Living Lab Ventures Berinvestasi ke Induk Startup Proptech Lamudi

Digital Classifieds Group (DCG), perusahaan induk Lamudi, mengumumkan investasi strategis dari Living Lab Ventures (LLV), corporate venture capital milik Sinar Mas Land. Langkah ini tidak hanya memperkuat posisi DCG dan Lamudi sebagai pemimpin teknologi properti di kawasan Asia-Pasifik, khususnya Indonesia, tetapi juga menandai ekspansi LLV ke Australia.

DCG sendiri melakukan akuisisi Lamudi Indonesia pada Oktober 2023 dari shareholder sebelumya, yakni Dubizzle (sebelumnya bernama EMPG – Emerging Markets Property Group).

Partner Living Lab Ventures Bayu Seto menyatakan bahwa investasi ini menjadi tonggak penting yang menegaskan keyakinan LLV terhadap kemampuan DCG dan Lamudi dalam membangun ekosistem teknologi terbesar di industri properti Indonesia. “Dengan kolaborasi ini, kami melihat peluang besar untuk memperluas jangkauan kami ke Australia dan memperkuat posisi di industri Proptech Asia-Pasifik,” ujarnya.

CEO DCG Mark Nosworthy menyambut positif investasi dari LLV. Menurutnya, dukungan ini mengukuhkan misi DCG dalam mentransformasi pasar properti melalui teknologi. “Kolaborasi ini akan mempercepat pertumbuhan kami dan meningkatkan kemampuan kami dalam menyediakan solusi teknologi mutakhir bagi pengguna di Asia Tenggara,” kata Mark.

Sejak didirikan pada tahun 2014, Lamudi telah berperan penting dalam mendigitalkan industri real-estate di Indonesia. Melalui platform ini, lebih dari 30.000 agen properti telah diberdayakan untuk meningkatkan kemahiran teknologi dan keterampilan pemasaran digital mereka. Lamudi juga telah menjalin kemitraan dengan berbagai pengembang besar di Indonesia, menyediakan layanan end-to-end untuk lebih dari 425 proyek properti.

CEO Lamudi Indonesia Mart Polman, mengungkapkan bahwa dukungan dari LLV akan membantu Lamudi memperluas operasinya dan memperkuat posisinya sebagai marketplace real-estate terdepan di Indonesia. “Investasi ini memungkinkan kami untuk mengembangkan lebih lanjut platform kami, meningkatkan pengalaman pengguna, dan menyediakan nilai yang tak tertandingi bagi pelanggan,” jelas Mart.

Investasi strategis ini tidak hanya membuka jalan bagi terobosan baru di sektor teknologi properti, tetapi juga memperkuat komitmen Sinar Mas Land dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan di industri real-estate Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi bukti dedikasi LLV dalam memimpin transformasi digital dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci di pasar global.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

BTN Gandeng Reliance Group dan D3 Labs Lakukan Tokenisasi Aset Properti dengan Blockchain

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah mempelopori inisiatif tokenisasi aset properti di Indonesia melalui skema Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbasis teknologi blockchain. Inovasi ini tidak lepas dari kolaborasi strategis dengan Reliance Group dan D3 Labs, yang menyediakan teknologi blockchain untuk tokenisasi aset digital. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas akses investasi properti bagi investor domestik maupun internasional.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menjelaskan bahwa BTN sangat mendukung inovasi teknologi di sektor keuangan. Melalui kerja sama ini, BTN akan menyediakan aset properti yang memenuhi kriteria untuk menjadi underlying DIRE yang kemudian ditokenisasi.

“Kami bermitra dengan Reliance Group dan D3 Labs untuk mengelola dan melakukan tokenisasi DIRE. Hal ini akan membuka peluang investasi properti yang lebih luas,” ungkap Setiyo.

Produk DIRE sendiri telah diatur sejak 2017 berdasarkan Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Melalui kolaborasi ini, institusi penerbit DIRE seperti BTN akan memperoleh manfaat pendanaan baru, insentif pajak, dan likuiditas aset. Sementara itu, investor akan mendapatkan keuntungan berupa alternatif investasi properti yang terjangkau, perlindungan terhadap inflasi, dan transparansi.

Hingga saat ini, hanya ada enam produk DIRE yang diterbitkan di pasar modal dalam negeri. Akhabani dari Reliance Group mengungkapkan, “Kolaborasi ini memungkinkan pasar investasi menjadi lebih luas dan transaksi lebih mudah. Tokenisasi DIRE dapat menarik lebih banyak investor dengan memperluas basis pasar.”

Co-Founder & CEO D3 Labs Tigran Adiwirya, menambahkan bahwa Indonesia kini menjadi daya tarik bagi investor global. Realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai $946,4 juta atau sekitar Rp14,19 triliun pada akhir kuartal pertama 2024. Adopsi teknologi blockchain untuk tokenisasi aset keuangan mengalami pertumbuhan signifikan, dengan tokenisasi DIRE global mencapai $178 juta pada September 2023, tumbuh sekitar 90% dari tahun sebelumnya.

“Kami berkomitmen untuk membantu lembaga jasa keuangan mengembangkan produk dan layanan inovatif dengan keamanan, transparansi, dan akuntabilitas,” ujar Tigran.

Lebih lanjut, Setiyo menjelaskan bahwa pengembangan tokenisasi DIRE akan dilakukan melalui Sandbox atau uji coba bersama OJK yang dilakukan oleh Reliance Group dan D3 Labs. “Investor akan membeli DIRE yang ditawarkan oleh Reliance Group dan unit penyertaannya akan dikonversi menjadi token digital oleh D3 Labs, memperluas pasar hingga ke luar negeri,” tambahnya.

Disclosure:

  • D3 Labs adalah portofolio DS/X Ventures, lengan investasi DailySocial Group
  • Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Dekoruma Masuk ke Lini Jual-Beli Properti; Q1 2024 Catat Rekor Revenue Tertinggi

Dekoruma, yang sebelumnya dikenal sebagai startup yang bergerak di bidang marketplace jasa desain dan penjualan interior, kini memperluas lini bisnisnya ke jual-beli properti. Lewat Dekoruma Properti, pengguna bisa mencari berbagai jenis hunian. Di fase awalnya, layanan ini baru tersedia di area Jabodetabek dan Bandung.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan mengatakan bahwa adanya lini baru ini diharapkan Dekoruma bisa menghadirkan “full circle home buying experience”, konsumen bisa mencari rumah, mengurus KPR, hingga mengisi rumah lewat satu platform.

Dimas turut menjelaskan, selain menemukan properti, lewat Dekoruma Properti pelanggan juga bisa dibantu untuk mengelola KPR. Selain itu, merujuk dari situs resminya, platform proptech ini juga menyediakan fitur lain seperti Booking Fee Protection untuk jaminan pengembalian DP jika BI-Checking ditolak dan Multi Visit Service berupa jasa pendampingan kunjungan ke opsi properti yang diminati.

Sementara bagi developer, selain menawarkan platform untuk pemasaran, Dekoruma turut membangun kerja sama pengisian hunian (full firnish) sebagai satu paket penjualan. Diharapkan ini bisa memberikan added value untuk unit properti yang dijajakan ke konsumen.

Perkembangan bisnis

Kendati tidak merinci angka detailnya, Dimas menyampaikan bahwa performa bisnis Dekoruma sepanjang Q1 2024 sangat mengesankan. Ia mengatakan kalau kuartal pertama tahun ini menjadi “record breaking” dari segi revenue – menandai titik capaian tertinggi yang pernah didapat.

Sebelumnya disampaikan, bahwa Dekoruma sudah mencapai break even di kuartal III 2023. Tahun ini ditargetkan akan mendapati capaian break even satu tahun penuh. Sempat direncanakan segera IPO, namun ditunda karena dinamika ekonomi dan politik di dalam negeri menjelang pemilu.

Dekoruma Experience Center di Lampung / Dekoruma
Dekoruma Experience Center di Lampung / Dekoruma

Dekoruma juga terus meningkatkan jangkauan pasar O2O mereka, terbaru perusahaan membangun Experience Center di Lampung. Segera menyusul dalam waktu dekat di Balikpapan, Samarinda, dan kota-kota lainnya. Sehingga saat ini ada kurang lebih 30 Dekoruma Experience Center yang tersebar di 18 kota.

Dekoruma terakhir mengumumkan pendanaan seri C1 senilai $15 juta pada tahun 2021. Investor yang terlibat adalah Nexter Ventures by SCG Cement-Building Materials, KTB Network, dan beberapa investor tahap sebelumnya termasuk Global Digital Niaga (Blibli), OCBC NISP Ventura, serta Foundamental.

Dengan rencana ekspansi agresif tahun ini, Dekoruma juga tengah berupaya melakukan penggalangan dana lanjutan.

Application Information Will Show Up Here

BeliRumah Umumkan Kemitraan Strategis dengan Sejumlah Perusahaan Properti

Dalam rangka meningkatkan standar layanan dan memperluas jangkauan di industri properti, BeliRumah, sebuah platform proptech lokal, telah mengumumkan kemitraan strategis dengan tiga pemain industri properti yakni Century21, LJ Hooker, dan Harcourts.

Kemitraan ini bertujuan untuk membawa inovasi dalam pemasaran properti dengan mengintegrasikan layanan media online dan pemasangan iklan yang disediakan oleh BeliRumah.co.

Founder & CEO PT Real Estate Teknologi Effendy Tanuwidjaja, menyatakan bahwa kerja sama ini tidak hanya merupakan kesepakatan bisnis, tetapi juga komitmen bersama untuk menghadirkan standar baru dalam pemasaran properti.

“Kami berharap kemitraan ini akan menciptakan pengalaman yang lebih efektif dan inovatif, tidak hanya bagi para agen kami tetapi juga bagi klien yang kami layani,” ujar Effendy.

Selain itu, BeliRumah juga memperkenalkan serangkaian paket keanggotaan baru yang dirancang untuk membantu agen properti meningkatkan paparan dan mendapatkan leads lebih efisien. Paket-paket ini mulai dari uji coba gratis hingga paket eksklusif dengan fitur-fitur canggih.

“Ini adalah langkah strategis kami untuk membantu agen properti menghadapi pasar yang semakin kompetitif dan memperluas pengaruh mereka dalam industri properti,” tambah Effendy.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Viruma Garap Teknologi Metaverse, Bantu Pengembang Pasarkan Properti

Dunia virtual metaverse mungkin adopsinya masih populer untuk games atau aktivitas hiburan lainnya. Namun, teknologi virtual ini juga sudah mulai digunakan untuk pendidikan, kesehatan, sampai pemasaran.

Viruma yang baru saja memperoleh pendanaan dari CyberAgent Capital, mengembangkan solusi Virtual-as-a-Service yang memungkinkan pengembang properti untuk memperkenalkan produknya kepada calon pembeli secara interaktif.

Produk ini dipamerkan lewat solusi 3D Virtual Maquette yang memungkinkan customer untuk memvisualisasi bentuk properti dan sekitarnya sebelum melakukan pembelian; juga Virtual Show Unit dengan teknologi Virtual Reality (VR) 360 untuk membantu customer merasakan pengalaman dan berinteraksi dengan properti secara langsung.

Kepada DailySocial.id, Director of Indonesia Office CyberAgent Capital Kevin Wijaya mengungkap selama ini pengembang properti biasanya mengandalkan media tradisional, seperti brosur dan pamflet, untuk memperkenalkan proyek terbarunya. Atau, mereka menggunakan media sosial, seperti YouTube, untuk menunjukkan proyeknya lewat konten video 2D/3D.

Cara-cara ini, ujarnya, membatasi kemampuan pengembang properti untuk memperkenalkan proyek mereka kepada calon pembeli potensial. Memang, konsep virtual pertama kali digunakan di sektor properti, dan butuh upaya lebih untuk meyakinkan pengembang properti menggunakan solusi Viruma.

“Namun, seluruh klien kami yang memakainya mengaku telah mendapat feedback positif dari calon pembeli. Dari expo yang mereka buat dengan solusi Viruma, mereka mengalami kenaikan peminat sebesar 10%, pertumbuhan pengunjung sebesar 300%, dan 100% conversion rate dari pembeli prospektif,” ujar Kevin dihubungi DailySocial.id, Kamis (23/4).

Di samping itu, penetrasi digital di sektor real estat belum cukup, terutama aspek penjualan yang menjadi ujung tombak dari pelaku usaha pengembang properti.

Viruma dan CyberAgent Capital akan mengembangkan teknologi virtual / Sumber: Viruma

Kevin menyebut, saat ini Viruma menangani 14 proyek properti dari enam pengembang, belum termasuk sejumlah proyek tertunda lainnya yang ada di pipeline. Klien Viruma adalah pengembang properti besar, seperti Sinarmas Land, Agung Podomoro, dan Ciputra.

“Kami sudah menerima banyak sekali permintaan dari pengembang properti dari kecil sampai besar untuk mengeksplorasi teknologi Viruma,” tambahnya.

Adapun, pendanaan baru dari CyberAgent Capital akan dipakai untuk meningkatkan R&D, juga pengembangan bisnis/marketing Viruma. Dikutip dari situs resminya, Viruma tengah mengembangkan solusi lain, seperti Virtual Environment, Virtual Facility, dan Viruma Micro Gallery.

Sekadar informasi, ekosistem digital di sektor properti saat ini banyak diisi oleh layanan untuk jual-beli/sewa/kelola properti, property listing, hingga pengajuan KPR.

Rukita Umumkan Pendanaan Rp234,5 Miliar dari MPower Partners, BNI Ventures, hingga Atlet NBA Jeremy Lin

Startup proptech Rukita mengumukan perolehan pendanaan seri B1 senilai $15 juta atau sekitar Rp234,5 miliar. Putaran ini diikuti sejumlah investor baru yakni MPower Partners, BNI Ventures, Openspace Ventures, dan superstar NBA Jeremy Lin. Ini sekaligus menjadi investasi kedua yang diumumkan pebasket yang dijuluki “Linsanity” tersebut setelah sebelumnya juga masuk ke pendanaan teranyar Binar Academy.

Investor Rukita sebelumnya juga berpartisipasi dalam pendanaan ini, termasuk Surge (Peak XV), Golden Gate Ventures, Shunwei Capital, OCBC Ventures dan veteran real estat David Tsang.

“Kami sangat gembira bahwa Rukita menjadi investasi pertama MPower Partners di Asia Tenggara. Hal ini selaras dengan visi dana kelolaan tersebut untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG ke dalam strategi inti perusahaan rintisan yang sedang berkembang,” ujar Yumiko Murakami selaku General Partner MPower Partners.

Ia melanjutkan, “Dengan keahlian tim pendiri yang luas dalam operasional bisnis dan industri real estat lokal, kami bangga bermitra dengan Rukita dalam misi mereka menyediakan perumahan yang terjangkau dan berkualitas bagi generasi penerus Indonesia.”

Pihak Rukita juga menyampaikan optimismenya terkait model bisnis yang diusung. Hal dini dikarenakan perolehan investasi yang terbilang besar ini hadir di tengah kondisi “tech winter”, saat investor menjadi lebih selektif dalam mengucurkan dananya ke startup.

“Pendanaan ini menandai langkah maju yang signifikan dalam perjalanan kami untuk mendefinisikan kembali lanskap real estat dan mendorong aksesibilitas terhadap perumahan berkualitas untuk berbagai gaya hidup dan tahapan kehidupan,” kata Co-Founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy.

Telah capai EBITDA positif

Sejak berdiri tahun 2019, Rukita telah menghadirkan ragam solusi mulai layanan penyewaan properti, co-living, pemasaran properti, hingga pembiayaan RuFinance (bekerja sama dengan OCBC, bank tersebut siapkan dana kredit Rp724 miliar untuk pembiayaan di Rukita). Selain ke konsumer, Rukita juga memiliki model bisnis B2B untuk layanan corporate housing dan kolaborasi pengelolaan properti.

Menyasar kalangan menengah ke atas khususnya di usia milenial, bisnis Rukita tumbuh subur yang dibuktikan capaian EBITDA positif sejak 2023, empat tahun setelah perusahaan berdiri. Diklaim saat ini ada 1,4 juta kamar yang dikelola ekosistemnya dengan pengguna mencapai 3 juta per bulannya.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial.id dua tahun lalu, Co-Founder & COO Rukita Sarah Soewatdy memang menuturkan bahwa target perusahaan bisa segera mencapai profit. Kala itu bisnis pembiayaan belum jalan, bisnis co-living dinilai paling prospektif dengan track profitabilitas yang lebih jelas.

“Kami sangat memerhatikan unit economics, semua decision yang kita ambil harus bertanggung jawab. Saat ini sudah bukan lagi zamannya bakar duit, semuanya harus dilakukan secara bertanggung jawab. Kami akan profitable akhir tahun ini [2022] karena bisnis utama kami sudah sangat sustain.”

Untuk meningkatkan properti kelolaannya, Rukita juga sempat mengakuisisi platform Infokos pada pertengahan 2022 lalu.

Kembangkan teknologi properti dari ujung ke ujung

Ekosistem proptech dan infrastruktur teknologi Rukita berupaya menyatukan properti, tuan tanah, wawasan pasar, pasar, pembiayaan, dan layanan penyewa untuk membentuk kembali konsep rumah dan kepemilikan rumah. Namun demikian diakui bahwa sektor properti di Indonesia tidak mudah ditebus dalam hal skalabilitas.

Sifat pasar perumahan yang sangat terfragmentasi dan kebutuhan untuk menyeimbangkan manajemen properti, pasokan, pembiayaan, pemasaran, perhotelan dan operasional menjadikan sektor proptech di Indonesia memiliki tantangan yang unik, namun dengan potensi pertumbuhan yang menggiurkan.

“BNI Ventures melihat adanya potensi pertumbuhan sektor properti yang sangat tinggi. Untuk mengakomodasi kebutuhan pasar yang berkembang pesat, BNI Ventures berinvestasi dan menjembatani sinergi startup proptech Rukita dengan ekosistem BNI Group. Rukita memiliki infrastruktur teknologi yang mampu menjembatani pemilik properti dengan calon penghuni melalui berbagai layanan penyewaan yang didukung dengan solusi finansial dari ekosistem BNI Group,” ungkap CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro.

Model Rukita menyatukan layanan 360 untuk pasar perumahan melalui platform teknologi yang dinamis, mengubah hubungan dengan pelanggan dan tuan tanah dari hubungan transaksional menjadi hubungan jangka panjang.

Selanjutnya dana segar yang didapat akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis melalui pengembangan teknologi, perluasan layanan, dan merekrut talenta teknologi.

“Kami berharap dapat memperdalam kekuatan talenta teknologi kami untuk memperkuat platform kami dan melayani basis penyewa dan pemilik properti kami yang terus berkembang dengan lebih baik, imbuh Sarah Soewatdy.

Application Information Will Show Up Here

Batal Dirikan CVC, BTN Gaet Mandiri Capital Bentuk Dana Kelolaan Rp400 Miliar Khusus Proptech

Bank Tabungan Negara (BTN) menggandeng Mandiri Capital Indonesia (MCI) membentuk dana kelolaan khusus pendanaan ke startup di bidang mortgage dan proptech. Saat ini proses perizinan untuk dana kelolaan ini masih menunggu persetujuan OJK.

BTN menjadi investor tunggal untuk BTN Fund ini dan menyiapkan dana investasi berkisar Rp200 miliar-Rp400 miliar. BTN akan masuk untuk berbagai tahapan investasi untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia dan bergerak di proptech, mortgage tech, fintech, embedded finance, construction tech, open finance, SaaS, dan sektor strategis lainnya yang sejalan dengan bisnis utama mereka.

“Dalam visi BTN menjadi The Best Mortgage Bank in Southeast Asia, salah satu inisiatifnya bagaimana kita mengembangkan bisnis yang mendukung sektor perumahan. ASEAN mortage sangat prospektif dan untuk go digital di area mortgage, digital payment, dan ekosistemnya kita enggak bisa grow secara organik. Jadi perlu akselerasi lewat partnership,” ucap Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo saat peresmian kerja sama BTN dan MCI di Jakarta, Rabu (6/12).

Menurut Setyo, perizinan dari OJK biasanya memakan waktu antara tiga sampai enam bulan. Bila tidak ada aral melintang, investasi ke startup akan dimulai setelah mengantongi izin. Rencananya untuk dana kelolaan tersebut, BTN dan MCI akan menyuntik 10-20 startup. “Yang terpenting startup punya operasional di Indonesia,” tambahnya.

Dalam menilai calon portofolionya, BTN akan melihat prospek, model bisnis, dan solusi yang unik ditawarkan oleh startup, sejalan dengan bisnis BTN. Tidak hanya investasi, startup tersebut nantinya dapat mengintegrasikan layanannya dari BTN, baik dari sisi transaksi, kanal penjualan, hingga percepatan
proses bisnis.

“Setelah itu kita lihat orangnya [founder] dan lihat bagaimana chemistry-nya. Jadi kita tidak harus melihat startup itu sudah untung atau belum.”

Direktur Investasi MCI Dennis Pratistha menyampaikan, BTN Fund dapat menjembatani kebutuhan BTN untuk transformasi digital di perseroan, sekaligus bentuk partisipasi di ekosistem mortage dan proptech secara lebih besar. “BTN dapat meningkatkan NIM, fee-based income, dan cost efficiency dan improvement. BTN akan menjadi investor strategis bagi startup yang dinilai bisa memberikan nilai tambah,” imbuh Dennis.

Di Mandiri Group, misalnya, MCI melakukan investasi untuk startup pengembang POS iSeller pada 2020. Pada waktu itu, iSeller sudah menjaring 19 ribu merchant. Pertumbuhannya signifikan hingga pada awal tahun ini, jumlah merchant naik jadi 35 ribu. Kemitraan juga dijalin bersama Bank Mandiri untuk program Livin’ Merchant, hingga akhirnya jumlah merchant terdongkrak jadi 1,2 juta hingga saat ini.

Batal dirikan CVC

Dalam kesempatan yang sama, Setyo sekaligus mengonfirmasi bahwa BTN batal untuk mendirikan corporate venture capital (CVC) sendiri. Alasannya dikarenakan setelah ditinjau, opsi yang paling cepat dan masuk akal untuk segera beroperasi adalah membentuk dana kelolaan bersama mitra.

“Kalau buat VC izinnya lebih sulit, perlu didukung juga oleh talenta yang spesialis di area ini. Setelah di-review, paling kecil risikonya dan impact positif lebih baik buat BTN akhirnya lewat membuat fund.”

Sebelumnya, wacana BTN untuk membentuk modal ventura sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Kandidat yang akan diakuisisi adalah Sarana Papua Ventura adalah anak usaha PT Bahana Artha Ventura, yang merupakan anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

Rencana tersebut bahkan sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham RUPSLB BTN pada Agustus 2019.

Proptech Asal Australia Digital Classifieds Group Akuisisi Lamudi Indonesia dan Filipina

Digital Classifieds Group (DCG), pengembang platform classifieds marketplace berbasis di Melbourne, Australia mengumumkan akuisisinya atas aset milik Dubizzle (sebelumnya bernama EMPG – Emerging Markets Property Group) di Indonesia dan Filipina, yakni Lamudi.co.id dan Lamudi.com.ph. Aksi korporasi ini disinyalir dilakukan sebagai upaya ekspansi agresif perusahaan menjelang rencana go-public di ASX.

Lamudi didirikan pada tahun 2013. Kemudian Lamudi diakuisisi Dubizzle pada tahun 2020, kala itu pengambilalihan mencakup platform yang beroperasi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko.

Akuisisi bisnis Dubizzle oleh DCG sebenarnya sudah dimulai sejak awal tahun ini. Pada Januari kemarin, bisnis Bproperty terlebih dulu diakuisisi DCG untuk seriusi pasar Bangladesh.

“Lamudi telah menciptakan klasifikasi dominan dan platform transaksi properti di dua pasar paling menarik di Asia: Indonesia dan Filipina. Visi kami adalah membangun grup classifieds terkemuka di Asia Tenggara, sebuah wilayah dengan peluang luar biasa, dan akuisisi ini adalah pemicu untuk mewujudkan visi ini. Saya sangat bersemangat untuk memasuki pasar-pasar ini dan menyambut tim Lamudi ke keluarga DCG,” ujar CEO DCG Group Mathew Care.

Dalam dua tahun terakhir, bisnis Lamudi Indonesia diklaim bertumbuh dari 200 hingga 900 karyawan. Lamudi juga memiliki lebih dari 30 ribu jaringan agen, dipercaya lebih dari 400 pengembang, dan bermitra dengan 10 perbankan nasional.

Sebelumnya, pada awal tahun 2022, Lamudi.co.id mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Seluruh aset yang ada di kanal properti OLX Indonesia sepenuhnya dikelola Lamudi.co.id, sebagai strategi untuk mendominasi pasar proptech di wilayah tersebut.

Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi
Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi

Sementara itu, pada akhir 2022 lalu DCG baru membukukan pendanaan dari Tanncam Investment Pte. Ltd., perusahaan private equity dan venture capital asal Singapura. Dalam rilis resminya, CEO DCG Group Mathew Care mengatakan bahwa investasi ini datang di saat yang tepat, di tengah kembalinya pertumbuhan pesat bisnis proptech setelah pandemi.

Persaingan proptech di Asia Tenggara

Di kancah regional, sejumlah grup mendominasi pangsa pasar platform listing properti. Persaingan juga semakin mengerucut ketika PropertyGuru diakuisisi REA Group sejak 2016. Tahun 2019 bahkan REA Group bentuk perusahaan patungan bersama 99.co untuk bersama-sama mengoperasikan bisnis iProperty.

Grup Perusahaan Unit Bisnis Investor
99.co · Singapura: 99.co, SRX.com.sg, iProperty.com.sg

· Indonesia: 99.co/id, Rumah123.com

East Ventures, Sequoia, 500 Startups, Quest Ventures, Golden Gate Ventures, Mindowkrs, Allianz
Digital Classifieds Group · Kamboja: realestate.com.kh, Fazwaz

· Papua Nugini: hausples.com.pg, marketmeri.com

· Laos: yula.la, lanloa.la

· Fiji: property.com.fj

· Bangladesh: Bproperty

Belt Road Capital Management, Tanncam Investment, dan sejumlah investor yang tidak disebutkan ke publik
REA Group (PropertyGuru) · Singapura: PropertyGuru, CommercialGuru, Sendhelper

· Malaysia: PropertyGuru, iProperty

· Vietnam: Datdongsan, Dothi

· Thailand: DDProperty, Thinkofliving

· Indonesia: Rumah.com (tahun ini unit ini akan segera ditutup)

· REA Group juga mengoperasikan sejumlah platform di Australia dan Amerika Utara

IPO dengan kapitalisasi pasar: AUD20,91 miliar

Di sisi lain para startup Indonesia yang bermain di proptech mengambil pendekatan yang lebih hyperlocal, mereka mencoba menyuguhkan platform digital yang lebih spesifik. Baru-baru ini AMODA baru mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures dan Living Lab Ventures, untuk mengembangkan layanan SaaS untuk memonitor proses konstruksi. Ada juga Ringkas yang menghadirkan layanan digital guna memfasilitasi kredit hunian (KPR).

Ditinjau dari trafik layanan, Pinhome menjadi salah satu startup lokal yang cukup moncer di area ini. Selain listing terkurasi, mereka juga menyajikan layanan penyewaan, KPR, keagenan, dan modal usaha untuk developer.

Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb
Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb

Menurut laporan Mordor Intelligence, Pasar properti Indonesia diperkirakan akan tumbuh dari $61,22 miliar di 2023 menjadi $81,24 miliar di 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 5,82% (2023-2028). Dukungan proyek perumahan rakyat yang didukung pemerintah, investor asing, dan lembaga seperti Bank Dunia diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan pasar real estat di Indonesia selama periode tersebut.

Meskipun menghadapi tantangan seperti dampak ekonomi pasca-pandemi, perekonomian yang tumbuh stabil dan program seperti ‘Satu Juta Rumah’ mendukung pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Tingginya permintaan akan properti karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi tinggi membuat pasar properti Indonesia menjadi salah satu sektor terkuat di wilayah regional.

AMODA Raih Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures dan Living Lab Ventures

Startup properti dan konstruksi AMODA memperoleh pendanaan awal dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh East Ventures dan Living Lab Ventures. Sebelumnya, AMODA mendapat pendanaan pra-awal pada Juli 2022 yang juga dipimpin East Ventures.

“Putaran pendanaan awal ini mendorong kami untuk merevolusi lanskap properti dan konstruksi di Indonesia. Kami yakin dapat menciptakan ruang bangunan yang inovatif, mudah beradaptasi, dan ramah lingkungan dalam memberdayakan dunia usaha dan individu,” tutur Co-Founder & CEO AMODA Robin Yovianto dalam keterangan resminya.

AMODA didirikan pada Oktober 2021 oleh Robin Yovianto dan Agusti Salman Farizi (Co-Founder dan Presiden) dengan visi untuk merevolusi industri properti dan konstruksi di Indonesia.

Sejak berdiri, perusahaan mengklaim telah mengantongi pertumbuhan pendapatan 4x lipat dari tahun ke tahun. AMODA telah memperluas cakupan operasinya dengan total portofolio lebih dari 200 aset konstruksi, 50 mitra kontraktor nasional, dan menjalin hubungan dengan lebih dari 30 pemilik tanah.

“Investasi ini mencerminkan keyakinan kami terhadap visi mereka untuk mentransformasi dan mendefinisikan kembali sektor properti dan konstruksi di Indonesia. Kami telah menyaksikan pertumbuhan AMODA yang luar biasa, dan kami yakin solusi inovatif AMODA akan meningkatkan kualitas efisiensi, efektifitas, dan keberlanjutan pada sektor konstruksi,” ujar Partner East Ventures Melisa Irene.

Solusi AMODA juga disebut telah memperkuat kemitraan jangka panjang dengan lebih dari 60 perusahaan. Adapun, pendanaan ini akan dialokasikan untuk meningkatkan kapabilitas produk, teknologi, dan operasional.

Tantangan

AMODA mengungkap bahwa industri properti dan konstruksi dihadapkan pada metode konvensional yang menyebabkan rendahnya produktivitas dibandingkan sektor lain. Kurangnya transparansi dan perkiraan pada proses konstruksi mengakibatkan inefisiensi di kebanyakan proyek. Terbuangnya sumber daya dan jejak karbon dalam jumlah besar juga menjadi salah satu tantangannya.

AMODA mengembangkan inovasi yang dapat mentransformasi dan mengatasi isu pada proses konstruksi tradisional. Perusahaan menyediakan dasbor untuk memungkinkan klien melacak pekerjaan secara menyeluruh, baik dari aspek harga, konstruksi, dan penyewaan. Selain itu, AMODA juga kini menggunakan material yang dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan proses konstruksi ramah lingkungan.

Solusinya juga memungkinkan klien  memiliki kebebasan dan bereksperimen untuk mengubah lokasi, terutama pada tahap awal merintis usaha atau bisnis mereka. Strategi ini diyakini dapat memberikan dampak signifikan bagi klien dalam memitigasi risiko.

Investasi East Ventures di proptech

Sebagai pemodal ventura yang memiliki mandat sektor agostik, East Ventures memiliki keleluasaan untuk berinvestasi ke berbagai vertikal industri. Di proptech sendiri, keseriusan East Ventures semakin tampak ketika pada 2022 lalu turut terlibat mendirikan Urban Gateway Fund bersama Sinar Mas Land, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma. Fokusnya berinvestasi ke startup tahap awal yang bergerak pada pengembangan tata kota.

Selain AMODA, East Ventures juga sempat berinvestasi ke Tanaku, startup yang membangun platform teknologi untuk memfasilitasi pembelian dan transaksi properti secara online. Kemudian juga memberikan pendanaan awal ke Kabina, pengembang platform penyederhanaan proses konstruksi dengan memanfaatkan modularistas, pra-fabrikasi, dan bahan utama kayu. Ringkas juga sempat mendapatkan sokongan modal dari East Ventures untuk menghadirkan layanan digital guna memfasilitasi kredit hunian (KPR).

Beliruma Rebranding, Kini Hadirkan Solusi Digitalisasi Operasional Agen Properti

Startup proptech Beliruma mengumumkan rebranding menjadi BeliRumah, sekaligus mengubah domain situsnya. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga mulai menyeruisi digitalisasi agen properti agar operasional mereka lebih efisien, dalam bentuk aplikasi dan situs mobile yang sudah bisa diakses secara publik.

CEO BeliRumah Effendy Tanuwidjaja menyampaikan perluasan fokus ini dilatarbelakangi oleh perubahan perilaku konsumen yang kini cenderung mencari informasi properti secara online melalui berbagai kanal, seperti situs agen properti, portal iklan, dan media sosial. Mau tak mau dari ekosistem pendukungnya, dalam hal ini agen properti, juga perlu dibenahi dengan digitalisasi.

“Digitalisasi menjadi kunci untuk mencapai audiens yang lebih luas,” ujar dia saat dihubungi DailySocial.id.

Dia berpendapat, penerapan digitalisasi agen di BeliRumah ini bertujuan untuk memberikan layanan yang lebih efektif kepada para penggunanya. Bentuk solusi digital untuk agen properti berupa aplikasi dan situs yang sudah bisa diakses secara publik.

Tersedia berbagai fitur, seperti manajemen daftar properti, alat pemasaran, berkomunikasi dengan konsumen, pencarian properti, integrasi dengan sistem manajemen properti, dan laporan analisis yang membantu agen dalam pengambilan keputusan penjualan yang lebih strategis.

Seluruh fitur di atas, menurutnya dapat menarik berbagai benefit, seperti kemampuan untuk mencapai audiens yang lebih luas, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan hasil penjualan, dan meningkatkan daya saing.

“Diferensiasi kami terletak pada integrasi layanan yang relevan seperti mitra agen properti, kantor agen, developer, dan rekanan bank, yang mendukung dan membantu kami menyediakan solusi end-to-end kepada konsumen.”

Dia melanjutkan, “Kami memiliki strategi pemasaran digital yang siap membantu agen properti mencapai audiens yang lebih luas dan lebih tertarget. Ini bisa mencakup layanan di web kami, kampanye iklan online yang terukur, atau media sosial kami.”

Model bisnis BeliRumah

Effendy mengaku pihaknya sudah menjalankan strategi monetisasi dalam semua produknya. Untuk model agen properti, dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya yang paling umum ialah komisi penjualan properti. Perusahaan mengincar para agen properti dari kalangan independen yang bekerja sendiri sebagai agen dan bersedia bekerja sama dengan BeliRumah, serta bekerja sama dengan agen yang tergabung dalam kantor agen properti.

“Agen properti akan mendapatkan persentase tertentu dari nilai transaksi ketika mereka berhasil menjual properti.”

Di luar itu, monetisasi dilakukan dengan menyediakan pemasaran properti, program afiliasi, membangun pendapatan dari iklan atau langganan premium, dan program mitra. Disebutkan, kontributor terbesar BeliRumah sejauh ini adalah para penjual properti.

“Kepercayaan yang diberikan oleh penjual kepada kami dalam menjual properti mereka adalah aset berharga yang kami jaga dengan baik. Ada juga peran pembeli properti dalam setiap transaksi di kami. Mereka merupakan komponen penting. Selanjutnya, kami menjalin kemitraan bisnis dengan pihak terkait, seperti bank rekanan. Kemitraan ini dapat memberikan pendapatan tambahan melalui referensi atau kolaborasi bisnis.”

Ke depannya dalam rangka meningkatkan suplai, perusahaan berencana akan terus menggalakkan hubungan yang intens dengan lebih banyak pengembang properti, kantor agen, dan pemilik properti, demi mendapatkan akses lebih awal ke properti yang akan mereka jual.

“Lalu untuk meningkatkan demand, kami lakukan dengan pemasaran yang efektif dengan menggunakan pemasaran online dan offline yang efektif untuk menjangkau calon pembeli.”

Beberapa inisiatif yang akan mereka lakukan adalah memanfaatkan tools pemasaran digital untuk meningkatkan visibilitasnya di platform online, serta ikut pameran properti untuk memperkenalkan solusinya kepada para calon pembeli potensial. “Kami juga mendengarkan kebutuhan dan preferensi konsumen untuk membantu mencocokkan dengan properti yang sesuai.”

Seperti diketahui, BeliRumah merupakan produk kedua dari PT Real Estate Teknologi, yang juga membawahi solusi digital lainnya bernama Rentfix. Pada awal kehadirannya di 2020, perusahaan memosisikan dirinya sebagai platform pencarian properti online. Misi yang dibawa adalah menjadikan proses mencari, menjual, dan membeli properti jadi lebih mudah dan cepat bagi semua orang.

Diklaim, perusahaan telah melayani ratusan ribu pencari properti apartemen dan rumah baru di Jabodetabek dan kota besar lainnya. Mitra developer dari BeliRumah menawarkan pilihan properti mulai dari Rp200 juta–Rp500 jutaan dengan ribuan pilihan unit Project Listing. BeliRumah juga menyediakan pilihan hunian berkonsep Transit Oriented Development (TOD) yang cocok bagi masyarakat kota kalangan usia muda.

Dengan merek baru, Effendy juga memperkuat platform pencarian ini secara lebih komprehensif, fitur pencarian diperkuat, ulasan properti yang lebih informatif, dan menjanjikan ribuan proyek yang diinginkan.

“Dengan semua ini, pencari properti dapat dengan mudah menemukan rumah atau apartemen yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Senada dengan visi misi kami, yakni mempercepat pertumbuhan kepemilikan rumah di Indonesia melalui teknologi. [..] memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional melalui digitalisasi transaksi properti,” pungkas Effendy.