East Ventures Berinvestasi ke Startup Kuliner Ayam Goreng Terasi Asal Singapura

Har Har Chicken!, kios makanan takeaway yang mengkhususkan diri pada ayam goreng terasi, hari ini mengumumkan keberhasilannya meraih pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.

“Panduan dan dukungan dari tim East Ventures sangat berharga bagi kami dalam perjalanan kewirausahaan ini. Kami menghargai keyakinan mereka terhadap brand Har Har Chicken!, dan menantikan kolaborasi yang lebih banyak ke depannya,” ujar Co-Founder & CEO Har Har Chicken! Bevin Desker.

Har Har Chicken! didirikan oleh Bevin Desker, Han Liguang, Lennard Yeong, dan Tay Jianli, yang semuanya memiliki pengalaman luas di industri restoran. Misi mereka adalah menciptakan brand makanan khas Singapura yang mudah diakses dan memiliki potensi untuk berkembang secara regional.

Pasar unggas di Asia Selatan dan Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan proyeksi peningkatan sebesar 30% antara 2023 dan 2030. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan akan makanan yang mudah didapat, termasuk ayam goreng.

Menangkap peluang dari popularitas ayam goreng dan har cheong gai, Har Har Chicken! menawarkan berbagai pilihan menu seperti sayap ayam, burger, nasi kotak, dan lainnya, lengkap dengan kondimen yang menyempurnakan rasa.

Sektor F&B memang menjadi salah satu hipotesis investasi East Ventures. Selain masuk ke platform digital yang mendemokratisasi operasional bisnis kuliner, East Ventures beberapa kali juga telah berinvestasi ke pengembang produk kuliner. Mulai dari Ismaya Group, SaladStop! Group, UENA, Fore, hingga Dahmakan.

“Kami bersemangat untuk mendukung Har Har Chicken! yang menghadirkan sentuhan inovatif pada hidangan Singapura yang disukai banyak orang. Tim pendiri yang kuat dan berpengalaman diyakini akan membawa kesuksesan besar di bidang F&B,” kata Principal East Ventures Wesley Tay.

Pendanaan ini datang setelah debut Har Har Chicken! di Bishan, Junction 8, Singapura, pada 5 Juli 2024. Sebagian besar pendanaan akan digunakan untuk optimalisasi rantai pasok, memastikan kualitas yang konsisten untuk pelanggan.

Har Har Chicken! berencana memperluas kehadirannya di Singapura dengan menargetkan tiga gerai awal di Junction 8, Vivocity, dan ION Orchard. Pada tahun 2025, mereka berharap dapat meningkatkan jumlah gerai di Singapura dan melakukan ekspansi regional.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Telkomsel Ventures Pimpin Pendanaan Startup AI Tictag

Telkomsel Ventures memimpin pendanaan Tictag, startup AI yang berfokus pada data. Pendanaan ini juga melibatkan M Venture Partners, East Ventures, Investible, dan SBI Ven Capital. Langkah ini menegaskan komitmen Telkomsel untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem inovasi digital, mendorong transformasi digital di Indonesia, serta mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia dan Asia.

Tictag didedikasikan untuk mengembangkan AI berkualitas tinggi yang dapat diakses oleh semua, telah memulai perjalanan inovatif dengan menyederhanakan proses pengumpulan dan anotasi data. Mereka merancang platform crowdsourcing berbasis aplikasi yang efisien. Dalam beberapa tahun terakhir, Tictag telah memperluas jangkauannya, mengembangkan kemampuan AI terapan yang berfokus pada analisis data, serta menawarkan layanan konsultasi unggulan.

CEO Telkomsel Ventures Mia Melinda menyatakan bahwa kualitas dan kinerja AI sangat bergantung pada data yang digunakan untuk melatihnya.

“Investasi strategis ini dilakukan berdasarkan analisis atas kemampuan Tictag dalam memaksimalkan potensi AI melalui data training berkualitas tinggi yang mempercepat pengumpulan, pelabelan, dan pemrosesan data, membantu perusahaan meningkatkan efisiensi,” kata Mia Melinda.

Investasi ini sejalan dengan fokus Telkomsel Ventures pada teknologi baru dan merupakan langkah penting dalam mewujudkan visi Telkomsel untuk mendorong akselerasi ekosistem digital nasional serta meningkatkan ekonomi digital Indonesia.

Co-Founder dan CEO Tictag Kevin Quah menyampaikan, “Indonesia adalah basis talenta AI yang berkembang pesat dan pasar yang siap mengadopsi AI. Kepercayaan dan dukungan dari para investor mendorong kami untuk terus berinovasi dalam memperkuat ekosistem AI.”

Dia menambahkan bahwa Tictag berkomitmen untuk bermitra dengan komunitas kontributor anotasi data yang beragam, termasuk mahasiswa dan penyandang disabilitas, sehingga memungkinkan mereka berpartisipasi dalam ekonomi AI.

Didirikan pada 2019 di Singapura, Tictag memiliki misi untuk meningkatkan pemanfaatan AI bagi semua pihak. Dengan produk dan layanan inovatif yang potensial mendisrupsi pasar, Tictag kini melayani lebih dari 50 perusahaan di berbagai sektor seperti real estate, kendaraan otonom, pertanian, dan media di seluruh Asia.

Beroperasi di Singapura, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Hong Kong, dan Amerika Serikat, Tictag berencana memanfaatkan investasi baru ini untuk memperluas jangkauan bisnisnya di Indonesia dan Asia, mengimbangi pertumbuhan pesat pasar AI di kawasan tersebut.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

McEasy Umumkan Pendanaan Seri A+ Dipimpin Granite Asia

Startup pengembang solusi logistik McEasy mengumumkan perolehan pendanaan seri A+, membuat dana yang berhasil terkumpul pada putaran ini mencapai $11 juta atau sekitar Rp178 miliar. Pendanaan ini dipimpin Granite Asia dengan keterlibatan investor sebelumnya, yakni East Ventures.

Putaran pendanaan seri A McEasy pertama kali diumumkan pada pertengahan 2022 dengan East Ventures sebagai pemimpin. Waktu itu perusahaan berhasil membukukan dana $6,5 juta, dengan keterlibatan investor sebelumnya. Sementara itu, pendanaan awal McEasy berhasil didapat pada September 2021 senilai $1,5 juta dipimpin East Ventures.

“Kami berencana menggunakan dana tersebut untuk mempercepat pengembangan solusi IoT baru, menerapkan video keselamatan transportasi berbasis kecerdasan buatan kelas dunia dan memperkenalkan produk ekosistem supply chain yang customer-centric. Komitmen kami adalah untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat menjawab tantangan pada ekosistem logistik Indonesia,” kata Co-Founder McEasy Hendrik Ekowaluyo.

McEasy didirikan tahun 2017 di Surabaya oleh Hendrik dan rekannya Raymond Sutjiono dengan visi mengubah ekosistem transportasi dan rantai pasokan Indonesia melalui digitalisasi. Adapun solusi yang saat ini tersedia cukup lengkap, mulai dari aplikasi Fleet Management, Delivery Management, Delivery Optimization, dan sebagainya — dilengkapi dengan hardware IoT yang dapat tertanam di armada.

Kinerja bisnis

McEasy sediakan solusi teknologi terpadu untuk manajemen armada logistik / McEasy
McEasy sediakan solusi teknologi terpadu untuk manajemen armada logistik / McEasy

Disampaikan bahwa dalam 18 bulan terakhir McEasy berhasil meningkatkan kemitraan 6x lipat, sehingga saat ini adalah lebih dari 1500 perusahaan yang telah memanfaatkan solusinya.

Henrdik dan Raymond percaya bahwa ruang pertumbuhan di industri ini masih sangat besar. Pasalnya sektor logistik Indonesia dilanda fragmentasi dan inefisiensi, dengan lebih dari 85% pelaku logistik masih mengandalkan metode manual menggunakan pena dan kertas.

Hal ini menyebabkan tiga tantangan utama: rendahnya kepuasan pengiriman, biaya pengiriman yang tidak efisien dan perilaku pengemudi yang buruk. Mengatasi tantangan-tantangan ini sangat penting demi meningkatkan daya saing Indonesia dan keberhasilan bisnis logistik.

“Pada tahun 2023, jumlah perusahaan yang terintegrasi dengan McEasy meningkat dengan substansial. Artinya, solusi McEasy terbukti dibutuhkan oleh pelaku industri. Pendekatan yang customer-centric dan market insight yang mendalam menjadikan McEasy sebagai solusi terbaik bagi ekosistem logistik Indonesia. Granite Asia mendukung McEasy mentransformasi industri logistik dengan menetapkan standar baru dalam keunggulan operasional dan mendorong peningkatan efisiensi yang signifikan,” imbuh Dimitra Taslim dari Granite Asia.

Di Indonesia, McEasy berhadapan dengan sejumlah pemain dalam menyajikan layanan digitalisasi logistik. Di antaranya ada TransTRACK, Titip.io, LODI, Logee, MileApp, dan sejumlah pemain lainnya.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures, SMDV, dan Sejumlah Investor Dikabarkan Kembali Beri Pendanaan ke PasarNow

Startup online grocery PasarNow dikabarkan kembali memperoleh pendanaan tambahan untuk putaran seri A dari investor sebelumnya meliputi East Ventures, SMDV, Prasetia Dwidharma, January Capital, dan Skystar Capital.

Menurut data yang diinput ke regulator, seperti mengutip dari Alternative.pe, nilainya sekitar $1 jutaan atau setara Rp17,4 miliar. Dengan pendanaan ini, East Ventures kini memegang saham mayoritas perusahaan (50%+).

Kami mencoba mengonfirmasi pihak terkait mengenai pendanaan ini, tapi sampai berita ini diterbitkan belum mendapatkan respons.

September 2021, PasarNow mengumumkan pendanaan awal senilai $3,3 juta yang dipimpin East Ventures. Pendanaan ini sekaligus menandai aksi korporasi berupa rebranding dan pivot model bisnis, dari sebelumnya platform social commerce JamanNow menjadi online grocery PasarNow.

Startup ini didirikan sejak tahun 2019 oleh James Rijanto, Donald Wono, dan Cindy Ozzie. Dengan model bisnis yang baru, fokus utama mereka menyederhanakan rantai pasok di sektor bahan makanan segar dan menawarkan produk makanan segar berkualitas kepada pelanggan melalui platform multi-channel. Pendekatan ini memungkinkan mereka merangkul sektor B2B dan B2C sekaligus.

Tahun 2022, Pasarnow dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan sebesar $9,5 juta pimpin East Ventures. Kala itu, menurut data regulator, pendanaan sempat melambungkan valuasi perusahaan ke angka $56 juta. Perusahaan juga sempat membuka pasar baru di daerah Jawa Barat setelah sebelumnya melayani pengguna di seputar Jabodetabek.

Mengecek kembali ke aplikasi, saat ini PasarNow hanya tersedia di pasar Jabodetabek saja. Aplikasi pun (di platform Android) terlihat kurang terutilisasi — kendati pengguna bisa menggunakan jasa mereka lewat mobile web.

Layanan online grocery yang menyajikan produk segar memang tengah mengalami tantangan pada penetrasi pasar. Tidak hanya PasarNow, sejumlah pemain kini mulai meredup setelah sebelumnya saat pandemi mengalami growth moncer.

PasarNow berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain lokal, di antaranya Sayurbox, Titipku, Segari, dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Northstar, East Ventures Suntik Startup Edtech Vietnam “PREP”

Startup edtech asal Vietnam, PREP, memperoleh pendanaan dari Northstar Group, melalui Northstar Ventures. Putaran ini diikuti oleh investor sebelumnya, East Ventures, mengutip dari regulatory fillings melalui Alternative.PE.

“Kami dengan bangga mengumumkan investasi terbaru kami oleh Northstar Ventures I pada startup edtech Vietnam, PREP!,” tulis perwakilan Northstar melalui akun LinkedIn.

Disampaikan lebih lanjut, pihak Northstar tertarik untuk mendanai PREP karena terdapat potensi yang menjanjikan di bidang edtech. Sepanjang 2022 kemarin, terdapat lebih dari 350 ribu pelajar dari Asia Tenggara belajar di luar negeri. Sekitar 132 ribu pelajar di antaranya merupakan pelajar dari Vietnam.

Northstar melihat tren yang berkembang ini menyadarkan akan pentingnya sertifikasi bahasa bagi pelajar Vietnam yang menempuh pendidikan internasional. “Kami yakin PREP berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan permintaan ini!”, tutup tulisan tersebut.

Berdasarkan Alternative.PE, putaran ini tak hanya dipimpin oleh Northstar Ventures, juga terdapat investor sebelumnya, Cercano Management. East Ventures dikabarkan menyuntik tambahan dana sebesar $500 ribu untuk Prep.

Baik Cercano dan East Ventures merupakan investor sebelumnya di PREP pada April 2023. Pada saat itu, nominal investasi yang dikucurkan sebesar $1 miliar.

PREP didirikan pada 2020 oleh Thu Pham (CEO) dan Tran Hoai Nam (CTO). Startup ini menawarkan berbagai solusi kursus online dan latihan ujian simulasi yang berfokus pada bahasa terstandardisasi, seperti IELTS, TOEIC, dan ujian kelulusan tingkat SMA. PREP menghadirkan konten interaktif yang mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif antar siswa.

Dari sisi teknologi, PREP menstimulasikan situasi ujian nyata yang imersif dan interaktif, serta dapat dipersonalisasi dan disesuaikan dengan gaya belajar, kecepatan, dan preferensi siswa.

Berdasarkan data dari PREP, layanan persiapan ujian terstandardisasi dengan kualitas tinggi selalu menjadi permintaan di Vietnam. Pasar pembelajaran bahasa di Vietnam disebut memiliki potensi yang luar biasa, dengan perkiraan ukuran pasar sebesar $2,1 miliar, di mana $1,6 miliar untuk pasar bahasa Inggris dan sisanya untuk bahasa lainnya.

Sebagai catatan, PREP bukan satu-satunya portofolio East Ventures di Vietnam. Sebelumnya sudah ada beberapa nama, di antaranya Medigo, Vietcetera, CirCO, Sendo, dan Kim An Group.

Ekosistem di Vietnam kian menarik

Lebih tertariknya Apple untuk berinvestasi lebih banyak di Vietnam ketimbang Indonesia kian menarik untuk dibahas. Mengutip dari Kompas.id, Vietnam memiliki 10 alasan sebagai tujuan investasi asing, yakni lokasinya yang strategis, pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerintahan stabil, keberadaan para pekerja muda, kemudahan berbisnis, keberadaan zona industri khusus, iklim investasi yang menarik, pertumbuhan konsumen, jaringan ekonomi dunia lewat penekenan free trade area (FTA) dengan banyak negara dan kawasan, serta integrasi aturan lokal dengan peraturan dunia.

Sebelumnya, pemerintah Vietnam melakukan program reformasi ekonomi, dinamai “doi moi”, artinya keterbukaan dan reformasi. Doi moi membuka peran swasta besar-besaran, termasuk insentif bisnis. Kemudian, mendalami aspek pendidikan untuk membuka agar negara tidak hanya menyediakan pekerja muda berupah murah, tetapi juga produktif.

Strategi ini membuahkan hasil yang positif karena Vietnam mampu menjadi negara perakit barang elektronik dan teknologi informasi dengan upah yang relatif murah.

Kelebihan lainnya, sambung laporan tersebut, Vietnam punya peraturan yang sinkron dari pusat hingga daerah dan secara geografis dekat dengan Tiongkok. Walau demikian, negara ini berada di garda terdepan tentang efek dari sikap geopolitik dunia, yang sewaktu-waktu bisa berubah dan semena-mena, tapi juga bisa berubah ramah. Mereka netral terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok.

Startup Biotech PathGen Raih Pendanaan Awal dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Startup biotech PathGen mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Dana segar ini akan dialokasikan untuk pengembangan R&D, teknologi, perluasan pasar, dan lainnya.

“Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” ucap Co-founder dan CEO PathGen Susanti dalam keterangan resmi, Jumat (19/4).

PathGen merupakan startup bioteknologi berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler. Startup ini berdiri pada 2020 oleh Susanti (CEO) dan Michael Rampangilei (COO) yang bergabung pada 2023. Mereka percaya bahwa deteksi dini penyakit dan akses terhadap pengobatan yang lebih presisi merupakan hal yang krusial untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan, tapi sayangnya belum semua orang bisa melakukannya.

Oleh karena itu, PathGen hadir dengan visi untuk mendemokratisasi solusi genomik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan menyediakan alat diagnostik molekuler yang terjangku untuk mendeteksi kanker dan berbagai penyakit lainnya di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ujar Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Pemegang Saham Royal Group Indonesia Irawan Mulyadi menambahkan, pihaknya akan mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia dan negara lainnya.

“Kami akan membawa ahli korporasi dan bisnis kami ke PathGen dan memastikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan berdampak. Kolaborasi dengan East Ventures akan memungkinkan kami untuk menggabungkan kekuatan dan kemampuan kami untuk melanjutkan terobosan inovasi di bidang kesehatan,” kata dia.

Solusi PathGen

Salah satu penyakit yang menjadi tantangan kesehatan global adalah kanker yang menyebabkan hampir 10 juta kasus kematian pada 2020. Sekitar setengah dari seluruh kasus kanker terjadi di negara berkembang dan negara berpendapatan rendah.

Meskipun demikian, WHO (World Health Organization) mengungkapkan terdapat kesenjangan akses terhadap pengobatan kanker yang komprehensif. Walaupun terdapat lebih dari 90% negara berpendapatan tinggi mempunyai sumber daya yang memadai, sayangnya kurang dari 15% negara berpendapatan rendah memilikinya.

Misalnya di Indonesia, hanya 18% fasilitas kesehatan yang memiliki akses terhadap tes kanker molekuler, hal ini disebabkan oleh biaya yang mahal, kompleksitas tes, serta keterbatasan kapasitas manusia dan laboratorium.

Sebagai solusinya, PathGen menyediakan solusi diagnostik molekuler yang dapat diakses dan diandalkan untuk mengidentifikasi risiko berdasarkan riwayat keluarga, menentukan prognosis (prakiraan kemungkinan terkena suatu penyakit), dan memprediksi respons pengobatan.

Untuk memfasilitasi pengujian yang lancar dan meningkatkan adopsi di pasar Indonesia, alat tes ini sebagian besar akan berbasis PCR. Pendekatan ini memanfaatkan melimpahnya instrumen PCR di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Dengan memanfaatkan teknologi PCR, PathGen berambisi ingin memberikan solusi pengujian komprehensif yang layak, baik secara teknis dan finansial dengan infrastruktur yang ada dan mempertimbangkan kendala harga di pasar Indonesia.

PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti Next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya. NGS telah merevolusi genomik yang memungkinkan analisis genom berukuran besar secara cepat dan hemat biaya, dan pada saat yang bersamaan, memfasilitasi pembuatan profil penyakit secara komprehensif.

Pendekatan ini mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan respons dan metabolisme obat sehingga dapat menghasilkan pengobatan yang terpersonalisasi dengan mengoptimalkan pemilihan dan dosis obat untuk setiap pasien. Selain itu, PathGen berinovasi dengan patologi digital dan platform AI untuk meningkatkan akurasi dan presisi diagnostik.

Sejak berdiri, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan bioteknologi, BioFarma, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk perdananya, BioColoMelt-Dx, sebuah alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal yang diluncurkan pada 2022.

Produk ini diluncurkan sebagai kit diagnostik molekuler pertama di Indonesia yang sudah teruji dan diproduksi secara lokal. Disebutkan BioColoMelt-Dx telah tersedia di rumah sakit kanker besar di Indonesia, antara lain Pusat Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Runchise Dikabarkan Raih Investasi Tambahan dari East Ventures dan Genesia Ventures

Startup SaaS untuk bisnis kuliner Runchise dikabarkan meraih pendanaan awal tambahan sebesar $1 juta (sekitar Rp16,2 miliar). Mengutip dari Alternatives.pe, investasi ini dikucurkan oleh investor sebelumnya, yakni East Ventures dan Genesia Ventures.

DailySocial.id telah menghubungi perusahaan dan investor terkait informasi ini, namun belum ada respons yang diberikan hingga berita ini diturunkan.

Baik East Ventures dan Genesia Ventures merupakan investor awal Runchise. Pengumuman pendanaan disampaikan pada Oktober 2022. Jajaran investor lainnya yang turut serta adalah Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Runchise berdiri pada 2022 oleh Daniel Witono dan Ivana Widjaya. Daniel sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution”.

Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise ternyata masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik restoran hingga pemilik brand. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba, hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai. Hal ini lalu memberikan inspirasi bagi Daniel untuk menghadirkan platform end-to-end kepada pemilik franchise.

“Saat bersama Mekari konsep ini tidak bisa saya kembangkan karena fokus perusahaan adalah hanya kepada akunting dan personalia saja. Karena itu setelah saya keluar, saya mulai mengembangkan Runchise untuk membantu sektor F&B di Indonesia yang sangat luas potensinya,” kata Daniel.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Runchise menyajikan tiga layanan:

  1. Supply Chain Management: memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel.
  2. Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan.
  3. Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Di lanskap F&B, ada sejumlah pemain yang saat ini turut menjajakan solusi SaaS. Ada Esensi Solusi Buana yang telah didukung sejumlah investor termasuk Alpha JWC Ventures, solusi yang ditawarkan termasuk ERP, POS, dan manajemen layanan food delivery. Selain itu juga ada beberapa lainnyas seperti DigiResto yang dikembangkan MCAS.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures dan Kadin Indonesia Luncurkan “ECOVISEA”, Bantu Bisnis Hitung Emisi Gas Rumah Kaca

East Ventures dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), hari ini (06/2) resmi meluncurkan portal ECOVISEA, yang merupakan singkatan dari Emission Calculator & Visualization Southeast Asia (Kalkulator Emisi & Visualisasi Asia Tenggara).

ECOVISEA adalah platform kalkulator emisi gas rumah kaca (GRK) global berbasis web dan dapat digunakan secara gratis oleh perusahaan untuk menghitung dan mengukur dampak lingkungannya. Dalam pengembangan layanan ini, turut menggandeng WRI Indonesia sebagai knowledge partner dan Climatiq sebagai penyedia data faktor emisi berstandar global.

“Keberlanjutan telah menjadi bagian dari DNA East Ventures sejak awal berdiri. Kami senang bisa memperkenalkan ECOVISEA, alat penghitung (kalkulator) GRK berbasis web dan gratis yang dirancang untuk bisnis dan UMKM di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Diluncurkan sebagai hasil kolaborasi nyata dengan KADIN Indonesia dan WRI Indonesia, ECOVISEA merupakan bukti upaya kolaboratif dalam memanfaatkan teknologi digital, keahlian spesifik industri, dan wawasan lapangan,” ujar Partner East Ventures Avina Sugiarto.

Avina melanjutkan, “Platform inovatif ini menyederhanakan proses perhitungan karbon yang sebelumnya dilakukan secara manual sekaligus memberdayakan dunia usaha untuk mendapatkan visualisasi sumber emisi GRK mereka. Para pengguna pada akhirnya dapat mengidentifikasi strategi pengurangan emisi dengan lebih baik. Bersama-sama, kami bersemangat untuk membuka jalan menuju masa depan yang berkelanjutan, memanfaatkan kekuatan teknologi, dan secara aktif berkontribusi terhadap visi net zero yang dicanangkan pemerintah.”

Diketahui, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara penghasil emisi terbesar dengan kontribusi ~1,48 GtCO2e (gigaton karbon dioksida ekuivalen) terhadap emisi GRK setiap tahunnya. Oleh sebab itu, diperlukan upaya ekstra untuk memastikan kemajuan progresif dalam mencapai target Perjanjian Paris, yaitu membatasi kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.

Penghitungan emisi oleh perusahaan terkait dampak lingkungan yang dihasilkan menjadi langkah krusial dan mendasar. Dengan melakukan hal tersebut, mereka dapat mengurangi dampak lingkungan atau membuat keputusan yang tepat untuk mencapai target keberlanjutan. Meskipun penghitungan emisi GRK bersifat krusial, banyak perusahaan di Indonesia, mulai dari usaha besar, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga startup, belum menghitung jejak karbonnya. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh kurangnya akses terhadap pengetahuan dan keahlian dalam menghitung emisi GRK.

“Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami melalui Kadin Net Zero Hub untuk membantu perusahaan-perusahaan nasional dalam transisi menuju Net Zero Company. ECOVISEA merupakan platform yang esensial bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mengukur dan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka. Kami yakin bahwa ECOVISEA akan memainkan peran penting dalam memungkinkan perusahaan-perusahaan nasional secara kolektif mencapai target pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060,” sambut Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani.

Cara kerja ECOVISEA

ECOVISEA dirancang untuk menghitung emisi yang dihasilkan perusahaan berdasarkan tiga cakupan berikut:

  • Emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikuasai perusahaan, seperti pembakaran stasioner, emisi fugitive, pembakaran bergerak, emisi proses, dll.
  • Emisi tidak langsung dari pembangkitan energi yang dibeli, seperti pembelian listrik, panas atau uap, dll.
  • Semua emisi tidak langsung lainnya dari rantai nilai perusahaan, baik dari rantai nilai hulu maupun hilir.

Dua faktor emisi di atas disediakan Climatiq, mesin penghitung karbon berstandar global dan mematuhi GHG Protocol dan ISO 14067. Untuk versi saat ini, ECOVISEA dapat mendukung para perusahaan dalam menghitung cakupan 1, 2, dan beberapa bagian dari cakupan 3. Versi lengkap akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2024.

ECOVISEA didesain untuk memprioritaskan kebijakan privasi data perusahaan yang diunggah ke dalam platform ini; hanya akan digunakan untuk menghitung emisi GRK perusahaan. Platform ini akan menyimpan data yang diunggah pengguna secara sementara untuk pembuatan dasbor sebagai hasil penghitungan emisi GRK perusahaan.

“Kami percaya bahwa demokratisasi pengetahuan tentang penghitungan emisi yang akurat dapat memberikan kontribusi yang signifikan  terhadap upaya dekarbonisasi industri di Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyederhanakan proses input data guna membantu perusahaan mengatasi tantangan dalam memperkirakan emisi mereka secara tepat karena penyajian data dan prosedur entri data sering kali rumit,” ujar Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi.

Startup Genomik Mesh Bio Terima Pendanaan Seri A Rp55 Miliar Dipimpin East Ventures

Startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura Mesh Bio mengumumkan telah meraih pendanaan seri A sebesar $3,5 juta (sekitar Rp55,3 miliar) dipimpin oleh East Ventures. Elev8, Seeds Capital, dan beberapa investor lainnya turut serta dalam putaran tersebut.

Sebelumnya East Ventures juga menyuntikkan sejumlah dana dengan nominal dirahasiakan untuk Mesh Bio pada Oktober 2023. Putaran pendanaan sebelumnya mencakup putaran pendanaan awal sebesar $1,8 juta pada Oktober 2021. Perusahaan didirikan pada 2018 oleh Andrew Wu (Co-Founder dan CEO) dan Arsen Batagov (Co-Founder dan CTO).

Mesh Bio akan menggunakan dana segar ini untuk menawarkan teknologi digital twin atau kembar digital kepada para penyedia layanan kesehatan, serta memperluas penerapan solusi ini di Hong Kong dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Filipina.

Di Filipina, perusahaan telah mendapatkan persetujuan peraturan dan melakukan uji coba penerapan salah satu teknologi digital twin mereka dengan sistem kesehatan masyarakat di Singapura yang menandakan peluang besar dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien dengan penyakit kronis.

Pada bulan Oktober 2023, Mesh Bio menerima persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (Health Sciences Authority/HSA) untuk memasarkan HealthVector® Diabetes sebagai perangkat lunak dari alat medis. HealthVector® Diabetes saat ini dalam tahap uji coba implementasi di beberapa rumah sakit, antara lain: Singapore General Hospital (SGH), Tan Tock Seng Hospital (TTSH), serta beberapa poliklinik terpilih untuk potensi penerapan klinis.

“Kami senang mengumumkan penutupan pendanaan seri A Mesh Bio. Langkah penting ini memberdayakan kami untuk memperluas solusi kesehatan digital untuk manajemen penyakit kronis di Asia Tenggara,” kata Co-Founder dan CEO Mesh Bio Andrew Wu dalam keterangan resmi, Selasa (30/1).

Produk Mesh Bio

Visualisasi dari teknologi digital twin Mesh Bio

Wu melanjutkan, Asia Tenggara punya banyak kebutuhan layanan kesehatan yang belum terpenuhi, dan fokus Mesh Bio adalah mengatasi kesenjangan ini secara efektif.

Tingginya prevalensi penyakit kronis, mulai dari diabetes hingga penyakit jantung di Asia Tenggara telah mendorong lebih banyak dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi untuk menangani pasien dengan penyakit kronis.

Mesh Bio memberikan solusi digital mutakhir untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam manajemen pasien. Solusi Mesh Bio memberikan data pasien dan analisis prediktif yang membekali para dokter dengan informasi dan diagnosis tentang pasien mereka dan penyakit yang mereka derita.

Salah satu produknya adalah DARA® Health Intelligence Platform, memungkinkan pemberian layanan berbasis data sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan kesehatan. Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.

Disebutkan DARA telah digunakan oleh lebih dari 120 pusat kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Indonesia untuk pemeriksaan kesehatan preventif. Tak hanya itu, Mesh Bio telah memperluas platform untuk manajemen penyakit kronis melalui HealthVector® Diabetes.

“Kami senang untuk terus mendukung Mesh Bio. Dalam lanskap layanan kesehatan yang berkembang pesat saat ini, Mesh Bio hadir dengan menawarkan teknologi terdepannya yang dirancang untuk merevolusi perawatan pasien. Pendekatan inovatif mereka dalam memanfaatkan analisis prediktif merupakan terobosan baru, memungkinkan layanan kesehatan yang lebih personal dan preventif. Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dalam mentransformasikan sistem layanan kesehatan di Asia Tenggara dan sekitarnya,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Investor dan Startup “Climate Tech” Bicara Tantangan Industri

Dalam beberapa tahun terakhir, solusi di ranah hijau yang digarap oleh perusahaan rintisan terus berkembang. Terlepas tingginya investasi VC mengalir, sektor climate tech masih terbilang baru.

Founder mungkin masih terbentur isu pendanaan dan bagaimana menyeimbangkan dampak yang dihasilkan sembari menjalankan bisnis. Sementara, VC mungkin perlu mencari cara untuk memahami penilaian investasinya.

Dalam sesi “Opportunities in climate tech investing: Bridging gap between ambition and action” terungkap bagaimana startup Arkadiah, serta East Ventures dan British International Investment menghadapi isu-isu di atas.

Memanfaatkan pendanaan campuran

Panel diskusi Indonesia PE-VC Summit 2024 terkait investasi “climate tech” / DealStreetAsia

Co-Founder & CEO Arkadiah Reuben Lai menyebut, jika tidak punya bisnis yang solid, semua yang dikerjakan selama ini akan jadi sekadar amal. Dalam perjalanan membangun bisnisnya, ia menemukan sumber pendanaan yang menjadi tantangan signifikan alih-alih bicara pengembangan teknologi baru. Justru pendanaan ini diperlukan agar startup dapat meningkatkan skalanya.

Sekadar informasi, Arkadiah mengembangkan teknologi berbasis AI untuk menghidupkan kembali lahan terdegradasi untuk mengatasi isu penggundulan hutan.

Ia mengakui pendanaan eksternal dan opsi blended finance sangat diperlukan. Tidak ada satu formula yang pakem untuk memanfaatkan keduanya. Maka itu, ia memakai dua pendekatan saat mencari investor, yakni segmen korporat dan segmen yang fokus pada proyek tertentu.

Ia mencontohkan investor berdampak fokus pada dampak lingkungan, sedangkan investor lain fokus pada imbal hasil–misalnya dari penjualan kredit karbon. Kedua pendekatan secara sinergis ini dinilai dapat menguntungkan baik startup maupun investor.

“Menyatukan kedua sumber modal ini memungkinkan kami untuk mendanai proyek-proyek dalam skala besar dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan. Kami melihat blended finance terjadi, memang diperlukan lebih banyak pendanaan.”

Menilai investasi berdampak

Partner East Ventures Avina Sugiarto mengomentari tentang bagaimana investor melakukan penilaian pada investasi startup climate tech mengingat sektor ini mungkin masih terbilang baru dibandingkan sektor e-commerce atau fintech.

Ia menggarisbawahi perihal langkah mitigasi yang dapat terukur, seperti pengurangan gas rumah kaca. Memang, metrik pengukuran ini di lapangan tidak semudah yang dikatakan, tetapi ia menilai hal itu masih tetap menarik minat investor, terutama startup yang mengakomodasi kebutuhan petani kecil dengan tool untuk prediksi cuaca atau potensi gagal panen karena cuaca

Terlepas dengan itu semua, ia menekankan profitabilitas tetap menjadi faktor kunci investasi climate tech, tak ada bedanya dengan sektor-sektor lain. “Saya pikir saat ini banyak pemodal ventura berbicara tentang profitabilitas, bagian dari profitabilitas dan unit ekonomi. Hal yang sama juga berlaku pada climate tech.”

Dampak dulu atau keuntungan?

Sementara itu, Rohit Anand, Regional Head (SE Asia) & Head of Infrastructure Equity Asia di British International Investment, menekankan pentingnya punya keuangan yang stabil bagi startup climate tech. Tak masalah jika itu berarti pertumbuhan perusahaan bakal melambat, atau target berdampak yang ingin dicapai kurang tercapai (contoh: pengurangan emisi).

Ia berargumen, apapun dampak lingkungan yang ingin diciptakan, bisnis harus layak dulu secara komersial agar dapat memikat investor ke depannya. Dengan begitu, bisnisnya dapat berkelanjutan dalam jangka waktu lama. Penciptaan dampak tak boleh menjadi satu-satunya alasan eksistensi mereka.

Kebijakan dan insentif terhadap kelangsungan bisnis juga sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang industri ini. Ia mencontohkan, penjualan kendaraan listrik dapat berhasil karena didukung oleh kebijakan pemerintah.

“Mungkin saja, Anda dapat pendanaan berkat sebuah ide cemerlang, tetapi Anda tidak bisa menciptakan bisnis yang berkelanjutan dari situ. Dampak pengurangan emisi karbon adalah implikasinya, tetapi tidak bisa jadi satu-satunya alasan bisnis Anda ada.”