3 Cara Mudah Menghapus Aplikasi yang Gak Diinginkan dari Laptop

Laptop atau Personal Computer (PC) hadir sebagai perangkat untuk berbagai kegiatan digital baik itu belajar, kerja bahkan untuk bermain. Kebutuhan untuk melakukan hal-hal tersebut tersimpan dalam sistem operasi berbentuk aplikasi.

Adakalanya seorang pengguna merasa tidak menggunakan beberapa aplikasi sehingga lebih baik untuk dihapus demi melonggarkan ruang penyimpanan. Meng-uninstall aplikasi penting juga dilakukan sehingga tidak terlalu membebani proses komputasi perangkat elektronik.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menghapus aplikasi maupun permainan dalam laptop khususnya bersistem operasi Windows.

Berikut DailySocial.ID paparkan langkahnya!

Menghapus Aplikasi Lewat Menu Start

Menghapus Aplikasi Lewat Menu Start
Menghapus Aplikasi Lewat Menu Start
  • Klik menu Start.
  • Gulirkan panel Start ke bawah untuk cari aplikasi atau program yang ingin di-uninstall.
  • Klik kanan ikon aplikasi, lalu klik Uninstall dari menu yang muncul.
  • Konfirmasi dengan klik Uninstall lagi.

Menghapus Aplikasi Lewat Menu Settings

Menghapus Aplikasi lewat menu Settings
  • Klik menu Start.
  • Lalu pilih Settings > Apps > Apps & features.
  • Dari daftar yang disajikan, pilih aplikasi yang ingin dihapus.
  • Lalu klik tombol Uninstall di bawah nama aplikasi.
  • Terakhir, konfirmasi dengan klik Uninstall lagi.

Menghapus Aplikasi Lewat Menu Control Panel

Menghapus aplikasi melalui menu control panel
  • Klik ikon search di taskbar.
  • Cari Control Panel, lalu klik hasilnya.
  • Lalu pilih “Programs” > “Programs and features” > “Uninstall a program“.
  • Sortir aplikasi berdasarkan ukuran, versi, atau tanggal pemasangan aplikasi, bila diinginkan.
  • Klik dua kali pada aplikasi atau program yang ingin dihapus.
  • Konfirmasi dengan klik Yes.

Cara Menghapus Aplikasi di Macbook

Cara Menghapus Aplikasi di MacBook
Menghapus aplikasi pada macOS merupakan hal yang mudah(pixabay)

Cara menghapus aplikasi di Macbook lewat Launchpad 

  • Buka menu Launchpad di Macbook.
  • Tahan tombol Option di keyboard.
  • Klik ikon silang pada aplikasi yang akan dihapus.
  • Klik Hapus, tunggu ikon aplikasi hilang.

Cara menghapus aplikasi di Macbook lewat Pengaturan

  • Buka ikon Apple yang berada di pojok kiri.
  • Klik menu About This Mac.
  • Pilih Storage.
  • Klik opsi Applications.
  • Pilih aplikasi yang akan dihapus.
  • Klik opsi Hapus atau Delete.
  • Konfirmasi dengan input password perangkat untuk menghapus aplikasi.

Cara menghapus aplikasi di Macbook lewat Finder

  • Buka aplikasi Finder.
  • Pilih menu Applications.
  • Pilih aplikasi yang akan dihapus.
  • Klik kanan pada aplikasi.
  • Klik Move to Trash.
  • Konfirmasi dengan input password perangkat untuk menghapus aplikasi.

Kamu bisa mencoba cara-cara tadi untuk menghapus aplikasi yang sudah tidak kamu gunakan. Jangan terlalu lama menyimpan aplikasi dalam laptop/PC yang sudah tidak digunakan.

Sebab selain aplikasi tersebut memenuhi ruang, alhasil bisa saja jika terlalu lama justru akan mengganggu kinerja PC-mu. Jadi jangan lupa bersih-bersih laptopmua ya!

Apple MacBook Pro 14 & 16 Inci Baru Mengemas Layar Liquid Retina XDR 120Hz dengan Chip M1 Pro dan M1 Max

Pada acara Apple tanggal 18 Oktober atau semalam, perusahaan asal Cupertino itu secara resmi memperkenalkan pembaruan MacBook Pro model 14 inci dan 16 inci dengan chip baru Apple M1 Pro dan M1 Max. Chip tersebut menghadirkan peningkatan performa pemrosesan CPU, grafik, dan machine learning (ML) yang signifikan, namun tetap dengan efisiensi daya yang tinggi.

Chip Apple M1 Pro memiliki CPU hingga 10 core yang terdiri dari 8 core high-performance dan 2 core high-efficiency. Bersama dengan GPU hingga 16 core, bandwidth memori hingga 200GB/s, dan RAM hingga 32GB. Kalau dibandingkan M1, M1 Pro membawa peningkatan performa CPU hingga 70 persen, performa GPU 2x lipat, dan bandwidth memori hampir 3x lipat lebih cepat.

Beralih ke Apple M1 Max, chip yang paling powerful yang menenagai MacBook Pro 16 inci varian tertinggi. Ia memiliki CPU 10 core yang sama kuatnya dengan M1 Pro, namun Apple menggandakan jumlah core pada GPU menjadi 32 core yang mana menyuguhkan performa GPU 4x lipat lebih cepat daripada M1, dan dukungan RAM hingga 64GB.

Apple menekankan bahwa MacBook Pro baru dapat menyuguhkan performa optimal yang sama baiknya, baik saat dicolokkan atau saat menggunakan baterai. Sebagai gambaran untuk masa pakai baterainya, model 14 inci diklaim dapat memutar video hingga 17 jam dan hingga 21 jam pada model 16 inci.

Layar Liquid Retina XDR

Untuk pertama kalinya, MacBook Pro baru mengemas layar Liquid Retina XDR (Extreme Dynamic Range) menggunakan teknologi mini-LED seperti iPad Pro. Dengan kecerahan layar penuh yang berkelanjutan hingga 1000 nit, peak brightness 1600 nit, dan rasio kontras di angka 1.000.000:1.

MacBook Pro model 14,2 inci ditopang resolusi 3024×1964 piksel dan 3456×2234 piksel untuk model 16,2 inci. Keduanya sama-sama menawarkan kerapatan layar 254 ppi dan punya notch untuk menyisipkan 1080p FaceTime HD camera baru yang dilengkapi image signal processor (ISP) untuk computational video.

Selain itu, layar Liquid Retina XDR pada MacBook Pro mendukung 1 miliar warna dan color gamut lebar (P3). Serta, dilengkapi teknologi True Tone dan ProMotion yang membawa fitur adaptive refresh rate hingga 120Hz.

Agar panggilan video dan konferensi video berjalan lancar, MacBook Pro baru dilengkapi mikrofon berkualitas studio dengan tingkat noise yang rendah. Serta, sound system enam speaker dengan dua tweeter untuk soundstage yang lebih jernih dan empat woofer force-cancelling yang menghasilkan bass 80 persen lebih banyak.

Port yang menempel pada MacBook Pro juga lebih beragam, di sebelah kanan bodi terdapat port HDMI, satu port Thunderbolt 4 (USB-C), dan SDXC card slot. Sementara, di sebelah kirinya ada port MagSafe 3 dengan desain baru yang dapat mengisi daya hingga 50% hanya dalam 30 menit, lalu ada dua port Thunderbolt 4 (USB-C), dan headphone jack 3.5 mm. Jadi, totalnya ada tiga port Thunderbolt 4 yang mendukung charging, DisplayPort, dan bandwidth berkecepatan tinggi 40 Gbps. Berikut daftar harganya:

MacBook Pro 14 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 8 core, GPU 14 core, dan penyimpanan SSD 512GB $1999
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core dan penyimpanan SSD 1TB $2499

MacBook Pro 16 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 512GB $2499
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 1TB $2499
  • Chip M1 Max dengan CPU 10 core, GPU 32 core, dan penyimpanan SSD 1TB $3499

Sumber: Apple Newsroom

Apple, Google, dan Samsung Bersiap Meluncurkan Perangkat Baru Pada 18-20 Oktober 2021

Apple, Google, dan Samsung – tiga raksasa perusahaan teknologi itu tengah bersiap-siap mengadakan acara peluncuran produk terbaru mereka. Menariknya acara akan berlangsung secara berurutan, masing-masing mulai dari tanggal 18, 19, dan 20 Oktober 2021 nanti.

Apple 18 Oktober

 

Mulai dari yang paling dekat, Apple akan menggelar acara spesial pada 18 Oktober dan disiarkan langsung pada Apple.com pada jam 1PM atau jam 12AM WIB (tengah malam). Dalam video undangannya, Apple menggoda dengan kata “Unleashed“.

Bila menurut rumor yang beredar, kabarnya Apple akan merilis model MacBook Pro 14 dan 16 inci, serta Mac Mini dengan chip Apple M1X. Chip ini memiliki CPU 10 core dengan prosesor grafis 16 atau 32 core, sebagai pembanding chip M1 punya CPU 8 core dengan prosesor grafis 7 atau 8 core dan itu sudah sangat powerful.

Selain itu, Apple juga mungkin akan mengumumkan sepasang AirPod baru yang didesain ulang. Ia diharapkan mengadopsi desain yang mirip dengan AirPod Pro dengan ukuran lebih pendek dan charging case baru.

Google 19 Oktober

Hari berikutnya, kejutan besar bakal datang dari Google yang akan mengungkap secara resmi detail dari smartphone flagship yang sangat dinantikan yakni Pixel 6, Pixel 6 Pro, dan Pixel 5A sebagai tambahan. Acara Google juga akan berlangsung pada jam 1PM ET atau jam 12AM WIB (tengah malam).

Salah satu hal yang bakal berbeda dari Pixel 6 series ialah mereka akan menggunakan chipset buatan Google sendiri bernama Tensor. SoC tersebut dibangun di atas arsitektur ARM 8 core dengan fabrikasi 5 nm dan akan dibekali dengan Tensor Processing Unit (TPU) untuk tugas pemrosesan AI dan ML yang lebih efisien.

Rumor terkait smartphone Pixel dengan layar lipat juga akan terjawab di acara tersebut. Lalu, juga diharapkan Google akan mengumumkan jadwal rilis Android 12.

Samsung 20 Oktober

Untuk menonton acara Samsung Unpacked Part 2 pada 20 Oktober mendatang, untungnya kita tidak perlu bergadang – acaranya dimulai pukul 10AM ET atau jam 9PM WIB. Dalam undangannya Samsung menyebutkan “membuka pengalaman baru untuk ekspresi diri melalui teknologi”.

Kalau menurut rumor yang ada, kemungkinan besar Samsung akan mengumumkan mengenai peluncuran versi stabil One UI berbasis Android 12. Katanya juga bakal hadir opsi warna baru untuk Galaxy Z Flip3 atau mungkin Galaxy S21 FE akan memulai debutnya.

Sumber: TheVerge 1, 2, 3

Apple Ungkap Generasi Baru Mac yang Dibekali Prosesor Bikinannya Sendiri

Setelah bertahun-tahun memercayakan pasokan prosesor lini Mac kepada Intel, Apple memutuskan sudah tiba saatnya bagi mereka untuk menggarap prosesor komputernya sendiri. Langkah ambisius ini pertama kali mereka umumkan di ajang WWDC 2020 pada bulan Juni lalu, dan realisasinya sudah bisa konsumen nikmati sekarang juga.

Chipset pertama Apple yang dirancang khusus untuk platform Mac ini mereka namai M1. Secara teknis, M1 merupakan sebuah system-on-a-chip (SoC) berarsitektur ARM – Apple Silicon kalau mengacu pada istilah yang digunakan Apple. Artinya, yang tertanam di M1 bukan cuma prosesor saja, melainkan juga GPU dan memory (RAM) sekaligus.

Seperti halnya chipset A14 yang terdapat pada iPhone 12 dan iPad Air generasi keempat, M1 juga dibuat menggunakan proses pabrikasi 5 nanometer, dengan total jumlah transistor yang mencapai angka 16 miliar. Secara struktural, chip M1 terdiri dari prosesor 8-core, GPU 8-core, dan Neural Engine 16-core.

Dalam presentasinya, Apple tidak segan memaparkan klaim demi klaim bahwa M1 tak hanya mempunyai kinerja yang lebih kencang daripada chip laptop pada umumnya, tapi juga menawarkan efisiensi daya yang jauh lebih tinggi. Apple mengilustrasikan bahwa kalau dibandingkan dengan “chip laptop terkini”, prosesor milik M1 sudah bisa menyamai performa maksimalnya hanya dengan mengonsumsi seperempat dari total energi yang dibutuhkan.

Untuk GPU-nya, Apple bilang total daya komputasinya mencapai 2,6 teraflop, paling tinggi untuk ukuran chip grafis terintegrasi. Apple bahkan sempat menunjukkan bagaimana game AAA seperti Baldur’s Gate 3 bisa berjalan mulus di M1. Meski demikian, kita juga tidak boleh lupa bahwa prosesor terbaru Intel juga punya performa gaming yang sangat mumpuni.

Selanjutnya, kehadiran Neural Engine berarti Mac yang ditenagai chip M1 bakal lebih cekatan dalam mengerjakan tugas-tugas berbasis machine learning seperti voice recognition, face recognition, object detection, dan lain sejenisnya. Hal ini cukup krusial mengingat belakangan semakin banyak aplikasi yang menawarkan fitur-fitur berbasis machine learning.

Eksistensi M1 secara otomatis juga menuntut Apple untuk mengoptimalkan macOS buat platform ARM, dan itulah yang mereka lakukan pada versi terbarunya, macOS Big Sur. Semua aplikasi bawaannya kini dapat berjalan secara native, namun Apple turut memastikan bahwa aplikasi pihak ketiga yang belum sempat di-update pun tetap bisa berjalan secara normal. Juga sangat menarik adalah fakta bahwa semua aplikasi iPhone dan iPad kini kompatibel dengan macOS.

Tiga Mac pertama yang dibekali chip M1

MacBook Air M1

Apple bilang bahwa proses transisi dari platform Intel ke Apple Silicon ini bakal memakan waktu sekitar dua tahun. Di tahap awal ini, mereka langsung memperbarui tiga model Mac sekaligus dengan chip M1, yaitu MacBook Air, MacBook Pro 13 inci, dan Mac Mini.

Memilih MacBook Air sebagai kandidat pertama merupakan keputusan yang sangat rasional. Pasalnya, Air selama ini merupakan model terlaris dari seluruh lini Mac, dan ia juga merupakan laptop paling terjangkau yang Apple jual saat ini. Di saat yang sama, Air juga adalah yang paling lemah kinerjanya di antara model MacBook lain.

Berkat penggunaan chip M1, Apple mengklaim kinerja prosesor MacBook Air bisa naik sampai 3,5x dibanding generasi sebelumnya. Performa grafisnya malah bisa 5x lebih kencang, dan pada praktiknya, MacBook Air yang ditenagai chip M1 ini sanggup mengedit sekaligus memutar video 4K dalam format ProRes di aplikasi Final Cut Pro tanpa kesulitan.

Semua itu tanpa mengorbankan efisiensi energinya. Menurut Apple, baterai milik MacBook Air generasi terbaru ini baru akan habis setelah dipakai menonton video selama 18 jam, atau 6 jam lebih lama daripada generasi sebelumnya.

Selebihnya, MacBook Air generasi terbaru ini masih mengadopsi desain yang sama persis seperti sebelumnya. Harga jualnya pun tidak berubah, masih $999 untuk konfigurasi terendahnya.

MacBook Pro M1

Selain MacBook Air, M1 juga mendapat tempat di MacBook Pro 13 inci. Hal ini tentu terdengar menarik, sebab selama ini lini MacBook Pro selalu menawarkan performa yang lebih tinggi daripada MacBook Air. Berhubung sekarang chipset yang digunakan sama persis, keduanya tentu menawarkan kinerja yang identik, bukan?

Tidak sepenuhnya, sebab ada satu perbedaan fundamental: MacBook Pro 13 inci datang membawa kipas pendingin, sedangkan MacBook Air sama sekali tidak dilengkapi kipas. Asumsi saya, ini berarti MacBook Pro mampu mempertahankan performa puncaknya lebih lama daripada MacBook Air. Dengan kata lain, performa MacBook Pro 13 inci semestinya bisa lebih konsisten ketimbang MacBook Air meski mengemas chipset yang identik.

Lalu kalau dikomparasikan dengan MacBook Pro generasi sebelumnya, Apple bilang ada peningkatan performa CPU hingga 2,8x dan GPU sampai 5x. Kala dipraktikkan, ini berarti MacBook Pro 13 inci dengan chip M1 mampu memutar video 8K dalam format ProRes di aplikasi DaVinci Resolve secara lancar.

Selain performa yang lebih konsisten, keuntungan lain memilih MacBook Pro 13 inci ketimbang MacBook Air adalah daya tahan baterai yang lebih lama lagi, sampai 20 jam pemutaran video nonstop kalau kata Apple, atau dua kali lebih awet daripada generasi sebelumnya.

Sisanya lagi-lagi sama. Touch Bar-nya masih sama, dan secara keseluruhan tidak ada sedikit pun yang berubah dari bentuknya. Apple juga masih mempertahankan harga jual mulai $1.299 untuk MacBook Pro 13 inci. Namun yang menarik, Apple juga masih menjual MacBook Pro 13 inci yang ditenagai prosesor Intel.

Pertanyaannya, untuk apa Anda harus memilih MacBook Pro 13 inci versi Intel kalau sudah ada yang versi M1? Saya menemukan setidaknya ada dua skenario, yakni ketika Anda membutuhkan kapasitas RAM yang lebih besar dari 16 GB, dan apabila dua port USB-C saja tidak cukup buat Anda. Jadi kalau Anda merasa RAM 32 GB dan empat port USB-C itu wajib, sejauh ini opsi tersebut cuma ada pada versi Intel.

Mac Mini M1

Terakhir, chip M1 juga ikut merambah segmen desktop, dimulai dari Mac Mini. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Mac Mini yang ditenagai chip M1 ini diyakini mampu menyuguhkan kinerja CPU 3x lebih kencang dan kinerja grafis 6x lebih gegas.

Untuk mengilustrasikan peningkatan performanya, Apple bilang bahwa Mac Mini dengan chip M1 mampu membuka tiga kali lebih banyak plugin pada aplikasi Logic Pro, serta sanggup menjalankan game Shadow of the Tomb Raider pada frame rate 4x lebih tinggi. Sama seperti MacBook pro 13 inci, Mac Mini turut dilengkapi kipas pendingin demi meminimalkan terjadinya thermal throttling.

Yang paling menarik, Mac Mini generasi baru ini dibanderol mulai $699, atau $100 lebih murah daripada harga generasi sebelumnya yang ditenagai prosesor quad-core Intel. Di Amerika Serikat, ketiga Mac versi ARM ini sudah mulai dipasarkan sekarang juga.

Sumber: Apple 1, 2.

Apple Bakal Gunakan ARM pada MacBook 12 Inci

Pada Apple WWDC 2020 yang digelar bulan Juni yang lalu, terdapat beberapa pengumuman yang cukup mengejutkan. Dari sanalah tersiar kabar bahwa Apple akan berpisah dari Intel dan menggunakan cip ARM buatan mereka sendiri. Selain itu, sistem operasi MacOS Big Sur juga bakal memiliki dukungan terhadap instruksi ARM yang saat ini digunakan pada perangkat mobile.

Saat ini, tersiar kabar bahwa Macbook 12 inci yang akan datang bakal menggunakan CPU Apple yagn menggunakan instruksi ARM. Kabar tersebut justru datang dari para pemasok Apple. Prosesor yang biasa digunakan pada MacBook 12 inci dan yang bakal tergantikan adalah Intel Core Y yang memiliki pemakaian tenaga rendah.

A01A00_T_01_02

Prosesor yang bakal digunakan nantinya adalah Apple A14X Bionic. Prosesor tersebut juga bakal digunakan pada iPad generasi terbaru. Selain itu, untuk iPhone 12 bakal menggunakan cip A14 Bionic. Prosesr Apple A14X Bionic sendiri memiliki hasil benchmark yang cukup mengagumkan karena mendekati kinerja dari prosesor Intel Core i9-9980H.

Kabarnya, chipset yang satu ini bakal membawa peningkatan kinerja per watt yang cukup besar untuk MacBook 12 inci. Selain kinerja, daya tahan baterai yang digunakan juga akan meningkat. Apple menjanjikan daya tahan 15 sampai 20 jam dalam sekali pengisian daya. Tentunya, cukup terbayangkan seperti apa kinerja MacBook 12 inci terbaru dengan baterai yang cukup panjang tersebut.

Dengan begini, Apple juga tidak lagi menggunakan GPU buatan AMD. Hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan instruksi ARM yang digunakan pada chipset A14X Bionic. Berarti, Apple juga bakal menggunakan Graphics Processing Unit buatan mereka sendiri. GPU dengan kode Lifuka ini menjanjikan kinerja per watt lebih baik dan dapat digunakan untuk bermain game.

Chipset A14X Bionic nantinya bakal diproduksi oleh TSMC. Apple mendapat keuntungan karena TSMC sudah tidak lagi memproduksi chipset untuk Huawei HiSilicon setelah tanggal 14 September 2020. Hal tersebut berkaitan dengan keputusan pemerintah Amerika yang tidak memperbolehkan penggunaan teknologi Amerika untuk memproduksi chipset untuk Huawei. Prosesor yang satu ini juga kabarnya bakal mengisi kapasitas 5 nm milik pabrik pihak ketiga tersebut.

Sumber: ChinaTimes

Semua yang Perlu Diketahui dari Apple WWDC 2020

Gelaran Apple Worldwide Developers Conference (WWDC) tahun ini agak sedikit berbeda. Selama sepekan ke depan, serangkaian acaranya bakal diadakan secara online, dan pada pukul 12 dini hari kemarin, sesi keynote-nya disiarkan ke YouTube.

Meski terhambat oleh pandemi, Apple rupanya tetap sangat produktif dalam memperbarui berbagai sistem operasi bikinannya. Hal itu bisa dilihat dari segudang pembaruan yang dihadirkan melalui iOS 14, iPadOS 14, watchOS 7, tvOS 14, dan yang paling substansial menurut saya, macOS Big Sur.

Tanpa perlu berkepanjangan, mari kita bahas satu per satu.

iOS 14

Tampilan home screen baru iOS 14 dan App Library / Apple
Tampilan home screen baru iOS 14 dan App Library / Apple

Di saat Android 11 terkesan iteratif karena tidak membawa perubahan yang betul-betul besar, iOS 14 justru sebaliknya. Untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah iOS, pengguna dapat menempatkan berbagai macam widget langsung pada home screen.

Android sudah menawarkan fitur ini selama bertahun-tahun, dan cukup melegakan melihat Apple akhirnya ikut menghadirkan fitur yang serupa. Meski demikian, Apple mengaku inspirasinya berasal dari complication pada watchOS. Tidak penting. Yang lebih penting adalah, widget pada iOS 14 juga datang dalam berbagai ukuran yang berbeda, yang berarti satu aplikasi bisa menawarkan hingga tiga ukuran widget (kecil, sedang, besar).

Juga baru adalah fitur bernama App Library, yang pada dasarnya akan mengorganisasikan seabrek aplikasi pada perangkat secara otomatis. App Library dapat diakses dengan menggeser ke kanan pada halaman terakhir home screen. Bagaimana seandainya ada begitu banyak halaman home screen? Well, pada iOS 14, ada opsi untuk menyembunyikan halaman-halaman aplikasi yang dirasa kurang perlu, dan yang pada akhirnya dapat digantikan oleh App Library.

Tampilan fitur App Clip / Apple
Tampilan fitur App Clip / Apple

Masih seputar aplikasi, fitur iOS 14 yang paling menarik menurut saya adalah App Clip. App Clip pada dasarnya merupakan versi mini dari aplikasi yang bisa diakses lewat bermacam sumber; bisa dengan mengklik tautan di Safari atau Messages, atau bisa juga dengan memindai kode QR maupun tag NFC.

Apple bahkan telah mendesain format baru macam kode QR yang dikhususkan untuk App Clip. Fungsi App Clip sendiri adalah untuk menyediakan akses ke aplikasi langsung di saat dibutuhkan, misalnya ketika hendak melakukan pembayaran elektronik; cukup scan kode QR atau tag NFC-nya, maka App Clip dari aplikasi pembayaran yang bersangkutan akan muncul, dan pengguna dapat menyelesaikan pembayaran tanpa harus mengunduh aplikasinya terlebih dulu.

iOS 14 turut memperkenalkan fitur picture-in-picture, yang berarti video dapat tetap diputar pada jendela kecil (termasuk sesi video call) meski pengguna meninggalkan aplikasinya. Ukuran jendela videonya itu bisa dibesar-kecilkan, dan yang paling menarik, videonya juga dapat disembunyikan di samping kiri atau kanan layar selagi audionya tetap diputar.

Berbagai perubahan kosmetik pada iOS 14 / Apple
Berbagai perubahan kosmetik pada iOS 14 / Apple

Siri pun turut menerima pembaruan kosmetik pada iOS 14. Saat dipanggil, Siri tak lagi memenuhi layar seperti biasanya. Tampilan barunya hanya berupa icon di bagian bawah layar. Andai pengguna meminta Siri untuk membuatkan reminder, jendela konfirmasinya juga tak lagi memenuhi layar, melainkan hanya menutupi sebagian kecil di atas layar.

Juga ikut menciut ukurannya adalah notifikasi untuk panggilan telepon maupun video. iOS 14 turut memperkenalkan aplikasi baru bernama Translate, yang sejauh ini sudah bisa menerjemahkan 11 bahasa secara offline.

Beralih ke Messages, ada fitur pinned conversation untuk memudahkan pengguna mengakses percakapan dengan orang-orang yang dirasa penting. Group messaging juga kebagian fitur reply dan mention, sehingga ‘kekacauan’ dalam suatu percakapan grup jadi lebih tertata dan bisa diikuti semua anggotanya dengan baik.

Terakhir, bagi para pengguna CarPlay, iOS 14 siap mengubah iPhone Anda menjadi sebuah kunci mobil digital. Fitur ini memanfaatkan NFC, dan sejauh ini baru kompatibel dengan BMW 5 Series generasi terbaru.

iPadOS 14

Tampilan fitur Spotlight di iPadOS 14 / Apple
Tampilan fitur Spotlight di iPadOS 14 / Apple

Lanjut ke iPadOS 14, sebagian besar pembaruannya sebenarnya sama seperti iOS 14, termasuk halnya fitur customizable widget itu tadi. Meski begitu, pastinya ada pembaruan spesifik yang diterapkan, dan salah satunya adalah collapsible sidebar pada aplikasi-aplikasi seperti Photos, Notes, Files, atau Music.

Sidebar tak hanya memudahkan navigasi konten yang berjumlah besar, tapi juga manajemen konten lewat dukungan mekanisme drag-and-drop. Juga sangat menarik adalah kehadiran fitur Spotlight ala macOS, yang pada iPadOS 14 juga berperan sebagai universal search.

Tampilan fitur Scribble pada iPadOS 14 / Apple
Tampilan fitur Scribble pada iPadOS 14 / Apple

Bagi para pengguna Apple Pencil, iPadOS 14 menyajikan fitur Scribble. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menulis menggunakan tangan di atas kotak teks manapun, entah itu di kotak URL Safari ataupun di Reminder. Idenya adalah supaya pengguna bisa terus memakai Pencil meski sudah tidak berada dalam aplikasi yang membutuhkannya.

Tulisan tangan itu otomatis diubah menjadi ketikan. Namun yang lebih istimewa lagi adalah, iPadOS 14 mampu melakukan seleksi teks pada tulisan tangan, dan dari situ pengguna dapat menyalin lalu menempatkannya di aplikasi lain dalam bentuk ketikan.

AirPods software

Sebelum membahas watchOS, Apple sempat menyinggung sedikit soal pembaruan yang mereka terapkan pada software AirPods. Yang pertama adalah fitur auto switching, di mana AirPods mampu mengenali di perangkat mana (iPhone, iPad, Mac) Anda memutar konten beraudio, lalu secara otomatis menyambung ke perangkat tersebut. Tentu saja syaratnya adalah AirPods harus di-pair dengan masing-masing perangkat lebih dulu sebelumnya.

Khusus AirPods Pro, perangkat tersebut bakal kedatangan fitur spatial audio. Apple bilang bahwa mereka memanfaatkan data dari gyroscope dan accelerometer milik AirPods Pro untuk mendeteksi gerakan-gerakan kepala dan memastikan speaker virtual-nya tetap berada di posisi semula demi memberikan kesan seolah-olah sedang berada di dalam bioskop.

watchOS 7

Tidak hanya menghadirkan watch face baru, watchOS 7 juga mendukung fitur watch face sharing / Apple
Tidak hanya menghadirkan watch face baru, watchOS 7 juga mendukung fitur watch face sharing / Apple

Seperti yang saya bilang, Apple mengaku mendapat inspirasi widget iOS 14 dari fitur complication di watchOS, dan sudah seharusnya watchOS 7 menghadirkan opsi kustomisasi complication yang lebih komplet lagi.

Namun yang mungkin lebih menarik untuk sebagian besar konsumen Apple Watch adalah fitur watch face sharing. Ya, saat watchOS 7 tiba nanti, kita bisa berbagi watch face satu sama lain, dan kita juga dapat menemukan beraneka ragam watch face baru di jagat internet maupun media sosial.

Bagi mereka yang rajin bersepeda, watchOS 7 kini mendukung fitur cycling directions. Fitur yang sama sebenarnya juga tersedia di aplikasi Maps bawaan iOS 14, tapi berhubung database-nya baru lengkap di beberapa kota saja di Amerika Serikat dan Tiongkok, saya jadi kurang semangat untuk membahasnya.

watchOS 7 datang bersama aplikasi Fitness baru di iOS 14 / Apple
watchOS 7 datang bersama aplikasi Fitness baru di iOS 14 / Apple

Yang lebih menarik justru adalah sejumlah tipe latihan baru yang dapat dikenali, salah satunya dancing. Berkat watchOS 7, Apple Watch nantinya bisa menerjemahkan tarian demi tarian pengguna menjadi metrik kesehatan yang mudah dipantau. Di samping itu, sleep tracking juga menjadi salah satu fitur baru yang diunggulkan watchOS 7.

Lalu berkaitan dengan pandemi, watchOS 7 juga akan menghadirkan fitur deteksi otomatis untuk kegiatan mencuci tangan. Jadi sesaat setelah terdeteksi, perangkat akan langsung memulai hitungan mundur demi memastikan pengguna benar-benar mencuci tangannya dengan bersih.

tvOS 14

Apple tidak berbicara banyak soal tvOS, tapi yang pasti versi terbarunya bakal menghadirkan dukungan multi-user mode, dan fitur ini tentunya sangat cocok disandingkan dengan layanan Apple Arcade, sebab masing-masing pengguna jadi bisa memiliki profil yang berbeda, sehingga mereka bisa melanjutkan progres permainannya masing-masing dengan mudah.

Supaya sesi gaming lebih maksimal, tvOS 14 turut menghadirkan dukungan controller eksternal yang lebih lengkap, spesifiknya yang meliputi Xbox Elite Wireless Controller 2 maupun Xbox Adaptive Controller yang dikhususkan untuk kalangan difabel. Terakhir, Apple sempat menyinggung bahwa layanan streaming filmnya, Apple TV+, bakal bisa diakses lewat TV lain (Sony dan Vizio di AS).

macOS Big Sur

macOS Big Sur / Apple
macOS Big Sur / Apple

Beralih ke macOS, versi terbarunya yang bernama Big Sur ini bisa dibilang merupakan macOS yang paling mirip dengan iOS. Bukan dari segi tampilan saja, tapi memang beberapa fitur ia pinjam langsung dari iOS, Control Center contohnya. Notifikasi dan widget kini juga dijadikan satu, tidak lagi berbeda halaman seperti sebelumnya.

Sejumlah pembaruan yang hadir pada aplikasi-aplikasi bawaan iOS, seperti Messages atau Maps, turut tersedia pada versi macOS-nya melalui Big Sur. Meski begitu, Safari di Big Sur jauh lebih powerful ketimbang di iOS, sebab kini ada dukungan terhadap fitur extension.

Ya, Safari di macOS Big Sur dapat dikustomisasi menggunakan berbagai macam extension layaknya Chrome. Apple bahkan sudah menyediakan tool agar developer bisa mengonversikan extension Chrome ke Safari dengan mudah.

Safari juga dilengkapi fitur terjemahan terintegrasi, dan laman awalnya (start page) kini dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Mac versi ARM

Tampilan baru macOS Big Sur semakin mirip iOS / Apple
Tampilan baru macOS Big Sur semakin mirip iOS / Apple

Lalu sampailah kita pada pengumuman yang menurut saya paling menarik, yaitu macOS untuk platform ARM. Ya, Apple berniat untuk meluncurkan perangkat Mac yang ditenagai chipset A-Series buatannya sendiri (bukan prosesor Intel seperti biasanya) menjelang akhir tahun ini juga, dan Big Sur sendiri mereka rancang demi memuluskan proses transisi dari platform Intel ke ARM.

Langkahnya tentu tidak semudah mencabut prosesor Intel, lalu menyematkan chipset A-Series begitu saja, sebab harus ada perombakan besar yang diterapkan dari sisi software pula. Kabar baiknya, Apple sudah meracik ulang semua aplikasi bawaan macOS Big Sur agar dapat berjalan secara native di platform ARM.

Apple yakin developer hanya perlu waktu beberapa hari untuk mengonversikan aplikasinya ke platform baru ini, tapi kalaupun tidak sempat, macOS Big Sur bakal melangsungkan proses konversinya secara otomatis menggunakan tool bernama Rosetta 2 (versi anyar dari tool yang sama yang Apple gunakan ketika mentransisikan Mac dari platform PowerPC ke Intel 15 tahun silam).

Apple sempat mendemonstrasikan konversi otomatis ini dengan menjalankan game Shadow of the Tomb Raider. Cukup mengejutkan melihat game tersebut berjalan mulus dengan kualitas grafik yang cukup apik di perangkat development kit yang memakai chipset A12Z Bionic milik iPad Pro.

Untuk aplikasi yang sudah dikonversi secara proper oleh masing-masing developer, performanya malah dipastikan lebih mulus lagi. Apple sempat mendemonstrasikan bagaimana sebuah file gambar berukuran 5 GB bisa diedit secara lancar dan murni tanpa lag di Adobe Photoshop. Bahkan aplikasi 3D animation yang berat seperti Autodesk Maya pun bisa berjalan tanpa kesulitan sedikit pun.

Ada alasan mengapa Apple merombak tampilan icon-icon aplikasi macOS jadi mirip versi iOS-nya / Apple
Ada alasan mengapa Apple merombak tampilan icon-icon aplikasi macOS jadi mirip versi iOS-nya / Apple

Berhubung chipset yang digunakan pada dasarnya sama persis seperti iPhone dan iPad, Mac versi ARM ini bisa menjalankan semua aplikasi iPhone dan iPad secara native, termasuk halnya game, yang semuanya dapat diunduh langsung lewat Mac App Store. Seperti halnya iPhone dan iPad, Mac versi ARM juga dipastikan lebih efisien perihal konsumsi daya ketimbang Mac yang ada sekarang.

Keuntungan lain dari transisi Mac ke platform ARM adalah, perangkat jadi bisa mengakses komponen Neural Engine yang terdapat pada chipset A-Series, sehingga pada akhirnya fitur-fitur berbasis AI pun dapat diterapkan, contohnya fitur auto crop pada aplikasi edit video Final Cut Pro.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apakah Apple bakal betul-betul memensiunkan hardware Mac yang dibekali prosesor Intel? Bisa ya bisa tidak, tapi yang pasti tidak sekarang. Apple bilang masa transisinya bakal berjalan selama sekitar dua tahun, dan dalam kurun waktu tersebut, mereka masih akan merilis Mac baru yang ditenagai prosesor Intel.

Kita juga tidak tahu Mac versi ARM ini nanti wujudnya bakal seperti apa. Development kit-nya sendiri merupakan Mac Mini, namun Apple masih bungkam soal perangkat final yang akan dipasarkan ke konsumen nanti. Terlepas dari itu, bagi yang hendak membeli MacBook baru, ada baiknya Anda menunggu sampai setidaknya akhir tahun ini, sebab ada kemungkinan Mac versi ARM ini nantinya berwujud laptop.

Tidak Ada Lagi MacBook dengan Keyboard yang Rentan Rusak

Saat hendak membeli laptop baru, apakah keyboard menjadi salah satu pertimbangan buat Anda? Saya yakin sebagian besar bakal mengiyakan, dan pada kenyataannya, perkara keyboard ini sempat menodai reputasi MacBook selama sekitar lima tahun terakhir.

Pemicunya adalah MacBook 12 inci yang dirilis di tahun 2015, yang kini telah dipensiunkan. Perangkat itu memulai tren keyboard dengan switch tipe baru di lini MacBook. “Butterfly keyboard“, demikian istilah keren yang dipakai Apple. Dibandingkan sebelumnya yang memakai switch tipe scissor, butterfly keyboard dipilih demi mewujudkan bodi laptop yang kian tipis.

Lebih tipis, tapi ternyata lebih ringkih, demikianlah fakta seputar butterfly keyboard. Alhasil, jumlah kasus keyboard MacBook rusak meningkat drastis, dan sering kali penyebabnya cuma sebatas keyboard-nya kemasukan debu. Lebih parahnya lagi, perkara ini terus berlanjut sampai tiga generasi.

Hingga akhirnya Apple sadar diri dan menyudahi obsesinya akan perangkat yang luar biasa tipis. Menjelang akhir 2019, mereka merilis MacBook Pro 16 inci, dan salah satu fitur unggulannya adalah keyboard baru yang kembali ditenagai switch tipe scissor. Beberapa bulan setelahnya, MacBook Air menyusul dengan keyboard yang sama, dan sekarang giliran MacBook Pro 13 inci.

MacBook Pro 13 inci

Ya, Apple sekarang sudah tidak lagi menjual MacBook yang dilengkapi butterfly keyboard. Iterasi terbaru MacBook Pro 13 inci ini datang membawa keyboard yang sama reliabelnya dengan MacBook Pro 16 inci maupun MacBook Air edisi 2020. TouchBar tetap dipertahankan, demikian pula Touch ID dan tombol Esc fisik.

Penyegaran spesifikasi tentu juga sudah diterapkan. Konfigurasinya kini mencakup prosesor Intel Core i5 generasi ke-8 maupun ke-10. Kalau memilih yang dibekali prosesor generasi terbaru, konsumen juga akan mendapat GPU terintegrasi yang lebih bertenaga sekaligus RAM LPDDR4X 16 GB atau 32 GB dengan kecepatan 3733 MHz. Untuk storage (SSD), ada pilihan kapasitas dari 256 GB sampai 4 TB.

Layar IPS-nya belum berubah, masih dengan bentang diagonal 13,3 inci dan resolusi 2560 x 1600 pixel. Tingkat kecerahan maksimumnya tercatat 500 nit, dan tentu saja layar ini sudah mendukung fitur True Tone.

Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple
Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple

Satu hal yang cukup mengganggu buat saya adalah, tidak semua varian MacBook Pro 13 inci ini memiliki jumlah port USB-C (Thunderbolt 3) yang sama. Varian dengan prosesor generasi ke-8 cuma mengemas dua port, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 dilengkapi empat port. Jadi kalau dua port USB-C dirasa kurang, bersiaplah merogoh kocek lebih dalam lagi.

Seberapa dalam memangnya? Apple membanderol varian dengan prosesor generasi ke-8 seharga mulai $1.299, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 mulai $1.799. Pemasarannya sudah mulai berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Apple.

MacBook Air Edisi 2020 Hadirkan Performa 2x Lebih Cepat dan Keyboard yang Lebih Reliable

Selain memperkenalkan iPad Pro generasi keempat, Apple turut mengumumkan MacBook Air versi baru dengan penyegaran spesifikasi. Bentuknya masih sama seperti yang Apple luncurkan di tahun 2018, dengan layar IPS 13,3 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel.

Yang disempurnakan di sini adalah performanya, dan ini penting mengingat edisi tahun lalu tidak menawarkan peningkatan performa sama sekali. Berbekal prosesor Intel generasi ke-10 (mulai dari dual-core i3 sampai quad-core i7), kinerja MacBook Air edisi 2020 diklaim dua kali lebih kencang dari sebelumnya, dan performa grafisnya sendiri 80% lebih baik.

Mendampingi prosesor tersebut adalah pilihan RAM LPDDR4X berkapasitas 8 GB atau 16 GB. Apple tak lupa membekali MacBook Air dengan baterai berkapasitas 49,9 Wh yang diklaim mampu bertahan sampai 11 jam pemakaian (browsing).

2020 MacBook Air

Perubahan lain yang tidak kalah penting adalah keyboard-nya, yang kini telah kembali menggunakan switch model lama seperti milik MacBook Pro 16 inci, bukan lagi switch tipe butterfly yang terkenal mudah rusak. Selain lebih reliable, keyboard barunya semestinya lebih nyaman daripada sebelumnya berkat key travel sampai sedalam 1 mm.

Namun bagian terbaiknya menurut saya adalah soal storage. MacBook Air edisi 2020 hadir membawa kapasitas penyimpanan sebesar 256 GB pada varian termurahnya, dua kali lebih besar dari sebelumnya. Varian 512 GB, 1 TB, dan 2 TB tentu juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Meski menawarkan kapasitas penyimpanan yang lebih besar, harga MacBook Air edisi 2020 justru semakin terjangkau, kini dimulai di angka $999. Dalam kesempatan yang sama, Mac Mini juga ikut dilipatgandakan storage-nya; varian termurahnya yang dibanderol $799 kini juga mengusung kapasitas sebesar 256 GB.

Sumber: Apple.

Apple Luncurkan MacBook Pro 16 Inci dengan Peningkatan Performa Cukup Drastis

Tanpa ada event khusus, Apple secara diam-diam meluncurkan sebuah MacBook Pro anyar. Bukan sebatas penyegaran spesifikasi, melainkan model baru yang mengemas layar 16 inci. Kehadirannya pun secara otomatis menjadikan MacBook Pro 15 inci terkesan obsolete, dan MacBook Pro 16 inci ini memang sengaja disiapkan sebagai penggantinya.

Kita mulai dari layarnya. Tidak ada yang terlalu istimewa di sini terkecuali ukuran yang lebih luas dengan resolusi 3072 x 1920 pixel, tingkat kecerahan maksimum 500 nit, dan dukungan teknologi True Tone. Bezel-nya menipis cukup signifikan, dan itulah mengapa dimensi perangkatnya tidak berbeda jauh dari MacBook Pro 15 inci.

MacBook Pro 16 inch

Seperti yang sudah bisa ditebak, yang cukup istimewa adalah performanya. Konfigurasi termurahnya mengandalkan prosesor 6-core Intel Core i7, sedangkan konfigurasi termahalnya dengan prosesor 8-core Intel Core i9, semuanya prosesor generasi kesembilan. Kapasitas RAM DDR4 yang bisa dipilih berkisar antara 16 – 64 GB, sedangkan kapasitas SSD-nya antara 512 GB – 8 TB. Ya, 8 terabyte.

Di sektor grafis, konsumen dapat memilih dari konfigurasi yang mengemas GPU AMD Radeon Pro 5300M dengan memory GDDR6 berkapasitas 4 GB, sampai yang mengusung AMD Radeon Pro 5500M dengan memory 8 GB. Menurut Apple, peningkatan performa pada konfigurasi termahalnya bisa mencapai angka 80 persen jika dibandingkan dengan konfigurasi termahal generasi sebelumnya.

Kabar baiknya, Apple tidak sekadar menjejalkan komponen yang lebih mumpuni begitu saja. Mereka turut membenahi sistem pendingin perangkat lewat kipas, heat sink dan ventilasi yang berukuran lebih besar dan lebih efektif membuang panas. Lebih lanjut, baterai yang tertanam tidak kalah masif ukurannya, dengan kapasitas mencapai angka 100 Wh.

MacBook Pro 16 inch

MacBook Pro 16 inci turut membawa pembaruan yang paling dinanti-nanti, yakni seputar keyboard-nya. Sebelum ini, tidak sedikit konsumen MacBook Pro yang mengeluh keyboard-nya tidak nyaman sekaligus mudah rusak, dan penyebabnya tidak lain dari switch baru tipe butterfly yang Apple gunakan.

Problem seputar keyboard dipastikan tidak muncul lagi di sini, sebab Apple kembali memakai mekanisme scissor seperti yang terdapat pada keyboard MacBook versi lama. Selain terbukti lebih reliable, keyboard-nya juga bakal terasa lebih nyaman berkat key travel yang lebih dalam. Juga baru adalah kehadiran tombol “Esc” fisik di samping Touch Bar.

Namun yang paling menarik, MacBook Pro 16 inci dibanderol dengan harga yang sama seperti model 15 incinya, mulai dari $2.399 untuk konfigurasi termurahnya. Saya yakin konsumen yang baru membeli MacBook Pro 15 inci kemarin bakal marah besar.

Sumber: Apple.

Apple Perbarui MacBook Air dan MacBook Pro, Pensiunkan MacBook 12 Inci

Apple baru saja melakukan penyegaran terhadap dua seri laptop-nya, MacBook Air dan MacBook Pro, dalam rangka menyambut tahun ajaran sekolah baru. Di saat yang sama, update ini juga berujung pada dipensiunkannya MacBook 12 inci secara total.

Kehadiran MacBook Air generasi baru pada dasarnya bisa menjadi alasan mengapa Apple men-discontinue MacBook 12 inci. Secara fisik, dimensi MacBook Air memang masih kalah ringkas dibanding MacBook 12 inci, akan tetapi Air lebih unggul perihal performa.

Penyegaran yang dilakukan terhadap MacBook Air sebenarnya jauh dari kata signifikan: Apple hanya menambahkan layar berteknologi True Tone, tanpa menyentuh spesifikasinya sama sekali. True Tone, bagi yang tidak tahu, memungkinkan layar perangkat untuk menyesuaikan temperatur warnanya dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Namun yang lebih penting justru adalah pemangkasan harganya. Versi terbaru MacBook Air kini dibanderol mulai $1.099, dan inilah yang pada akhirnya membuat MacBook 12 inci jadi terkesan kurang relevan.

MacBook Pro

Update yang diberikan terhadap MacBook Pro di sisi lain jauh lebih berpengaruh. Secara spesifik yang diperbarui kali ini adalah varian MacBook Pro termurah yang tidak dilengkapi Touch Bar. Dan setelah hampir tiga tahun, penyegaran kali ini akhirnya mendatangkan Touch Bar sekaligus Touch ID ke varian termurah itu.

Ini berarti sekarang tidak ada lagi varian MacBook Pro yang tak dibekali Touch Bar. Namun ternyata pembaruannya tidak berhenti sampai di situ saja. Apple juga merombak spesifikasi varian termurah MacBook Pro, dari yang tadinya mengusung prosesor dual-core Intel Core i5 generasi ketujuh menjadi quad-core Core i5 generasi kedelapan, dengan klaim peningkatan performa hingga dua kali lipat.

Untuk harganya, Apple membanderol varian termurah MacBook Pro mulai $1.299. Selisih $200 dengan MacBook Air itu bukan sebatas untuk menghargai Touch Bar saja, tapi juga performa yang lebih kencang mengingat Air hanya mengemas prosesor dual-core.

Sumber: Apple.