T1 Entertainment & Sports Umumkan Dua Sponsor Baru

T1 Entertainment & Sports (T1) mengumumkan bahwa KLEVV akan menjadi sponsor memori PC eksklusif mereka. Itu artinya, tim T1 yang berlaga di League of Legends, Dota 2, Player Unknown’s Battlegrounds, Fortnite, Hearthstone, dan Apex Legends akan menggunakan produk KLEVV seperti SSD, kartu microSD, USB, dan memori DDR4. Selain itu, merek KLEVV akan muncul di jersey dari semua anggota tim T1. Sponsorship ini akan berlangsung hingga Januari 2021.

T1 Entertainment & Sports (T1) merupakan hasil joint venture antara dua perusahaan telekomunikasi raksasa, SK Telecom asal Korea Selatan dan Comcast dari Amerika Serikat. Markas utama tim tersebut terletak di Seoul, Korea Selatan, meski mereka juga memiliki tim T1 West yang bermarksa di Los Angeles, Amerika Serikat. SK Telecom merupakan bagian dari SK Group. Sementara perusahaan induk KLEVV, Essencore, juga merupakan perusahaan di bawah SK Group.

Sebelum membuat joint venture dengan Comcast, SK Telecom telah memiliki tiga tim esports, yang bertanding di bawah nama SK Telecom T1. Tim League of Legends SK Telecom T1 dianggap sebagai salah satu tim League of Legends terbaik di dunia. Tim yang didirikan pada 2012 itu telah memenangkan tiga League of Legends World Championships dan lima gelar turnamen Major lainnya, termasuk LoL Mid-Season Invitationals pada 2016 dan 2017. Belum lama ini, tim T1 berhasil memenangkan League of Legends Champions Korea dan masuk ke babak perempat final dari World Championship.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

“Kami telah mendukung SK Telecom T1 sejak 2015 dan kami melihat, audiens muda menjadi semakin kenal kami berkat eratnya kerja sama antara kami,” kata KLEVV Head of Marketing, Jay Lee, dikutip dari The Esports Observer. “Kesempatan untuk menjadi rekan gaming memory resmi T1 adalah sesuatu yang kami tunggu-tunggu, dan kami juga akan terus mendukung T1 Entertainment & Sports dalam usaha mereka untuk mengukir berbagai prestasi di dunia esports.”

Selain KLEVV, T1 Entertainment & Sports juga memiliki sponsor lain, yaitu perusahaan pembuat kursi gaming, Secretlab. Sebagai sponsor kursi gaming, Secretlab akan menyediakan kursi gaming yang akan digunakan oleh semua anggota T1, baik saat latihan maupun saat bertanding. Selain itu, kursi dengan warna merah dan hitam dengan merek T1 ini juga akan dijual ke masyarakat luas. Lagardère Sports menjadi pihak perantara yang menjembatani T1 dengan kedua sponsor barunya, KLEVV dan Secretlab.

World Championship 2019 Playoffs: Korea Selatan Kembali Mendominasi Dunia Persilatan

Ajang kompetitif paling bergengsi untuk League of Legends (LoL) tahun ini, World Championship 2019, sudah memasuki babak Playoffs. Di babak terakhir ini, semua perwakilan dari Korea Selatan berhasil melaju ke babak perempat final berkat dominasi mereka di masing-masing grupnya.

Buat yang belum terlalu familiar dengan format turnamen dari World Championship, inilah alur kompetisi turnamen yang digelar mulai tanggal 2 Oktober – 10 November 2019.

Sebelum masuk ke World Championship 2019 ada babak kualifikasi yang disebut Play-In Groups. Babak ini ditujukan sebagai kualifikasi terakhir buat tim-tim yang masuk 2 kategori:

  1. Tim terbaik dari beberapa liga (berbasis wilayah) yang masih terhitung baru ataupun belum dapat menunjukkan prestasi di tingkat global seperti LJL (Jepang), LLA (Amerika Latin), OPL (Oceania alias Australia dan sekitarnya), LST (Asia Tenggara, kecuali Vietnam), TCL (Turki), dan LCL (Rusia).
  2. Tim-tim dari liga besar seperti LCK (Korea Selatan), LEC (Eropa, kecuali Rusia), LCS (Amerika Utara), LMS (Taiwan & Hong Kong), dan VCS (Vietnam) yang belum mampu langsung mendapatkan kursi ke Group Stage.

Dari 12 tim yang bertanding di Play-In, yang dibagi lagi jadi Play-In Round 1 dan Round 2, 4 tim terbaik berhak melaju ke babak Group Stage. DAMWON Gaming dari LCK juga harus mengikuti mulai dari babak ini karena 2 slot utama untuk LCK diberikan pada SK Telecom T1 dan Griffin.

Pasca kualifikasi tadi, babak Group Stage World Championship pun dimulai. Di bawah ini adalah hasil akhir dari pertempuran masing-masing grup:

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Dari hasil grup di atas, terbukti tim-tim Korea Selatan masih mendominasi dunia persilatan League of Legends. DAMWON Gaming, yang melaju dari babak Play-In sekalipun, hanya kalah satu kali di babak ini. Mereka bahkan mampu mengalahkan Invictus Gaming dari Tiongkok yang jadi juara World Championship 2018.

Di grup A, Griffin juga menorehkan catatan yang serupa. Mereka juga kalah satu kali dari 6 pertandingan. Meski memang, perjalanan Griffin mungkin bisa dibilang lebih mudah ketimbang DAMWON. Karena, G2 Esports (dari Eropa) juga mampu menorehkan prestasi yang sama persis.

SK Telecom T1 (SKT), yang merupakan tim dengan raihan prestasi terbaik sepanjang sejarah esports LoL (3x juara dunia), juga kembali menunjukkan keganasannya setelah sempat memble di tahun 2018.

Sepanjang sejarah esports LoL, Korea Selatan memang seringkali mendominasi ajang Worlds. Dari 8 kali World Championship digelar (sampai 2018), tim Korea Selatan jadi juara sebanyak 5 kali. Pertandingan final World Championship yang mempertandingkan 2 tim Korea Selatan juga terjadi 3x (2017, 2016, dan 2015). Dari sejarah tadi, hanya di 2018 saja Korea Selatan tidak berhasil mengirimkan wakilnya di pertandingan final sejak keikutsertaan mereka dari 2012.

Selain 3 tim dari Korsel, 3 tim dari Eropa (LEC) dan 2 tim dari Tiongkok (LPL) juga mengamankan kursi ke babak Playoffs. Perbandingan jumlah tim Eropa dan Tiongkok ini sedikit berbeda dari beberapa kali World Championship sebelumnya. Pasalnya, tim Tiongkok boleh dibilang kasta kedua setelah Korea Selatan di LoL. Mereka memang baru satu kali juara dunia namun sudah 3x tim Tiongkok melaju ke babak pamungkas. Tahun 2018, LPL juga berhasil mengirimkan 3 tim ke babak Playoffs.

Di sisi lain, regional Eropa sepertinya memang semakin baik dari waktu ke waktu. Sepanjang sejarah esports LoL, kawasan Eropa memang satu tingkat di atas tim-tim NA (Amerika Utara) yang lebih sering jadi tim ‘hore’ di ajang Worlds. Namun, baru tahun ini mereka berhasil mengirimkan 3 wakil ke babak Playoff — setidaknya menghitung Worlds yang sudah lengkap melibatkan 4 regional besar (Korea Selatan, Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara).

Sumber: LoLEsports
Sumber: LoLEsports

Jika melihat bracket di atas, ronde pertama pertandingan World Championship 2019 Playoffs (perempat final) jadi terlalu menarik untuk dilewatkan. IG, sang juara bertahan, harus berhadapan dengan salah satu wakil dari Korea Selatan. Fnatic sepertinya sedikit lebih beruntung karena bertemu FunPlus Phoenix yang terhitung baru. Namun hal ini juga berarti pertaruhan nama besar Fnatic sebagai salah satu tim Eropa yang paling sering lolos ke Worlds. Mereka hanya absen di 2016 dan 2012.

SKT juga beruntung dan seharusnya menang melawan Splyce, mengingat tim ini memang belum bisa dibilang satu level dengan Faker dan kawan-kawannya. Namun, menonton permainan SKT itu selalu menarik, siapapun lawannya. Apalagi kali ini Faker dan Khan bekerja sama dengan 3 pemain muda yang tak kalah hebatnya. Pertandingan terakhir di perempat final juga wajib ditonton. G2 yang berhasil merebut tahta dari Fnatic sebagai tim LoL terbaik di Eropa sejak beberapa tahun silam harus berhadapan dengan tim unggulan ketiga dari Korea Selatan. Pertandingan antara keduanya seperti pertaruhan gengsi dua wilayah terbaik dari barat dan timur.

Saya pribadi, berhubung memang fanatik dengan SKT dan LCK secara umum (mengingat Uzi dari RNG sudah gagal menembus Playoffs), tentu berharap mereka akan kembali membawa pulang piala paling bergengsi ini keempat kalinya.

Pertandingan perempat final Worlds akan digelar pada tanggal 26-27 Oktober 2019. Sedangkan kelanjutannya, babak semifinal akan dilaksanakan tanggal 2-3 November 2019 sebelum menuju ke babak pamungkas yang diadakan tanggal 10 November 2019.

Format League of Legends World Championship Buat Jumlah Penonton Stabil Sepanjang Turnamen

League of Legends World Championship (LWC) adalah turnamen League of Legends paling bergengsi di dunia. Untuk bisa masuk ke turnamen ini, sebuah tim harus menjadi tim terbaik di turnamen regional, sepreti LoL Championship Series (LCS) di Amerika Utara, LoL Champions Korea (LCK), dan LoL European Championship (LEC). LWC memiliki beberapa tahap. Secara keseluruhan, turnamen ini dapat berlangsung selama lebih dari satu bulan. Menariknya, masing-masing tahap dari LWC bisa menarik perhatian penonton dari berbagai belahan dunia, termasuk babak kualifikasi.

Babak Penyisihan

Di LWC, ada 24 tim profesional yang akan bertanding. Namun, LWC akan dimulai dengan babak kualifikasi yang akan mengadu 12 tim dengan peringkat terbawah dari 24 tim. LWC memiliki dua babak penyisihan. Dalam babak penyisihan pertama, 12 tim yang bertanding akan dibagi ke dalam 4 grup. Tiga tim di setiap grup akan bertanding dengan satu sama lain menggunakan format round robin. Pemenang ditentukan dengan sistem best-of-one. Tim dengan nilai terendah akan tereliminasi. Sementara tim di posisi pertama dan kedua dari masing-masing grup akan masuk ke babak kualifikasi kedua. Di sini, tim nomor satu akan bertanding dengan tim yang duduk di posisi nomor dua dari grup yang berbeda. Empat tim yang menang akan masuk ke dalam Group Stage.

Meskipun disebut sebagai babak kualifikasi, jumlah penonton yang tertarik untuk menonton sudah cukup banyak. Babak kualifikasi pertama LWC 2018 diadakan pada 1-4 Oktober. Selama empat hari, total durasi menonton babak penyisihan tersebut di Twitch mencapai 13,56 juta jam. Sementara babak kualifikasi kedua, yang diadakan pada 6-7 Oktober, mendapatkan total durasi menonton 7,37 juta jam. Secara keseluruhan, total durasi video ditonton dari babak penyisihan LWC 2018 mencapai 20,93 juta jam. Channel yang memberikan kontribusi paling besar adalah channel resmi Riot Games yang menggunakan bahasa Inggris. Menariknya, sekarang, channel yang menggunakan bahasa non-Inggris, seperti Prancis, Korae, Spanyol, dan Portugis, juga cukup populer.

Sumber: The Esports Observer
Jumlah Concurrent View sebelum, selama, dan setelah LWC 2018 | Sumber: The Esports Observer

Group Stage

Empat tim yang lolos dari babak kualifikasi dapat melaju ke Group Stage. Di sini, 4 tim tersebut akan disatukan dengan 12 tim yang mendapatkan undangan langsung untuk berlaga di Group Stage. Biasanya, tim-tim yang mendapatkan undangan adalah tim-tim terbaik di liga regional. Enam belas tim ini lalu dibagi ke dalam empat kelompok yang akan diadu dengan format double round robin. Pemenang ditentukan dalam pertandingan best-of-one. Dua tim teratas di setiap grup akan lolos ke Knockout Stage, sementara dua tim terbawah akan tereliminasi.

Mengingat Group Stage memiliki jumlah tim paling banyak, bagian ini juga biasanya memakan waktu paling lama jika dibandingkan dengan bagian lain dari LWC. Inilah alasan mengapa Group Stage juga biasanya mendapatkan total durasi menonton paling tinggi. Group Stage LWC 2018 diadakan pada 10-17 Oktober. Secara total, Riot Games menghasilkan 110 jam konten dengan total waktu tonton sebesar 30,71 juta jam. Selain durasi yang lebih lama, alasan lain mengapa Group Stage mendapatkan penonton paling banyak adalah karena di babak ini, tim-tim yang berlaga adalah tim terbaik dari kawasannya. Menurut The Esports Observer, hal ini akan mendorong para fans League of Legends untuk mendukung tim jagoan yang berasal dari kawasan mereka. Fenomena ini serupa dengan fans kasual sepak bola yang turut menonton Piala Dunia hanya untuk melihat tim negaranya berlaga.

Total durasi video ditonton selama LWC 2018 | Sumber: The Esports Observer
Total durasi video ditonton selama LWC 2018 | Sumber: The Esports Observer

Knockout Stage

Dari 16 tim yang berlaga di Group Stage, hanya 8 yang akan lolos ke Knockout Stage. Di sini, delapan tim yang tersisa akan beradu dengan format single-elimination bracket. Jumlah tim yang lebih sedikit membuat total durasi menonton juga menjadi lebih rendah. Meskipun begitu, jumlah rata-rata penonton di Knockout Stage biasanya lebih tinggi dari Group Stage. Knockout Stage biasanya berlangsung selama beberapa minggu karena Riot Games tak langsung mengadu semua tim dalam akhir pekan yang sama.

Secara keseluruhan, Knockout Stage pada LWC 2018 berhasil mendapatkan total waktu ditonton 9,47 juta jam dengan rata-rata Concurrent Viewer mencapai 118,94 ribu orang. Pada tahun lalu, bagian awal Knockout Stage menarik perhatian paling banyak, dengan total durasi video ditonton tertinggi. Meskipun begitu, babak semi-final memiliki jumlah rata-rata penonton paling banyak. Sementara babak final menjadi babak dengan penonton paling banyak. Di channel resmi Riot Games, babak final LWC 2018 berhasil menarik 575,86 ribu penonton.

Sama seperti turnamen esports besar lainnya, LWC memiliki beberapa bagian yang berbeda-beda. Masing-masing stage biasanya menarik perhatian tipe fans yang berbeda-beda pula, mulai dari fans kasual sampai fans hardcore. Dengan mengetahui tipe fans yang tertarik menonton LWC, Riot Games bisa memanfaatkan hal ini untuk mengadakan kegiatan yang sesuai dengan tipe fans yang menonton turnamen yang mereka adakan.

Sumber header: na.leagueoflegends.com

Meriahkan Worlds 2019, Invictus Gaming Kolaborasi dengan Brand Minuman Mirinda

Kompetisi puncak League of Legends dunia tahun ini yaitu Worlds 2019 telah dimulai sejak tanggal 2 Oktober lalu, dan akan berjalan hingga tanggal 10 November nanti. 24 tim telah diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini, terdiri dari tim-tim LoL terkuat yang telah berlaga di berbagai liga lokal sejumlah negara/wilayah. Termasuk di antaranya Tiongkok (LPL), Eropa (LEC), Amerika Utara (LCS), Jepang (LJL), dan lain-lain.

Menyambut digelarnya Worlds 2019, salah satu tim wakil Tiongkok yaitu Invictus Gaming baru-baru ini mengumumkan kolaborasi dengan brand minuman ringan Mirinda. Wujudnya adalah peluncuran produk gift box edisi terbatas yang bisa digunakan untuk mendukung Invictus Gaming selama mereka bertanding di Worlds.

Worlds 2019 - Teams
24 tim yang bertanding di Worlds 2019 | Sumber: LoL Nexus

Mirinda sebelumnya telah menandatangani kerja sama sponsorship dengan Invictus Gaming pada bulan Agustus lalu. Nilai finansial sponsorship tersebut tidak diumumkan, namun yang jelas logo Mirinda akan muncul di seragam jersey milik Invictus Gaming. Brand minuman itu juga meluncurkan jaket tim co-branded, serta saling melakukan promosi di media-media sosial Tiongkok.

Mirinda bukan satu-satunya brand yang digandeng oleh Invictus Gaming baru-baru ini. Pada bulan Juli kemarin misalnya, tim juara LPL 2019 Regional Finals ini juga meluncurkan kolaborasi dengan Chevrolet. Invictus Gaming membantu Chevrolet untuk mempromosikan mobil terbaru mereka yaitu Tracker SUV. Tim ini juga menerima kerja sama sponsorship dari brand skincare Lab Series pada bulan Februari lalu.

Menariknya, seluruh brand di atas adalah brand non-endemic. Menurut media China Electronic Athletics, meningkatnya partisipasi perusahaan menjelang event besar seperti Worlds atau The International merupakan tanda bahwa sistem yang dibangun oleh Valve dan Riot Games selama bertahun-tahun mulai menunjukkan hasil. Kerja sama yang terjadi memang antara perusahaan dengan tim esports (bukan dengan Valve atau Riot Games sendiri), namun timing peluncurannya menunjukkan bahwa turnamen-turnamen besar seperti ini memiliki dampak terhadap partisipasi brand.

Di samping Invictus Gaming, tim asal Tiongkok lain yang tampil di Worlds 2019 juga mengumumkan kolaborasi baru. Mereka adalah FunPlus Phoenix (FPX), dan brand yang mereka gandeng adalah brand smartphone Oppo. FPX lolos ke Worlds 2019 setelah mereka menjuarai LPL 2019 Summer Playoffs. Meski usia tim ini masih cukup muda (baru 2 tahun didirikan), FPX termasuk salah satu tim yang patut diperhitungkan di Worlds 2019. Oppo juga telah menjalin kerja sama dengan Riot Games untuk mensponsori kompetisi League of Legends hingga tahun 2024.

Sumber: Esports Insider, The Esports Observer

Riot Pamerkan Fighting Game, Card Game, dan Mobile Game League of Legends

League of Legends pertama kali dirilis pada tahun 2009, dan di bulan Oktober ini, karya Riot Games tersebut akhirnya menginjak ulang tahun yang kesepuluh. Untuk merayakannya, Riot Games mengadakan siaran streaming spesial bernama Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends.

Biasanya, tayangan Riot Pls berisi semacam developer diary di mana Riot mengumumkan perubahan-perubahan baru dalam League of Legends. Namun untuk edisi 10th Anniversary ini, ada beberapa pengumuman yang lebih besar. Apa saja pengumuman itu, simak di bawah.

Mobile game, League of Legends: Wild Rift

Setelah rumor yang cukup lama beredar, akhirnya Riot mengumumkan secara resmi League of Legends versi mobile, dengan judul League of Legends: Wild Rift. Game ini akan dirilis untuk Android, iPhone, dan iPad pada tahun 2020. Riot juga berkata bahwa League of Legends: Wild Rift akan meluncur ke console, tapi mereka tidak memberi tahu kapan dan console apa yang dimaksud.

League of Legends: Wild Rift memiliki tampilan grafis dan gameplay yang kurang lebih sama dengan versi desktop, namun didesain untuk selesai lebih cepat (sekitar 15 – 20 menit). Tidak ada dukungan cross-play antara versi mobile/console dengan desktop, namun keduanya menggunakan akun yang sama. Perbedaan konten (hero atau skin) dan antarmuka juga akan terjadi, namun itu hal yang wajar.

Teamfight Tactics versi mobile

Teamfight Tactics alias TFT pada awalnya dikembangkan karena para developer di Riot Games menyukai Auto Chess dan mereka ingin menciptakan game serupa dengan sentuhan mereka sendiri. Namun ternyata TFT meraih popularitas yang sangat besar, dan kini dijadikan sebuah mode permanen dalam League of Legends. Ke depannya, Riot Games akan terus memberi update yang disebut seasonal set, di mana sejumlah hero, item, dan elemen gameplay lainnya akan dirotasi setiap beberapa bulan sekali.

Pengumuman besar lainnya adalah perilisan TFT sebagai game terpisah untuk platform mobile. Menurut Riot, proyek ini diluncurkan karena tingginya permintaan penggemar. TFT versi mobile akan meluncur untuk Android dan iOS pada tahun 2020, didahului dengan versi beta pada bulan Desember 2019 nanti.

Competitive card game, Legends of Runeterra

Satu lagi judul yang sudah lama menjadi gosip di komunitas League of Legends, adalah Legends of Runeterra. Banyak spekulasi mengenai apa sebenarnya game ini, rumor yang paling kuat adalah bahwa Legends of Runeterra merupakan sebuah MMORPG. Tapi rupanya spekulasi itu salah. Legends of Runeterra adalah game kartu kompetitif dengan latar belakang dunia League of Legends yang disebut Runeterra.

Legends of Runeterra mengambil inspirasi dari berbagai daerah di dunia Runeterra, seperti Demacia, Noxus, Zaun, Shadow Isles, dan lain-lain. Jadi Anda akan menemui hero ataupun elemen-elemen gameplay lain yang berhubungan dengan daerah tersebut. Menariknya, Riot berkata bahwa Anda tidak perlu membayar untuk membuka pack berisi kartu acak dalam game ini, tidak seperti card game kebanyakan.

Legends of Runeterra
Sumber: Riot Games

Fighting game, Project L

Fighting game yang satu ini sudah diungkap oleh Tom Cannon dalam acara EVO 2019 lalu, tapi baru sekarang kita bisa melihat penampakan resminya. Untuk sementara Riot belum memberi judul final, jadi fighting game ini dikenal dengan nama Project L saja.

Riot mengembangkan Project L setelah mereka mengakuisisi Radiant Entertainment, perusahaan yang merupakan developer dari fighting game Rising Thunder. Tom Cannon, selain merupakan salah satu founder EVO, juga merupakan founder Radiant Entertainment. Melalui kicauan di Twitter, Cannon berkata bahwa game ini masih jauh dari rilis, bahkan belum bisa disebut veri alpha, jadi kita masih akan menunggu lama.

Project L
Sumber: Riot Games

Seri animasi, Arcane

Satu lagi produk baru yang diumumkan oleh Riot Games adalah serial animasi berjudul Arcane. Serial ini dibuat dengan target pasar penggemar League of Legends dari usia remaja hingga dewasa, dan akan mengambil inspirasi dari lore League of Legends yang sudah ada selama ini. Akan tetapi belum jelas seperti apa cerita pastinya.

Riot mengembangkan Arcane bersama studio Fortiche Productions, yaitu studio yang juga menangani pembuatan video klip musik K/DA. Mereka juga yang menciptakan trailer untuk Worlds 2018, trailer untuk game Agents of Mayhem, dan banyak lagi. Arcane akan tayang melalui platform streaming, namun belum ada pengumuman pasti platform apa yang dimaksud.

Project A dan Project F yang misterius

Masih ada dua produk lagi yang diungkap oleh Riot Games, namun info untuk keduanya masih cukup minim. Pertama yaitu Project A, sebuah game bergenre tactical shooter kompetitif. Game ini memiliki latar dunia yang lebih realistis, jadi tampaknya tidak akan begitu berhubungan dengan League of Legends. Dengan karakter-karakter yang memiliki kemampuan khusus, bisa dibayangkan bahwa Project A akan menjadi saingan Overwatch.

Project A
Sumber: Riot Games

Kedua yaitu Project F, game yang hanya diungkap sekilas dalam siaran streaming Riot Pls. Menurut laporan Polygon, Riot mendeskripsikan game ini sebagai “proyek yang mengeksplorasi kemungkinan bertualang di dunia Runeterra bersama teman-teman”. Jadi tampaknya Riot ingin menciptakan RPG online, mungkin dengan gaya serupa Diablo. Tapi belum ada info lebih lanjut.

Project F
Sumber: Riot Games

Demikian rentetan pengumuman menarik dari Riot Games dalam perayaan ulang tahun kesepuluh League Legends. Bila semuanya benar-benar terwujud, maka League of Legends akan menjadi IP yang sangat besar, dan bisa menarik penggemar dari pasar genre selain MOBA.

Tentu saja mereka harus menghadapi saingan berat dari judul yang sudah ada, Hearthstone dan Street Fighter misalnya. Valve sudah pernah mencoba ekspansi serupa dengan game Artifact, tapi kita tahu bahwa hasilnya tidak memuaskan. Apakah Riot Games bisa meraih hasil yang lebih baik, atau hanya akan mengulang kesalahan serupa? Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Sumber: Riot Games, Polygon, Tom Cannon

AXE Jadi Sponsor League of Legends, Kerja Sama SAP dan Team Liquid Diperluas

AXE menjadi sponsor terbaru dari turnamen esports League of Legends. Perjanjian AXE dengan Riot Games ini akan berlangsung selama lebih dari satu tahun. AXE akan mensponsori beberapa turnamen League of Legends tingkat dunia, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan World Championship. Sayangnya, tidak diketahui besar uang yang dikeluarkan oleh AXE untuk menjadi sponsor atau detail tentang kegiatan yang akan mereka lakukan. Satu hal yang pasti, merek AXE Gaming telah muncul dalam siaran World Championship di Verti Music Hall, Berlin, Jerman.

Ini bukan pertama kalinya AXE memutuskan untuk masuk ke ranah esports. Merek parfum tersebut meluncurkan AXE Gaming pada 2018. Pada April tahun ini, mereka juga menjadi sponsor dari ELEAGUE. “Selama ini, AXE selalu mendukung hobi generasi muda, mulai dari musik, olahraga, dan budaya. Kami senang untuk menjadi rekan dari League of Legends Global Esports,” kata Gaurav Raisinghani, Global Director for AXE, dikutip dari Esports Observer. “Kami berharap kami dapat memberikan sesuatu yang lebih pada komunitas dan mendorong para fans untuk mengejar hobi mereka dan mengambil kesempatan yang ada.”

Seiring dengan bertambahnya fans, esports terus tumbuh sebagai industri. Hadiah turnamen esports kini juga bisa menyaingi kompetisi olahraga tradisional bergengsi. Ini menarik minat para merek non-endemik. Riot Games juga berhasil mendapatkan kerja sama dengan berbagai merek non-endemik, mulai dari perusahaan smartphone seperti OPPO sampai merek fashion mewah seperti Louis Vuitton. Sementara itu, AXE juga aktif untuk masuk ke ranah esports di Indonesia. Mereka baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan EVOS Esports untuk mengadakan Game Battle Royale Free Fire.

Kerja Sama Team Liquid dan SAP Kini Juga Mencakup Divisi League of Legends

Team Liquid dan perusahaan software analitik SAP pertama kali mengumumkan kerja sama pada 2018. Melalui kerja sama ini, SAP akan menjadi sponsor dari Team Liquid selama tiga tahun. Selain itu, SAP juga akan menyediakan analisa dari data permainan divisi Dota 2 Team Liquid dengan tujuan meningkatkan performa tim dan pemain. Sekarang, perjanjian keduanya akan diperluas sehingga mencakup tim League of Legends dari Team Liquid. Kini SAP akan membantu divisi League of Legends Team Liquid untuk memilih champion dalam permainan dan keputusan strategis lainnya. Memang, Dota 2 dan League of Legends memiliki gameplay yang serupa mengingat keduanya memiliki genre yang sama, yaitu Multiplayer Online Battle Arena (MOBA).

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

“Bagi SAP, ini merupakan tantangan baru karena kami harus fokus pada game baru untuk pertama kalinya,” kata SAP Director of Strategic Partnership, Milan Černý, menurut laporan The Esports Observer. “Menggunakan pengalaman dan software analitik kami di Dota 2, kami akan mendukung divisi League of Legends dari Team Liquid untuk menghadapi tantangan terberat — League of Legends World Championship — dan membantu mereka mempertahankan gelar sebagai salah satu tim esports paling sukses di dunia.” Sebelum ini SAP juga bekerja sama dengan penyelenggara turnamen Dota 2, seperti Dota 2 EPICENTER Major, MDL Disneyland Paris Major, dan Kuala Lumpur Major.

Sementara itu, sebelum ini, Team Liquid juga telah menggandeng Newzoo sebagai market intelligence partner. Dalam kerja sama ini, Newzoo akan membantu Team Liquid untuk memahami ekosistem esports dengan lebih dalam dan akurat. Sementara Team Liquid akan membantu Newzoo dengan memberikan data agar riset Newzoo dapat memberikan perkiraan yang lebih tepat. Ini menunjukkan bahwa peran data analitik di ekosistem esports telah menjadi semakin penting, sama seperti industri lain.

OPPO Sponsori Turnamen League of Legends Sampai 2024

OPPO menjadi merek non-endemik terbaru yang masuk ke ranah esports. Riot Games baru saja mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan smartphone asal Tiongkok itu. Ini menjadikan OPPO sebagai perusahaan smartphone pertama yang menjadi rekan global Riot Games dalam League of Legends Esports. Tidak tanggung-tanggung, kerja sama kedua perusahaan akan berlangsung hingga 2024. OPPO akan mensponsori tiga turnamen global League of Legends, yaitu Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan World Championship. Kerja sama ini akan dimulai pada World Championship 2019, yang akan diadakan di tiga kota mulai 2 Oktober mendatang. Ini menandai pertama kalinya OPPO masuk ke ranah esports.

Tujuan OPPO menjadi sponsor adalah untuk memperkenalkan merek mereka pada fans League of Legends. Ada beberapa hal yang OPPO lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Salah satunya adalah menyajikan gelar Most Valuable Player dalam Mid-Season Invitational dan World Championship. Selain itu, OPPO juga akan menampilkan konten behind-the-scene dari World Championship, yang dikemas dengan nama OPPO Cam. Melalui program bernama Welcome to the Rift, OPPO akan menunjukkan tim baru yang berlaga dalam League of Legends World Championship. Terakhir, OPPO akan mengadakan promosi untuk konsumen, memungkinkan mereka memenangkan kesempatan untuk melihat behind-the-scene dari tiga turnamen global Leage of Legends.

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Esports adalah olahraga yang tumbuh dengan sangat cepat pada tingkat global, dan League of Legends telah menjadi gaya hidup bagi generasi muda selama beberapa tahun belakangan,” kata Brian Shen, OPPO Vice President dan President of Global Marketing, seperti dikutip dari situs Nexus League of Legends. “Sebagai merek yang fokus pada konsumen, OPPO terus mencari cara yang tepat untuk terhubung dengan generasi muda, yang menjadi target konsumen kami. Ini adalah langkah yang tepat untuk Riot dan OPPO; kerja sama ini memungkinkan kami untuk memperkuat hubungan kami dengan generasi muda, menemani mereka dalam merayakan setiap kemenangan.”

Dengan semakin banyak merek non-endemik yang masuk ke industri esports, keputusan OPPO untuk mensponsori turnamen League of Legends bukanlah hal yang aneh. Lalu, kenapa League of Legends? Dari semua game esports yang ada, OPPO memilih untuk mensponsori game buatan Riot Games. Tampaknya, salah satu hal yang mendasari OPPO untuk memilih League of Legends adalah popularitas. Game MOBA ini sangat populer di Tiongkok. Turnamen League of Legends Pro League (LPL) yang diadakan di Tiongkok merupakan liga League of Legends terbesar di dunia. Sementara menurut ESC, pada 2018, turnamen League of Legends menjadi turnamen esports yang paling paling lama ditonton dengan durasi waktu tonton mencapai 78,8 juta jam.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Tidak hanya turnamen League of Legends yang populer, tapi juga konten game tersebut. Hal ini terlihat dari total durasi waktu tonton di Twitch. Pada semester pertama 2019, League of Legends menjadi game yang kontennya paling lama ditonton dengan durasi waktu tonton mencapai 512,3 juta jam. Angka itu naik jika dibandingkan dengan durasi waktu tonotn pada semester pertama 2018, yang hanya mencapai 435,2 juta jam. Pada semester satu 2018, Fortnite menjadi game paling populer di Twitch, mengalahkan League of Legends yang ada di posisi dua. Hanya saja, popularitas Fortnite menurun pada awal tahun ini. Selain itu, jika dibandingkan dengan Fortnite atau Apex Legends — yang durasi waktu konten ditonton fluktuatif — durasi menonton League of Legends cenderung stabil. League of Legends begitu populer sehingga luxury brand seperti Louis Vuitton pun tertarik untuk bekerja sama dengan Riot Games.

“Komitmen OPPO pada desain dan inovasi adalah landasan dari semua hal yang mereka lakukan dan kami senang dapat membawa semangat mereka ke game dan fanbase global kami,” kata Naz Aletaha, Head of Global Esports Business Development and Partnerships, Rio Games. “Menjadi liga esports pertama yang OPPO sponsori adalah bukti kuat akan popularitas League of Legends.”

Gabungkan LMS dan LST, Riot Bakal Adakan Pacific League Championship Series

Riot meluncurkan League of Legends hampir 10 tahun lalu. Sejak saat itu, telah ada banyak turnamen esports dari game tersebut, seperti League of Legends Pro League (LPL) di Tiongkok, League of Legends Championship Series (LCS) di Amerika Utara, dan League of Legends European Championship (LEC) untuk tim-tim Eropa. Riot juga mengadakan League Master Series (LMS) untuk tim-tim yang berasal dari Hong Kong, Taiwan, dan Macau serta League of Legends Southeast Asia Tour (LST) yang menjadi tempat berlaga tim-tim dari Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Mulai tahun depan, Riot berencana untuk meleburkan LMS dan LST menjadi satu dan mengubah nama turnamen tersebut menjadi Pacific League Championship Series (PCS).

Pada tahun ini, Riot masih mengadakan LMS dan LST. Untuk menyelenggarakan dua turnamen tersebut, Riot bekerja sama dengan Garena, platform gaming dan esports dari perusahaan internet Sea. Masing-masing LMS dan LST memiliki delapan tim peserta. Sementara PCS akan mengadu 10 tim, menurut laporan The Esports Observer. Sayangnya, Riot masih belum memberikan informasi lengkap tentang turnamen PCS itu sendiri, seperti sistem kualifikasi yang digunakan atau apakah turnamen tersebut akan memiliki sistem promosi-relegasi. Riot juga baru akan mengumumkan jadwal turnamen pada tahun depan. Tujuan Riot untuk menggabungkan LMS dan LST menjadi PCS adalah untuk memperketat persaingan antara tim yang bertanding.

LST adu tim-tim dari Asia Tenggara | Sumber: situs LST
LST adu tim-tim dari Asia Tenggara | Sumber: situs LST

“Selama beberapa bulan belakangan, Garena dan Riot Games telah mengevaluasi ekosistem esports League of Legends di Asia Tenggara dan kawasan LMS,” kata Riot Games, menurut laporan Dot Esports. “Tujuan kami mengadakan PCS adalah membuat persaingan menjadi semakin ketat dan menyajikan pertandingan yang menarik untuk para fans.” Memang, belakangan, LMS tak lagi sekompetitif dulu. Tim-tim yang berlaga di LMS juga kesulitan untuk bertanding di panggung internasional. Tampaknya, salah satu alasannya adalah kurangnya pemain League of Legends yang mumpuni di kawasan LMS. Dengan menggabungkan LMS dan LST, Riot ingin membuat tim yang ikut serta menjadi semakin kompetitif dan memudahkan tim untuk mencari pemain bertalenat.

“Kami percaya, pembuatan liga baru, yang akan mengadu tim dari Hong Kong, Taiwan, Macau, dan Asia Tenggara dalam satu turnamen, akan membantu para tim untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan persaingan di kawasan tersebut,” kata Riot, seperti dikutip dari Esports Insider. “Pada saat yang sama, ini juga akan meningkatkan jumlah pemain yang bertalenta. Memusatkan ekosistem esports juga akan meningkatkan kesempatan bisnis dan media untuk para tim profesional.”

Sumber header: Dexerto

Gaji Rata-Rata Pemain League of Legends European Championship Capai Rp3,9 Miliar

Prize pool yang besar jadi salah satu alasan mengapa esports menjadi perhatiah banyak orang. Dengan total hadiah sebesar US$34,3 juta (sekitar Rp484 miliar), The International 2019 adalah turnamen esports dengan prize pool terbesar sepanjang masa. Setengah dari total hadiah itu dibawa pulang oleh tim OG, yang berhasil menjadi juara The International dua tahun berturut-turut. Sementara pada Fortnite World Cup, pemenang kategori Solo, Kyle “Bugha” Giersdorf berhasil membawa pulang US$3 juta (sekitar Rp42 miliar). Namun, hadiah yang didapatkan oleh tim atau pemain pemenang berbeda dengan gaji yang pemain terima setiap bulannya dari tim dimana mereka bernaung.

League of Legends adalah salah satu game esports yang telah ada sejak hampir 10 tahun lalu. Setiap tahunnya, Riot Games juga mengadakan League of Legends World Championship, turnamen yang menjadi ajang bagi tim dan pemain esports terbaik di dunia. Selain itu, juga ada liga League of Legends untuk masing-masing kawasan. Misalnya, di Tiongkok, ada League of Legends Pro League, yang salah satu sponsornya adalah Nike. Sementara di Amerika Utara, terdapat League of Legends Championship Series (LCS) dan di Eropa, ada League of Legends European Championship (LEC).

Menurut Richard Wells, pendiri H2K Gaming dalam sebuah video, rata-rata gaji pemain LEC adalah €250 ribu (sekitar Rp3,9 miliar) per tahun, lapor ESPN. Itu artinya, setiap bulan, para pemain mendapatkan €20,8 ribu (sekitar Rp323 juta). Namun, angka itu adalah gaji rata-rata yang didapatkan pemain. Wells menyebutkan, pemain yang bermain di tim yang besar kemungkinan akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi, sementara tim yang lebih kecil mungkin akan membayar pemainnya dengan nilai yang lebih rendah. Bagi para pemain yang bermain di tim LEC Academy, mereka mendapatkan €60 ribu (sekitar Rp932 juta) per tahun atau sekitar €5 ribu (Rp77,7 juta) per bulan.

Dalam videonya, Wells juga membahas tentang gaji yang diterima oleh pelatih tim LEC. Dia menyebutkan, rata-rata, para pelatih mendapatkan €100 ribu (sekitar Rp1,6 miliar) per tahun. Namun, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji yang didapatkan oleh pelatih tim LCS, yang mencapai US$500 ribu (Rp7,1 miliar) per tahun. Gaji pemain profesional di LCS juga lebih tinggi dari pemain LEC. League of Legends Championship Series Commissioner Chris Greeley mengatakan, gaji rata-rata pemain tim yang berlaga di LCS mencapai US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar).

“Kami berusaha keras untuk menjadikan pemain pro LCS sebagai aspirasi bagi para fans kami,” katanya, menurut laporan Win.gg. “Gaji rata-rata pemain pro LCS adalah US$300 ribu, belum menghitung bonus atau hadiah turnamen.” Satu hal yang menarik, pada 2017, gaji rata-rata pemain LCS hanyalah US$105 ribu (sekitar Rp1,5 miliar). Itu artinya, gaji rata-rata pemain naik hampir tiga kali lipat dalam waktu dua tahun.

Ada beberapa alasan mengapa gaji rata-rata pemain LCS melonjak naik. Salah satunya adalah pertumbuhan industri esports yang pesat. Ekosistem esports League of Legends juga berkembang dengan cepat. Tahun lalu, dikabarkan, sebuah tim harus membayar US$10 juta (sekitar Rp141,2 miliar) untuk bisa bertanding di LCS. Dan ini bisa membuat pemain mendapatkan kenaikan gaji. Kemungkinan lain mengapa gaji rata-rata pemain LCS sangat tinggi adalah karena gaji besar yang diterima pemain bintang membuat gaji rata-rata pemain menjadi terlihat sangat tinggi. Menurut Greeley, gaji minimal pemain LCS adalah US$75 ribu (sekitar Rp1 miliar). Pemain bintang atau pemain tim besar kemungkinan mendapatkan gaji lebih dari itu. Alasan lain tim esports profesional rela membayar para pemainnya dengan gaji besar adalah untuk memastikan bahwa para pemain tetap membela timnya dan tidak keluar untuk menjadi streamer.

Tim LoL Fnatic. | Sumber: Fnatic
Tim LoL Fnatic. | Sumber: Fnatic

Tampaknya, gaji rata-rata pemain League of Legends memang cukup tinggi, terlepas di kawasan mana mereka bertanding. Sebagai perbandingan, gaji pemain League of Legends Champions Korea (LCK) mencapai sekitar 170 juta Won per tahun (sekitar Rp2,1 miliar). Sementara ketika JD Gaming mencari pemain profesional untuk bertanding di LPL, mereka menawarkan gaji mulai dari 500 ribu sampai 10 juta Yuan. (sekitar Rp1,05 sampai Rp21 miliar). Di Indonesia, League of Legends tidak terlalu dikenal sebagai game esports. Menurut riset yang dilakukan oleh DSResearch pada Juli lalu, dari 1.445 responden, hanya 30 persen orang yang tahu akan League of Legends sebagai game esports. Sebagai negara mobile first, tidak aneh jika dua game esports yang paling dikenal justru game mobile, yaitu Mobile Legends dan Player Unknown’s Battleground Mobile.

Sumber header: Dexerto

Louis Vuitton Buat Travel Case untuk Trofi League of Legends World Championship

Riot Games baru saja mengumumkan kerja samanya dengan Louis Vuitton dalam League of Legends World Championship. Sekilas, ini mungkin membuat Anda heran, mengingat Louis Vuitton adalah merek fashion asal Prancis sementara Riot adalah developer game yang juga mengadakan turnamen untuk game buatannya, League of Legends. Namun, sebenarnya ini tidak aneh. Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik (merek yang tidak memiliki kaitan dengan dunia game atau esports secara langsung), yang tertarik untuk mendukung industri esports, mulai dari perusahaan pembuat mobil, makanan, sampai layanan keuangan.

Dengan kerja sama ini, Louis Vuitton akan membuat travel case untuk Summoner’s Cup, piala yang diserahkan untuk pemenang League of Legends World Championship. Sebelum ini, Louis Vuitton memang pernah membuat travel case untuk berbagai trofi kompetisi bergengsi, seperti Rugby World Cup dan FIFA World Cup. Namun, ini pertama kalinya mereka membuat travel case untuk kompetisi esports. League of Legends World Championship adalah turnamen tahunan yang Riot adakan. Riot menyebutkan, turnamen tingkat dunia itu diikuti oleh lebih dari 100 tim esports dan 800 pemain profesional serta ditonton oleh jutaan fans. Tahun ini, turnamen tersebut akan dimulai pada 2 Oktober di Berlin, Jerman. Sementara babak kuartal final dan semi final akan diadakan pada 26 Oktober di Madrid, Spanyol. Babak final akan diadakan di Paris, Prancis pada 10 November. Travel case buatan Louis Vuitton akan dipamerkan di Eiffel Tower selama dua hari sebelum babak final diadakan.

Sumber: VentureBeat
Summoner’s Cup. Sumber: VentureBeat

“Kedua pihak ingin memastikan bahwa kolaborasi ini menarik hati masing-masing target konsumen perusahaan,” kata Naz Aletaha, Head of Global Esports Partnerships and Business Development, Riot Games, menurut laporan The Washington Post. “Esports adalah tahap berikutnya bagi perusahaan yang selama ini terlibat dalam industri olahraga tradisional.” Memang, merek-merek yang selama ini diasosiasikan dengan dunia olahraga juga telah masuk ke esports. Misalnya, merek sportswear Nike yang menjadi sponsor dari League of Legends Pro League (LPL) serta membuat jersey untuk tim yang bertanding turnamen League of Legends di Tiongkok tersebut. Selain itu, Adidas juga mengumumkan kerja sama dengan streamer Fortnite ternama, Tyler “Ninja” Blevins.

Tidak berhenti sampai di situ, Louis Vuitton juga akan mendesain skin untuk karakter League of Legends. Desain skin tersebut akan ditangani langsung oleh Nicolas Ghesquière, Artistic Director of Women’s Collection dari Louis Vuitton. Dia juga akan membuat berbagai digital aset untuk League of Legends. Skin memungkinkan para pemain untuk membuat karakternya tampil beda. Epic Games, pembuat Fortnite, mendapatkan uang hingga jutaan dollar per bulan dengan menjual skin. Sayangnya, saat ini, belum diketahui seperti apa desain dari skin atau travel case untuk trofi League of Legends World Championship buatan Louis Vuitton.

Menurut Aletaha, konvergensi antara dunia game dan fashion bukanlah sesuatu yang aneh. Tahun ini, League of Legends akan berumur 10 tahun. Riot mengklaim, game buatannya itu merupakan “game PC terpopuler di dunia” dengan lebih dari delapan juta orang memainkan game itu setiap harinya. League of Legends juga memiliki turnamen esports di berbagai kawasan. Selain turnamen esports, League of Legends juga memiliki komik. Riot juga sukses menggabungkan game buatannya dengan musik. Tahun lalu, kompetisi dunia League of Legends menampilkan konser K-pop dengan augmented reality sebagai acara pembukaan. “Game memang mulai menjadi gaya hidup,” kata Aletaha. “Kami kini telah menjadi budaya. Tidak heran jika fashion jadi langkah berikutnya.”

Sumber: The Washington Post, VentureBeatThe Verge