Proyek Tokenisasi Obligasi IDDB Disetujui OJK Masuk Regulatory Sandbox

PT Sejahtera Bersama Nano (SBN) resmi mencatatkan sejarah dengan menjadi penerbit token pertama di Indonesia yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk proyek tokenisasi aset kripto berbasis obligasi pemerintah. Proyek ini, yang dikenal sebagai ID Digital Bonds (IDDB), merupakan tokenisasi obligasi pemerintah pertama yang masuk ke dalam sandbox OJK berdasarkan surat persetujuan No. S-514/IK.01/2024 pada 8 Oktober 2024. Sejatinya IDDB sudah mulai diajukan SBN sejak Agustus lalu.

Tokenisasi ini merupakan langkah inovatif untuk mendigitalkan instrumen obligasi menggunakan teknologi blockchain. Melalui proyek ini, obligasi yang sebelumnya hanya dapat diakses dengan modal besar, kini dapat dipecah menjadi aset kripto yang dapat diperjualbelikan secara luas melalui platform digital. Hal ini membuka akses yang lebih luas bagi investor ritel maupun institusi untuk berinvestasi dalam obligasi pemerintah.

Menurut laporan dari Boston Consulting Group (BCG), nilai pasar aset yang ditokenisasi, termasuk obligasi, diproyeksikan akan meningkat pesat dalam beberapa tahun ke depan. Laporan tersebut memperkirakan bahwa pasar tokenisasi aset dunia akan mencapai nilai lebih dari $16 triliun pada tahun 2030, mencakup tokenisasi obligasi, properti, dan ekuitas. Teknologi tokenisasi ini mempermudah akses bagi investor, meningkatkan efisiensi, transparansi, serta menurunkan biaya transaksi.

CEO PT Sejahtera Bersama Nano Gumarus Dharmawan William menyatakan, “Ini adalah langkah besar bagi Indonesia. OJK menjadi regulator keuangan pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, yang mengizinkan implementasi proyek tokenisasi obligasi pemerintah. Melalui produk kami, ID Digital Bonds, kami bangga menjadi pelopor di Indonesia dengan obligasi INDON34 sebagai aset dasar.”

Sebelumnya, obligasi INDON34 yang berdenominasi dolar AS hanya dapat diakses oleh investor dengan pembelian minimum sebesar $200 ribu (sekitar Rp3,1 miliar). Dengan tokenisasi melalui IDDB, akses ini diperluas dengan pembelian minimum sebesar $1.000 (sekitar Rp15,5 juta) per token, menjadikan IDDB lebih inklusif untuk berbagai lapisan masyarakat.

Presiden Direktur Nanovest Billy Surya Jaya menyatakan, “Inovasi tokenisasi melalui IDDB merupakan langkah strategis untuk membawa perubahan dalam pasar obligasi di Indonesia. Kami berharap produk ini dapat mendorong arus modal masuk ke dalam negeri dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

Selama 12 bulan ke depan, IDDB akan melalui fase uji coba di sandbox OJK sebelum menerima regulasi penuh. Proyek ini melibatkan kolaborasi antara SBN sebagai penerbit token, Nanovest sebagai platform pertukaran kripto Indonesia, STAR Asset Management sebagai mitra manajer investasi, dan Bank Sinarmas sebagai kustodian.

Hanif Mantiq, Direktur STAR Asset Management, menambahkan, “Inovasi tokenisasi ini membuktikan bahwa aset kripto dan obligasi pemerintah dapat bersinergi dengan harmonis, menawarkan opsi investasi yang lebih aman dan terjangkau. Investor kripto kini dapat berinvestasi dalam obligasi pemerintah dengan kemudahan yang sama seperti investasi kripto.”

Proyek tokenisasi ini tidak hanya bertujuan untuk memodernisasi pasar modal Indonesia, tetapi juga meningkatkan inklusi keuangan dengan membuka peluang bagi lebih banyak investor, baik domestik maupun internasional, untuk berpartisipasi dalam instrumen keuangan di Indonesia.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

IDDB Menjadi Proyek Tokenisasi Surat Utang Pertama di Indonesia

PT Sejahtera Bersama Nano (SBN), perusahaan yang menaungi Nanovest, secara resmi meluncurkan proyek tokenisasi surat utang pertama di Indonesia, ID Digital Bonds (IDDB). Proyek ini menandai langkah besar dalam adopsi teknologi blockchain di sektor keuangan Indonesia, khususnya pada obligasi pemerintah. Saat ini, IDDB telah memasuki tahap awal proses sebagai peserta Sandbox OJK dan segera akan diperdagangkan melalui platform Nanovest.

IDDB merupakan token yang mewakili obligasi pemerintah seri INDON 34, dan memberikan akses investasi dengan modal yang lebih rendah dibandingkan pembelian obligasi konvensional. Jika umumnya transaksi obligasi INDON 34 membutuhkan minimal $200.000, dengan IDDB, investor dapat mulai berinvestasi hanya dengan $1.000. Ini menjadi terobosan bagi pasar obligasi di Indonesia, membuatnya lebih inklusif dan mudah diakses.

Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara SBN sebagai penerbit token, Nanovest sebagai crypto exchange yang memfasilitasi perdagangan token, STAR Asset Management sebagai mitra manajer investasi, dan Bank Sinarmas sebagai kustodian yang bertanggung jawab atas penyimpanan aset keuangan.

CEO IDDB Gumarus Dharmawan William menyatakan keyakinannya bahwa inovasi ini akan memberikan likuiditas, transparansi, dan aksesibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar obligasi Indonesia. “Melalui IDDB, kami berharap dapat meningkatkan capital inflow yang positif ke Indonesia dan turut berkontribusi dalam pembangunan negeri,” ujarnya.

Selain itu, Billy Surya Jaya, Direktur Utama Nanovest, menambahkan bahwa platform mereka sangat senang dapat menjadi fasilitator dalam memperkenalkan token IDDB kepada publik. “Kami berkomitmen untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi investor melalui produk ini,” kata Billy.

Dengan potensi pasar tokenisasi global yang terus berkembang, proyek IDDB diharapkan mampu memanfaatkan tren positif ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut laporan terbaru, pasar tokenisasi diperkirakan akan tumbuh dari USD 2,3 miliar pada 2021 menjadi USD 5,6 miliar pada 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 19%.

IDDB diharapkan segera diperdagangkan di Nanovest, memberikan peluang bagi para investor untuk berpartisipasi dalam aset obligasi dengan risiko rendah namun berpotensi menguntungkan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

BTN Gandeng Reliance Group dan D3 Labs Lakukan Tokenisasi Aset Properti dengan Blockchain

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah mempelopori inisiatif tokenisasi aset properti di Indonesia melalui skema Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbasis teknologi blockchain. Inovasi ini tidak lepas dari kolaborasi strategis dengan Reliance Group dan D3 Labs, yang menyediakan teknologi blockchain untuk tokenisasi aset digital. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas akses investasi properti bagi investor domestik maupun internasional.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menjelaskan bahwa BTN sangat mendukung inovasi teknologi di sektor keuangan. Melalui kerja sama ini, BTN akan menyediakan aset properti yang memenuhi kriteria untuk menjadi underlying DIRE yang kemudian ditokenisasi.

“Kami bermitra dengan Reliance Group dan D3 Labs untuk mengelola dan melakukan tokenisasi DIRE. Hal ini akan membuka peluang investasi properti yang lebih luas,” ungkap Setiyo.

Produk DIRE sendiri telah diatur sejak 2017 berdasarkan Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Melalui kolaborasi ini, institusi penerbit DIRE seperti BTN akan memperoleh manfaat pendanaan baru, insentif pajak, dan likuiditas aset. Sementara itu, investor akan mendapatkan keuntungan berupa alternatif investasi properti yang terjangkau, perlindungan terhadap inflasi, dan transparansi.

Hingga saat ini, hanya ada enam produk DIRE yang diterbitkan di pasar modal dalam negeri. Akhabani dari Reliance Group mengungkapkan, “Kolaborasi ini memungkinkan pasar investasi menjadi lebih luas dan transaksi lebih mudah. Tokenisasi DIRE dapat menarik lebih banyak investor dengan memperluas basis pasar.”

Co-Founder & CEO D3 Labs Tigran Adiwirya, menambahkan bahwa Indonesia kini menjadi daya tarik bagi investor global. Realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai $946,4 juta atau sekitar Rp14,19 triliun pada akhir kuartal pertama 2024. Adopsi teknologi blockchain untuk tokenisasi aset keuangan mengalami pertumbuhan signifikan, dengan tokenisasi DIRE global mencapai $178 juta pada September 2023, tumbuh sekitar 90% dari tahun sebelumnya.

“Kami berkomitmen untuk membantu lembaga jasa keuangan mengembangkan produk dan layanan inovatif dengan keamanan, transparansi, dan akuntabilitas,” ujar Tigran.

Lebih lanjut, Setiyo menjelaskan bahwa pengembangan tokenisasi DIRE akan dilakukan melalui Sandbox atau uji coba bersama OJK yang dilakukan oleh Reliance Group dan D3 Labs. “Investor akan membeli DIRE yang ditawarkan oleh Reliance Group dan unit penyertaannya akan dikonversi menjadi token digital oleh D3 Labs, memperluas pasar hingga ke luar negeri,” tambahnya.

Disclosure:

  • D3 Labs adalah portofolio DS/X Ventures, lengan investasi DailySocial Group
  • Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Grab Singapura Gandeng Triple-A Hadirkan Top-up Saldo dengan Token Digital

Grab berkolaborasi dengan platform aset digital asa Singapura, Triple-A, untuk menghadirkan fitur top-up saldo e-wallet dalam bentuk token digital. Opsi token dan platform yang mendukung fitur ini masih dirahasiakan oleh Grab.

Melansir Coingape, pengguna dompet digital GrabPay di Singapura dapat mengubah stablecoin dan aset digital lainnya menjadi saldo e-wallet yang dapat digunakan untuk bertransaksi sehari-sehari.

Saat ini, opsi top-up dalam bentuk kripto baru tersedia di Singapura. Namun, melalui kolaborasi layanan, Grab menegaskan strateginya sebagai superapp untuk memperluas layanan dan adopsi pengguna ke pasar lainnya.

Grab menyatakan tetap berhati-hati dan berkomitmen untuk mengawasi ketat para pengguna dan merespons secara proaktif terhadap permintaan yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan upaya perusahaan untuk ekspansi layanan tersebut ke luar Singapura.

Sekadar informasi, Triple-A adalah anak usaha Xfers, fintech asal Singapura yang melebur dengan Payfazz menjadi FAZZ Financial Group pada 2021. Adapun, Triple-A memiliki lisensi sebagai lembaga pembayaran besar dari Monetary Authority of Singapore (MAS).

Sebelum ini, Grab sudah menjalin kerja sama dengan Triple-A pada 2021 untuk pembelian mata uang digital bagi pengguna TransCrypt (token milik Triple-A) dengan GrabPay. Kerja sama ini baru berlaku di Singapura.

Di Indonesia, pengisian saldo dompet digital dengan uang digital belum bisa dikarenakan faktor regulasi. Menurut UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, kripto dilarang atau ilegal sebagai alat pembayaran sah di Indonesia. Belum ada platform e-wallet di Indonesia yang memiliki infrastruktur untuk mendukung top-up saldo dalam bentuk kripto.

Sebagai aset yang diperdagangkan, kripto telah banyak diminati oleh investor di Indonesia. Bappebti mencatat nilai transaksi kripto pada Februari 2024 mencapai Rp30 triliun, naik dari Rp21,57 triliun pada Januari 2024. Jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 19 juta orang pada Februari 2024. Pemerintah menargetkan transaksi kripto tahun ini dapat kembali mencapai rekor di 2021 yang sebesar Rp 859,4 triliun.

Tokocrypto Harap Ekosistem Blockchain di Indonesia Lebih Kompetitif

Tokocrypto mengharapkan ekosistem blockchain di Indonesia lebih menarik ke depannya, didukung dengan regulasi-regulasi yang tidak membatasi. Selama ini turunan blockchain yang tenar baru kripto, padahal masih banyak potensi lainnya yang belum tergarap.

CEO Tokocrypto Yudhono Rawis menyampaikan, transisi perpindahan regulator kripto dari Bappebti ke OJK diharapkan dapat menstimulasi platform exchange seperti Tokocrypto agar dapat berkolaborasi dengan pemain di bawah regulasi OJK, seperti perbankan, pembayaran, dan asuransi. Transisi ini tengah berlangsung dan diharapkan dapat selesai pada Januari 2025 mendatang.

“Perlu bisnis kolaborasi dengan ekosistem web2. Kami berpandangan mungkin tempatnya [untuk besarkan kripto] bukan di media sosial, tapi dengan user dari bank, e-wallet. Nasabah bank adalah nasabah dengan kualitas terbaik karena mereka telah melalui KYC dan terus dimonitor,” ucap Yudho dalam acara Tokocrypto Crypto Outlook 2024, kemarin (31/1).

Bersamaan dengan itu, ia juga mengharapkan aturan pajak di industri kripto dapat lebih kompetitif agar mampu meningkatkan partisipasi masyarakat agar semakin aktif. Ada tiga skema yang menurutnya bisa diterapkan:

  1. Kembali seperti dulu, yaitu hanya capital gain tax atau pajak atas capital gain.
  2. Merevisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sebab menurut UU PPSK, aset kripto bukan termasuk dalam komoditas, tetapi mengarah ke aset keuangan.
  3. Menurunkan sedikit besaran pajak yang saat ini telah berlaku, mengingat industri kripto ini masih baru di Indonesia.

“Pajak itu penting tapi kami melihat industri kripto ini masih balita, ini [besaran pajak] lebih besar dari saham. Apakah ini layak? Baiknya beri kesempatan untuk tumbuh dulu,” tambah Kepala Biro Pembina dan Pengembangan Bappebti Tirta Karma Senjaya.

Sebelumnya, pemerintah resmi mengenakan pajak untuk aset kripto melalui Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 68/PMK.03/2022 yang berlaku sejak 1 Mei 2022. PPN yang dikenakan sebesar 0,11%, sementara PPh sebesar 0,1%.

Selain aturan pajak yang kompetitif, Yudho berharap beberapa aturan lain yang dapat direalisasi oleh regulator, salah satunya adalah aturan terkait produk aset kripto derivatif. Di luar negeri nilai derivatif jauh lebih besar dari spot trading.

“Bisnis yang teregulasi itu adalah pilihan wajib bagi pemain bahwa mereka harus comply biar tidak ada musibah lagi. Sebab sekarang stigmanya masih negatif,” kata Yudho.

Pemanfaatan blockchain di Indonesia sejauh ini masih terpaku pada trading aset kripto yang menyasar ritel sebagai investor. Sementara, di luar negeri pemanfaatnya sudah melebar ke korporasi dan memunculkan tren baru, di antaranya web3 wallet, Real World Asset (RWA), Decentralize Physical Infrastructure (DePin), dan real time konversi ke mata uang fiat.

Bahkan belakangan ini sejumlah negara di Asia berlomba-lomba menjadi pusat kripto di Asia, seperti Vietnam, Jepang, dan Hong Kong. Pemerintah aktif mendorong ekosistem dengan stimulan-stimulan.

Vietnam misalnya, mereka memperbanyak developer blockchain dan proyek kripto. Sedangkan Jepang, makin ramah dengan web3, dengan mendorong pengembangan game berbasis blockchain, pajak yang lebih ramah, dan membuat UU terkait stable coin.

Industri aset kripto

Berdasarkan data Bappebti, sebanyak 18,51 juta investor aset kripto sepanjang tahun lalu, naik 9,8%. Transaksi mencapai Rp149,25 triliun, turun 51,29% dari sebelumnya Rp306,4 triliun. Walau turun di Indonesia, secara global industri ini terus mendapat perkembangan positif. Salah satunya, optimisme terhadap ETF Bitcoin spot dan antisipasi halving Bitcoin.

Total kapitalisasinya naik 108% menjadi Rp13.470 triliun. Mata uang yang paling banyak diperdagangkan adalah Bitcoin (50,2%), sisanya dikuasai Ethereum, USDT, Binance Coin, dan Solana.

Sementara itu, Tokocrypto mencatat pencapaian signifikan, mendominasi sekitar 43% pasar berdasarkan data CoinMarketCap. Sebanyak lebih dari 3,2 juta pengguna dan transaksi harian rata-rata melebihi $30 juta, dengan capaian setahun sebanyak $4 miliar, mencakup lebih dari 380 jenis token dan koin. Diklaim volume ini 30% lebih tinggi dari kompetitor terdekatnya.

Yudho juga menyampaikan bahwa saat ini model bisnis Tokocrypto searah dengan rencananya menuju profitabilitas pada akhir tahun ini. Hal ini bakal didukung lewat pertumbuhan volume transaksi naik tiga kali lipat menjadi $12 miliar dan kenaikan dua kali lipat untuk pengguna jadi 6 juta investor.

“Tim kita sangat lean, hanya 60 orang. Tahun lalu bisnis kita sangat positif, walau kita enggak ada spend budget marketing sama sekali, hanya pakai affiliate.”

Salah satu inisiatif produk yang telah dirilis adalah Easy Buy-Sell and InstanTrade untuk mengakomodasi investor awam yang baru terjun ke trading.

Inisiatif baru untuk TKO

Untuk mendukung inovasi, Tokocrypto melakukan perubahan besar pada Toko Token (TKO), token utilitas asli Tokocrypto yang bertujuan untuk memajukan adopsi teknologi blockchain di Indonesia.

TKO akan dikelola oleh TKO Foundation, entitas yang independen dan berbeda dengan Tokocrypto. Hal ini akan memastikan kelangsungan TKO dan memberikan utilitas baru yang tidak akan mungkin terjadi, jika TKO hanya menjadi exchange token yang sederhana.

Fokus utama TKO Foundation adalah pada pengembangan token TKO. TKO Foundation telah merilis whitepaper yang memperkenalkan roadmap dan tim manajemen baru dengan tekad untuk mengembangkan proyek aset kripto lokal ini lebih lanjut di masa depan. Kapitalisasi pasar token TKO telah mencapai $52 juta per 1 Januari 2024, menjadikannya token lokal terbesar.

Pemegang TKO tercatat sebanyak 780 ribu investor datang dari Indonesia, kemudian disusul oleh Tiongkok, Turki, Rusia, Vietnam, dan India.

Tokocrypto juga turut mendukung proyek blockchain lokal, yakni resmi listing-nya Creo Engine (CREO). CREO adalah proyek blockchain yang memperkenalkan konsep Play-to-Earn dengan fokus utama pada Real World Assets (RWA). Pemegang token dapat mengakses fitur dan layanan eksklusif dalam ekosistem, seperti akses awal ke dApps dan game baru, diskon, serta hadiah.

Application Information Will Show Up Here

Artopologi Kawinkan Seni dan Blockchain untuk Utilisasi dan Keaslian Karya

Nyatanya, kolaborasi antara seni dan teknologi telah lama dipraktikkan. Sejumlah kelompok seni di Indonesia bereksperimen kreasi dengan menggabungkan elemen new media art, sains, dan teknologi. Tak cuma perihal kreasi, teknologi juga mulai dimanfaatkan sebagai akses alternatif bagi pegiat dan penikmat karya seni.

Platform marketplace menjadi pendekatan yang paling memungkinkan untuk memperkenalkan karya seni rupa, tak hanya melalui galeri, pameran, atau art commission. Artopologi adalah salah satu platform serupa di Indonesia dengan mengadopsi teknologi blockchain sebagai nilai tambahnya.

  • Artopologi didirikan oleh Intan Wibisono (CEO) pada 2022; seorang penikmat karya seni rupa yang sebelumnya berkarier lama sebagai praktisi komunikasi yang sempat bekerja di Bukalapak dan Edelman.
  • Mengembangkan platform pasar seni rupa yang terkurasi dan terhubung dengan blockchain; memperjualbelikan produk lukisan, patung, dan instalasi seni yang disertai dengan sertifikasi digital.
  • Memperoleh pendanaan pra-awal dari Ideosource dengan nominal yang tidak disebutkan pada Oktober 2022.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Intan mengaku mulai menggali lebih dalam soal pemanfaatan dan potensi nilai blockchain dan produk turunannya ketika tengah booming saat pandemi. Proof of Concept (POC) pertamanya diperkenalkan di ajang Indo NFT Festiverse.

“Ternyata POC kami berhasil, kami dapat pelajaran-pelajaran baru. Lalu, kami mulai serius menggarap platform Artopologi, kami lakukan observasi dan testing juga,” ucap Intan.

Blockchain dalam jejak karya dan keaslian

Dalam paparannya, Intan menilai bahwa karya seni rupa perlu akses ke pasar mainstream, di mana mungkin selama ini terbatas pada galeri atau pameran. Sementara, jumlah galeri yang ada belum mampu menangkap semua potensi. Berdasarkan laporan OPUS di 2020, subsektor seni rupa tercatat menyumbang PDB nasional sebesar Rp2,238 triliun pada 2017.

Selain itu, ia menyebut disrupsi di industri kesenian belum semasif sektor lain dan prosesnya pun cukup kompleks. Kompleksitas ini mengacu pada aspek logistik, terutama bicara soal distribusi penjualan karya seni rupa yang bentuknya beragam. Penanganannya berbeda dengan barang yang umum dijual di marketplace.

Dari pemetaan masalah ini, Artopologi berupaya memberi akses alternatif ke pasar yang lebih luas dan nilai tambah dengan blockchain untuk terlibat dalam jejak karya dan keaslian karya—tantangan lainnya yang sering terjadi di industri seni. “Kami mengombinasikan marketplace dan blockchain karena concern kami tidak cuma soal jual-beli karya, tetapi juga aspek jejak karya dan keaslian untuk melindungi seniman dalam jangka panjang.”

Artopologi menggunakan jaringan blockchain Polygon di dalam platformnya. Untuk memperoleh sertifikat digital dari karya yang dibeli, pengguna harus memiliki crypto wallet terlebih dahulu.

Pengguna dapat mengeksplorasi berbagai bentuk karya seni rupa di platform ini, mulai dari lukisan, ilustrasi, patung, fotografi, hingga instalasi.

Proses kurasi dan penanganan produk

Ada tiga layanan pada platform Artopologi, yaitu penjualan karya seni rupa berbentuk fisik, penjualan karya seni rupa dengan sertifikat digital (blockchain-based), dan database untuk rekam jejak karya dan seniman. Segmen pasarnya adalah B2C (pembelian maupun sewa yang ditangani oleh art handler) dan B2B (menangani kebutuhan pemilik brand dengan melibatkan karya seni yang ditangani art advisor).

Intan menegaskan bahwa ia tidak membatasi karya seni yang ingin diperjualbelikan di platform Artopologi. Namun, ia menempatkan kurator dalam prosesnya sebagai verifikator. “Kami harus punya tanggung jawab untuk menjaga kredibilitas dan nilai dari karya seni yang ada di Artopologi. Makanya, kami memverifikasi rekam jejak dan portofolio seniman.”

Sertifikat keaslian pada instalasi seni / Sumber: Artopologi

Salah satu karya fisik di Artopologi yang berbasis blockchain adalah instalasi seni dari limbah besi bernama ARTificial Ree. Instalasi ini dibuat oleh Yayasan Terumbu Rupa yang digagas oleh seniman Teguh Ostenrik; telah dibeli oleh sejumlah kolektor dan ditempatkan di laut Bali Utara.

Merefleksi penurunan industri Web3 di dunia, Intan mengaku situasi ini tidak begitu berdampak terhadap bisnisnya. Namun, bagi segmen retail, situasi tersebut bisa berdampak pada awareness dan menurunnya kepercayaan publik. Industri Web3 dituntut agar lebih rasional.

“Kami merilis [produk] sesuai kebutuhan pasar sehingga tahun ini kami akan banyak fokus pada revenue traction. Tujuan kami adalah bisa profitable dan scalable dalam jangka panjang. Apalagi, tahun lalu kami sempat banyak lakukan test pasar untuk capai product-market fit,” tuturnya.

Intan juga belum mempertimbangkan untuk menggalang pendanaan baru. Targetnya saat ini adalah mengejar profitabilitas untuk membuktikan bahwa model bisnisnya dapat diperluas.

Sebelumnya, Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) memproyeksikan bahwa NFT akan memainkan peran penting terhadap pengembangan ekosistem industri kreatif, terutama di sektor seni. Sejumlah seniman, kreator, dan korporasi mulai memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi dan momentiasi karyanya.

Berdasarkan laporan “Statista Digital Economy Compass 2022“, terdapat 1,25 juta pengguna NFT di Indonesia, juga negara terbesar ke-8 di dunia. Di posisi pertama ada Thailand dengan 5,65 juta pengguna.

Ekosistem Web3 Indonesia Optimistis Proyeksikan Bisnis Tahun Depan

Pemuda asal Semarang, Ghozali Everyday jadi fenomena pada tahun 2022. Dalam sekejap, ia mengantongi miliaran Rupiah dari foto selfie yang dijual di platform OpenSea. Obyek berbasis non-fungible token (NFT) pun jadi bulan-bulanan para peminat aset digital maupun yang sekadar penasaran.

Euforia NFT tak bertahan lama saat kenaikan suku bunga acuan dan inflasi menghantam global. Peminatnya menurun, nilai NFT dan kripto ikut merosot. Harga koleksi Bored Ape Yacht Club dilaporkan terjun bebas dari jutaan dolar AS jadi puluhan ribu dolas AS. Tak jauh berbeda, harga terendah foto Ghozali di OpenSea tinggal 0,03 ETH dari harga terendah sebesar 0,13 ETH per 2022.

Volume transaksi perdagangan aset kripto juga dilaporkan terus menurun selama tiga tahun terakhir. Sempat tembus di angka Rp859,4 trilun pada 2021, total transaksinya kembali turun ke Rp306 triliun pada 2022, dan per September 2023 nilainya tinggal Rp94,4 triliun.

Pasar Indonesia mengenal blockchain awalnya lewat kripto, lalu berkembang ke proyek lainnya, misalnya NFT. Baik kripto dan NFT cenderung banyak diminati oleh segmen ritel atau individu. Sebagai aset digital yang diperdagangkan, nilainya sangat fluktuatif sehingga berisiko tinggi. Alhasil, fluktuasi ini membentuk sentimen negatif di kalangan masyarakat.

“Tak bisa dimungkiri, kondisi bull market terjadi pada tahun 2020 hingga 2022. Ini ditandai dengan kenaikan harga, orang-orang fokus untuk menghasilkan jutaan dolar dalam semalam lewat kripto sehingga menciptakan mindset bahwa produk Web3, seperti kripto dan NFT adalah speculative asset,” ujar CEO Gaspack Novrizal Pratama saat diwawancarai DailySocial.id.

Pada tulisan ini, DailySocial.id menyoroti tentang refleksi industri blockchain dan proyeksinya dari sejumlah pemain dan asosiasi.

Sorotan tren 2024

Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) menyatakan terus aktif mendorong adopsi blockchain, termasuk di Kementerian atau lembaga terkait untuk mengatasi isu di tingkat nasional. Salah satunya proyek pembuatan Central Bank Digital Currency (CBDC), Digital Rupiah.  Upaya lainnya adalah edukasi dan literasi untuk meningkatkan kualitas SDM.

Asih Karnengsih, Direktur Eksekutif ABI-Aspakrindo mengakui bahwa industri blockchain mengalami perlambatan sementara yang dipicu oleh fluktuasi dan perubahan minat pasar. Namun, faktor ini adalah hal yang wajar mengingat industri ini masih terbilang baru.

“Siklus ekosistem Web3, jika dianalisis secara teknis, mengalami hal serupa dalam periode tertentu. Penurunan minat dibutuhkan dalam sebuah siklus untuk memastikan pihak-pihak di dalam ekosistem ini dapat berkontribusi secara positif, tidak cuma mengikuti tren yang sifatnya sementara. Fase ini menjadi momentum bagi para pengembang teknologi untuk mengeksplorasi inovasi,” ucap Asih kepada DailySocial.id.

Berdasarkan data Kominfo per September 2023, terdapat sebanyak 1.629 perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan pengembang teknologi blockchain di Indonesia. Adapun, Asosiasi memetakan industri Web3 berdasarkan model usaha sebagai berikut:

Ekosistem Blockchain di Indonesia / Sumber: Asosiasi Blockchain Indonesia

Sementara, VP of Operations Upbit Indonesia Resna Raniadi memperkirakan adopsi beberapa tren Web3 masih berlanjut meski industrinya sempat jungkir balik. Menurutnya, tren peralihan internet generasi Web2.5 (mencakup kripto, NFT, AI, hingga metaverse) ke Web3 akan terus berlangsung.

Kemudian, NFT disebut masih akan memainkan peran terhadap transformasi industri kreatif, terutama dalam hal kepemilikan karya seni digital maupun barang koleksi lain. NFT banyak diadopsi oleh seniman maupun kreator untuk memonetisasi karyanya kepada penggemar dan kolektor.

“Tahun 2023 telah memberikan gambaran yang menarik tentang perkembangan dunia cryptocurrency. Dengan pertumbuhan proyek baru dan adopsi blockchain, industri ini terus bergerak maju. Meski ada tantangan yang perlu diatasi, peluang baru dan inovasi terus bermunculan,” ujar Resna dalam keterangan resminya.

Transformasi industri kreatif

Asosiasi menilai daya tarik utama NFT tak hanya terletak pada bukti kepemilkan untuk memastikan asal usul suatu produk digital, tetapi juga pintu pengembangan ekosistem digital yang lebih transparan. Ini menjadi unsur penting bagi sektor seni dan game.

Senada dengan hal itu, Co-Founder dan CEO Artopologi Intan Wibisono berujar bahwa penggunaan blockchain sebetulnya dapat membantu melacak rekam jejak dan keaslian sebuah karya. Di samping itu, NFT punya peran untuk memberi akses ke pasar luas dan tidak terkungkung oleh batasan lokasi. Keduanya dianggap sering menjadi isu utama, baik bagi seniman maupun penggemar karya.

Concern kami bukan cuma soal transaksi jual-beli, tetapi upaya melindungi [ekosistem] dalam jangka panjang. Industri kesenian belum ada disrupsi teknologinya, [jika ada] disrupsinya sangat kompleks. Makanya, kami coba menggabungkan blockchain ke dalam marketplace,” tutur Intan saat berbincang dengan DailySocial.id.

CEO Gaspack Novrizal Pratama menambahkan, pemanfaatan NFT memberi seniman dan kreator kesempatan untuk memonetisasi karyanya tanpa melibatkan pihak ketiga. Sebagian besar hasil penjualan masuk ke kantong mereka. “Kami ingin empowering mereka supaya tidak hanya dihargai sebagai commission artist saja.”

Hasil penjual karya digital NFT di Gaspack / Sumber: Gaspack

Sejumlah seniman, kreator, dan korporasi mulai memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi karya, baik untuk tujuan monetisasi karya maupun mempererat hubungan dengan penggemarnya. Berdasarkan laporan “Statista Digital Economy Compass 2022“, terdapat 1,25 juta pengguna NFT di Indonesia, juga negara terbesar ke-8 di dunia. Di posisi pertama ada Thailand dengan 5,65 juta pengguna.

Beberapa seniman atau kreator, musisi Isyana Sarasvati merilis koleksi NFT Mystery di mana pemiliknya bisa merasakan pengalaman ruang sinestetik antara audio-visual dari karya-karyanya. Bumilangit juga memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi ekosistem semestanya yang berkaitan dengan film, games, dan komik digital. Beberapa yang sudah dirilis adalah 346 unit NFT  Gundala dan 381 unit NFT Sri Asih.

Blockchain pada enterprise

Private blockchain adalah jaringan blockchain yang adopsinya mungkin belum sepopuler public blockchain. Secara sentimen, pemahaman pasar terhadap blockchain juga kebanyakan merujuk pada produk public blockchain, seperti kripto dan NFT. Namun, dari sisi permintaan, kebutuhan private blockhain sangat besar.

Padahal, private blockchain dan public blockchain memiliki perbedaan utama pada siapa yang dapat mengakses dan berpartisipasi di dalam jaringan. Public blockchain terbuka untuk siapa saja, sedangkan private blockchain hanya dapat diakses oleh pengguna tertentu.

Salah satu use case-nya adalah pengelolaan aset (treasury management) berbasis digital berbasis blockchain. Disampaikan Co-CEO D3 Labs Tigran Adiwirya, solusi ini memungkinkan perusahaan untuk melacak aset anak usahanya, mulai dari pencatatan, lokasi, hingga aktivitas perpindahannya. Solusi ini disebut dapat memudahkan perusahaan melakukan audit.

Ia juga menilai bahwa blockchain sebetulnya tidak sekompleks dari apa yang diketahui orang, karena pada dasarnya hanya teknologi pencatatan yang dikelola secara terdesentralisasi. Blockchain juga dapat diaplikasikan ke sektor-sektor yang sifatnya lekat dengan kebutuhan data, misalnya rekam medis pada sektor kesehatan.

“Kami berada di persimpangan antara fintech dan blockchain, antara Web2 dan Web3. Maka itu, kami sedang kalibrasi karena sering disalahpahami [sebagai produk blockchain]. Dibilang Web3, tidak juga karena tidak ada elemen kripto. Adopsi solusi pada enterprise tidak secepat retail. Ada faktor compliance. Perceive complexity terhadap blockchain juga beragam. Jadi harus ada [pemain] yang mendorong industrinya.” papar Tigran.

Upaya Gaspack Mendukung Penciptaan Nilai Karya Seni Lewat Platform Web3

Sejak tahun 2020, Gaspack memulai perjalanannya untuk memajukan kreator dalam negeri dan mendukung penciptaan nilai atas karya-karya mereka. Misi ini direalisasikan lewat pengembangan platform komik digital, juga dukungan pendanaan dari sejumlah VC dan angel investor.

Sekilas mengenai startup Gaspack:

  • Didirikan oleh Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Novrizal Pratama (CEO) dan Sunny Gho (Chief Creative Officer). Baik Novrizal dan Sunny telah lama berkecimpung di industri kreatif, khususnya Sunny yang juga Colorist di Marvel Comics.
  • Memiliki dua model bisnis, yakni platform penerbitan komik digital berbasis non-fungible token atau NFT (B2C) dan aplikasi Gaspack (B2B) sebagai penghubung antara brand, kreator atau seniman, dengan super fans.

Dalam bincang virtual dengan DailySocial.id, Novrizal Pratama memiliki keyakinan penuh terhadap pengembangan selanjutnya pasca-merosotnya pasar kripto dan NFT sejak beberapa tahun terakhir.

Tentang hak kepemilikan dan monetisasi

Menurut Rizal, monetisasi karya selalu jadi batu sandungan di Indonesia karena banyak seniman atau kreator yang masih dibayar dalam bentuk commission (pesanan). Gaspack mencoba mengubah model monetisasinya dengan fokus utama pada hak kepemilikan dan intellectual property (IP). Contohnya, sumber monetisasi utama berasal dari penjualan komik NFT dengan porsi 50%-70%, sedangkan royalti adalah sumber kedua.

“Di awal 2021, saya dan Sunny sempat ngobrol tentang banyaknya kreator di Indonesia dan karyanya bagus-bagus. Cuma mereka tidak punya wadah. Saat itu, kripto dan NFT sedang booming di sini dan kami juga sedang dalami produknya. Ternyata, banyak kreator yang memperkenalkan karyanya lewat NFT. Kami pikir ini jadi kesempatan menarik. How can we help these artists and creators through platform?” tuturnya saat membuka perbincangan.

Dari sini, Rizal dan Sunny ikut mengajak Irzan Raditya, Co-Founder Kata.ai yang juga meminati NFT. Saat ini, Irzan menduduki posisi Chairman di Gaspack.

Komik digital yang dipublikasikan di Kometh / Sumber: Gaspack

Singkat cerita, sebelum memulai Gaspack, mereka meluncurkan proyek pilot NFT bernama JPG People karya Debbie Tea. Proyek ini disebut sukses dengan penjualan hingga $1,5 miliar dalam 48 jam. Mayoritas penjualan masuk ke kantong kreator. “Kami melihat NFT menjadi medium yang tepat, dan ini bisa jadi solid business case. Kenapa tidak kita menjadikannya model bisnis yang sustainable dan scalable dalam jangka panjang.”

“Kometh” dan “Gaspack App”

Debut Gaspack dimulai lewat platform komik digital “Kometh”. Ada sekitar 7-8 proyek komik NFT yang diterbitkan pada awal 2022, salah satunya Azuki yang terjual sebanyak 17.000 kali. Platform Kometh ditargetkan untuk segmen B2C yang mempertemukan dengan kreator dengan pembeli individual atau fans.

Kometh memungkinkan kreator untuk menerbitkan dan menjual karyanya secara langsung kepada pembaca atau fans. Pembeli dapat memanfaatkan token NFT untuk mengakses komik di Kometh.

“Alasan kami fokus ke komik adalah ini sebuah produk kolektibel. Bukan hanya dibaca, tetapi juga dikoleksi. Ada value apalagi kalau unitnya terbatas. Komik sebagai body of work dari IP. Ada storytelling, ada pengenalan karakter, yang mana bisa dikembangkan menjadi game, film, atau merchandise. Komik jadi entry point yang bagus untuk IP.”

Gaspack juga mengembangkan model B2B untuk mendorong adopsi Web3 secara signifikan. Lewat Gaspack App, pemilik brand bekerja sama dengan kreator atau seniman untuk mengembangkan program loyalitas lewat produk kolektibel. Dengan begitu, brand maupun kreator dapat selalu terhubung dengan komunitas fans atau penggunanya.

Contohnya, produk kolektibel yang dirilis oleh merek susu Ultra Milk. Ada 85 ribu produk kolektibel Ultra Milk yang dapat ditemukan di Gaspack App. Menariknya, Rizal menyebut Gaspack App memudahkan klaim aset NFT tanpa perlu kripto. Menurutnya, langkah ini diambil untuk menyasar segmen yang tidak familiar dengan penggunaan kripto. Selain itu, ia menilai pembelian aset digital umumnya memakan proses panjang.

Collectible Ultramilk / Sumber: Gaspack

“Fokus pemilik brand adalah membuat orang-orang untuk masuk dan tetap di dalam ekosistemnya. Program loyalitas kalau dijalankan dengan efektif sebetulnya bisa lebih murah spending-nya dibandingkan memakai iklan. Dampak dari retensi customer lebih besar dibandingkan akuisisi.”

Menanti pasar Web 3 membaik

Rizal juga menambahkan sedang menyiapkan IP baru yang dapat dirilis sewaktu-waktu apabila kondisi pasar Web3 sudah membaik. Produk ini dirancang agar bisa kebal dari hantaman pasar yang volatil, dan tidak akan berdampak ke bisnis.

“Kami berpikir bagaimana caranya membuat produk yang bisa sustain dan tahan terhadap hantaman pasar. Kami sudah siapkan beberapa secret weapon yang kami tahan dulu sampai pasarnya membaik.

Sempat anjlok hingga 90%, nilai NFT dilaporkan mulai kembali meningkat menjelang akhir 2023. Menurut laporan Bitcoin.com, penjualan NFT pada pekan awal Desember naik 57% menjadi $316 juta dibandingkan pekan sebelumnya. Rinciannya, penjualan NFT berbasis NFT masih mendominasi volume penjualan dengan kenaikan 171,8%, diikuti NFT ETH (6,6%).

Gaspack juga mengungkap minatnya untuk menggalang pendanaan awal tahun depan. Sebelumnya, Gaspack telah mengantongi investasi pra-awal dari eMerge, serta partisipasi 500 Global dan Tokoin pada Maret 2023.

“Penggalangan dana awal ini membutuhkan momentum karena saat ini [iklim investasi] lagi dry. Jadi, kami harap momentum ini bisa direalisasikan sejalan dengan membaiknya situasi pasar.” Tutupnya.

Mengenal Carta dan Memahami Konsep “Cold Wallet” Aset Kripto

Mega skandal FTX yang membawa kabur uang investor meninggalkan dampak buruk bagi industri aset kripto. Bagaimana investor bisa menjamin asetnya tetap aman di platform exchange yang mereka pakai. Solusi tersebut sebenarnya ditawarkan oleh cold wallet, salah satu jenis dompet kripto yang memberikan kontrol penuh untuk investor dan kepemilikan atas private key.

Carta adalah pemain baru cold wallet yang hadir di Indonesia. Startup ini digawangi oleh Teguh Kurniawan Harmanda, Moe Tengku, dan Pham Qui Hai. Ketiganya menggabungkan pengalaman di dunia keuangan digital dan kripto saat merintis startup yang menggunakan Bahasa Sanskerta yang artinya ‘katakan’.

“Setiap pengguna kripto Indonesia harus dapat mengamankan aset mereka dengan kualitas keamanan yang lebih baik dan terjangkau untuk semua kalangan,” terang Co-founder Carta Teguh Kurniawan Harmanda kepada DailySocial.id.

Keputusan untuk memulai Carta dimulai dari pemahaman, pengalaman, dan melihat besarnya potensi industri aset kripto di negeri ini, serta kebutuhan terhadap solusi keamanan yang baik namun tetap terjangkau. “Misi utama Carta dalah mendemokratisasi akses keamanan premium cold wallet.”

Belajar tentang dompet kripto

Sebelum masuk ke Carta, ada baiknya untuk mendalami soal dompet kripto. Dalam dunia web3, dompet kripto berperan penting dalam mengamankan dan mengelola kunci digital: public key dan private key. Kunci ini diperlukan untuk memvalidasi berbagai aktivitas di blockchain, seperti mengirim atau menerima aset kripto, membeli atau menjual NFT, dan sebagainya.

Private key bisa dikatakan sebagai pin atau password untuk rekening bank. Dengan memiliki akses ke private key, pengguna dapat menandatangani transaksi dan melakukan transfer aset kripto.

Dompet kripto terdiri dari dua jenis: custodial dan non-custodial. Perbedaaan antara keduanya terletak pada pengelolaan private key. Custodial wallet dikelola oleh pihak ketiga, seperti bursa yang dioperasikan oleh Tokocrypto, Indodax, Pintu, dan sebagainya. Merekalah yang bertanggung jawab atas keamanan private key pengguna.

Banyak investor kripto pemula memulai perjalanannya dengan wallet ini karena kenyamanan dan kemudahannya. Namun wallet ini punya kelemahan, salah satunya potensi peretasan atau pelanggaran keamanan yang dapat mengakibatkan hilangnya aset pengguna karena private key disimpan secara terpusat. Kasus FTX adalah bukti nyatanya.

Berikutnya, non-custodial wallet adalah jenis wallet yang memberikan kontrol penuh kepada pengguna dan kepemilikan atas kepemilikan private key, tanpa melibatkan pihak ketiga. Hanya saja, penggunaan non-custodial wallet ini memerlukan tingkat keahlian teknis yang lebih tinggi untuk mengatur dan menggunakannya dengan benar. Setidaknya perlu dipahami konsep dasar keamanan kriptografi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi private key.

Ada kategori tersendiri untuk wallet jenis ini: hardware dan software, dengan dua klasifikasi: dingin (cold) dan panas (hot). Beberapa pemain software wallet ini ada Metamask dan Trust Wallet, sementara hardware ada Ledger, Trezor, dan SafePal.

Hot dan cold wallet mengacu pada dua solusi berbeda untuk menyimpan aset kripto. Keduanya juga menyimbolkan status konektivitas dompet ke internet. Hot wallet membutuhkan koneksi internet agar dapat berfungsi, sementara cold wallet berbentuk perangkat fisik yang berguna untuk menyimpan aset tanpa harus terhubung ke internet.

Tingkat risiko dari cold wallet akhirnya dapat dikurangi karena mampu menghalau serangan peretas, malfungsi teknis, dan aktivitas ilegal lainnya. Metamask dan Trust Wallet adalah contoh dari hot wallet, sementara Ledger, Trezor, dan SafePal dari cold wallet.

Kesadaran investor untuk melindungi asetnya semakin tinggi di kancah global. Dalam menyambut permintaan tersebut, perusahaan cold wallet ini berlomba-lomba menawarkan produk yang ditenagai dengan keunggulan masing-masing. Di antara ketiganya, Trezor adalah pemain tertua dan paling terkenal saat ini di pasar global.

Produk Carta

Manda, panggilan akrab Teguh, menjelaskan lebih jauh produk cold wallet milik Carta berbentuk kartu seukuran kartu debit bank yang dikemas dengan teknologi NFC dan beberapa lapisan keamanan dengan memanfaatkan NFC.

Carta menjamin flow menjadi lebih cepat dan aman karena semuanya tetap dilakukan secara offline. Chip-nya diproduksi oleh perusahaan semikonduktor global terkemuka yang mengkhususkan diri dalam teknologi NFC. Ukuran kartu seperti kartu debit pada umumnya, sehingga dapat disimpan bersama kartu-kartu lainnya di dalam dompet fisik.

Di samping itu, Carta sudah didukung dengan multi-token untuk menyimpan berbagai macam aset kripto, token, dan NFT dengan aman. Saat ini Carta mendukung lebih dari 4000+ token di berbagai jaringan blockchain.

Selain berbentuk hardware, Carta memiliki aplikasi mobile yang terintegrasi dengan kartu NFC, sehingga memastikan pengguna dapat mengelola aset mereka di mana saja dan kapan saja tanpa harus mengkhawatirkan keamanan dari aset yang disimpan.

“Integrasi hardware kartu NFC Carta dan aplikasi mobile menegaskan komitmen perusahaan dalam menyediakan solusi manajemen penyimpanan aset digital secara menyeluruh, disesuaikan antara kebutuhan dan preferensi dari pengguna Indonesia.”

Karena semangatnya ingin mendemokratisasi akses cold wallet, Manda mengklaim produk Carta jauh lebih terjangkau dibandingkan produk cold wallet lainnya. Kartu NFC nya dibanderol seharga $35 (sekitar Rp543 ribu). Dibandingkan dengan Ledger dan Trezor misalnya harus mengeluarkan biaya mulai dari $69-$219. Teknologi NFC dinilai lebih terjangkau karena sudah diadopsi oleh berbagai perangkat smartphone dari berbagai skala harga.

“Kami ini men-simplify aset digital yang tersimpan secara fisik. Jadi pengguna bisa simpan NFT sebanyak-banyaknya dan bisa divalidasi NFT-nya. Kadang sulit memindahkan kebiasaan orang dari web2 ke web3. Carta ingin jadi bridge, makanya tagline kami ‘tap into web3‘.”

Manda melanjutkan, “Kami ingin pengguna aware dengan value asetnya sebesar apapun. Kalau harga [cold wallet] Rp2 juta tapi asetnya hanya Rp1 juta, ya enggak worth. Makanya kami jual lebih kompetitif, tapi in terms of tech tidak murahan.”

Rencana berikutnya

Produk kartu NFC yang dirilis Carta sebenarnya sudah ada di Swiss bernama Tangem. Manda meyakini pihaknya dapat bersaing dengan pemain lainnya di pasar global karena potensi pasarnya yang besar. Dari cakupan global, terdapat lebih dari 50 juta investor aset kripto (self-custody). Dari angka ini, sekitar 30 juta di antaranya adalah pengguna aktif Metamask, dan sekitar 15 juta di dalamnya berasal dari Asia.

“Adapun pengguna Metamask di Indonesia saja itu sekitar 1 juta orang. Jadi sudah ada benchmark dan bisnis sudah proven. Yang membedakan adalah accessibility kita yang lebih mudah lagi dan harga yang sangat affordable.”

Meski berasal dari Indonesia, Carta akan menyasar pasar global. Pada tahap awal perusahaan akan masuk ke pasar regional terlebih dulu hingga pertengahan tahun depan.

Tidak hanya menjual produk dompet kripto, pihaknya juga akan menambah fitur jadi lebih kaya. Salah satu yang direncanakan adalah bekerja sama dengan perusahaan untuk program keanggotaan untuk meningkatkan utilitas NFT dan token yang sudah dimiliki pengguna.

Di samping itu, kerja sama B2B juga akan digalakkan dengan memosisikan Carta sebagai penerbit kartu whitelabel untuk perusahaan. Menurut dia, sudah ada beberapa perusahaan teknologi yang antusias dengan konsep cold wallet yang ditawarkan Carta.

Manda menjelaskan model bisnis Carta cukup simpel dan tidak membutuhkan strategi bakar duit. Penjualan akan dilakukan melalui channel online, seperti situs resmi dan platform e-commerce, kemudian mendistribusikannya langsung ke konsumer.

Diprediksi dengan penjualan dari dompet kripto saja, pendapatannya cukup untuk menghidupi operasional perusahaan. Kendati begitu, perusahaan sedang membuka penggalangan dana, mencari investor strategis untuk mempercepat rencananya masuk ke pasar regional sebelum ke global.

“Karena jual barang ril, kita sudah hitung kalkulasi cost margin dan BEP. Jadi kita tidak butuh fundraise dalam jumlah besar karena sudah dapat cashflow untuk menghidupi operasional, bahkan bisa profit maksimal dalam dua tahun,” tutup Manda.

Carta saat ini sedang menerima pesanan pre-order dan berencana mengirimkan batch pertamanya pada akhir tahun ini.

D3 Labs Hadirkan Infrastruktur Finansial Berbasis Blockchain untuk B2B

Konsep programmable money yang diaktifkan teknologi blockchain memiliki potensi untuk merevolusi cara transaksi, investasi, dan pengelolaan keuangan di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan automasi proses keuangan, mengurangi friksi, dan meningkatkan efisiensi.

Melihat peluang tersebut, D3 Labs hadir untuk menyediakan solusi dan infrastruktur teknologi guna merealisasikan konsep tersebut. Kepada DailySocial.id, Co-CEO D3 Lab Chung Ying dan Tigran Adiwirya menyampaikan rencana startup mereka dalam mengakuisisi lebih banyak klien dan niat mereka untuk melakukan ekspansi.

Targetkan korporasi hingga industri gaming

Indonesia saat ini sedang mengalami transformasi teknologi yang bisa mengubah lanskap keuangan secara keseluruhan. Programmable money berteknologi blockchain menawarkan potensi untuk meningkatkan inklusi keuangan, menyederhanakan transaksi, dan menciptakan peluang investasi inovatif.

Meskipun secara teknis dan pengalaman platform asal Amerika Serikat seperti Paxos hingga Circle menawarkan teknologi tersebut, namun masih terkendala dengan biaya yang sangat mahal, mata uang yang fokus kepada dolar dan perihal lainnya.

D3 Labs ingin menghadirkan solusi serupa namun dengan biaya yang jauh lebih terjangkau, fokus kepada rupiah dan sistem keamanan sesuai regulasi yang berlaku. Pengalaman bekerja para pendirinya yang sudah familiar dengan para regulator sebelumnya di Tokocrypto turut dijadikan proposisi nilai.

“Pada dasarnya ide ini datang dari we’re taking a bet melalui infrastruktur token-based/blockchain-based dibandingkan dengan infrastruktur The Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT). Karena saat ini sebagian besar pihak terkait masih mengandalkan SWIFT yang terbilang besar biayanya, kita coba menghadirkan infrastruktur berbeda berangkat dari kondisi tersebut,” kata Tigran.

Dalam menggali peluang bisnis, D3 Labs menargetkan segmen B2B, mulai dari korporasi, grup konglomerasi, perusahaan logistik, industri gaming, dan lain-lain. Dari sisi layanan, D3 Labs juga mencoba untuk menghadirkan layanan yang hands on, artinya siap membantu klien mereka kapan saja dan di mana saja. Konsep tersebut yang membedakan D3 Labs dengan pemain asing lainnya.

“Untuk tahap sekarang kita sebagai penyedia infrastruktur. Jika saat ini perusahaan misalnya ingin melakukan pemindahan uang melalui existing payment gateway atau infrastruktur lainnya, kita ingin menghadirkan infrastruktur melalui blockchain-based,” kata Tigran.

Produk unggulan D3Labs yang sudah dikenalkan ke publik adalah SeaSeed. SeaSeed, memungkinkan transaksi otomatis 24/7 secara real-time antara perusahaan dan ekosistem terkait lainnya, meningkatkan proses penyelesaian dan rekonsiliasi. Programmable money dapat mengurangi biaya ini dengan menghilangkan perantara dan memungkinkan transaksi peer-to-peer.

Gambaran dasbor SeaSeed dari D3 Labs

Saat ini D3 Labs juga telah bermitra dengan perbankan swasta sebagai kustodian. Bank yang telah menjalin kemitraan adalah DBS dan investor strategis mereka UOB.

Tahun ini perusahaan juga telah melancarkan inisiatif dengan Bank Indonesia (BI) bernama “Proyek Garuda”. Inisiatif ini diluncurkan untuk pengembangan Rupiah Digital. Bank Indonesia pun telah mengundang masukan atau pandangan kepada seluruh stakeholder terkait terhadap Consultative Paper (CP) untuk menyempurnakan desain pengembangan Rupiah Digital.

Dalam Consultative Paper juga membahas dampak dari penerbitan Rupiah Digital pada sistem pembayaran, stabilitas keuangan dan moneter. D3 Labs bersama dengan Asosiasi Blockchain Indonesia (A-B-I) bersinergi untuk memberikan dorongan dalam pengembangan tahap pertama Rupiah Digital.

Rencana ekspansi ke Singapura tahun depan

Meskipun baru meluncur awal tahun ini, namun perusahaan telah memberikan layanan kepada dua perusahaan dan sedang melalui proses dengan beberapa klien baru lainnya.

Bulan April 2023 lalu D3 Labs juga telah mengantongi pendanaan pra-awal dengan nominal dirahasiakan dari sejumlah investor, di antaranya Saison Capital, Kinesys Capital, Arkana Capital, EX Capital, Qredo, DS/X Ventures, serta UOB Venture Management dan Signum Capital melalui UVM Signum Blockchain Fund.

Disinggung apa rencana perusahaan hingga akhir tahun ini, Chung Ying menegaskan perusahaan masih ingin menambah jumlah klien mereka. Tahun depan jika sesuai rencana, D3 Labs juga ingin melakukan ekspansi ke Singapura. Masih dalam tahap penjajakan, rencana ekspansi lainnya yang bakal dilakukan oleh D3 Labs adalah Korea Selatan dan Australia.

“Kami ingin melakukan ekspansi di negara yang sering melakukan bisnis di Indonesia dan memiliki hubungan yang dekat dengan Indonesia. Singapura kami pilih karena sudah sangat familiar dengan bisnis di sana,” kata Chung Ying.

Meskipun saat ini mulai banyak fokus investor bergeser kepada profitabilitas, namun menurut Chung Ying penting juga bagi startup untuk mendapatkan growth yang seimbang. Untuk bisa menjaga runway yang ada, perusahaan berupaya untuk fokus kepada sustainable growth dan tidak melakukan kegiatan bakar uang yang berlebihan.

“Buat saya penting untuk bisa fokus kepada growth, namun demikian menurut saya jika tidak ada growth bagaimana bisa mendapatkan profit yang decent. Bukan berarti tidak adanya growth maka profitability tidak bisa tercapai, namun yang ideal adalah bisa menggabungkan keduanya,” kata Chung Ying.

Untuk bisa melakukan scale-up, ke depannya mereka berharap bisa mempercepat proses yang ada saat ini. Jika pada umumnya dibutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk implementasi proses, nantinya jika perusahaan makin berkembang, diharapkan proses tersebut bisa berjalan lebih cepat lagi. Selain itu industri yang disasar juga ke depannya bisa lebih bervariasi.

“Saat ini menjadi waktu yang tepat bagi kami untuk masuk menawarkan teknologi ini. Dilihat dari sudah banyaknya enterprise di Indonesia yang mencoba teknologi blockchain, dan saat ini sudah ada blockchain expert, menjadi waktu yang tepat bagi kami untuk hadir,” kata Chung Ying.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan bagian dari grup DailySocial.id