Lucid Air Bakal Jadi Mobil Pertama yang Mengusung Integrasi Dolby Atmos

Ketika membicarakan mengenai mobil listrik, saya selalu mempunyai ekspektasi bahwa yang lebih modern bukan cuma sistem penggeraknya saja, melainkan juga sistem hiburan yang tertanam di dalam kabinnya. Kalau perlu contoh, kita bisa melihat Tesla Model S dan Model X versi terbaru yang sistem infotainment-nya mempunyai daya komputasi setara console next-gen.

Kedua mobil tersebut juga turut mengemas sistem audio yang sangat mumpuni, dengan 22 speaker dan total daya 960 watt, tidak ketinggalan pula teknologi active noise cancellation. Namun tentu saja Tesla bukan satu-satunya produsen mobil listrik yang serius perihal sistem hiburan. Contoh lainnya bisa kita lihat dari Lucid Motors.

Di ajang SXSW yang berlangsung secara online tahun ini, Lucid mengumumkan bahwa mobil perdananya, Lucid Air, bakal jadi mobil pertama yang dilengkapi sistem audio Dolby Atmos. Lucid menamai sistemnya dengan istilah Surreal Sound, dan nama tersebut merujuk pada pengalaman audio immersive yang mampu dihasilkan oleh 21 unit speaker yang tertanam di dalam kabin milik sedan mewah tersebut.

Integrasi teknologi Dolby Atmos berarti separasi suara tak hanya bisa dilakukan dari poros horizontal saja (depan ke belakang, atau kiri ke kanan), melainkan juga dari poros vertikal (atas ke bawah). Ini berarti distribusi suara bisa diarahkan lebih tinggi atau lebih rendah, baik itu musik maupun bunyi indikator dari beragam fungsi yang diaktifkan.

Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors
Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors

Dalam pengembangannya, tim engineering Lucid berkolaborasi langsung dengan Dolby guna memaksimalkan implementasi teknologi Atmos. Dengan begitu, Lucid pun mampu memikirkan skenario-skenario penggunaan yang spesifik, seperti misalnya ketika ada seorang penumpang yang duduk di belakang yang lupa mengenakan sabuk pengaman.

Berkat Atmos, bunyi peringatan yang terdengar bukan berasal dari dashboard, melainkan langsung dari tempat sang penumpang itu duduk di baris belakang. Skenario lainnya adalah ketika menyalakan mobil, di mana suara akan terdengar dari semua sudut ketimbang hanya dari depan sang pengemudi. Bahkan suara yang sesimpel bunyi indikator lampu sein pun juga akan terdengar berasal dari arah yang sesuai.

Seperti yang kita tahu, mobil listrik sangatlah hening jika dibandingkan dengan mobil bermesin bensin. Saking heningnya, sering kali suara yang terdengar di dalam kabin hanyalah suara gesekan ban dengan aspal saja. Mungkin itulah yang akhirnya mendorong produsen mobil listrik untuk berinvestasi lebih di bidang audio.

Saya berani berargumen seperti itu karena pada kenyataannya bukan cuma Lucid yang bermitra dengan perusahaan audio ternama dalam menggarap sound system untuk mobilnya. Belum lama ini, Audi dilaporkan telah bekerja sama dengan Sonos untuk mengembangkan sistem audio buat mobil listrik terbarunya, Q4 e-tron, yang akan menjalani debutnya pada bulan April mendatang.

Sumber: The Verge dan Lucid Motors.

Sedan Elektrik Mewah Lucid Air Siap Mengaspal Tahun Depan

2021 nanti, Tesla Model S bakal kedatangan rival baru yang cukup berat bernama Lucid Air. Kalau namanya kedengaran familier, itu karena Anda sudah pernah membaca beritanya sejak tahun 2016 lalu, tepatnya ketika Lucid Air masih berstatus konsep karya eks karyawan Tesla.

Sekarang, Lucid Motors sudah siap memperkenalkan versi final Air yang akan diproduksi secara massal. Dilihat dari luar maupun dalam, penampilannya ternyata tidak jauh berbeda dari sketsa versi konsepnya ataupun prototipe yang sempat dikendarai oleh YouTuber Marques Brownlee di tahun 2017.

Bicara soal dimensi, Air rupanya sedikit lebih ringkas daripada Model S. Kendati demikian, interiornya masih terkesan sangat lapang. Berhubung ini merupakan mobil elektrik, bagasinya ada di belakang sekaligus depan, dan Lucid mengklaim bagasi depan Air adalah yang paling luas di antara mobil elektrik lain.

Satu elemen desain yang cukup menarik bisa kita dapati pada penutup bagasi depannya. Tampak ada dua ventilasi udara di situ meski tidak ada mesin di baliknya. Usut punya usut, lubang ini disiapkan untuk mengalirkan udara ke arah lampu LED-nya supaya tetap dingin, sekaligus meningkatkan aerodinamika Air secara keseluruhan.

Masuk ke dalam, kita akan langsung disambut oleh dashboard yang minimalis sekaligus futuristis. Untungnya tidak seminimalis mobil-mobil terbaru Tesla, sebab kita masih bisa melihat beberapa tombol dan tuas kendali di samping dua layar besarnya.

Layar yang pertama diposisikan persis di depan pengemudi dan dibagi menjadi tiga zona yang berbeda. Zona yang paling kiri adalah satu-satunya yang tidak dibekali panel sentuh, berfungsi untuk menampilkan berbagai indikator. Zona yang tengah punya peran seperti panel instrumen tradisional, menampilkan informasi-informasi esensial macam kecepatan, sisa jarak tempuh, dan lain sebagainya.

Zona yang paling kanan, yang berada di tengah dashboard, adalah yang menampilkan informasi navigasi serta multimedia. Kalau memerlukan akses yang lebih lengkap ke sistem infotainment mobil, pengemudi atau penumpang depan bisa memanfaatkan layar kedua yang berada di konsol tengah. Layar kedua ini retractable, yang berarti ia bisa disembunyikan saat sedang tidak diperlukan, atau saat hendak mengambil barang yang tersimpan di kompartemen di baliknya.

Secara keseluruhan, saya suka dengan interior mobil ini. Dashboard-nya terkesan jauh lebih familier daripada milik Tesla Model S, tapi di saat yang sama tidak melupakan aspek-aspek yang membuatnya pantas menjadi mobil masa depan. Salah satunya adalah sistem facial recognition, yang akan mengenali wajah pengemudi pada saat mobil dinyalakan, lalu langsung menetapkan opsi-opsi pengaturan sesuai preferensinya.

Beralih ke soal performa, di sini kita bisa paham mengapa mobil ini digadang-gadang sebagai ‘pembunuh’ Tesla. Varian termahalnya, yakni Lucid Air Dream Edition yang dibanderol mulai $169.000, mengemas hanya dua motor elektrik saja, satu di depan dan satu di belakang. Meski begitu, total output daya yang sanggup dihasilkannya mencapai angka 1.080 horsepower, dan akselerasi 0 – 100 km/jam bisa dicatatkannya dengan mudah dalam waktu 2,5 detik saja.

Lucid Air bisa digeber hingga mencapai top speed 270 km/jam. Semua angka ini sesuai dengan klaim awal ketika Air masih berwujud konsep. Yang meleset adalah angka-angka seputar efisiensi dayanya. Meleset dalam artian positif, sebab mobil ini ternyata jauh lebih irit lagi daripada yang diperkirakan empat tahun silam.

Jarak tempuh paling jauh ini bisa didapat melalui varian termahal kedua, yaitu Lucid Air Grand Touring yang dihargai $139.000. Varian ini tidak seberingas Dream Edition – tapi tetap masih sangat ngebut dengan total daya sebesar 800 hp – akan tetapi jarak tempuh maksimumnya mencapai angka 832 km dalam sekali charge.

Yang lebih mengesankan lagi adalah, baterai berkapasitas 113 kWh miliknya ini bisa diisi ulang dengan sangat cepat. Saat disambungkan ke jaringan DC Fast Charging, pengisian selama 20 menit sudah cukup untuk menyuplai daya yang setara dengan jarak tempuh 482 km. Dengan kata lain, 20 menit charging sudah bisa mengisi lebih dari separuh kapasitas baterainya. Anggap saja ini SuperVOOC tapi untuk mobil.

Lucunya, charger bawaan Lucid Air juga bersifat bi-directional, yang berarti mobil ini bisa menerima sekaligus menyalurkan energi listrik. Jadi seandainya diperlukan, Lucid Air dapat berperan sebagai genset dadakan untuk menyalurkan daya ke rumah yang aliran listriknya terputus.

Lalu bagaimana dengan kemampuan berkendara otomatisnya? Secara total, Lucid Air mengemas 32 sensor, termasuk halnya sensor ultrasonik, radar, maupun LIDAR beresolusi tinggi. Dipadukan semuanya, Lucid Air mampu mewujudkan autonomous driving Level 2, setara dengan yang dicatatkan Tesla Autopilot sejauh ini. Ke depannya, Lucid optimis dapat menyuguhkan Level 3 menggunakan hardware yang sama.

Dengan harga setinggi $169.000, Lucid Air pada dasarnya sudah masuk di kelas sedan mewah seperti Mercedes-Benz seri S-Class. Memang mudah sekali membandingkan mobil ini dengan Tesla Model S, akan tetapi Lucid Motors sebenarnya ingin mobil ini bisa menarik perhatian para pemilik mobil mewah seperti Mercy S-Class.

Dalam wawancaranya bersama Bloomberg baru-baru ini, Peter Rawlinson selaku CEO Lucid Motors mengatakan bahwa Air mereka tujukan buat pemilik S-Class yang sempat tertarik dengan mobil elektrik berkat inovasi Tesla, tapi sejauh ini belum sudi meninggalkan sedan mewah kesayangannya itu sepenuhnya.

Semua itu baru bisa terjawab paling cepat kuartal kedua tahun depan, tepatnya ketika Lucid Air Dream Edition mulai mengaspal di Amerika Serikat secara resmi. Memasuki tahun 2022, Lucid berencana memperkenalkan varian termurah Air yang harganya diperkirakan berada di bawah $80.000, tentu saja dengan performa dan efisiensi yang lebih inferior.

Kejutan lain bernama Project Gravity

Dalam livestream peluncuran Lucid Air, Lucid juga sempat membocorkan sedikit tentang mobil kedua yang sedang mereka garap. Sejauh ini baru dinamai Project Gravity, SUV ini dibangun di atas platform yang sama seperti Lucid Air.

Tanpa perlu terkejut, gaya desain yang diadopsi sama minimalisnya seperti Lucid Air. Bentuknya kelihatan gagah dan menggambarkan sebuah SUV yang siap melahap segala medan, berbeda dari Tesla Model X yang sepintas lebih menyerupai crossover berkat atapnya yang melandai.

Sejauh ini belum banyak yang Lucid bagikan mengenai Project Gravity, namun mereka memastikan kabinnya cukup luas untuk menampung tujuh penumpang dewasa sekaligus. Performa dan efisiensi dayanya belum diketahui, tapi kalau boleh menebak, kemungkinan sedikit di bawah Air karena dua hal: wujud SUV yang tidak seaerodinamis sedan, dan bobot yang semestinya lebih berat.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, SUV mewah bermesin listrik ini akan terealisasikan pada tahun 2023.

Sumber: CNET dan Lucid Motors.

RED Siapkan Kamera 8K untuk Menciptakan Konten Hologram Buat Smartphone Perdananya

Ambisi RED untuk menelurkan smartphone perdananya, Hydrogen One harus tertunda sampai Agustus nanti. Penundaan ini bisa dimaklumi mengingat ponsel tersebut memang menjanjikan sesuatu yang belum eksis di pasaran saat ini, yakni display berteknologi hologram, atau yang kerap disebut dengan format 4-View (4V).

Pertanyaannya, kamera apa yang dapat dipakai kreator untuk menghasilkan konten 4V tersebut? Tanpa harus terkejut, RED pun sedang menyiapkan kamera khusus. Mereka tidak sendirian dalam mengembangkannya, tapi juga ditemani oleh produsen kamera 3D LucidCam.

Kamera ini bukan sebatas konsep. RED sudah punya prototipe fungsionalnya yang didemonstrasikan di hadapan sejumlah media terpilih pada tanggal 19 Mei kemarin. Desainnya tidak jauh-jauh dari kamera buatan RED lainnya, sebab memang RED sendiri yang mengerjakan hardware-nya.

Ketimbang menyematkan satu sensor 8K, di sini RED menggunakan kombinasi dua sensor 4K yang tersinkronisasi, dibantu oleh sebuah beam splitter untuk menghasilkan output 4V dalam resolusi 8K. Sejauh ini prosedurnya terkesan rumit, dan di sinilah letak peran produsen LucidCam itu tadi.

RED 8K 4V camera

Mereka telah meminjamkan teknologi 3D Fusion yang menjadi andalannya selama ini, yang diklaim memungkinkan kamera untuk menghasilkan gambar atau video 4V secara real-time dan tanpa ribet. Ibarat menggunakan kamera point-and-shoot biasa kalau kata Han Jin, pendiri sekaligus CEO Lucid.

Dari situ konten yang dihasilkan bisa langsung dinikmati di Hydrogen One. Namun yang tidak kalah unik adalah, ponselnya sendiri bisa dilibatkan dalam proses produksi, dengan cara dipasangkan langsung ke kamera dan beralih fungsi menjadi viewfinder.

Rencananya, kamera yang belum memiliki nama resmi ini bakal meluncur ke pasaran pada kuartal keempat tahun ini. Harganya juga belum diketahui, tapi kalau melihat rekam jejak RED, sudah pasti masuk kategori mahal.

Sumber: DPReview.