Living Lab Ventures Berinvestasi ke Induk Startup Proptech Lamudi

Digital Classifieds Group (DCG), perusahaan induk Lamudi, mengumumkan investasi strategis dari Living Lab Ventures (LLV), corporate venture capital milik Sinar Mas Land. Langkah ini tidak hanya memperkuat posisi DCG dan Lamudi sebagai pemimpin teknologi properti di kawasan Asia-Pasifik, khususnya Indonesia, tetapi juga menandai ekspansi LLV ke Australia.

DCG sendiri melakukan akuisisi Lamudi Indonesia pada Oktober 2023 dari shareholder sebelumya, yakni Dubizzle (sebelumnya bernama EMPG – Emerging Markets Property Group).

Partner Living Lab Ventures Bayu Seto menyatakan bahwa investasi ini menjadi tonggak penting yang menegaskan keyakinan LLV terhadap kemampuan DCG dan Lamudi dalam membangun ekosistem teknologi terbesar di industri properti Indonesia. “Dengan kolaborasi ini, kami melihat peluang besar untuk memperluas jangkauan kami ke Australia dan memperkuat posisi di industri Proptech Asia-Pasifik,” ujarnya.

CEO DCG Mark Nosworthy menyambut positif investasi dari LLV. Menurutnya, dukungan ini mengukuhkan misi DCG dalam mentransformasi pasar properti melalui teknologi. “Kolaborasi ini akan mempercepat pertumbuhan kami dan meningkatkan kemampuan kami dalam menyediakan solusi teknologi mutakhir bagi pengguna di Asia Tenggara,” kata Mark.

Sejak didirikan pada tahun 2014, Lamudi telah berperan penting dalam mendigitalkan industri real-estate di Indonesia. Melalui platform ini, lebih dari 30.000 agen properti telah diberdayakan untuk meningkatkan kemahiran teknologi dan keterampilan pemasaran digital mereka. Lamudi juga telah menjalin kemitraan dengan berbagai pengembang besar di Indonesia, menyediakan layanan end-to-end untuk lebih dari 425 proyek properti.

CEO Lamudi Indonesia Mart Polman, mengungkapkan bahwa dukungan dari LLV akan membantu Lamudi memperluas operasinya dan memperkuat posisinya sebagai marketplace real-estate terdepan di Indonesia. “Investasi ini memungkinkan kami untuk mengembangkan lebih lanjut platform kami, meningkatkan pengalaman pengguna, dan menyediakan nilai yang tak tertandingi bagi pelanggan,” jelas Mart.

Investasi strategis ini tidak hanya membuka jalan bagi terobosan baru di sektor teknologi properti, tetapi juga memperkuat komitmen Sinar Mas Land dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan di industri real-estate Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi bukti dedikasi LLV dalam memimpin transformasi digital dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci di pasar global.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

LLV Launchpad: Wadah Baru bagi Startup Global untuk Berkembang di Indonesia

Dalam upaya mendukung pertumbuhan startup di Indonesia secara berkelanjutan, Living Lab Ventures (LLV), unit ventura dari Sinar Mas Land, resmi meluncurkan “LLV Launchpad”. Inisiatif ini dirancang sebagai pusat inkubasi yang memberikan kesempatan bagi para pengusaha global untuk masuk dan berkembang di pasar Indonesia.

LLV Launchpad berlokasi di BSD City, yang merupakan pusat dinamis dari berbagai kegiatan teknologi dan inovasi. Melalui program ini, startup tidak hanya mendapatkan akses langsung ke pasar lokal, tetapi juga dapat mengambil keuntungan dari dukungan dan sumber daya yang disesuaikan untuk mempercepat pertumbuhan mereka.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani, menegaskan bahwa banyak startup lokal telah merasakan manfaat dari dukungan LLV, dan kini pihaknya ingin membuka kesempatan yang sama bagi startup global.

“Kami berharap dapat membawa lebih banyak inovasi dan mendorong perkembangan entrepreneurship di Indonesia melalui LLV Launchpad,” ujar Gani.

Partner Living Lab Ventures Bayu Seto turut menambahkan bahwa LLV percaya pada kekuatan transformasi startup dalam mendorong inovasi.

“LLV Launchpad akan memungkinkan startup global untuk mengakses pasar potensial, mendapatkan bimbingan dari para ahli lokal, dan memanfaatkan sumber daya untuk berkembang di lingkungan yang kompetitif,” tutur Seto.

Program ini menawarkan berbagai manfaat, seperti eksposur langsung ke pasar Indonesia, peluang pendanaan dan investasi, serta kemungkinan untuk berkolaborasi dalam ekosistem Sinar Mas Land. Startup yang tergabung dalam LLV Launchpad juga dapat menikmati lingkungan kolaboratif yang dibangun untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi bersama.

Dengan peluncuran LLV Launchpad, Living Lab Ventures tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam ekosistem startup Indonesia tetapi juga membuka pintu bagi inovasi global untuk berkembang di Asia Tenggara.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Living Lab Ventures Luncurkan Dana Kelolaan untuk Startup Healthtech dan Biotech

Sinar Mas Land melalui kendaraan investasinya Living Lab Ventures (LLV) meluncurkan Biomedical Fund, dana kelolaan yang mendukung pelaku startup di bidang biomedis, pusat penelitian, biobank, hingga teknologi kesehatan.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani berharap Biomedical Fund dapat berperan dalam memastikan infrastruktur kesehatan di tanah air.

“Tidak hanya tangguh, tetapi juga berada di garis depan kemajuan teknologi. Melalui partisipasi LLV dalam biomedis, kini BSD City dapat benar-benar menjadi laboratorium yang hidup,” tambahnya dalam keterangan resmi.

Peluncuran ini didorong oleh pasca-pandemi yang memunculkan tren baru di lanskap kesehatan masyarakat Indonesia. Selain memperkuat kesadaran, permintaan terhadap akses layanan kesehatan yang lebih mudah dan murah ikut meningkat.

World Bank melaporkan, persentase pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia terhadap PDB naik dari 2,6% pada 2014 menjadi 3,2% pada 2022. Namun, persentase tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata pengeluaran negara berpendapatan rendah, yakni 4,9%.

“Biomedical Fund akan memberikan pendanaan ke startup yang berpotensi membawa perubahan positif dalam penyediaan layanan kesehatan, termasuk teknologi diagnosis, manajemen data kesehatan, telemedis, dan solusi inovatif lainnya,” tutur Partner Living Lab Venture Bayu Seto.

Sejauh ini, LLV telah berinvestasi di sejumlah startup, seperti Jumpstart, Amoda, Paper.id, dan BRIK. Investasi ini tidak hanya ditujukan ke sektor proptech, tetapi juga mencakup sektor agnostik yang memiliki fleksibilitas dan peluang yang tajam. Hingga saat ini, LLV telah memberdayakan 27 startup yang berfokus pada tiga aspek teknologi utama, yakni smart technologies, digital life, dan mobility.

Inisiatif genomik dan bioteknologi

Belum banyak dana kelolaan yang difokuskan untuk pengembangan teknologi di bidang kesehatan di Indonesia. Dua tahun lalu, Bio Farma sempat meluncurkan Bio Health Fund dengan fokus pada investasi biotech, menggandeng MDI Ventures. Namun, belum diketahui kapan dana tersebut akan di-deploy.

Sementara, East Ventures dilaporkan tengah menggalang dana kelolaan baru sebesar $30 juta untuk Healthcare Fund sejak tahun lalu. Dana ini spesifik akan disuntikkan ke startup tahap awal healthcare dan vertikal turunannya.

Adapun, inisiatif lain untuk pengembangan genomik telah digulirkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). Targetnya, sebanyak 100 ribu sample dapat terkumpul pada 2025.

AMODA Raih Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures dan Living Lab Ventures

Startup properti dan konstruksi AMODA memperoleh pendanaan awal dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh East Ventures dan Living Lab Ventures. Sebelumnya, AMODA mendapat pendanaan pra-awal pada Juli 2022 yang juga dipimpin East Ventures.

“Putaran pendanaan awal ini mendorong kami untuk merevolusi lanskap properti dan konstruksi di Indonesia. Kami yakin dapat menciptakan ruang bangunan yang inovatif, mudah beradaptasi, dan ramah lingkungan dalam memberdayakan dunia usaha dan individu,” tutur Co-Founder & CEO AMODA Robin Yovianto dalam keterangan resminya.

AMODA didirikan pada Oktober 2021 oleh Robin Yovianto dan Agusti Salman Farizi (Co-Founder dan Presiden) dengan visi untuk merevolusi industri properti dan konstruksi di Indonesia.

Sejak berdiri, perusahaan mengklaim telah mengantongi pertumbuhan pendapatan 4x lipat dari tahun ke tahun. AMODA telah memperluas cakupan operasinya dengan total portofolio lebih dari 200 aset konstruksi, 50 mitra kontraktor nasional, dan menjalin hubungan dengan lebih dari 30 pemilik tanah.

“Investasi ini mencerminkan keyakinan kami terhadap visi mereka untuk mentransformasi dan mendefinisikan kembali sektor properti dan konstruksi di Indonesia. Kami telah menyaksikan pertumbuhan AMODA yang luar biasa, dan kami yakin solusi inovatif AMODA akan meningkatkan kualitas efisiensi, efektifitas, dan keberlanjutan pada sektor konstruksi,” ujar Partner East Ventures Melisa Irene.

Solusi AMODA juga disebut telah memperkuat kemitraan jangka panjang dengan lebih dari 60 perusahaan. Adapun, pendanaan ini akan dialokasikan untuk meningkatkan kapabilitas produk, teknologi, dan operasional.

Tantangan

AMODA mengungkap bahwa industri properti dan konstruksi dihadapkan pada metode konvensional yang menyebabkan rendahnya produktivitas dibandingkan sektor lain. Kurangnya transparansi dan perkiraan pada proses konstruksi mengakibatkan inefisiensi di kebanyakan proyek. Terbuangnya sumber daya dan jejak karbon dalam jumlah besar juga menjadi salah satu tantangannya.

AMODA mengembangkan inovasi yang dapat mentransformasi dan mengatasi isu pada proses konstruksi tradisional. Perusahaan menyediakan dasbor untuk memungkinkan klien melacak pekerjaan secara menyeluruh, baik dari aspek harga, konstruksi, dan penyewaan. Selain itu, AMODA juga kini menggunakan material yang dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan proses konstruksi ramah lingkungan.

Solusinya juga memungkinkan klien  memiliki kebebasan dan bereksperimen untuk mengubah lokasi, terutama pada tahap awal merintis usaha atau bisnis mereka. Strategi ini diyakini dapat memberikan dampak signifikan bagi klien dalam memitigasi risiko.

Investasi East Ventures di proptech

Sebagai pemodal ventura yang memiliki mandat sektor agostik, East Ventures memiliki keleluasaan untuk berinvestasi ke berbagai vertikal industri. Di proptech sendiri, keseriusan East Ventures semakin tampak ketika pada 2022 lalu turut terlibat mendirikan Urban Gateway Fund bersama Sinar Mas Land, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma. Fokusnya berinvestasi ke startup tahap awal yang bergerak pada pengembangan tata kota.

Selain AMODA, East Ventures juga sempat berinvestasi ke Tanaku, startup yang membangun platform teknologi untuk memfasilitasi pembelian dan transaksi properti secara online. Kemudian juga memberikan pendanaan awal ke Kabina, pengembang platform penyederhanaan proses konstruksi dengan memanfaatkan modularistas, pra-fabrikasi, dan bahan utama kayu. Ringkas juga sempat mendapatkan sokongan modal dari East Ventures untuk menghadirkan layanan digital guna memfasilitasi kredit hunian (KPR).

JumpStart Raih Pendanaan Seri B Dipimpin Cool Japan Fund dan Living Lab Ventures

Startup pengembang coffee vending machine JumpStart meraih pendanaan seri B dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh Cool Japan Fund (CJF) dan Living Lab Ventures. Sebelumnya, JumpStart memperoleh pendanaan seri A dari GDP Venture pada 2018.

Dalam keterangan resminya, CEO JumpStart Brian Imawan mengatakan, pihaknya akan menambah jumlah dan variasi mesin penjual otomatis serta memperbarui teknologi sehingga dapat meningkatkan loyalitas pengguna. Pihaknya siap ekspansi ke beberapa kota besar lain, seperti Pulau Jawa dan Bali, pada pertengahan tahun ini.

“JumpStart ingin mewujudkan misinya untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih menarik bagi konsumen. Melakukan perekrutan tim yang berkualitas juga menjadi fokus kami dalam mengembangkan bisnis JumpStart yang lebih kompetitif di pasar Indonesia,” tutur Brian.

Sementara, PR Representative Cool Japan Fund Hashimoto menambahkan, investasi ini dapat mendukung upaya perusahaan untuk memperluas penjualan barang dari produsen Jepang, seperti makanan ringan dan minuman, di Indonesia.

“Kami akan mendukung upaya untuk mengomunikasikan daya tarik produk makanan dan minuman Jepang bekerja sama dengan perusahaan terkait. Investasi ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan bisnis antara Jepang dan Indonesia, serta memberikan manfaat bagi kedua negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.”

CJF menilai makanan dan minuman Jepang sangat populer di Indonesia, terlihat dari banyaknya restoran Jepang. Makanan manis Jepang juga banyak diminati turis Indonesia di sana. Di saat yang sama, pasokan makanan Jepang di Indonesia sangat terbatas sehingga sulit didapatkan dengan harga terjangkau.

Ekspansi luar negeri

Lebih lanjut, JumpStart juga sekaligus mengumumkan rencananya untuk ekspansi ke luar negeri pada 2025. Lewat ekspansi ini, JumpStart akan memulai bisnis sebagai pemasar smart coffee machine yang dapat menyajikan lebih dari 20 menu kopi dan non-kopi, seperti cokelat dan teh matcha.

Diketahui, JumpStart merupakan pengembang teknologi mesin pemasaran otomatis. Di 2017, JumpStart menyediakan 500 mesin, dan saat ini sudah mencapai 2000 mesin. Pihaknya juga memproduksi label kopi sendiri yang kini tersedia dalam 25 macam pilihan kopi.

Jajaran manajemen JumpStart

Tak cuma kopi, JumpStart juga mulai menghadirkan vending machine untuk produk makanan ringan, obat-obatan, kosmetik, fesyen, hingga makanan hewan. Pihaknya mengklaim telah membukukan EBITDA positif dengan pertumbuhan pendapatan lebih dari 400% di sepanjang 2022. Pertumbuhan kinerja positif tersebut dikarenakan permintaan pasar yang tinggi pasca-pandemi.

“Bersama dengan tim engineer dan tim kreatif internal, kami sudah menyiapkan beberapa terobosan baru dengan membuat beberapa mesin terkini yang menarik termasuk produk private label di dalamnya yang kami percaya akan lebih mempermudah dan memberikan suatu pengalaman baru untuk para pelanggan kami.” Tutup Brian.

BRIK Konfirmasi Tutup Pendanaan Pra Seri A Senilai 168 Miliar Rupiah

Startup konstruksi BRIK telah menutup putaran pendanaan pra seri A dengan nominal sebesar $11,5 juta (sekitar 168 miliar Rupiah). Hal ini telah dikonfirmasi oleh manajemen perusahaan menyusul pemberitaan terakhir terkait penggalangan dana mereka pada Desember 2022 silam.

Kepada DailySocial.id, pihak BRIK menyebut investor terdahulu, seperti Accel dan AC Ventures, kembali berpartisipasi dalam putaran ini. Kemudian, B Capital, Alter Global, Living Lab Ventures, perusahaan konstruksi asal Singapura Woh Hup, salah satu konglomerat lokal, dan beberapa angel investor yang mayoritas berasal dari India, juga ikut berinvestasi.

Sebelumnya, BRIK telah menerima pendanaan tahap awal senilai $4 juta atau Rp59,5 miliar pada Juli 2022, dipimpin oleh AC Ventures dengan keterlibatan Accel, Infra.Market, Alto Partners, BizOnGo, dan sejumlah angel investor.

Dana segar ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan bisnis dan menambah lini produk BRIK. Dalam upaya mengembangkan bisnisnya, BRIK juga diketahui berencana untuk mempekerjakan beberapa individu di Singapura, Indonesia, dan India untuk menyediaan produk beton, pracetak dan nonstruktural, agregat berkualitas tinggi, dan bahan kimia konstruksi.

Di samping itu, perusahaan juga mendorong inovasi teknologi untuk dapat menurunkan harga. Hingga saat ini, BRIK telah tersedia di pulau Jawa, Bali, dan Lampung.

Saat ini, BRIK memiliki empat produk unggulan, yaitu beton, cat interior dan waterproofing dari Singapura, bata merah dan hebel brik, juga lem, thinner dan admixtures. Perusahaan segera menambah lini produk baru, seperti kayu untuk konstruksi, dan meningkatkan nilai produk dengan menuju ke green innovation.

Solusi BRIK

BRIK didirikan pada 2022 oleh empat orang founder, dua di antaranya mantan VP SEA Invesment di Jardines dan salah satu co-founder di iDexpress. BRIK merupakan perusahaan agregator bahan baku B2B yang memiliki fokus dalam membangun rumah produk bahan konstruksi.

Dalam operasionalnya, perusahaan memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah di sektor konstruksi seperti kurangnya transparansi harga, kualitas bahan konstruksi yang tidak sesuai, basis vendor yang terfragmentasi, dan logistik yang tidak efisien. Dengan sistem bisnis ini, BRIK telah melayani klien institusional (B2B) dan juga pelanggan ritel.

BRIK mengembangkan produk konstruksi sendiri dengan kualitas dan karakteristik yang sesuai dengan riset yang telah dilakukan tim. Lewat mekanisme cloud manufacturing, perusahaan merangkul rekanan pemasok bahan bangunan untuk membantu perusahaan memproduksi barang. BRIK memberikan jaminan penjualan lewat kanal yang dimiliki.

Beberapa startup yang menyasar segmen konstruksi di Indonesia sebut saja GoCement yang berupaya mengefisiensikan bisnis konstruksi. Selain itu, ada Proglix yang menghadirkan solusi terpadu penyediaan raw material untuk konsumen infrastruktur dan manufaktur.

Menurut riset GlobalData, ukuran pasar bisnis konstruksi di Indonesia telah mencapai $234,6 miliar atau setara Rp3,591 triliun pada 2021 lalu. Diproyeksikan sektor ini akan mendapati average annual growth rate (AAGR) lebih dari 4% dalam periode 2023-2026 mendatang. Pertumbuhan ini berkorelasi langsung dengan sejumlah metrik perekonomian, termasuk PDB nasional yang pada 2022 berhasil tumbuh 5,31%.

Social Bread Peroleh Pendanaan 6 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Social Bread, marketplace untuk digital marketing, memperoleh pendanaan sebesar $400 ribu atau sekitar 6 miliar Rupiah yang dipimpin oleh East Ventures dan partisipasi dari Living Lab Ventures. Menyusul perolehan dana segar ini, Social Bread resmi meluncurkan layanannya.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Social Bread akan memanfaatkan pendanaan tersebut untuk mengembangkan platform teknologi yang dapat memberdayakan ekosistem merchant dan mendukung pelaku UKM. Pihaknya juga telah meluncurkan fitur live shopping agar dapat mendongkrak penjualan merchant hingga sepuluh kali lipat dalam kurun satu tahun.

“Kami percaya Social Bread merupakan game changer dalam menyetarakan para UKM, khususnya dengan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau para pelanggan. Dengan pengalaman tim yang luas di industri digital, kami memberikan solusi end-to-end untuk para pemilik bisnis dengan harga yang kompetitif,” kata Co-Founder dan CEO Social Bread Edho Zell pada acara peluncurannya di Social Bread Hub, Tangerang.

Pendanaan ini disebut menjadi bukti kuat terhadap misi Social Bread untuk membawa kemajuan dan dampak ke para pelaku bisnis dan konten kreator dengan memaksimalkan digital marketing dan media sosial.

“Dengan besarnya potensi ekonomi digital, Social Bread tidak hanya menjembatani UKM dan konten kreator, tetapi juga membantu UKM, salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, untuk mengembangkan bisnisnya. Kami berharap untuk terus merasakan keseruan dan dampak positif yang akan dihadirkan oleh Edho dan tim,” kata Melisa Irene, Partner East Ventures.

Social Bread didirikan oleh Edho Zell (CEO), Lydia Susanti (Chief Operating Officer), Ester Jeanette (Chief Marketing Officer), dan Messiah Richardo (Chief Technology Officer) pada 2020. Berbekal pengalaman serupa di bidang pemasaran digital dan media sosial, para pendiri melihat potensi besar media sosial dalam memengaruhi keputusan pembelian pelanggan, terutama karena media sosial kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kebanyakan orang.

Sejak 2020, Social Bread mengklaim telah mendukung lebih dari 500 UKM dari Jabodetabek, Surabaya, dan kota-kota lainnya di Indonesia dalam mendorong pertumbuhan penjualan mereka melalui penggunaan media sosial. Social Bread telah mengelola lebih dari 5.000 mitra kreator terdaftar.

Layanan Social Bread

Lebih lanjut, pihaknya menuturkan bahwa banyak pebisnis dan UKM kesulitan memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan bisnis mereka karena keterbatasan sumber daya, keahlian, dan keterampilan untuk mengelola akun media sosial. Di samping itu, tidak semua UKM tim khusus atau mampu memekerjakan agensi digital karena butuh modal besar.

“UKM telah menjadi landasan pertumbuhan dari setiap negara maju, dan kita perlu memberdayakan UKM untuk mencapai ‘Indonesia Emas 2045’. Kami akan membangun platform teknologi yang berbeda untuk memungkinkan UKM tumbuh dan berkembang secara organik,” kata Herman Widjaja, Commissioner Social Bread.

Untuk mengatasi dua masalah di atas, Social Bread mengembangkan platform yang mempertemukan UKM dengan konten kreator dan influencer lokal. Social Bread akan menganalisis dan memahami tujuan atau kebutuhan UKM sehingga memungkinkan mereka untuk memberikan rekomendasi berdasarkan kategori industri, jenis platform, konten yang sesuai dengan audiens yang ditargetkan, dan jumlah konten kreator atau pengikut.

Setelah itu, UKM akan dihubungkan dengan konten kreator (disebut mitra kreator) di Social Bread. Mitra kreator tidak hanya memproduksi konten berdasarkan arahan yang telah disepakati, tetapi juga akan menjadi pihak yang mengelola akun media sosial para UKM. Dengan begitu, pelaku usaha dapat lebih fokus dalam menjalankan bisnis mereka sembari membiarkan konten kreator memaksimalkan potensi akun media sosial.

Selain itu, Social Bread juga telah merilis fitur live shopping yang kini tengah berkembang pesat di Indonesia, terutama bagi pelaku UMKM. Melalui fitur “Live Shopping,” Social Bread berupaya memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan menghubungkan live streamer untuk mengelola live shopping mereka.

Hal ini diperkuat dari laporan Cube Asia di 2022 yang menyebutkan Indonesia sebagai pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai Gross Merchandise Value (GMV) masing-masing sebesar hampir $5 miliar dan $2 miliar. 

Menurut CEO and Head of Data Cube Asia Sarabjit Singh, besarnya angka transaksi live shopping tersebut turut didorong engagement pengguna media sosial di Asia Tenggara yang termasuk tertinggi di dunia. Sebanyak 90% pengguna internet di Asia Tenggara terhubung di Facebook, Instagram, WhatsApp, dan TikTok.

Sinar Mas Land dan Mitsubishi Luncurkan Layanan Alice Style untuk Penyewaan Barang

Kendaraan investasi milik Sinar Mas Land, Living Lab Ventures (LLV) melalui Living Lab X resmi menghadirkan layanan jasa penyewaan barang “Alice Style” melalui aplikasi OneSmile. Inisiatif ini adalah hasil kolaborasi dengan Peace Tech Lab, penyedia jasa sewa menyewa barang dari Jepang yang diinisiasi oleh Mitsubishi Corporation.

Ini merupakan kelanjutan dari kemitraan strategis antara Sinar Mas Land dan Mitsubishi Corporation dalam mentransformasikan BSD City sebagai smart integrated digital city.

Kentaro Katayama dari Mitsubishi Corporation juga menyampaikan bahwa kolaborasi kedua perusahaan tidak terbatas di ranah properti tetapi juga layanan kehidupan seperti ini. “Alice Style adalah inovasi baru yang dihadirkan sebagai solusi untuk mewujudkan konsep gaya hidup yang ramah lingkungan (eco-living),” ungkapnya.

Duet antara Sinar Mas Land dan Mitsubishi Corporation sendiri telah berjalan cukup lama. Sebelumnya, kedua perusahaan juga membangun kawasan properti mixed-use premium dan sudah mulai mengoperasikan autonomous electric vehicles (AV) pertama di Indonesia dalam kawasan BSD City.

Alice Style menawarkan pengalaman berbelanja yang berbeda dengan konsep equality dan sustainability melalui model bisnis penyewaan barang-barang berkualitas dan harga yang terjangkau. Konsep ini juga diharapkan bisa menjangkau semua lapisan masyarakat dan mengurangi jumlah sampah hasil penggunaan alat rumah tangga hingga barang elektronik.

Untuk dapat menggunakan layanan ini, pengguna dapat bertransaksi melalui platform OneSmile yang dikembangkan khusus warga BSD City. Beberapa kategori peralatan yang disewakan di Alice Style antara lain beauty, home appliances, electronics, hobbies, dan lain-lain. Harga sewa yang dipatok berkisar Rp5 ribu hingga Rp150 ribu dengan syarat dan ketentuan berlaku.

CEO Peace Tech Lab, Inc., Rieko Muramoto juga mengungkapkan kekagumannya pada visi Sinar Mas Land melalui LLV bersama dengan Mitsubishi Corporation dalam memberikan solusi berkelanjutan bagi kehidupan sehari-hari. “Dalam penerapannya, Peace Tech Lab, Inc. terus berkomitmen untuk bekerja menuju masyarakat dimana pengalaman dapat diberikan secara lebih merata melalui layanan yang ramah terhadap dompet dan bumi.

Terkait kerja sama ini, Partner Living Lab Ventures Bayu Seto mengungkapkan bahwa LLV kini fokus untuk menginkubasi new ventures. “Di sini, Peace Tech Lab, Inc dan mitra LLV lainnya dapat langsung membuat proyek inovasi dengan mengimplementasikannya di beberapa ekosistem offline yang bekerja sama dengan kami” tambahnya.

Inovasi Living Lab Ventures

Dukungan Living Lab Ventures terhadap inovasi teknologi melalui percepatan dan pendanaan startup potensial di Indonesia semakin solid usai Sinar Mas Land meluncurkan Urban Getaway Fund. Pada Agustus 2022 lalu, LLV juga menyalurkan pendanaan pra awal sebesar Rp57 miliar kepada startup proptech IDEAL.

Selain investasi langsung, LLV juga mendukung proyek pengembangan lain melalui divisi Living Lab X, sebuah laboratorium untuk menginkubasi dan mengembangkan perusahaan rintisan serta mengintegrasikan teknologi mereka ke dalam kehidupan masyarakat.

Beberapa program yang sudah berjalan, termasuk berkolaborasi dengan startup proptech Pashouses untuk membangun Rumalaku.id. Melalui proyek ini, keduanya ingin memfasilitasi penjualan rumah tapak secondary di area BSD City dan sekitarnya. Lalu, mengembangkan KlikGazz, marketplace untuk Kebutuhan Gas Elpiji dan Galon.

Melalui Living Lab Ventures, Sinar Mas Land berupaya mengembangkan ekosistem digital, terutama untuk menambah aspek digital pada pengembangan township secara keseluruhan. Salah satu tesisnya adalah mencari startup yang dapat memberikan dampak terhadap masalah yang dimiliki penghuni kota dan solusi berbasis city centric-driven.

Application Information Will Show Up Here

Living Lab Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Seri A ke DCT Agency

Sinar Mas Land melalui kendaraan investasinya Living Lab Ventures (LLV) mengumumkan pendanaan pra-seri A ke startup di bidang kreatif DCT Agency dengan nominal dirahasiakan. Sejumlah investor lain juga turut berpartisipasi.

“Potensi industri kreatif dan startup di Indonesia sangat besar sehingga berpeluang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani dalam keterangan resminya.

Sejauh ini, Living Lab Ventures telah berinvestasi di startup SWAP Energy, Doogether, serta menginkubasi startup marketplace KlikGazz. Tesis investasinya berfokus pada tiga aspek utama, yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility.

Sebagai informasi, Living Lab Ventures merupakan corporate venture capital (CVC) yang berfokus untuk memberikan investasi untuk inkubasi dan akselerasi digital entreprenuer potensial di Indonesia. Pihaknya mengincar sektor agnostik agar dapat menjangkau jaringan investasi yang lebih luas.

Dalam wawancara sebelumnya, Living Lab Ventures hadir untuk mewadahi pengembangan aspek digital yang dapat mendukung pengembangan township yang dilakukan oleh Sinar Mas Land. Fokusnya adalah membangun ekosistem digital menyeluruh di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang.

Pengembangan kreatif

Beroperasi sejak 2021, DCT Agency bergerak di bidang talent management dan digital advertising untuk mendukung branding perusahaan. DCT Agency menghadirkan empat layanan melalui Key Opinion Leader (KOL) Campaign, TikTok Live E-commerce, dan TikTok Ads and Shop Manager sesuai kebutuhan.

Pihaknya mengklaim telah melahirkan lebih dari 500 kreator di industri kreatif Indonesia. Di sepanjang 2022, DCT Agency menyebut telah mengantongi sebanyak 77,8 miliar tayangan dari 500 KOL di dalam jaringannya.

Dengan pencapaian ini, pihaknya akan memperluas layanannya ke platform lain dan menawarkan Software-as-a-Services (SaaS). “Kami harap suntikan dana investasi ini dapat membantu kami berkembang dan memberikan dampak lebih luas untuk melahirkan talenta-talenta digital yang mampu mendorong penetrasi digitalisasi Indonesia,” ujar Founder dan CEO DCT Agency David Nugroho.

Ekraf menjadi salah satu sektor yang tengah digencarkan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Di 2021, sektor ekonomi kreatif (ekraf) menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp1.134 triliun atau 6,98% terhadap PDB nasional.

Adapun, Asosasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 210 juta atau setara dengan penetrasi 77% pada periode 2021-2022.

Startup Wellness “DOOgether” Peroleh Tambahan Dana Pra-Seri A, Perbanyak Lokasi Olahraga Offline

Startup yang bermain di segmen wellness DOOgether mengumumkan perolehan tambahan dana pra-seri A dengan nominal dirahasiakan. Putaran ini dipimpin oleh Living Lab Ventures (afiliasi dari Sinarmas Land Group) dan Aldo Henry Artoko (CEO PT Arkora Hydro Tbk), diikuti investor sebelumnya, yakni Asiantrust Capital, Prasetya Dwidharma, dan lainnya.

Kedua investor yang sudah ada ini sebelumnya berpartisipasi dalam putaran tahap pertama yang diumumkan pada April 2021. Alexander Rusli (eks Dirut Indosat) juga serta dalam putaran tersebut.

Dana segar ini nantinya akan dimanfaatkan perusahaan untuk memperbanyak jumlah DOOspace, ruang kesehatan dan kebugaran offline, hingga enam titik di kuartal III 2023 mendatang. Lokasinya bakal tersebar di area Jabodetabek, salah satunya di BSD City.

Co-founder dan CEO DOOgether Fauzan Gani menyampaikan pihaknya bangga karena telah membangun bisnis yang kuat, berkelanjutan, berhasil bertahan melewati pandemi dan gejolak ekonomi. Namun, melihat data saat ini, ia percaya bahwa aktivitas online akan tetap berperan penting di industri kesehatan dan kebugaran, terutama untuk memenuhi permintaan komunitas olahraga.

Menurut data yang ia kutip, industri kesehatan dan kebugaran yang digelutinya ini bernilai $36,4 miliar di Indonesia, dan diperkirakan akan tumbuh 7,9% setiap tahunnya.

DOOspace

Perusahaan meluncurkan DOOspace untuk memenuhi permintaan dan membantu mitra fasilitas kebugaran yang kesulitan karena situasi yang sedang berlangsung. Melalui DOOspace, perusahaan mendukung mitra fasilitas kebugaran yang masuk sebagai operator, membantu rebranding seluruh fasilitasnya menjadi DOOspace by DOOgether.

Fauzan melanjutkan, DOOspace mendukung mitra fasilitas kebugaran yang sedang melewati masa kritis karena pandemi dengan menjadi operator fasilitas, menghadirkan pakar ternama dari industri olahraga, menstandardisasikan kualitas pengalaman pelanggan fasilitas kebugaran, dan memastikan pertumbuhan bisnis fasilitas kebugaran tersebut.

“Para mitra juga akan mendapatkan keuntungan dari ekosistem digital kami yang sudah mapan, dari pengarahan lintas pengguna dari aplikasi kami ke fasilitas kebugaran, hingga data demografis dan tren olahraga di wilayah mereka,” ucap Fauzan.

DOOspace menawarkan ruang kesehatan dan kebugaran bagi komunitas yang berkumpul, memiliki berbagai pilihan olahraga, mulai dari zumba, pilates, yoga, muay thai, berenang, dan latihan otot dan kekuatan. Layanan ini mulai diperkenalkan ke publik sejak Agustus 2022 dengan lokasi pertamanya di Senopati, Jakarta.

Perusahaan sendiri sudah dirintis sejak 2016. DOOgether berawal dari produknya yang bernama DOOfit, menyediakan layanan pemesanan kelas olahraga online dan offline ke fasilitas kebugaran di lebih dari 350 fasilitas olahraga, trainer, dan komunitas di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Kelas olahraga yang ditawarkan mencapai lebih dari 30 ribu kelas, seperti zumba, boxing, barre, yoga, bootcamp, wall climbing, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, juga tersedia video latihan gratis di dalam situsnya.

Application Information Will Show Up Here