Cara Mudah Membuat Toko Online dengan Magento

Sesuai janji saya, sekarang kita akan membahas cara mudah membuat toko online menggunakan script Magento. Magento mempunyai fungsi tak ubahnya script toko online Prestashop, bedanya terletak pada interface saja. Di Magento, Anda dapat memajang produk untuk dijual lengkap dengan proses pemesanan, harga, perhitungan ongkos kirim dan konfirmasi.

Persiapan

  • Pertama-tama, tentu siapkan domain atau sub domain untuk toko online Anda
  • Sekalian siapkan hosting yang handal, kemudian atur nameserver agar domain dan hosting terhubung. Apabila Anda membeli hosting dan domain di satu tempat, maka proses ini tak perlu dilakukan karena secara otomatis nameserver domain akan ditujukan ke hosting yang Anda beli.

Proses Pembuatan Toko Online

  • Masuk ke Cpanel hosting Anda, kemudian klik Softaculous Apps Installer.

cara bikin toko online dengan Magento_1

  • Sesampai di halaman Softaculous, klik Ecommerce – Magento.

cara membuat toko online dengan Magento_2

  • Selanjutnya klik Install.

cara bikin toko online dengan Magento_1

  • Lengkapi isian yang diminta. Pastikan kolom In directory diisi dengan benar. Jika toko online ingin dipasang di domain utama atau sub domain yang sudah dibuat sebelumnya di langkah persiapan, kosongkan. Tetapi jika ingin dipasang di sub folder, misalnya Anda ingin toko online beralamat di sini www.namatoko.com/toko, maka isi kolom In Directory dengan “toko” atau nama lain yang Anda inginkan.
  • Setelah selesai, klik Install dan tunggu sampai proses instalasi selesai.
  • Terakhir, Anda akan memperoleh informasi berupa tautan ke situs utama dan ke panel admin, tempat di mana Anda bisa mengatur semua konten mulai dari menambah produk, mengganti template dan lain-lain.

Script Magento dan Prestashop hanyalah dua dari sekian banyak script toko online yang tersedia. Jika Anda lebih menyukai platform WordPress, Anda pun bisa menggunakan WooCommerce, artikelnya bisa Anda baca di sini. Selamat mencoba dan selamat untuk toko baru Anda.

Pemain Ritel Sebaiknya Mulai Masuk ke Industri E-Commerce

Gagasan mendigitalisasikan bisnis UKM yang berjumlah puluhan ribu di Nusantara telah terdengar lama gaungnya belakangan ini. Namun kesiapannya kini ditujukan untuk para retailer perihal kesiapannya untuk turut terjun ke industri e-commerce di tengah pasar yang kini kian ramai dipadati. Disampaikan oleh CTO PT Inovasi Informasi Indonesia (ICUBE) Muliadi Jeo, kini saatnya industri mendorong retailer untuk segera menancapkan kukunya di pasar digital yang memiliki ekosistem berbeda dengan konvensional.

“Jangan sampai mereka [pemain retail] telat untuk go online. Jika sebelumnya yang sedang hangat itu tech-startup, venture capital, dan UKM, sekarang fokus kami adalah empowering retailer untuk mulai terlibat. Pertanyaannya bukan ‘jika’, tetapi ‘kapan’ mereka siap?” kata Muliadi ditemui DailySocial siang tadi (27/10).

Bertajuk “Customer 360 – from offline to online How To Get Your Company Ready” yang digagas oleh ICUBE dan Magento, ide utama diselenggarakan acara ini adalah untuk menggarisbawahi peran industri e-commerce yang memberikan pengalaman baru para konsumen. Meski pada akhirnya belanja secara online tidak akan menggantikan berbelanja offline sepenuhnya, namun keberadaan toko online jelas memberikan pengalaman dan mengubah perilaku konsumen dalam berbelanja.

“Kami berharap dengan acara ini para retailer memiliki pengetahuan untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi lansekap konsumen yang telah berubah, serta cara dan waktu yang tepat untuk berinvestasi secara strategis di e-commerce,” paparnya.

Menurut Muliadi tantangannya masih seputar mindset bahwa belanja online itu merupakan sebuah hal yang beresiko. Masih banyak pihak yang penuh pertimbangan untuk menyelami industri ini lebih dalam, bahkan tidak sedikit yang lebih memilih membuka toko cabang daripada menginvestasikan teknologi dan infrastruktur.

Dalam presentasinya, Muliadi memberikan contoh kasus toko buku Borders yang telah beroperasi selama empat puluh tahun di Amerika Serikat. Borders menjalin kerja sama dengan Amazon selama tujuh tahun sebelum menyadari potensi pasar yang lebih besar di industri digital. Setelah memutuskan untuk berdiri sendiri, bisnisnya justru berhenti beroperasi pada tahun 2011.

“Sekarang pemain retail yang besar-besar mungkin sudah mulai paham ke online. Gelombang berikutnya ialah menunggu yang middle-sized. Mereka masih menimbang apakah saat ini tepat untuk go online atau tidak? Ekosistemnya siap, tetapi keputusan kembali lagi ke retailer. Kami hanya tak ingin mereka telat dan bernasib seperti Borders,” kata Muliadi.

National Payment Gateway yang belum terlalu dibutuhkan

Jika mindset masih menjadi hambatan, tentu faktor keamanan memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan pemain retail untuk masuk ke e-commerce. Kami sempat menyinggung apakah jika nantinya national payment gateway telah tersedia, hal tersebut lantas mengikis skeptisme para pemegang kepentingan tentang metode pembayaran yang lebih aman dan mudah digunakan.

“Jika tujuannya untuk mempermudah dan memberikan keamanan itu jelas akan membantu, karena itu akan membantu semua pihak. Tetapi jika diberlakukan hanya untuk sebagai kontrol yang pada akhirnya memperpanjang urusan birokrasi, national payment gateway tidak dibutuhkan saat ini,” tandasnya.

ICUBE dan Magento Gelar Event Eksklusif untuk Pelaku Bisnis Ritel Di Indonesia

Saat ini teknologi internet dan adopsi mobile secara cepat mengalami perubahan yang dinamis jika tidak di terapkan dengan benar dapat menghambat pertumbuhan usaha anda. Sementara itu kebiasaan konsumen serta bagaimana bisnis bekerja juga menjadi hal krusial yang harus di perbarui demi meningkatkan revenue perusahaan yang signifikan.

Continue reading ICUBE dan Magento Gelar Event Eksklusif untuk Pelaku Bisnis Ritel Di Indonesia