Panasonic dan Leica Umumkan Sepasang Lensa L-mount

Dalam waktu yang berdekatan, Panasonic dan Leica telah mengumumkan masing-masing satu lensa L-mount terbarunya. Adalah lensa zoom telephoto Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS dan lensa fix wide angle APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH.

Mari bahas mulai dari Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS, lensa ini memiliki 17 elemen dalam 11 grup termasuk elemen ultra extra low-dispersion, extra low-dispersion, dan ultra high-refractive index glass. Grup fokusnya digerakkan oleh motor linier dan diklaim punya focus breathing yang minim untuk menangani kebutuhan video.

Lensa Panasonic tersebut dilengkapi image stabilizer dan mendukung Dual Image Stabilizer (IS) yang dapat mengurangi guncangan hingga 5,5 stop. Jarak fokus minimumnya 54cm pada sudut lebar dan dapat menangkap gambar makro setengah ukuran aslinya pada focal length 300mm (pembesaran maksimum 0,5x).

Bodi lensanya tahan terhadap debu dan kelembaban, serta dapat berfungsi pada kondisi ekstrem 10°C atau +14°F. Beratnya mencapai 790g dengan ukuran filter ulir 77mm. Rencananya lensa Panasonic Lumix S 70-300mm F4.5-5.6 Macro OIS akan dikirimkan pada bulan April dengan harga promo $999 (Rp14 jutaan) dari harga normal US$1249 (Rp17,5 juta).

Beralih ke Leica APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH yang sangat cocok untuk fotografi reportase, interior, dan arsitektur. Lensa ini memiliki 13 elemen, 6 diantaranya elemen aspherical, dengan beberapa elemen berjenis anomalous partial dispersion untuk mengurangi chromatic aberration. Jarak fokus minimumnya 24cm dengan pembesaran maksimum 0,2x.

Grup fokus digerakkan oleh motor penggerak yang disebut Leica ‘Dual Syncro Drive‘. Memiliki desain cincin fokus manual baru yang menggunakan medan magnet untuk meningkatkan daya tanggap dan presisi. Lensa ini juga sudah weather-sealed, beratnya 700 gram tanpa hood, dan ukuran filternya 67mm. Harga Leica APO-Summicron-SL 28mm F2 ASPH dibanderol US$5.195 atau sekitar Rp73 jutaan.

Sumber: Dpreview 1 dan 2

Panasonic Lumix BGH1 Mendapat Restu untuk Produksi Film Netflix Original

Pada bulan Oktober lalu Panasonic memperkenalkan kamera video dengan desain modular kotak, bernama Lumix DC-BGH1. Kamera ini mengemas sensor Micro Four Thirds (MFT) Live MOS 10,2MP, dengan teknologi Dual Native ISO, dan prosesor gambar Venus Engine.

Sekarang Lumix DC-BGH1 sudah mendapat restu dari Netflix dan bisa digunakan sebagai kamera utama untuk pembuatan film Netflix Original. Lumix BGH1 pun menjadi kamera dengan sensor Micro Four Thirds pertama dan satu-satunya yang disetujui oleh Netflix.

Netflix 1

Menurut standar Netflix, film Netflix Original harus direkam setidaknya 90% menggunakan salah satu kamera yang disetujui. Daftar ini mencakup kamera cinema mahal seperti ARRI Alexa LF, Canon C700, RED Komodo 6K, dan Sony FX9.

Untuk kamera kelas prosumer, sebelumnya juga sudah ada Panasonic Lumix SH1. Kamera mirrorless full frame yang dibanderol sekitar Rp60 juta untuk body only ini menjadi opsi terjangkau untuk pembuatan film Netflix Original. Namun Lumix DC-BGH1 lebih terjangkau lagi, harganya setengah dari Lumix SH1 yaitu US$1.999 atau sekitar Rp28 jutaan.

BGH1_Netflix

Pengaturan video yang disarankan oleh Netflix saat menggunakan Lumix DC-BGH1 ialah merekam dalam codec 4:2:2 10-bit All-i 400Mb/s, menggunakan V-Log L, dengan resolusi 4096×2160 piksel atau 3840×2160 piksel dalam format mov. Lumix DC-BGH1 juga disertifikasi untuk pengambilan gambar anamorphic di Academy Ratio 4:3.

Sumber: DPreview

Software Lumix Streaming Kini Tersedia untuk MacOS

Bulan Juni lalu, Panasonic telah meluncurkan software yang menambah fungsi kamera mirrorless Lumix menjadi webcam. Adalah Lumix Tether for Streaming (beta) atau Lumix Streaming yang saat dirilis hanya tersedia untuk platfrom Windows 10.

Kini software Tether for Streaming juga telah tersedia untuk pengguna komputer dengan sistem MacOS. Sayangnya, model kamera yang didukung masih sedikit yaitu Lumix GH5, G9, GH5S, S1, S1R, dan S1H.

Sebagai informasi, Lumix Tether for Streaming ini dikembangkan berdasarkan Lumix Tether (Versi 1.7) yang awalnya dirancang untuk tethered shooting. Sehingga menampilkan elemen-elemen UI seperti autofocus dan control panel pada monitor PC.

Saat sesi video conferensi, tentu hal itu cukup mengganggu dan solusinya Panasonic menambahkan mode live view pada Lumix Streaming. Hal ini memungkinkan pengguna memilih opsi ‘camera view only‘, di mana elemen-elemen UI tersebut bisa disembunyikan atau ditampilkan selama USB tethering sesuai kebutuhan.

Selain itu, Panasonic juga mengumumkan pengembangan software yang disebut ‘Lumix Webcam’ untuk Windows dan MacOS. Apa bedanya
Tether for Streaming dengan Lumix Webcam?

Tether for Streaming pada dasarnya program untuk tethered shooting. Pengguna perlu menginstall software broadcasting supaya komputer dapat mendeteksi output tampilannya, sebelum akhirnya bisa digunakan pada layanan video conference seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya.

Sementara, dengan Lumix Webcam bisa langsung bisa digunakan untuk live streaming dan layanan video conference. Lumix Webcam rencananya akan dirilis pada bulan September di platform Windows 10 dan Oktober untuk macOS.

Kemudian, Panasonic juga merilis update firmware untuk enam kameranya yaitu Lumix GH5, GH5S, G9, G95, G85, dan GX9. Update kali ini terkait peningkatan kompatibilitas dengan Tripod Grip DMW-SHGR1 terbaru dari Panasonic dan menambahkan ‘operational stability‘ dengan lensa Lumix G Vario 12–32mm / F3.5–5.6

Sumber: DPreview

Susul Canon dan Fujifilm, Panasonic Kini Juga Punya Software untuk Ubah Kamera Jadi Webcam

Webcam semakin laris selama pandemi. Bagaimana tidak, hampir setiap hari kita selalu melangsungkan sesi video conference, dan itu pada akhirnya memicu sejumlah pabrikan untuk lebih kreatif lagi.

Adalah Canon yang memulai. Akhir April lalu, mereka merilis software PC yang berfungsi untuk mengubah beberapa kamera besutannya menjadi webcam. Satu bulan setelahnya, Fujifilm langsung menyusul dengan solusi serupa, mempersilakan konsumen untuk terlihat lebih profesional selama video conference berkat kualitas video dari kamera mirrorless yang jauh lebih superior ketimbang webcam standar.

Sekarang, giliran Panasonic yang meluncurkan software sejenis bernama Lumix Tether for Streaming. Premisnya mirip seperti yang Canon dan Fuji tawarkan; pasca instalasi software, cukup sambungkan kamera ke PC via USB, maka pengguna dapat memilihnya sebagai kamera input di aplikasi video conference.

Sayangnya, berhubung software ini masih beta, kekurangannya sejauh ini adalah, pengguna juga perlu meng-install software broadcasting macam OBS supaya PC dapat mendeteksi output tampilannya, sebelum akhirnya diteruskan ke Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pengguna juga perlu menggunakan mikrofon eksternal untuk menangkap audio.

Sebelum ini, Panasonic sebenarnya sudah punya software Lumix Tether standar yang dapat dipakai untuk keperluan serupa. Yang berbeda, versi barunya ini dapat menghapus tampilan elemen-elemen UI seperti kotak autofocus dan lain sejenisnya, sehingga yang kolega Anda lihat sama persis seperti yang kamera lihat.

Bagi para pemilik Lumix G9, GH5, GH5S, S1, S1R dan S1H, Lumix Tether for Streaming saat ini sudah bisa diunduh lewat situs Panasonic. Pastikan PC Anda menjalankan Windows 10, sebab software ini tidak kompatibel dengan versi sistem operasi lain.

Sumber: DPReview dan Panasonic.

Panasonic Umumkan Lumix G95, Siap Hadapi Sony A6400 dan Fujifilm X-T30

Panasonic telah meluncurkan penerus Lumix G85 yang dirilis sejak tahun 2016, yakni Lumix DC-G95/G90. Kamera ini akan berhadapan dengan lawan-lawan tangguh seperti Sony A6400 dan Fujifilm X-T30 yang juga memiliki capability video mumpuni.

Menurut saya ketiga kamera ini memiliki kemampuan yang bisa dibilang sepadan, mereka sama-sama bisa merekam video 4K pada 30p. Tetapi ada satu fitur penting yang tidak dimiliki oleh dua pesaing kuat tersebut yaitu IBIS.

Lumix G95 memiliki fitur 5-axis Dual IS (Image Stabilizer) 2 yang menggabungkan OIS (Optical Image Stabilizer, 2-axis) dan BIS (Body Image Stabilizer, 5-axis). Guna membantu mendapatkan rekaman video yang lebih smooth saat syuting hand-held atau vlogging.

Lalu, apa saja peningkatan utama dibanding Lumix G85? Pertama, sensor Digital Live MOS tanpa low-pass filter dengan resolusi lebih tinggi; 20 MP (Lumix G85 16 MP). Kedua, dukungan picture profile V-LogL untuk fleksibilitas saat color grading. Lalu yang ketiga, Lumix G95 dilengkapi socket headphone untuk memonitor audio.

Soal desain, Lumix G95 terlihat lebih kekar dengan grip sedikit lebih besar dan memiliki kerangka yang terbuat dari material magnesium alloy. Panasonic juga menambah tiga tombol khusus untuk mengatur white balance, ISO, dan exposure compensation seperti yang dimiliki oleh Lumix GH5.

Layar sentuh 3 inci milik Lumix G95 beresolusi 1,24 juta dot dengan mekanisme fully articulated. Di atasnya ada electronic viewfinder (EVF) dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot.

Lebih jauh, Lumix G95 mengemas prosesor Venus Engine dan teknologi auto focus DFD (Depth From Defocus). Untuk membekukan subjek yang bergerak, kamera ini dapat menjepret beruntun 9 fps (AFS) dan 6 fps (AFC).

Panasonic-Lumix-G95

Panasonic Lumix G95 ini bisa merekam video 4K UHD pada 30 fps atau 24 fps, tapi dengan crop 1,25x. Agak disayangkan mengingat sensor Micro Four Thirds itu sendiri memberikan bidang pandang sudah cukup sempit. Sementara, pada resolusi 1080p mendukung hingga frame rate 120 fps.

Rencananya Lumix G95 akan tersedia mulai bulan Mei di pasar global dengan harga US$1199 atau sekitar Rp16,9 jutaan dengan lensa kit 12-60mm F3.5-5.6 ASPH Power OIS zoom. Sebagai pembanding, saat ini Lumix G85 body only dibanderol Rp9 juta dan Rp11 juta dengan lensa kit 14-42mm F3.5-5.6 OIS di Indonesia.

Semoga saja, Panasonic bisa gerak cepat dan membawa Lumix G95 ke Tanah Air bersama Lumix S1 dan S1R yang kabarnya akan dirilis bulan April ini.

Sumber: DPreview

Kamera Super Zoom Panasonic Lumix FZ1000 II, Andalkan Optical Zoom 16x dan Perekam Video 4K

Kepopuleran kamera mirrorless dan pesatnya perkembangan teknologi kamera smartphone, membuat peminat kamera point-and-shoot terus menurun. Namun jenis kamera ini belum sepenuhnya ditinggalkan, sejumlah produsen kamera juga masih rajin merilis produk baru.

Yang terbaru, Panasonic telah mengumumkan Lumix FZ1000 II. Kamera digital super zoom ini mengusung sensor MOS 1 inci 20,1-megapixel, dengan lensa Leica DC 24-400mm (setara 35mm), rentang aperture f2.8-4.0, dan menawarkan kemampuan optical zoom sebanyak 16x.

7852977727

Focal lenght yang sangat panjang, tentunya membutuhkan sistem peredam getar yang andal. Panasonic pun membenamkan teknologi hybrid Optical Image Stabilizer 5-axis (OIS+). Fitur Level Shot juga tersedia, yang secara otomatis mendeteksi garis-garis horizontal agar hasil fotonya tidak miring.

Sebagai kamera point-and-shoot, lensa pada Lumix FZ1000 II tidak bisa dilepas tukar meski hadir dengan body seperti kamera mirrorless. Punya grip yang cukup besar, double dial untuk mengatur shutter speed dan aperture secara terpisah, serta double ring untuk mengatur fokus dan zoom.

1537414264

Layar LCD-nya mendukung touchscreen berukuran 3 inci dengan resolusi 1,24 juta dot dan punya mekanisme free-angle. Di atas layar, terdapat OLED live view finder dengan resolusi 2,36 juta dot.

Lumix FZ1000 II juga mampu merekam video 4K 30 fps dalam format MP4 pada bit rate 100 Mbps, frame pada video 4K tersebut bisa diekstrak menjadi sebuah foto. Sementara, perekaman di resolusi 1080p mencapai 120 fps.

Kecepatan foto beruntunnya sanggup hingga 12 fps. Hasil foto dan video bisa langsung dikirim secara instan berkat konektivitas WiFi dan Bluetooth. Daya tahan baterainya diklaim bisa menangani 440 jepretan sekali charge.

Rencananya Panasonic Lumix FZ1000 II akan tersedia pada akhir Maret 2019 dengan harga US$899 atau sekitar Rp12,6 juta. Dengan rentang harga yang sama, kita bisa mendapatkan kamera mirrorless Lumix GX9 atau Lumix GX85 yang lensanya dapat dilepas ganti.

Sumber: DPreview

Panasonic Resmi Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Full-Frame Perdananya, Lumix S1R dan Lumix S1

Setelah sekian lama mendominasi pasar kamera mirrorless full-frame, Sony di tahun 2019 ini bakal menghadapi dengan perlawanan yang cukup sengit dari rival-rival barunya. Salah satunya adalah Panasonic, yang baru saja meresmikan kamera mirrorless full-frame pertamanya, Lumix S1R dan S1, setelah mengungkap teaser-nya pada ajang Photokina 2018 lalu.

Seperti yang sudah kita ketahui sejak pengumuman perdananya, perbedaan antara Lumix S1R dan S1 mirip seperti Sony a7R dan a7. Lumix S1R adalah model yang benar-benar didedikasikan untuk fotografi dengan mengandalkan sensor full-frame 47,3 megapixel. Lumix S1 di sisi lain ‘hanya’ mengemas resolusi 24,2 megapixel pada sensor full-frame miliknya.

Panasonic Lumix S1

Meski demikian, Lumix S1 sebenarnya lebih superior perihal videografi. Kedua kamera memang sama-sama sanggup merekam video 4K 60 fps, akan tetapi Lumix S1R masih mengandalkan metode pixel binning, sementara Lumix S1 benar-benar memanfaatkan seluruh penampang sensornya. Kasusnya ini sama persis seperti di kubu Sony, di mana kalangan videografer lebih banyak yang memilih Sony a7 III ketimbang a7R III.

Perbedaan berikutnya terletak pada mode High Resolution yang ditawarkan kedua kamera: Lumix S1R dapat menghasilkan gambar beresolusi total 187 megapixel, sedangkan Lumix S1 cuma 96 megapixel. Kabar baiknya, perbedaan antara kedua kamera ini terhenti sampai di situ saja.

Panasonic Lumix S1R

Selebihnya, baik Lumix S1R maupun S1 sama-sama merupakan kamera mirrorless full-frame yang sangat kapabel. Performanya pun cukup mumpuni, dengan kemampuan menjepret tanpa henti secepat 9 fps (atau 6 fps dengan continuous AF). Kalau resolusi bukanlah prioritas, pengguna dapat memanfaatkan mode 6K Photo untuk mengekstrak deretan foto beresolusi 18 megapixel dari jepretan dalam kecepatan 30 fps.

Sistem autofocus yang digunakan adalah DFD (Depth From Defocus) generasi terbaru, yang diklaim lebih lihai soal tracking berkat keterlibatan machine learning dalam mengidentifikasi subjek bergerak. Sistem image stabilization 5-axis juga merupakan fitur standar pada kedua kamera ini.

Panasonic Lumix S1R

Terobosan lain yang diterapkan Panasonic datang dalam wujud viewfinder elektronik dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta dot, resolusi tertinggi yang ada saat ini. Refresh rate-nya pun dapat dipilih antara 60 atau 120 fps, lalu di bawahnya masih ada layar sentuh 3 inci beresolusi 2,1 juta dot, yang sayangnya tidak sepenuhnya articulated, melainkan cuma dapat dimiringkan pada tiga poros.

Secara fisik, keduanya sama-sama mengusung sasis magnesium yang siap menerjang cuaca buruk. Dudukan lensa yang digunakan adalah L-Mount bikinan Leica, akan tetapi nantinya juga akan tersedia deretan lensa dari Panasonic sendiri maupun Sigma.

Panasonic Lumix S1R

Lalu kapan Panasonic bakal memasarkannya? Awal April, dengan banderol $3.699 untuk Lumix S1R (body only) dan $2.499 untuk Lumix S1. Bundel bersama lensa baru 24-105mm f/4 juga tersedia seharga $4.599 (S1R) atau $3.399 (S1). Panasonic sepertinya cukup percaya diri dengan debut mereka di ranah full-frame kalau melihat banderol yang lebih tinggi ketimbang duo Sony a7R III dan a7 III.

Sumber: DPReview.

[Review] Panasonic Lumix GF10, Mirrorless MFT Seukuran Kamera Pocket

Sejak me-review kamera mirrorless Panasonic Lumix GH5, saya mengakui bahwa sistem Micro Four Thirds (MFT) punya potensi yang luar biasa. Buat saya, terutama kemampuan perekam video dan fitur-fitur yang ditawarkannya.

Sebelumnya, saya juga telah menulis artikel mengenai tips memilih kamera mirrorless Panasonic dengan sensor MFT. Salah satu yang saya rekomendasikan ialah Lumix GF10, yang akhirnya bisa saya review.

Lumix GF10 ialah mirrorless bersensor Micro Four Thirds dengan form factor kamera pocket. Lensanya dapat dilepas-pasang atau diganti dan dilengkapi fitur yang cukup komplet. Baiklah mending langsung saja, inilah review Panasonic Lumix GF10 selengkapnya.

Desain Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Lumix GF10 mengusung desain rangefinder, bentuknya super ringkas dengan dimensi 107x65x33 mm dan berat 270 gram. Lumix GF10 juga datang bersama lensa Kit 12-32 mm F/3.5-22 yang serba guna dan berukuran tidak kalah ringkas.

Secara garis besar tampilan GF10 masih identik dengan GF9 yang dirilis tahun lalu, dengan mengontraskan komponen metalik dan aksen seperti kulit untuk tampilan yang modis.

Di GF10 Panasonic memberi sedikit sentuhan yakni segaris grip kecil yang membuatnya lebih erat dalam dekapan tangan. Namun selama pemakaian, saya menyarankan Anda untuk tetap mengalungkan tali kamera/strap ke leher untuk mengantisipasi bila terjadi selip.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Monitor LCD touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04k dot dapat diputar hingga 180 derajat untuk selfie maupun vlog dan dilengkapi dengan berbagai sejumlah mode selfie yang disebut Selfie 4K PHOTO. Touch dan drag di layar untuk mendapatkan fokus yang diinginkan.

Tentu saja, dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder, hot shoe, dan input untuk mikrofon eksternal. Pop-up flash masih ada, namun media penyimpanannya mengandalkan microSD.

Bagian atas terdapat tombol shutter yang menyatu dengan sakelar daya untuk menghidupkan dan mematikan daya kamera.  Lalu, ada mode dial untuk berganti mode pengambilan gambar, tombol fisik Fn1 (Function) yang secara default untuk mengakses fitur 4K Photo Mode dan tombol fisik Fn3 untuk fitur Post Focus.

Tombol fisik Fn2 berada di belakang, fungsinya beragam mulai dari membuka quick menu untuk akses cepat ke metering mode dan exposure comp, fungsi kembali, dan juga delete. Lalu, ada tombol disp, tombol playback, dan perekam video.

Kemudian tentu saja, ada control dial untuk menyesuaikan aperture dan shutter speed. Di tengah ada tombol menu, di kelilingi tombol empat arah dengan fungsi berbeda, atas exposure comp, bawah drive mode, kanan white balance, dan kiri AF mode.

Lanjut, ke sisi bagian kiri ada port HDMI dan port microUSB untuk charging. Di bawah ada soket untuk tripod, serta akses baterai dan slot microSD.

Pilihan warnanya ada tiga yaitu black dengan lensa berwarna hitam, serta silver, dan pink dengan lensa berwarna silver. Untuk diketahui, kebanyakan koleksi lensa dari Panasonic berwarna hitam – jadi bila berencana ingin upgrade lensa maka pilihan warna GF10 black adalah yang paling tepat.

Spesifikasi & Fitur Panasonic Lumix GF10

Di dalam Lumix GF10 bernaung sensor Live MOS Digital berukuran Micro Four Thirds (17,3×13 mm) dengan resolusi 16-megapixel (4592×3448 piksel) tanpa Low Pass Filter. Kinerjanya disokong oleh prosesor Venus Engine, dengan rentang sensitivitas ISO 200-25.600 (extends down to 100).

GF10 juga dilengkapi sistem AF Depth from Defocus dan mampu melakukan memotret beruntun 5 fps dengan continuous autofocus. Terdapat pula fitur continuous shooting di mode ‘Self Shot‘ dengan laju 15 fps.

Fitur 4K Photo memungkinkan kamera mengekstrak gambar 8-megapixel dari video 4K yang ditangkap. Fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan, memungkinkan Anda memilih area fokus.

Untuk daya tahan baterainya cuma sebatas di angka 210 jepretan, pastikan jangan melewatkan bonus baterai tambahan bila berencana membeli kamera ini. GF10 sudah dilengkapi konektivitas WiFi, sangat mudah untuk transfer hasil foto ke smartphone atau ingin remote shooting dengan aplikasi bernama Panasonic Image App.

Overall, performa kamera ini tergolong gesit. Dibanding dengan smartphone, GF10 lebih dapat diandalkan untuk mengabadikan aksi-aksi cepat, kondisi low-light, dan mampu merekam video 1080p 60 fps hingga video 4K 30 fps.

Perekam Video Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Meski mungil, jangan sepelekan kemampuan perekam videonya. GF10 mampu merekam video 4K UHD pada 30 fps, 25 fps, dan 24 fps dengan bit rate 100 Mbps. Lalu, resolusi 1080p pada 60 fps dan 50 fps dengan bit rate 28 Mbps. Serta, 1080p pada 30 fps dan 25 fps dalam bit rate 20 Mbps.

Sebagai informasi durasi perekam video 4K pada GF10 dibatasi hanya 5 menit, untuk footage harusnya sudah lebih dari cukup. Dalam praktiknya saya mencoba merekam video 4K pada 30 fps dan 25 fps, namun pada durasi sekitar 3 menit 20 detik – sistem kamera sudah mengeluarkan peringatan bahwa suhu panas pada kamera ini meningkat. Sehingga meski belum mencapai durasi 5 menit, sistem akan menonaktifkan kamera secara paksa.

Sementara, untuk perekaman video 1080p tidak ada masalah. Saya sempat menggunakan GF10 untuk syuting cara merakit PC di Dailysocial TV sebagai kamera kedua selama kurang lebih satu jam dan aman-aman saja.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

GF10 sebenarnya sangat asyik untuk aktivitas vlogging, lensa Kit 12-32 mm sudah cukup lebar. Pasangkan ke mini tripod dan putar layar menghadap ke depan, Anda bisa berkarya.

Absennya hot shoe dan input untuk mikrofon eksternal, membuat kita tidak bisa memasang dan menggunakan aksesori seperti mikrofon eksternal. Solusinya, Anda bisa menggunakan audio terpisah dengan sound recorder. Meski artinya, Anda harus melakukan video editing.

Fitur favorit saya di GF10 ialah silent mode, di mana saya bisa lebih nyaman memotret saat meliput sebuah acara tanpa mengganggu yang lain. Fitur ini juga berguna bagi yang hobi street photography atau human interest, agar tidak mengundang perhatian sehingga tidak mempengaruhi situasi.

Sejumlah fitur penting di Lumix GF10 tersembunyi di pengaturan, yang mana agak repot bila ingin digunakan secara buru-buru. Stabilizer misalnya, GF10 memang belum punya stabilizer di body tapi tersedia di lensa. Singkatnya ada dua mode stabilizer yang disediakan yakni untuk panning atau gerakan kamera secara horizontal dan tilting secara vertikal.

Jadi, cobalah eksplorasi fitur-fitur yang ditawarkan oleh GF10 dan tetahui fitur penting apa yang sering atau memang Anda butuhkan. Lalu, tarik fitur tersebut sebagai shortcut. Berikut sejumlah foto hasil bidikan GF10:

Verdict 

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Bagi Anda yang gemar memproduksi konten video, fitur 4K di sini sangat berguna untuk mengambil footage tertentu. Tapi, hanya sebagai pelengkap saja dan konten video utama pada resolusi 1080p.

Menurut saya, kamera ini cocok buat Anda yang tidak puas dengan hasil foto kamera smartphone. Desainnya yang stylish juga menunjang sebagai pelengkap gaya hidup. Juga recommended sebagai kamera mirrorless pertama dan tertarik mendalami dunia fotografi.

Untuk produksi konten video asyik, tetapi lebih cocok dijadikan sebagai kamera kedua. Pun demikian bagi para fotografer atau enthusiasts photography, ideal buat yang membutuhkan kamera ringkas tapi bisa diandalkan.

Sparks

  • Mampu merekam video 4K
  • Body seringkas kamera pocket
  • Bersensor MFT dan lensa dapat dicopot pasang atau diganti
  • Punya fitur yang terbilang lengkap, seperti silent mode yang sangat membantu

Slacks

  • Perekam video 4K sebatas 5 menit dan overhat saat merekam video 4K
  • Build quality terasa kurang solid

Tips Memilih Kamera Mirrorless Panasonic Lumix dengan Sensor MFT

Sambil menyelam minum air, saat me-review Panasonic Lumix DC-GH5 – saya juga telah menggali informasi lebih dalam mengenai lini kamera mirrorless Panasonic yang tersedia di Indonesia.

Jujur saja saya agak terkejut, kamera berbasis sensor Micro Four Thirds (MFT) ini ternyata amat menarik dan memiliki sejumlah kelebihan dibanding kamera dengan sensor APS-C.

Panasonic sendiri merupakan pioner yang memulai tren kamera mirrorless. Sejauh ini, kamera-kamera Panasonic telah dikenal memiliki kemampuan perekam video yang handal.

Bayangkan saja, di segmen entry-level kita sudah disuguhkan perekam video 4K. Bahkan, di kelas tengah sudah dibenamkan stabilizer 5 axis di body – dua fitur ini masih tergolong mewah.

Untuk pengelompokannya, kamera mirrorless Panasonic terbagi beberapa lini. Mulai dari Lumix GF, Lumix GX, Lumix G, dan Lumix GH – masing-masing lini punya ciri khas dan kelebihan tertentu. Mari bahas satu per satu.

1. Panasonic Lumix GF9 dan GF10 (Rp5,5 Juta
dan Rp7,5 Juta)

Panasonic-Lumix-GF9
Foto: Panasonic Lumix GF9

Di lini saya merekomendasikan Lumix GF9 dan GF10, keduanya mengusung dimensi yang super ringkas dan mengunggulkan fitur-fitur selfie.

Dengan layar sentuh 3-inci yang bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan, mode untuk selfie seperti 4K photo, post focus, dan focus stacking. Serta, konektivitas WiFi untuk mengirim hasil foto secara instan ke smartphone.

Bagian inti dari kamera ini ialah sensor Micro Four Thirds 16-megapixel tanpa low-pass filter, dengan sensitivitas ISO maksimum 25.600, prosesor Venus Engine, dan sistem AF Depth from Defocus.

Panasonic-Lumix-GF10
Foto: Panasonic Lumix GF10

Lalu, apa bedanya Lumix GF9 dan GF10? Dari segi fitur dan spesifikasi keduanya masih identik, perbedaannya ada di desain dan peningkatan performa saja.

Cocok untuk Anda yang mendambakan kamera seukuran kamera pocket, namun dengan fleksibilitas dan kualitas khas kamera mirrorless dengan lensa yang dapat ditukar. Keduanya hadir dengan lensa 12-32mm f/3.5-5.6.

2. Panasonic Lumix GX85 dan GX9 (Rp8 Juta dan Rp12 Juta)

Panasonic-Lumix-GX85
Foto: Panasonic Lumix GX85

Lini ini tetap hadir dalam dimensi yang super ringkas, namun dibekali dengan fitur-fitur yang lebih serius. Misalnya keberadaan hot shoe untuk memasang aksesori dan electronic viewfinder beresolusi 2,7 juta dot yang absen di lini GF.

Namun yang paling mengesankan buat saya ialah hadirnya sistem 5-axis image stabilization yang juga bisa diaktifkan secara bersamaan dengan stabilizer bawaan lensa. Jadi, lebih bisa diandalkan untuk menghasilkan footage yang mulus.

Panasonic-Lumix-GX9
Foto: Panasonic Lumix GX9

Karena terdapat viewfinder, layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot miliknya hanya bisa dimiringkan ke atas hingga 80 derajat atau ke bawah hingga 45 derajat. Keduanya dipaketkan dengan lensa 12-32mm f/3.5-5.6.

Bedanya Lumix GX85 dan GX9 terletak pada bagian intinya, di mana Lumix GX85 menggunakan sensor Micro Four Thirds dengan resolusi 16-megapixel tanpa low-pass filter. Sementara, GX9 mengusung resolusi lebih tinggi yakni 20,3-megapixel yang juga tanpa low-pass filter.

3. Panasonic Lumix G7 dan G85 (Rp7,5 dan Rp11 Juta)

Panasonic-Lumix-G7
Foto: Panasonic Lumix G7

Bila lini Lumix GF dan GX mengandalkan dimensi yang ringkas, seri G hadir dengan body bongsor. Namun dilengkapi dengan fitur-fitur yang membuat para content creator tersenyum.

Apalagi kalau bukan layar sentuh 3 inci resolusi 1,04 juta dot dengan mekanisme fully articalated yang hampir bisa diputar ke segala arah. Lalu, electronic viewfinder beresolusi 2,36 juta dot, hot shoe, dan yang tak kalah penting port mikrofon.

Bicara mengenai spesifikasi, Lumix G7 mengusung sensor Micro Four Thirds beresolusi 16-megapixel. Pun demikian dengan Lumix G85, tetapi tanpa low-pass filter. Keduanya dipaketkan dengan lensa 14-42mm f/3.5-5.6 Lalu, apa bedanya mereka?

Panasonic-Lumix-G85
Foto: Panasonic Lumix G85

Body Lumix G85 lebih bandel berkat pelat depan berbahan magnesium alloy yang tahan cipratan air dan debu. Satu lagi, Lumix G85 telah dilengkapi sistem peredam getar 5-axis image stabilization dan Dual I.S. 2.

4. Panasonic Lumix GH5 dan GH5S (Rp24 Juta dan Rp33 Juta)

Panasonic-Lumix-Gh5
Foto: Panasonic Lumix GH5

Lumix GH ialah lini flagship dari Panasonic, keduanya merupakan kamera mirrorless bersensor Micro Four Thirds yang video sentris. Namun, Lumix GH5S lebih totalitas lagi dalam hal videografi ketimbang versi standarnya.

Bila Lumix GH5 mengusung resolusi 20,3-megapixel, Lumix GH5S hanya dibekali resolusi 10,2-megapixel. Hal ini membuat GH5S jauh lebih sensitif di kondisi minim cahaya.

Panasonic-Lumix-Gh5s
Foto: Panasonic Lumix GH5S

Selain itu, Lumix GH5S memiliki teknologi Dual Native ISO, mampu merekam dalam format 4K DCI  60 fps, mode slow-motion 1080p hingga 240 fps, dan electronic viewfinder dengan refresh rate 120 fps.

Fitur VLog-L yang harus ditebus dengan biaya oleh pengguna GH5, hadir sebagai fitur standar di GH5S. Namun GH5S sama sekali tak memiliki sistem image stabilization.

[Panduan Pemula] Cara Mengirim Foto dan Video dari Kamera Mirrorless Panasonic ke Smartphone

Bicara soal kamera mirrorless besutan Panasonic dengan sensor micro four thirds (MFT), tentunya Anda pasti memuji kemampuan perekam videonya.

Di mana rata-rata kamera mirrorless basic Lumix sudah mampu merekam video 4K, bahkan beberapa diantaranya sudah dibekali fitur 5-axis image stabilization. Fitur-fitur yang diberikan Panasonic juga cenderung lebih lengkap.

Buat Anda para pengguna kamera mirrorless Panasonic, tentunya sudah mengetahui bahwa Panasonic memiliki aplikasi bernama Panasonic Image App. Dengan aplikasi ini kita bisa mengirim hasil foto dan video dengan mudah ke smartphone.

Bagaimana cara menggunakannya? Buat yang belum tahu caranya bisa lanjut membaca, saya akan berikan tutorialnya. Di sini saya menggunakan Panasonic Lumix GH5, mari mulai:

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

  • Langkah pertama, install dulu aplikasi Panasonic Image App di smartphone Android atau iOS Anda.
  • Sekarang nyalakan kamera Panasonic Anda, pergi ke pengaturan, dan cari menu WiFi.
  • Setelah ketemu, pilih WiFi Function > New Connection > Send Images Stored in The Camera > Smartphone > Via Network > Direct > Manual Connection
  • Ribet banget? Panasonic juga menyediakan cara yang lebih mudah, Anda bisa mengaksesnya di tombol Fn di layar dan klik Fn7 untuk mengaktifkan WiFi langsung ke perintah Manual Connection.
  • Kamera akan membuka jaringan WiFi, sekarang ambil smartphone, buka pengaturan WiFi di smartphone, dan hubungkan ke jaringan yang disediakan oleh kamera.
  • Langkah kamu terhubung ke kamera tinggal satu langkah lagi, yakni buka aplikasi Panasonic Image App. cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone
  • Setelah sukses, tinggal pilih foto dan video Anda yang ingin di transfer dari kamera ke smartphone.

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

Itulah cara mengirim foto dan video dari kamera mirrorless Panasonic Lumix ke smartphone Android atau iOS dengan bantuan aplikasi Panasonic Image App.

cara-mengirim-foto-dan-video-dari-kamera-panasonic-ke-smartphone

Selain untuk transfer image, Anda juga bisa menggunakan smartphone sebagai remote control untuk melakukan zoom, menyetel fokus, memotret dari jarak jauh, dan banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here