianggap terjangkau dan praktis, terutama bagi kalangan profesional muda, karena lebih terjangkau dan terletak dekat area institusi atau perkantoran.

Salah satu pemain yang menyasar segmen ini adalah Rukita, sebuah startup penyedia layanan co-living yang diklaim sangat praktis dan cocok untuk profesional muda dalam mencari hunian siap pakai. Belum lama ini Rukita meluncurkan aplikasi terbarunya, menawarkan informasi lengkap untuk eksplorasi ketersediaan unit sewa kost atau apartemen di lokasi terdekat.

“Profesional muda akan lebih mudah melihat dan memesan unit properti hanya dari gawai pribadi, baik ponsel atau pun komputer, di mana pun dan kapan pun,” ungkap Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy.

Selain menawarkan kamar serta berbagai kebutuhan terkait hunian bagi pelanggan, dalam update aplikasi terbarunya, Rukita menyediakan fitur baru, “Community” untuk mendorong tenant dan masyarakat luas terutama para profesional muda saling berinteraksi dan membangun relasi yang lebih baik. Fitur ini diharapkan bisa semakin memberikan pengalaman co-living yang lebih optimal.

“Di aplikasi Rukita, masyarakat terutama para milenial dapat mencari pilihan unit, memantau status pembayaran, mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas, berinteraksi daring melalui kolom komentar, hingga mengakses kumpulan artikel menarik yang memperkaya wawasan,” ujar Sabrina.

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, Rukita berhasil meningkatkan kerja sama dengan lebih dari 20.000 properti dalam platformnya. Hunian ini tersebar di area-area padat sekitar Jabodetabek dengan rentang harga yang ditawarkan beragam tergantung fasilitas dan posisi yang menunjang.

Sejalan dengan komitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan di sektor proptech, Rukita menerapkan model bisnis yang berinvestasi pada kapasitas manajemen properti dari hulu ke hilir, meliputi pemeriksaan dan penilaian bangunan sebelum proses transformasi, pemasaran & akuisisi penghuni, operasional, pemeliharaan properti, hingga pasca-penyewaan.

“Para profesional muda yang punya sambilan investasi properti kosan juga akan dimudahkan dengan bermitra dengan Rukita. Mereka bisa terus bekerja seperti biasa dan sambil mendapatkan passive income tanpa ribet, karena semua sudah dikelola dengan baik oleh Rukita.” tambahnya.

Tren co-living di masa pandemi

Sebagai alternatif baru, perkembangan bisnis hunian co-living mulai mengalami peningkatan di awal 2020, terutama di Jakarta. Ketika pandemi Covid-19 melanda, alih-alih menurun seperti layanan coworking space, peminat hunian co-living justru melonjak. Hal ini seiring dengan berkembangnya tren bekerja dari rumah (WFH) serta kesadaran masyarakat akan harga beli properti yang tinggi dan akhirnya lebih memilih untuk menyewa hunian yang lebih terjangkau untuk menekan biaya.

Hal ini sempat disampaikan oleh Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy yang mencatat jumlah penghuni baru bertumbuh hampir 2,5 kali lipat pada akhir tahun 2020. Pasalnya, konsep hunian ini menawarkan kenyamanan dengan harga terjangkau dan fasilitas yang lengkap, bahkan telah menjadi pilihan para milenial dan kaum urban.

Meskipun begitu, tidak sedikit dari penghuni indekos yang berfikiran untuk meninggalkan hunian saat ini dan memilih untuk pulang ke kampung halaman atau kembali ke rumah. Mengingat sebagian dari mereka adalah perantau, yang ketika mendapat kabar WFH tanpa pikir panjang langsung berkemas. Hal ini sebagai salah satu upaya menghemat biaya hidup di kota.

Aplikasi sejenis di Indonesia

Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living. Dalam segmen ini, Rukita tidak sendiri. Setidaknya ada empat platform lain yang menawarkan layanan sejenis di Indonesia, seperti Mamikos, Flokq, Travelio, Roomme, dan Cove yang berbasis di Singapura.

Aplikas Properti kelolaan Area Unduhan Rating
Rukita 20 ribu+ Jabodetabek 10 ribu+ 4.0
Mamikos 2 juta+ 140 kota 1 juta+ 4.5
Flokq Jabodetabek, Bali 1.000+ 3.9
Travelio 8.000+ 25 kota 1 juta+ 4.5
Cove 1.000+ (Jakarta) Singapura, Jakarta
Roomme 10 ribu+ Jabodetabek 50 ribu+ 3.4

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan real estat termasuk sektor bisnis yang tumbuh sepanjang kuartal I/2021. Data dari Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) juga menunjukkan bahwa apartemen siap huni menjadi salah satu subsektor yang paling terlihat pertumbuhannya. Sektor properti yang terus bertumbuh diproyeksi akan menjadi pendorong meningkatnya peluang bisnis co-living di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mudahkan Pemilik Properti Kelola Bisnis, Rukita Luncurkan Layanan “RuOptions”

Meluncur sebagai platform proptech yang berfokus menyediakan layanan pengelolaan properti secara menyeluruh, Rukita mulai melihat besarnya kebutuhan dari pemilik properti yang secara khusus membutuhkan dukungan dari sisi pemasaran dan penjualan.

Melihat potensi tersebut, Rukita menghadirkan “RuOptions” bagi pemilik properti yang ingin mengoptimalkan upaya pemasaran dan penjualan hunian indekosnya dengan kegiatan operasional yang dikelola secara mandiri.

Kepada DailySocial, Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy mengungkapkan, dengan layanan ini, pemilik properti memiliki peluang lebih tinggi dalam memaksimalkan bisnisnya dengan menjaring calon penghuni milenial.

“Layanan RuOptions menerapkan sistem pemasaran dan penjualan terintegrasi, baik secara offline maupun online. Seluruh kegiatannya pun dikelola sepenuhnya oleh tim Rukita, mulai dari pembuatan materi dan dokumentasi yang menarik, proses pemasaran di berbagai kanal, transaksi, hingga onboarding penghuni.”

Selain itu, Rukita juga menyediakan tim layanan pelanggan serta mengelola proses administrasi dan penagihan biaya sewa penghuni, sehingga mitra pemilik properti dapat berfokus pada hal operasional. Dasbor khusus juga disediakan bagi mitra untuk memonitor tingkat okupansinya secara real-time. Di samping itu, Rukita juga menyediakan layanan operasional tambahan, seperti tenaga kerja kebersihan dan keamanan yang terlatih.

Sementara itu untuk penghuni, RuOptions memberikan lebih banyak pilihan tempat tinggal yang layak dengan rentang harga yang lebih beragam sesuai anggarannya. Para penghuni pun tetap dapat memperoleh keuntungan menarik layaknya para Rukees yang tinggal di unit Rukita lainnya, seperti mendapatkan penawaran khusus dari para mitra, akses ke aplikasi Rukita, menjadi bagian dari komunitas Rukees dan bergabung di kegiatan komunitas.

Hingga saat ini Rukita telah mengoperasikan lebih dari 3500 kamar di wilayah Jadetabek dengan 2800+ penghuni dan 120+ mitra pemilik properti. Tahun ini ada sejumlah target yang akan dilancarkan oleh Rukita, di antaranya adalah ekspansi bisnis di wilayah Jadetabek dan inovasi produk untuk menjawab kebutuhan kalangan milenial akan hunian coliving. Untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih, Rukita juga akan berfokus pada pengembangan teknologi dengan menghadirkan fitur baru di aplikasi tenant dan memperkaya ekosistem di platformnya melalui rangkaian kemitraan.

Community engagement juga akan menjadi prioritas utama Rukita untuk menciptakan komunitas yang lebih aktif dan akrab sejalan dengan ciri khas hunian coliving. Sementara itu, pembicaraan tentang pendanaan selalu berjalan dan fokus kami tetap untuk berusaha mewujudkan misi utama kami,” kata Sarah.

Untuk bisa tampil lebih unggul dibandingkan pemain lainnya seperti RoomME, Mamikos dan lainnya, Rukita menciptakan produk-produk berbasis teknologi yang inovatif untuk menjawab kebutuhan penghuni maupun pemilik properti. Yaitu dengan menyederhanakan proses pencarian hunian secara online, para penghuni dapat memesan layanan & add-ons, melakukan pembayaran sewa, serta mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas melalui aplikasi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis Rukita

Saat pandemi tahun 2020 lalu, Rukita mengklaim bisa bertahan mengembangkan bisnis dan telah menunjukkan pertumbuhan yang positif berkat adaptasi berkelanjutan. Sejak kuartal ketiga tahun lalu, Rukita terus mengalami pertumbuhan okupansi dengan tingkat okupansi rata-rata saat ini berada di angka 80%. Sementara itu, jumlah penghuni baru pada kuartal pertama tahun ini juga mencapai rekor tertinggi setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 122% pada semester kedua jika dibandingkan dengan semester pertama pada 2020.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Rukita untuk mengakali kondisi tersebut adalah melancarkan beberapa inisiatif new normal yang dilakukan untuk menghadirkan layanan yang tetap relevan dalam menjawab kebutuhan saat ini. Mulai dari menyediakan fasilitas yang mendukung produktivitas penghuni saat bekerja dari rumah, memfasilitasi tes rapid antigen, dan lain-lain.

“Rukita juga menggandeng para mitra yang kredibel untuk menghadirkan beragam nilai tambah yang mempermudah para penghuni dalam beradaptasi di era new normal dengan fokus utama pada kenyamanan, kemudahan, dan keselamatan. Sejumlah kemitraan yang sedang berlangsung saat ini, di antaranya Sayurbox, Ruparupa, Lalamove, KlinikGo, Sneakershoot, Elevenia Mart,” kata Sarah.

Salah satu inovasi yang sudah diluncurkan tahun ini adalah, fitur “WFH ready”. Sebuah kamar memiliki fasilitas pendukung WFH yang layak, seperti koneksi internet berkecepatan tinggi, meja dan kursi kerja yang nyaman, lampu meja dengan penerangan yang memadai, rak untuk meletakkan peralatan kantor, hingga mesh board dekoratif yang membuat meja kerja lebih menarik.

Sebagai platform yang menghadirkan solusi lokal, Rukita terdiri atas gabungan tim lokal dengan pemahaman mendalam akan kebiasaan dan preferensi para penghuni dan pemilik properti. Sehingga memungkinkan mereka untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat Indonesia. Contohnya, pasangan yang belum menikah dilarang untuk tinggal bersama.

“Oleh karena itu, Rukita melakukan pengecekan latar belakang bagi calon penghuni secara ketat dan berkomitmen untuk menyewakan hunian secara bulanan untuk meminimalisir permasalahan sosial yang kerap terjadi di properti dengan penyewaan harian. Kebijakan ini menjadi solusi yang menguntungkan, baik bagi kenyamanan penghuni maupun pemilik properti,” tutup Sarah.

Application Information Will Show Up Here

Mamikos Perluas Solusi Pengelolaan Properti, Hadirkan “Apik by Singgahsini”

Platform listing indekos Mamikos memperkenalkan “Apik by Singgahsini”, layanan baru untuk solusi pengelolaan properti indekos yang mengedepankan standar kualitas pelayanan. Layanan ini melengkapi solusi Mamikos lainnya, setelah listing indekos dan Singgahsini (sebelumnya bernama Mamirooms).

Co-Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit mengatakan kehadiran Apik by Singgahsini dapat memberikan akses kemudahan untuk membantu Mitra Mamikos dalam menjalankan bisnis kosnya dengan efektif dan membuka peluang dalam memanfaatkan saluran pemasaran yang sesuai dengan pasar.

“Bagi sebagian besar penyewa kosan yang merupakan perantau jauh dari keluarga, kos-kosan telah menjadi rumah kedua. Untuk itu, penting bagi Mitra Mamikos untuk memperhatikan pengelolaan kos yang tepat,” terangnya dalam keterangan resmi.

Dijelaskan lebih jauh oleh Anggit saat dihubungi DailySocial, Apik by Singgahsini dan Singgahsini adalah sama-sama solusi pengelolaan properti dari Mamikos. Perbedaannya dari sisi standarisasi fasilitas. Apik by Singgahsini memiliki ketentuan indekos yang didaftarkan memiliki fasilitas dasar, seperti kasur berdipan, tirai, dan jaringan Wi-Fi. Apik by Singgahsini diperuntukkan bagi Mitra Mamikos yang terletak di area-area strategis di perkotaan.

Apik by Singgahsini / Mamikos
Apik by Singgahsini / Mamikos

Sedangkan ketentuan di Singgahsini lebih premium karena indekos yang didaftarkan harus memiliki Wi-Fi, kamar mandi dalam dan closet duduk, AC, kasur berdipan, meja, kursi, dan lemari. “Untuk pemilik kos yang memasang listing di Mamikos tidak otomatis terdaftar di layanan keduanya [Apik by Singgahini dan Singgahsini]. Mereka harus mendaftar terlebih dulu dan melalui proses verifikasi.”

Selain itu, Mamikos juga memberikan pelatihan dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan manajemen, di antaranya pelatihan kepada operator kos dan penjaga kos agar dapat membantu Mitra menjalankan bisnisnya dengan layanan yang profesional.

Tak hanya itu, dalam platform Apik juga disediakan pengelolaan manajemen properti kos, seperti laporan performa bisnis bulanan, property branding, pemasaran dengan konten visual, dan customer service yang melayani keluhan pengguna.

“Kami yakin dengan penerapan standar pelayanan yang profesional, akan membantu pemilik dan pengelola kos untuk meningkatkan okupansi properti kosnya, mengembangkan potensi pendapatan bisnis kos secara maksimal, dan menciptakan pengalaman penyewa kosan yang lebih baik, sehingga kos memiliki retensi dan loyalitas yang baik.”

Anggit menuturkan kedua solusi pengelolaan properti ini adalah cara Mamikos dalam melakukan monetisasi. Meski tidak dijelaskan persentasenya, dia bilang saat bergabung dengan layanan Apik by Singgahsini dan Singgahsini akan ada komisi yang skema serta besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Tren hunian indekos

Industri properti indekos sempat terpukul pada awal pandemi karena aktivitas belajar mengajar dialihkan ke rumah. Namun seiring waktu, pelonggaran sejumlah aktivitas luar dari pemerintah kembali menggairahkan. Hal yang sama juga dirasakan oleh Mamikos.

Pada Q1 2021 kemarin, permintaan indekos kembali meningkat di beberapa kota, mulai dari 100%-200% walaupun belum merata. Menurut Anggit, apabila kondisi pandemi membaik di paruh kedua tahun ini, didukung oleh semakin meratanya vaksin dan kebijakan perkuliahan, diperkirakan peningkatannya bisa mencapai 300% di daerah bisnis dan 400%-500% di daerah kampus.

Saat ini Mamikos menyediakan informasi kos Mitra tersebar di 142 kota dan ada ratusan ribu mitra yang bergabung. Lokasi para mitra, tersebar di Jabodetabek, Yogyakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya.

Indekos memang menjadi salah satu alternatif hunian yang cukup terjangkau, khususnya bagi pekerja dan pelajar di perkotaan. Besarnya minat atas indekos, membuat banyak platform digital mencoba menjembataninya. Selain Mamikos, di Indonesia ada beberapa pemain lainnya dengan keunikan masing-masing, di antaranya RoomMe, Flokq, Rukita, KoolKost by RedDoorz, hingga Oyo Life.

Application Information Will Show Up Here

Observing the Potential of Co-Living Business in the Digital Era

The well-established ecosystem of boarding house [further mentioned by kost-kostan] sector or what is recently known as co-living, has become an opportunity for startups like RoomME. This platform, which specifically caters for homestay owners and seekers, tries to boost the company’s acceleration by providing further education and introduction to technology and the use of applications to make it easier for homestay owners and seekers.

In this #Selasastartup edition, DailySocial presents RoomME Co-Founder & COO Winoto Hartanto.

Kost-kostan business transformation

The concept of kost-kostan has always been very familiar to the people of Indonesia. By prioritizing a family culture and a close relationship between the owner and the seeker, makes this business never subside and they are always glimpsed by the house owners. Seeing this potential, RoomME founders tried to find opportunities that could then be explored to target this sector.

“For a long time, this business was known as kost-kostan. However, nowadays when many investors come and to simplify a more general term, co-living has been introduced, but it does not leave the essence of the business,” Winoto said.

Many insights were later found by Winoto along with other colleagues when he then started building RoomME. Starting from quite a lot of feedback from the boarding house owner to the ability of technology to make it easier for both parties. This then differentiates a platform like RoomME from other similar platforms.

“Since the beginning, we have focused on providing services to boarding owners as well as boarding house seekers, in contrast to other platforms, which are mostly marketplaces,” Winoto said.

Pandemic drives acceleration

About the pandemic hindered the growth of RoomME’s business, Winoto emphasized that at the beginning of the pandemic, it had experienced problems. However, the pandemic has also created creativity among the management and RoomME team to move faster.

Among those are accelerating the digital and educational process for owners and seekers. Education is a powerful way that is claimed to be able to accelerate awareness and digital adoption of RoomME’s target market.

“Using the application, we strive to provide information and convenience to boarding owners to manage their boarding business. Meanwhile, for boarding seekers, using the application gives them the flexibility to search for boarding houses anywhere and anytime,” Winoto said.

In particular, RoomME offers two service options to boarding owners, those who want to have the freedom to manage their boarding business and services that make it easier for homestay owners when they want to jump right into managing their business.

“To date, with the education we have launched, we have not encountered any obstacles. From various groups, young and old alike, have adopted RoomME technology very well,” Winoto added.

In the future, RoomME sees that the future of the co-living business in Indonesia is very bright, as seen from the stable interest of boarding house seekers and a large number of house owners in Greater Jakarta. Expansion to reach a wider market is also the next for RoomME’s plan.

“Last year we were present in Jabodetabek. Next year we plan to expand to Bandung and Yogyakarta. In the future RoomME wants to be a platform that unites industries that are still very fragmented,” Winoto said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menyimak Potensi Bisnis Co-Living di Era Digital

Sudah mapannya ekosistem yang ditawarkan oleh sektor indekos atau yang sekarang dikenal dengan istilah co-living, menjadi peluang yang kemudian diincar oleh startup seperti RoomME. Platform yang secara khusus meng-cater pemilik dan pencari indekos ini, mencoba untuk mempercepat akselerasi perusahaan dengan melakukan edukasi dan pengenalan lebih jauh tentang teknologi dan penggunaan aplikasi untuk mempermudah pemilik dan pencari indekos.

Dalam edisi #Selasastartup kali, DailySocial menghadirkan Co-Founder & COO RoomME Winoto Hartanto.

Transformasi bisnis kos-kosan

Sejak dulu konsep indekos sudah sangat familiar oleh masyarakat Indonesia. Dengan mengedepankan kultur kekeluargaan dan relasi yang dekat antara pemilik dengan pencari, menjadikan bisnis ini tidak pernah surut dan selalu dilirik oleh mereka pemilik indekos. Melihat potensi tersebut kemudian para pendiri RoomME mencoba untuk mencari peluang yang kemudian bisa dijajaki untuk menyasar sektor ini.

“Sejak dulu bisnis ini memang dikenal dengan nama kost-kostan. Namun saat ini ketika banyak investor yang masuk dan untuk mempermudah istilah yang lebih umum, co-living kemudian mulai diperkenalkan, namun tidak meninggalkan esensi dari bisnis itu,” kata Winoto.

Banyak insight yang kemudian ditemukan oleh Winoto bersama dengan rekan lainnya ketika kemudian mulai membangun RoomME. Mulai dari feedback yang cukup banyak dari pemilik indekos hingga kemampuan teknologi untuk mempermudah kedua belah pihak. Hal tersebut yang kemudian membedakan platform seperti RoomME dengan platform serupa lainnya.

“Sejak awal kami fokus memberikan layanan kepada pemilik indekos juga pencari indekos, berbeda dengan platform lainnya yang kebanyakan adalah marketplace saja,” kata Winoto.

Pandemi percepat akselerasi

Disinggung apakah pandemi menghambat pertumbuhan bisnis RoomME, Winoto menegaskan saat awal pandemi memang sempat mengalami kendala. Namun di sisi lain pandemi juga menciptakan kreativitas di antara manajemen dan tim RoomME untuk bergerak lebih cepat.

Di antaranya adalah mengakselerasi digital dan proses edukasi kepada pemilik dan pencari. Edukasi merupakan cara ampuh yang diklaim mampu mempercepat awareness dan adopsi digital kepada target pasar dari RoomME.

“Memanfaatkan aplikasi kami berupaya untuk memberikan informasi dan kemudahan kepada pemilik indekos untuk mengelola bisnis kost mereka. Sementara untuk pencari kost, memanfaatkan aplikasi memberikan mereka fleksibilitas pencarian kost di mana saja dan kapan saja,” kata Winoto.

Secara khusus RoomME menawarkan dua pilihan layanan kepada pemilik indekos, yaitu bagi mereka yang ingin memiliki kebebasan mengelola bisnis indekos mereka dan layanan yang memudahkan pemilik indekos ketika ingin terjun langsung mengelola bisnis mereka.

“Sejauh ini dengan edukasi yang kami lancarkan kami tidak menemui kendala. Dari berbagai kalangan tua maupun muda, telah mengadopsi teknologi RoomME dengan sangat baik,” kata Winoto.

Ke depannya RoomME melihat masa depan bisnis co-living di Indonesia sangat cerah, dilihat dari stabilnya minat di kalangan pencari indekos dan jumlah yang cukup besar mereka pemilik indekos di Jabodetabek. Ekspansi untuk menjangkau pasar yang lebih luas juga menjadi rencana RoomME selanjutnya.

“Tahun lalu kami sudah hadir di Jabodetabek, tahun depan kami berencana untuk melakukan ekspansi ke Bandung dan Yogyakarta. Ke depannya RoomME ingin menjadi platform yang menyatukan industri yang hingga kini masih sangat fragmented,” kata Winoto.

Tekad Mamikos Tetap Tumbuh Selama Pandemi, Menggelontorkan Sejumlah Fitur Baru

Ada beberapa sektor yang tertekan hingga saat ini akibat pandemi. Properti jelas adalah salah satunya. Mamikos sebagai salah satu startup yang bergerak di sektor property technology pun tak tinggal diam.

Berlangsungnya pandemi dalam jangka waktu yang cukup panjang merupakan kabar buruk bagi para pemilik indekos. Sebagian penyewa memilih pulang ke rumah masing-masing, sebagian lagi terpaksa bertahan karena masih harus beraktivitas normal.

Mamikos tentu menyadari hal tersebut. Itu sebabnya mereka mengeluarkan sejumlah inisiatif. Salah satu yang paling kentara adalah memasang harga diskon untuk sejumlah kamar pilihan. Di aplikasi terpampang cukup banyak promosi tersebut, mulai dari insentif untuk mereka yang bertahan hingga harga kamar yang dibanderol lebih murah dari biasanya. Satu yang paling menonjol adalah diskon harga kamar hingga Rp1,5 juta untuk pembayaran sewa kamar enam bulan ke depan.

Upaya itu merupakan salah satu cerminan Mamikos untuk bertahan dan menjaga statusnya sebagai salah satu yang terdepan. “Kondisi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Mamikos agar tetap bisa bertahan dan berkembang serta terus menjadi aplikasi kos nomor satu di Indonesia,” tulis Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit.

Inovasi sebagai kekuatan

Di samping promo dan diskon yang mereka berlakukan, Mamikos juga mengandalkan sejumlah fiturnya yang tergolong lengkap untuk sebuah aplikasi listing kamar indekos. Sebut saja fitur pemesanan langsung, laporan keuangan, MamiPay, MamiPoin, virtual tour, hingga SinggahSini.

Ambil contoh MamiPay. Fitur ini adalah sistem penagihan yang dikembangkan oleh Mamikos sendiri. Tahun lalu fitur ini masih dalam tahap pengembangan. Namun MamiPay kini sudah menjadi manajemen penagihan resmi Mamikos. Melalui MamiPay, penghuni indekos bisa membayar tagihannya melalui transfer bank, kartu kredit, Gopay, Ovo, Dana, LinkAja, Alfamart, dan Indomaret.

MamiPay juga membantu pemilik indekos untuk mengingat jadwal penagihan ke penyewa hingga mencatat cashflow mitra sehingga mempermudah kerja pemilik kos dalam mengelola keuangannya.

Fitur lain yang terhitung paling anyar adalah Mamikos Goldplus. Fitur ini merupakan ragam solusi yang ditawarkan pihak Mamikos untuk pemilik indekos mulai dari memaksimalkan okupansi, perawatan kos, jasa disinfektan, hingga jasa konsultasi. Adapun biaya jasa solusi ini diambil dengan mengutip biaya dari transaksi pembayaran dari penyewa kos.

Sementara MamiRooms yang merupakan layanan standardisasi kamar untuk meningkatkan nilai jual properti kini bersalin nama menjadi SinggahSini. Layanan ini sudah tersebar di Jabodetabek, Bandung & Jatinangor, Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.

“Upaya inovasi berupa fitur-fitur tersebut diwujudkan agar Mitra Mamikos dan pencari kos selalu terhubung secara digital dengan pemanfaatan teknologi. Terlebih di tengah pandemi Covid-19, fitur-fitur ini dapat dimanfaatkan oleh Mitra Mamikos dalam mengelola properti kos dan pencari kos dalam mencari kos idaman yang nyaman,” ujar Anggit.

Bertekad terus tumbuh

Pandemi sepertinya tidak jadi alasan bagi Mamikos untuk terus bertumbuh. Mamikos mengimbangi ambisi tersebut dengan mengajak mitranya terus menerapkan protokol kesehatan mulai dari penyemprotan disinfektan, penggunaan masker, dan hand sanitizer.

Kini Mamikos sudah tersebar di 140 kota di Indonesia yang tak hanya menawarkan kamar kos tapi juga apartemen. Mereka menargetkan hingga akhir tahun ini layanan Mamikos dapat menjangkau pemilik kos di luar Jawa dan kota-kota kecil lainnya. Saat ini Mamikos sudah memiliki lebih dari 2 juta pengguna dan 110 ribu mitra pemilik indekos.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Pertumbuhan RoomMe dengan Digitalkan Seluruh Proses Bisnis

Bertujuan untuk memudahkan pengguna, startup manajemen indekos RoomMe telah menyematkan teknologi secara menyeluruh di platformnya. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO RoomME Glen Ramersan mengungkapkan, tahun ini layanan yang diusung telah sepenuhnya digital. Di tahun-tahun sebelumnya, RoomMe memanfaatkan teknologi untuk membantu merampingkan pengoperasian harian rumah kos.

“Platform RoomMe membantu pemilik indekos untuk menstandardisasi operasional sehari-hari guna memastikan transparansi dan keandalan, mulai dari manajemen reservasi, proses check-in/out, revenue management, penjadwalan housekeeping, dan banyak lagi,” kata Glen.

RoomMe juga telah memperluas cakupan platformnya, mendigitalkan proses secara end-to-end. Pengguna sekarang dapat memilih kamar sesuai keinginan mereka dan memesannya melalui situs, aplikasi, hingga langsung di tempat. Pengguna akan menikmati pengalaman digital menyeluruh, mulai dari proses check-in, stay extensions, bergabung dengan komunitas, mengirimkan permintaan/pertanyaan, check-out, dan memberikan ulasan unit.

Cara ini yang diklaim membedakan RoomMe dengan platform serupa lainnya. Dalam liputan #DStour, proses tersebut diperlihatkan oleh tim RoomMe saat menggunakan aplikasi. Hanya dengan melakukan proses scan QR Code, kegiatan mencari, melakukan kunjungan, hingga pembayaran semua bisa dilakukan melalui aplikasi. Hingga kini perusahaan telah memiliki hampir 10 ribu unit kamar dan 500 ribu monthly active user (MAU).

Di Indonesia, sudah ada beberapa pemain serupa. Menyajikan daftar indekos di berbagai kota-kota di Indonesia. Salah satunya adalah Mamikos. Startup yang telah berdiri sejak tahun 2015 tersebut, terakhir kali diwawancara DailySocial pada November 2019, mengaku telah mengakomodasi 110 ribu pemilik indekos di berbagai kota di Indonesia dengan 8 juta pengguna. Sama dengan RoomMe, Mamikos juga membantu pemilik properti untuk menstandardisasi unitnya.

Rencana dan target bisnis

Tahun 2019 lalu RoomME telah berhasil mengantongi pendanaan Seri A dengan nilai yang dirahasiakan, dipimpin oleh BAce Capital. Dua investor sebelumnya, Vertex Ventures dan KK Fund turut berpartisipasi dalam putaran ini. Tahun ini RoomMe tidak memiliki rencana untuk melanjutkan tahapan penggalangan dana.

“Untuk rencana penggalangan dana kami belum memiliki rencana yang pasti, mungkin tahun depan, no specific timeline yet,” kata Glen.

Saat ini RoomMe telah memperluas jangkauan wilayah bukan hanya di Jabodetabek, namun juga sudah mencapai ke Karawang, Bandung, dan Yogyakarta. Masih memiliki target yang ingin dicapai, pandemi yang berlangsung telah menghambat rencana mereka dan tentunya mempengaruhi bisnis. Namun perusahaan masih melihat sisi positif agar bisnis bisa terus berjalan.

“Saya pikir situasi pandemi ini telah mempengaruhi semua bisnis, sebagian positif dan sebagian tidak. Untungnya bagi kami, situasi ini telah menyoroti perlu adanya peningkatan standar layanan, seperti yang telah kami lakukan selama beberapa tahun terakhir. Kami melihat lebih sedikit pertumbuhan penyewa baru, tetapi kami mengalami lonjakan perpanjangan masa inap (stay extensions) dan peningkatan jumlah penyewa yang ingin tinggal lebih lama,” kata Glen.

Application Information Will Show Up Here

DStour #87: Berkunjung ke Kantor RoomME

Platform manajemen indekos yang memiliki fitur listing dan komunitas RoomME memiliki kantor dengan konsep “open collaboration” dilengkapi dengan ruang meeting dan lounge. Menariknya lagi, mereka juga memiliki studio khusus yang digunakan untuk membuat konten media sosial. Masih menerapkan protokol kesehatan, berikut #DStour virtual selengkapnya di kantor RoomME.

Introducing Rukita Proptech with Co-Living Alternatives

The co-living concept or communal residential is not a new thing in Indonesia. Lately, some startups began working on this concept as the rise of proptech sector. Rukita is one of the players that considered a pioneer of this communal residential concept.

“Co-living at Rukita provides residents with a comfortable living space that supports social interaction with the availability of communal spaces without compromising the privacy of residents who remain guaranteed with private bedrooms,” CEO & Co-Founder, Sabrina Soewatdy said in her written statement.

In general, Rukita offers subscription rooms. It means, Rukita provides all kinds of room requirements for residents, as a boarding room or apartment. Rukita also makes community programs to encourage the residents to interact with each other. These programs are referred to by Rukita as co-living residences.

Business Model

Rukita has currently managed rooms for a year in Jadetabek. In total there are 3000 rooms. They use the revenue sharing system of their cooperation with property owners.

Rukita manages stuff, such as property management services, renovation, maintenance, operations, to marketing. In other words, the owner of the house have no worry and just wait for results.

Sabrina revealed what distinguishes them from other online property rentals is a background check on potential residents. She gave an example of an unmarried couple and daily rental housing as two social problems that often arise from daily rentals.

“In line with our commitment to building a sustainable business in the proptech sector, we are targeting service expansion in the Greater Jakarta area by focusing on quality assurance as our top priority,” Sabrina added.

With such a residential rental model, there are already some startups offering similar services in Indonesia. One of them is Mamikos, they not only offer boarding and apartment listing services but also cooperate with property owners for management.

Market segment

Rukita was inspired by the housing demand of the millennials which continues to grow until 2035, of which around 34% of the population comes from that age group. Potential problems arise because 69.4% (Millennial Report 2019) of this kiwari group are yet to own a house. While property prices in Indonesia, especially Jakarta, are far from consumers’ purchasing power.

Sabrina said their residential concept is suitable for millennial groups living in urban areas, such as urban people, young executives, and foreign workers in Indonesia.

“We are here to improve a better lifestyle for millennials, where we believe that a person will have a better life when he lives in a residence that supports his needs,” said Sabrina.

In terms of funding, Rukita has received an initial funding injection led by Sequoia Surge in the middle of last year. Sabrina said this year’s priority is to maintain service quality. However, she did not deny that funding is one of the ongoing discussions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here