Venus Optics Merilis 4 Lensa Laowa untuk Sistem Kamera L-mount

Dalam industri fotografi, ekosistem lensa yang luas sangatlah penting pada sebuah sistem kamera. Bukan hanya koleksi lensa native dari pihak pertama yang harus cukup lengkap, tetapi juga dukungan pabrikan lensa pihak ketiga.

Baru-baru ini Venus Optics mengumumkan akan membawa empat lensa Laowa ke sistem kamera L-mount. Meliputi Laowa 4mm F2.8 Fisheye, Laowa 9mm F2.8 Zero-D, Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, dan Laowa 25mm F2.8 2.5–5x Ultra Macro.

Keempatnya bukan lensa yang benar-benar baru, melainkan sudah pernah dirilis sebelumnya. Sekedar informasi, sistem kamera full frame L-mount awalnya dikembangkan oleh Leica. Lalu di tahun 2018, Leica, Panasonic, dan Sigma membentuk aliansi L-mount Alliance untuk mengembangkan kamera dan lensa dengan L-mount.

Loawa L-mount 2

Mari bahas sedikit mulai dari Laowa 4mm F2.8 Fisheye, lensa ini sangat unik dan menyuguhkan perspektif yang sangat luas. Dibangun dari tujuh elemen dalam enam grup, dengan diafragma aperture tujuh bilah, rentang aperture dari F2.8 hingga F16, dan jarak pemfokusan minimum 80mm. Versi L-mount lensa ini akan tersedia pada bulan Maret dengan harga yang sangat terjangkau US$199 atau sekitar Rp2,7 jutaan.

Loawa L-mount 3

Lanjut ke Laowa 9mm F2.8 Zero-D, lensa ultra-wide ini dibanderol US$499 atau Rp6,9 jutaan. Dibangun dari 15 elemen dalam 10 grup, termasuk tiga elemen extra-low-dispersion dan Frog Eye Coating (FEC) agar mudah dibersihkan. Fitur lainnya termasuk diafragma aperture tujuh bilah, jarak pemfokusan minimum 12cm, dan punya jarak pemfokusan minimum 12cm.

Loawa-L-mount-4

Beralih ke Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, lensa macro dengan rasio reproduksi maksimum 2:1 memiliki laras yang sangat panjang 40cm. Idenya untuk menjangkau subjek yang sulit didekati dengan lensa macro konvensional dan belakangan cukup hits di kalangan food videografer. Lensa ini dibanderol US$1.499 atau Rp20,9 jutaan, terdiri dari 27 elemen dalam 19 grup, termasuk elemen multiple extra-low-dispersion dan prism. Fitur lain meliputi diafragma aperture tujuh bilah dan rentang aperture dari F14 hingga F40.

Loawa L-mount 5

Terakhir Laowa 25mm F2.8 2.5–5x Ultra Macro juga tidak kalah unik, karena memiliki rasio reproduksi maksimum 2.5:1 dan 5:1. Lensa ini dibanderol US$399 atau Rp5,5 juta, tersusun dari delapan elemen dalam enam grup, dilengkapi diafragma aperture delapan bilah, dengan jarak pemfokusan minimum dari 17,3mm pada pembesaran 5x hingga 23,4mm pada pembesaran 2.5x.

Sumber: DPreview

Bahas Lensa 7Artisans dan yang Perlu Diketahui Sebelum Membelinya

Pada bulan Oktober 2020 lalu, saya akhirnya kesampaian meminang 7Artisans 35mm F1.2. Lensa manual fokus ini sudah lama saya idam-idamkan, karena aperture-nya besar F1.2, bentuknya ringkas dengan material aluminium yang terasa premium, dan tentu saja harganya terjangkau.

Untuk pekerjaan yang menuntut kecepatan seperti garap video dan foto produk, saya masih mengandalkan lensa Sony E 18-105mm F4 G OSS di Sony A6400. Sementara, 7Artisans 35mm F1.2 ini saya jadikan lensa kedua untuk mengisi gap dan bermain kreativitas.

Baru-baru ini dua lensa terbaru 7Artisans telah mendarat di Indonesia, yaitu lensa pancake 7Artisans 18mm F6.3 (Rp925.000) dan yang lagi hot 7Artisans 35mm F0.95 (Rp2.990.000). Sangat menggiurkan bukan? Bagi yang tertarik, berikut rekomendasi dan informasi yang perlu diketahui sebelum membeli 7Artisans.

Dukungan Native Mount

7Artisans-2

7Artisans merancang lensa untuk berbagai sensor berbeda, termasuk Full Frame, APS-C, dan juga Micro Four Thirds (MFT). Salah satu kelebihan lensa 7Artisans ialah produsen lensa asal Tiongkok ini menyediakan dukungan native mount untuk beragam sistem kamera yang berbeda, artinya tidak perlu pakai adapter tambahan.

Pada awalnya, lensa 7Artisans tersedia untuk dudukan Leica M, Sony E, Fujifilm X, Canon EF-M, dan MFT. Belakangan untuk lensa terbarunya juga mendukung dudukan Canon RF dan Nikon Z. Jadi, satu model lensa tersedia dalam banyak mount dan tinggal sesuaikan dengan jenis sistem kamera yang Anda gunakan.

Namun khusus lensa Full Frame untuk kamera rangefinder digital Leica, 7Artisans merancangnya secara khusus dan hanya tersedia untuk Leica M-mount. Meski begitu, 7Artisans menyediakan adapter dari Leica M ke mount kamera mirrorless full frame seperti Sony misalnya.

Lensa Manual Fokus

7Artisans-4

Hal penting yang harus diketahui dan perlu dipertimbangan ialah seluruh lensa besutan 7Artisans tidak mendukung fitur autofocus. Bagi yang belum pernah menggunakan lensa manual fokus, mungkin bakal butuh waktu dan latihan ekstra untuk beradaptasi.

Tips memotret menggunakan lensa manual sudah pernah saya bahas sebelumnya. Ada beberapa pengaturan di kamera untuk membantu mendapatkan fokus seperti fitur focus peaking, focus magnifier, hingga penggunaan continuous shooting bila dibutuhkan.

Yang pasti menggunakan lensa manual 7Artisans sangatlah menantang, bikin sedikit frustasi, tetapi dengan kreativitas hasil bidikannya menjadi lebih unik. Perlu dicatat, karena tanpa pin kontak di lensa untuk berkomunikasi dengan bodi kamera, nilai dari aperture tidak terdeteksi alias selalu nol.

Harga Terjangkau

7Artisans-5
7Artisans 35mm F0.95

Harga yang terjangkau menjadi daya tarik utama dari lensa 7Artisans, mulai dari Rp800.000. Selisihnya jauh dengan lensa fix native buatan pihak pertama, tetapi model mana yang recommended?

Biar lebih mudah, lensa 7Artisans ini terbagi menjadi tiga kasta. Golongan pertama murah meriah, meliputi 7Artisans 25mm F1.8 (Rp790.000), 50mm F1.8 (Rp800.000), dan 18mm F6.3 (Rp925.000). Lensa-lensa ini cocok untuk pemula yang baru ingin coba-coba.

Golongan kedua ialah kelas menengah dengan cita rasa premium dan yang paling direkomendasikan. Mulai dari 7Artisans 55mm F1.4 (Rp1.490.000), 35mm F1.2 (Rp1.590.000), 7.5mm F2.8 (Rp1.990.000), 60mm F2.8 Macro (Rp2.090.000), 12mm F2.8 (Rp2.190.000), dan yang lagi hot 7Artisans 35mm F0.95 (Rp2.990.000).

Bisa dibilang, model lensa yang paling populer dari 7Artisans sejauh ini adalah 55mm F1.4 dan 35mm F1.2. Saat terpasang pada kamera APS-C Sony dan Fuji, panjang fokus tersebut menawarkan ruang pandang tele menengah dengan ekuivalen 82,5mm dan 52,5mm di full frame. Berpadu dengan aperture maksimum besar, hasil bidikannya pun punya bokeh yang menawan.

Untuk 7Artisans 35mm F0.95 pada harga Rp2.990.000 juga penawaran yang sangat menarik dengan kualitas optik lebih baik. Kalau mau menunggu, ada 35mm F1.2 mark II yang diharapkan juga akan segera hadir di Indonesia.

Terakhir golongan ketiga merupakan seri lensa premium dari 7Artisans untuk sistem kamera dengan sensor full frame. Termasuk rangkaian lensa untuk Leica M-mount seperti M75mm F1.25, M50mm F1.1, M35mm F2.0, M28mm F1.4, M35mm F5.6, dan M35mm F1.4. Serta, lensa full frame lainnya seperti 35mm F2.0, 35mm F1.4, dan yang terbaru 50mm F1.05.

 

KamLan KL 32mm F1.1 Adalah Lensa Manual Rp4 Jutaan untuk APS-C dan MFT

Dunia fotografi sangat luas dan mendalam, spesifikasi kamera penting tetapi tidak bergantung pada seberapa mahal dan canggih kamera yang digunakan. Kreativitas the man behind the camera dan lensa yang terpasang juga tak kalah berpengaruh.

Bicara soal lensa, masing-masing jenis lensa memang memiliki keunggulan dan karakteristik uniknya sendiri. Setelah lensa kit, menurut saya seorang penggemar fotografi harus memiliki satu atau lensa lensa prime atau fix. Sebab lensa ini memiliki aperture besar, pilihan lensa, dan harganya juga bervariasi, yang terjangkau ada banyak.

KamLan_32mm_F11_1

Sebut saja dari KamLan, baru-baru ini produsen lensa asal Tiongkok itu telah mengumumkan Kamlan KL 32mm f/1.1. Lensa manual fokus ini dirancang untuk sistem kamera dengan sensor APS-C dan Micro Four Thirds  (MFT) dengan harga US$300 atau sekitar Rp4,2 jutaan.

Saat terpasang dengan kamera mirrorless Fujifilm X-mount dan Sony E-mount, Kamlan KL 32mm f/1.1 menawarkan ruang pandang ekuivalen 48mm di full frame. Pada Canon EOS M series 51,2mm, sedangkan di kamera Panasonic Lumix dan Olympus adalah 64mm, focal length ini sangat populer dan serbaguna.

KamLan_32mm_F11_2

Lebih lanjut, konstruksi lensa Kamlan KL 32mm f/1.1 terdiri dari sembilan elemen dalam tujuh grup, lima diantaranya high-refractive class. Serta dilengkapi dengan diafragma 11 bilah dan memiliki jarak pemfokusan minimum 40cm.

Ring kontrol aperture-nya clickless dengan memiliki rentang aperture f/1.1 hingga f/11 dan ukuran filter depannya 62mm. Focal length sekitar 50mm dan aperture maksimum f/1.1 sudah terbayangkan, bokeh menawan yang dihasilkan.

Sumber: PetaPixel

Lomography Umumkan Lensa Atoll 17mm F2.8 Ultra Wide Art untuk Sistem Kamera Full Frame

Lomography telah membuka campaign crowdfunding untuk lensa terbarunya, Atoll Ultra-Wide 17mm F2.8 Art untuk sistem kamera mirrorless full frame. Lensa manual penuh ini terbuat dari material sandblasted, anodized aluminum, dan rancangan optiknya terdiri dari 13 elemen dalam 10 grup.

Lensa Atoll Ultra-Wide 17mm F2.8 Art memiliki dudukan asli Leica M-mount, namun Lomography menyediakan mount adapter ke Canon RF, Nikon Z, dan Sony E-mount. Dengan focal length 17mm, lensa ini menawarkan bidang pandang 103 derajat pada kamera full frame.

Lomography mengatakan, meski termasuk sangat lebar tetapi diklaim punya distorsi minimal dengan karakteristik warna yang vibrant dan kontras kuat. Serta, dioptimalkan untuk pengambilan foto maupun video dengan mekanisme pemfokusan helicoid.

Selain itu, lensa memiliki ring kontrol aperture yang diredam sehingga dapat beralih aperture dari terbuka penuh ke tertutup penuh dalam satu sapuan tanpa benturan atau klik. Rentang aperture-nya antara f2.8 hingga f22 dan menggunakan diafragma aperture delapan bilah.

Untuk versi Leica M-mount, Atoll Ultra-Wide 17mm F2.8 Art memiliki jarak fokus minimum 25cm. Sementara, versi dudukan Canon RF, Nikon Z, dan Sony E-mount memiliki jarak pemfokusan minimum 10cm berkat penggunaan adapter ‘close-up lens base‘. Ukurannya cukup ringkas, model yang terbesar versi Nikon Z memiliki diameter 73mm dan panjang 91mm.

Harga lensa Atoll Ultra-Wide 17mm F2.8 Art dibanderol US$399 atau (Rp5,6 jutaan) untuk versi Leica M-mount. Sementara, versi dudukan RF/Z/E mount dijual seharga US$449 (Rp6,3 jutaan) khusus penawaran early-bird di Kickstarter. Harga normal lensa ini masing-masing akan dijual US$549 dan US$600. Sejauh ini, Lomography telah berhasil mendanai dan mengirimkan 12 project Kickstarter dan unit pertama akan dikirim ke pendukung pada bulan Agustus 2021.

Sumber: DPreview

ND Filter Bawaan Fujifilm X100V Akhirnya Bisa Digunakan untuk Merekam Video

Fujifilm baru-baru ini mengumumkan perilisan pembaruan firmware baru untuk tiga kameranya, yakni Fujifilm X100V, X-T30, dan X-Pro3. Pembaruan ini akan datang pada akhir bulan Februari 2021 mendatang dan menambahkan fitur baru seperti dukungan untuk Fujifilm X Webcam serta banyak lagi.

Mari mulai dari X100V, dirilis tepat satu tahun yang lalu – X100V merupakan kamera compact premium yang sangat unik. Dikemas dalam bodi rangefinder yang ringkas, menawarkan tombol kontrol manual yang lengkap, serta memiliki hybrid viewfinder optical dan electronic.

Generasi ke-5 dari X100 series ini sudah menggunakan sensor, prosesor, dan lensa baru fix 23mm f/2 generasi kedua. Karena sudah menggunakan sensor CMOS X-Trans 4 26MP dan X-Processor 4, meski berorientasi pada fotografi, kemampuan video X100V juga meningkat signifikan.

X100V juga memiliki ND filter bawaan 4 stop, tetapi hanya bisa digunakan untuk foto. Lewat pembaruan firmware versi 2.00, ND filter tersebut bakal bisa dimanfaatkan untuk perekaman video. Fitur ini cukup berguna, karena memungkinkan menggunakan aperture besar dan menjaga motion blur yang alami dengan shutter speed mendekati 2x frame rate saat syuting di kondisi cahaya berlimpah.

Selain itu, software Fujifilm X Webcam bakal mendukung film simulation pada X100V. Lalu, saat menggunakan fitur digital teleconverter, pengguna kini dapat menyimpan foto dalam RAW + JPEG ke kartu memori.

Lanjut ke Fujifilm X-T30, versi hemat X-T3 ini juga mendapatkan firmware versi 1.40 yang kini dapat digunakan sebagai webcam lewat software Fujifilm X Webcam dengan menghubungkannya ke komputer melalui kabel USB dan mode film simulation juga bisa digunakan. Selain itu, rating informasi yang disimpan di kamera, kini dapat dilihat di software edit foto untuk peningkatan manajemen katalog.

Fujifilm-X-PRO3

Beralih ke Fujifilm X-Pro3 dengan firmware versi 1.20 memungkinkan untuk mengatur posisi bingkai terang ke lokasi bergesernya dalam mode optical viewfinder ketika tombol rana ditekan setengah. Dengan mengaktifkan fitur ini, kamera tidak perlu menyesuaikan kembali posisi binkai setiap kali fokus diperoleh.

Fitur tersebut juga tersedia untuk X100V dan X-Pro3 sendiri merupakan kamera mirrorless yang ditujukan untuk para fotografer berpengalaman yang merindukan sensasi memotret menggunakan kamera film. Punya hybrid viewfinder, dengan dual screen dengan panel LCD utama menghadap ke belakang dan perlu dibalik untuk menggunakannya yang secara dramatis akan mengubah kebiasaan cara memotret para penggunanya.

Sumber: Cined.com

Fujifilm X-E4 Resmi Diumumkan, Kombinasi X-Pro3 & X100V dengan Harga Lebih Terjangkau

Pada tanggal 27 Januari kemarin, Fujifilm menggelar acara virtual bertajuk ‘X Summit Global 2021‘. Di ajang tersebut, mereka memperkenalkan beberapa produk meliputi kamera mirrorless medium format Fujifilm GFX 100S dan lensa GF 80mm F1.7 R WR. Serta, kamera mirrorless APS-C Fujifilm X-E4, lensa XF 27mm F2.8 R WR, dan XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR.

Sesuai judul, di artikel ini saya akan membahas Fujifilm X-E4 dan dua lensa XF terbarunya. Untuk Fujifilm GFX 100S dan lensa GF 80mm F1.7 R WR akan saya bahas pada artikel terpisah.

Fujifilm X-E4

Saya termasuk penggemar Fujifilm, kamera Fuji pertama saya ialah X100F. Saya suka film simulation dan desain rangefinder dengan kontrol manual serta dimensi yang ringkas.

Saat mengulas Fujifilm X-Pro3, kamera tersebut bikin saya mabuk kepayang. Namun saya harus menahan diri karena faktanya LCD yang tersembunyi tersebut menjadi deal breaker buat saya dan faktor harga yang juga belum masuk.

Fujifilm X-T3 dan X-T30 lebih cocok untuk kebutuhan saya, namun desain dan belum adanya film simulation Classic Negative menjadi pertimbangan saya. Fujifilm X100V sangat mempesona, tetapi sempurna untuk kamera sekunder dan saya tidak bisa bekerja dengan satu focal length. Saya hampir memilih Fujifilm X-S10, sudah ada film simulation Classic Negative tetapi tidak sreg dengan desain ala DSLR-nya.

Saya ingin kombinasi Fujifilm X-Pro3 dengan lensa yang dapat ditukar dalam desain seringkas X100V, serta harga yang lebih terjangkau dan memiliki semua mode film simulation terbaru. Itu akhirnya terwujud pada Fujifilm X-E4.

Meski terdapat sejumlah perbedaan, tetapi kalau dipandang sekilas desain Fujifilm X-E4 sangat mirip dengan X100V dan tersedia dalam warna hitam serta silver. Penampilannya tidak lagi kaku seperti X-E3, terlihat lebih modern.

Untuk ukuran dimensi bodinya saja bahkan sedikit lebih ringkas, yakni 121x73x33 mm vs 128x75x53 mm. Fujifilm mengatakan bahwa X-E4 didesain serata mungkin agar lebih mudah masuk ke dalam saku.

Bila dipasang dengan lensa XF 27mm F2.8 R WR yang baru, ukuran X-E4 masih sangat ringkas dan menawarkan focal length ekuivalen 40,5mm yang tidak terlalu jauh dengan 35mm di X100V. Yang juga penting ialah layar sentuh 3 inci beresolusi 1,63 juta dot-nya kini bisa ditarik dan ditekuk hingga 180 derajat ke depan untuk kemudahaan pengambilan foto maupun video dari berbagai macam sudut.

Jendela bidik eletronik-nya punya cup bulat dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot dengan magnification 0.62x. Di pelat atas, masih terdapat dial shutter speed, exposure compensation, tombol shutter beserta tuas on/off, dan ada tambahan tombol Q.

Bagian dalam, Fujifilm X-E4 mengemas sensor BSI-CMOS 4 26MP tanpa IBIS dan digerakkan prosesor gambar quad-core ‘X-Processor 4’ yang menyuguhkan performa autofocus yang sama dengan flagship X-T4. Kamera dapat memotret beruntung 20fps dengan electronic shutter dan 8fps dengan mechanical shutter. Dilengkapi 18 film simulation, termasuk yang terbaru ETERNA Bleach Bypass dan Classic Negative.

Untuk perekam videonya, X-E4 sanggup menangkap footage 4K DCI atau 4K UHD hingga 30fps 4: 2: 0 8-bit dan juga mendukung 4K 30P 4:2:2 10-bit melalui port HDMI-nya. Selain itu, pada resolusi 1080p kamera dapat merekam video frame rate tinggi hingga 240fps.

Fujifilm X-E4 rencananya akan tersedia mulai awal Maret. Dengan harga US$850 atau sekitar Rp12 jutaan untuk body only dan US$1050 atau Rp14,8 jutaan dengan kit lensa 27mm F2.8 R WR.

Fujifilm XF 27mm F2.8 R WR dan Fujifilm XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR

Lensa pancake populer 27mm Fuji akhirnya mendapatkan pembaruan, XF 27mm F2.8 R WR yang baru ini sudah weather-sealing dan memiliki ring aperture yang dapat dikunci tanpa memperbesar ukuran lensa. Filter depannya berukuran 39mm dan beratnya hanya 84mm.

Sementara, XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR merupakan lensa zoom telephoto berukuran ringkas yang menawarkan focal length setara 107mm-457mm pada kamera Fujifilm X-series. Lensa ini menawarkan stabilisasi hingga 5,5 stop, memiliki 17 elemen dalam 12 grup termasuk elemen aspherical dan ED glass.

Jarak fokus minimumnya 83cm dengan perbesaran maksimum 0,33x, ring aperture dan zoom-nya bisa dikunci untuk mencegahnya memanjang saat dibawa. Ukuran filternya 67mm dan mendukung telekonverter Fujifilm 1,4x maupun 2x.

Fujifilm XF 27mm F2.8 R WR akan dijual seharga US$399 (Rp5,6 jutaan) dan US$799 (Rp11,2 jutaan) untuk Fujifilm XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR. Sama seperti Fujifilm X-E4, rencananya kedua lensa juga akan tersedia mulai awal Maret 2021 mendatang.

Sumber: DPReview

Sony Indonesia Umumkan Lensa Full-Frame Seri G Master, FE 35mm F1.4 GM

Lensa dengan jarak fokal ekuivalen 35mm merupakan salah satu lensa populer yang banyak digemari oleh fotografer. Tidak terlalu lebar dan juga tidak begitu sempit, lebih fleksibel bila dibandingkan dengan lensa 50mm.

Untuk foto portrait atau objek jarak dekat, perspektifnya masih relatif normal dan tetap mendapatkan bokeh yang dramatis bila menggunakan aperture besar. Sementara, bila ingin memotret area yang lebih luas cukup mundur beberapa langkah.

Bagi pengguna kamera mirrorless full frame Sony, terdapat beberapa opsi lensa 35mm native. Sebut saja Sony FE 35mm F1.8, Sony Distagon T* FE 35mm F1.4 ZA, dan Sony FE 35mm F2.8 ZA Carl Zeiss Sonnar T*.

[FOTO 2] Tampilan Lensa FE 35mm F1.4 GM dengan Sony Alpha 7R IV

Kini Sony melengkapinya dengan merilis lensa 35mm seri G Master, yakni Sony FE 35mm F1.4 GM (model SEL35F14GM). Lensa ini menawarkan kualitas gambar kelas atas, bokeh yang indah, autofocus cepat untuk berbagai penggunaan seperti pemotretan landscape, portrait, dan street photography, baik still maupun video.

Sony FE 35mm F1.4 GM akan segera tersedia di Indonesia mulai bulan Februari 2021 dengan harga Rp22.999.000. Pemesanan secara pre-order dapat dilakukan mulai tanggal 21 Januari – 7 Februari 2021 di seluruh Sony Authorized Dealers dan offline stores. Setiap pembelian dalam masa pre-order akan mendapatkan hadiah bundling spesial berupa strap eksklusif peak design, Alpha special edition senilai Rp499.000.

Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia menyampaikan, “Sony memiliki misi untuk menghiasi dunia dengan kekuatan kreativitas dan teknologi, sehingga kami merancang lensa FE 35mm F1.4 GM agar dapat menangkap momen yang perlu disimpan selamanya dengan sempurna. Dengan resolusi istimewa dan teknologi fokus pintar, dibungkus oleh desain yang kecil dan ringan, FE 35mm F1.4 GM merupakan lensa esensial yang tidak akan mengurangi kualitas gambar.”

[FOTO 1] Tampilan Lensa FE 35mm F1.4 GM

Ukuran lensa ini cukup ringkas, diameternya 76x96mm dengan diameter filter 67mm dan bobotnya hanya 524 gram, sehingga sangat cocok bila dipasangkan dengan Sony A7C. Pada bodi lensa terdapat focus hold button dan tombol mode fokus untuk beralih ke AF dan MF.

Juga memiliki ring aperture dengan tombol click stops yang dapat dimatikan saat perekaman video. Focus hold button juga dapat digunakan di sejumlah fungsi lain melalui menu bodi kamera, memberikan akses langsung ke fungsi yang penting.

Totalnya punya 14 elemen dalam 10 grup, termasuk dua elemen XA (extreme aspherical) yang dapat secara efektif mempertahankan resolusi di seluruh area gambar. Serta, elemen kaca ED dan penyempurnaan optik lainnya untuk meredam aberasi kromatik dan purple fringing. Punya desain tahan debu dan kelembapan, serta lapisan elemen depan fluor yang dapat menahan air, minyak dan kontaminan lainnya.

Selain itu, lensa Sony FE 35mm F1.4 GM memiliki aperture yang nyaris melingkar berkat konstruksi 11-blade. Punya jarak pemfokusan minimum 27cm dan pembesaran maksimum 0.23x pada mode autofocus. Sistem autofocus-nya mengandalkan dua Motor Linear XD (extreme dynamic) Sony dan memiliki MF Respons Linear yang ideal untuk efek pemfokusan kreatif pada saat merekam video, karena teknologi ini dapat memastikan ring focus untuk merespon kontrol halus saat pemfokusan manual.

Lensa Wide Angle atau Makro? Yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Lensa Laowa

Bicara soal lensa Laowa dari Venus Optics, namanya dikenal luas di kalangan fotografer landscape dan makro sebagai pembuat lensa wide angle atau sudut lebar dan makro yang berkualitas. Dilihat dari portofolio produknya, sangat jelas Venus Optics tidak menargetkan fotografer di level pemula melainkan enthusiast dan profesional.

Sebab lensa-lensa Laowa tidak memiliki fitur autofocus, kontrol fokus dilakukan secara manual. Lalu, meski merupakan produsen lensa pihak ketiga dan berasal dari Tiongkok, harga lensa Laowa tidaklah murah. Namun kualitas optiknya sangat baik, build quality lensanya solid terbuat dari logam, ukurannya compact, dan tetap relatif lebih terjangkau bila dibanding lensa dari pihak pertama.

Tiga fokus utama Venus Optics ialah merancang lensa untuk keperluan landscape, makro, dan cinema. Mereka membuat untuk sistem kamera mirrorless maupun DSLR, untuk berbagai sensor meliputi Micro Four Thirds (MFT), APS-C, full frame, medium format, serta dengan dukungan mounting berbeda termasuk Sony E-Mount, Fujifilm X-Mount, Canon RF, Nikon Z, dan juga L-Mount.

Lantas, apa keunggulan lensa Laowa besutan Venus Optics ini?

Lensa Wide Angle Minim Distorsi

Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift
Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift

Salah satu tantangan memotret dengan lensa wide angle ialah timbulnya efek distorsi perpekstif yang membuat foto terlihat kurang proporsional. Namun sebagai spesialis pembuat lensa sudut lebar, Venus Optics memiliki teknologi khusus untuk meminimalkan distorsi yang disebut Zero-Distortion.

Lini lensa Zero-D Laowa dapat menghasilkan foto sudut lebar yang lebih natural. Beberapa lensa Laowa terbaru dengan teknologi tersebut antara lain Laowa 10mm F2 Zero-D MFT yang menawarkan focal length setara 20mm di full frame, Laowa 15mm F4.5 Zero-D Shift (full frame), dan Laowa 14mm F4 FF RL Zero-D (full frame).

Karakteristik lain lensa wide angle ialah mampu menciptakan efek kelainan bentuk yang menarik apabila memotret dari jarak dekat, yang dapat dimanfaatkan untuk menonjolkan bentuk subjek atau menambah kedalaman foto landscape. Kuncinya perhatian posisi dan sudut pemotretan, karena sedikit pergeseran dapat mengubah perspektif foto.

Lensa Macro dengan Rasio Pembesaran Maksimum 2:1

Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO
Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO

Kepiawaian Venus Optics dalam membuat lensa makro juga tak perlu diragukan lagi. Definisi klasik lensa makro adalah lensa harus mempunyai rasio pembesaran maksimum setidaknya 1:1, namun lensa Laowa menawarkan rasio reproduksi 2x lipat.

Artinya subjek dapat direproduksi dalam ukuran 2x lebih besar pada sensor gambar kamera, misalnya memotret objek 10mm dapat diproyeksikan ke dalam sensor sebagai foto 20mm. Beberapa lensa terbarunya antara lain Laowa 50mm F2.8 2X Ultra Macro APO untuk MFT, Laowa 65mm F2.8 2x Ultra Macro APO untuk APS-C, dan Laowa 100mm F2.8 2X Ultra Macro APO untuk full frame.

Semakin panjang focal length, kita akan mendapatkan jarak kerja yang lebih jauh sehingga tidak perlu sangat dekat dengan objek. Namun yang unik, Venus Optics juga menawarkan lensa makro sudut lebar seperti Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, Laowa 25mm F2.8 2.5-5X Ultra Macro, dan Laowa 15mm F4 1:1 Macro.

Lensa makro sudut lebar memberikan kedalaman bidang yang relatif lebih dalam, lebih mudah mendapatkan ketajaman yang merata. Adapaun tantangan memotret dengan lensa makro ialah pada saat digunakan pada jarak pendek, lensa memiliki kedalaman bidang sempit. Artinya, harus difokuskan dengan sangat hati-hati untuk mendapatkan detail yang diinginkan.

Sirui 24mm F2.8 1.33x Ialah Lensa Anamorphic Ketiga Sirui, Kampanye Crowdfunding-nya Dimulai

Pada bulan Februari 2020, Sirui memperkenalkan lensa anamorphic pertamanya; 50mm F1.8 1.33x. Lensa ini cukup mengejutkan para video content creator dan filmmaker karena harganya terbilang terjangkau, di Indonesia dijual seharga Rp10,5 juta.

Kemudian Sirui mengumumkan lensa anamorphic keduanya, 35mm F1.8 1.33x pada Juli 2020. Kini lensa anamorphic Sirui mencakup semua focal length terpenting dalam pembuatan sebuah film, Sirui telah memulai kampanye crowdfunding di Indiegogo untuk lensa anamorphic wide-angle 24mm F2.8 1.33x.

Seperti sebelumnya, lensa anamorphic 24mm F2.8 1.33x memungkinkan merekam video dalam aspek rasio 2.4:1. Lensa ini dirancang untuk sistem kamera APS-C dan tersedia dalam berbagai mount kamera. Mulai dari Canon EF-M mount, Fujifilm X-mount, Micro Four Thirds (MFT), Nikon Z-mount, dan Sony E-mount.

Lebih detail, lensa anamorphic terbaru Sirui ini terdiri dari 13 elemen dalam 10 kelompok. Dilengkapi aperture dengan diafragma delapan bilah, dengan rentang F2.8 hingga F16, dan punya minimum focusing distance 80mm.

Dimensi lensa dan bobotnya agak berbeda tergantung pada mount yang dipilih, panjangnya berkisar 125mm, diameter 65mm, dan bobotnya antara 770 sampai 810 gram. Selain harga terjangkau, daya tarik lensa ini ialah ukurannya yang ringkas meski dimensinya sedikit lebih besar bila dibandingkan model 50mm dan 35mm.

Harga normal lensa anamorphic Sirui 24mm F2.8 1.33x dibanderol US$999 atau sekitar Rp13,9 jutaan dan US$749 atau Rp10,4 jutaan khusus penawaran terbatas early-bird di Indiegogo. Bila ingin memborong ketika model yakni 50mm, 35mm, dan 24mm – tersedia paket seharga US$2.098 atau Rp29,2 jutaan.

Sumber: DPreview

Zenit Umumkan Lensa Zenitar 50mm F1.5 untuk Sony E-Mount

Zenit telah mengumumkan lensa prime terbarunya, Zenitar 50mm F1.5 untuk sistem kamera Sony E-Mount dengan sensor full frame. Lensa ini sepenuhnya manual tanpa elektronik di dalamnya dan kontruksi lensa seluruhnya terbuat dari kaca dan logam.

Optik baru pada Zenitar 50mm F1.5 dikatakan sesuai untuk fotografi sehari-hari dan juga untuk foto portrait. Memiliki rentang aperture f1.5 sampai f22, namun spesifikasi detail seperti jumlah dan elemen yang digunakan, serta harga masih belum diungkap.

Produsen lensa asal Rusia ini dikenal memiliki lensa dengan karakteristik optik retro yang digandrungi oleh kalangan street fotografer dan penggemar kamera rangefinder 35mm. Desain Zenitar 50mm F1.5 akan memiliki karakteristik yang sama dengan lensa Zenit untuk Sony E-Mount yang dirilis sebelumnya.

Lensa dengan focal length ekuivalen 50mm di full frame memang sangatlah populer dan bisa dibilang lensa wajib yang harus dimiliki oleh fotografer pemula. Sudut pandang yang ditawarkan sangat mirip dengan apa yang dilihat oleh mata.

Aperture maksimum yang besar memungkinkan menggunakan shutter speed lebih cepat. kualitas foto yang dihasilkan juga sangat menyenangkan dengan bokeh yang artistik dan dapat diandalkan di kondisi minim cahaya.

Zenit sendiri memiliki sejarah panjang dalam memproduksi kamera dan optik, mereka mengatakan akan ada tujuh lensa baru dengan dudukan berbeda yang akan dirilis tahun 2021 ini. Dua diantaranya termasuk Zenitar 50mm F1.5 dan Zenitar 35mm F2.

Sumber: Digitalcameraworld