Used Car Marketplace BeliMobilGue.co.id Raises 50 Billion Rupiah in Pre-Series A Funding

Marketplace service for used car BeliMobilGue.co.id announces Pre-Series A funding of $3,7 million (approximately 50 billion Rupiah) led by Intudo Ventures. Involved in this funding also Gojek’s Co-Founder Michaelangelo Moran and a number of Indonesia’s top-tier family companies. The funding is said to be used for raising the presence of physical facility (inspection center), improving sales and marketing efforts, also recruiting new staff.

Launched early last year, BeliMobilGue.co.id tries a new approach for secondhand car sales. Rather than being a marketplace for bridging seller and customer which transaction can last for days or even months, BeliMobilGue initiate further attempt by creating a market.

They collect the verified and qualified buyers (currently 1000 people/institutions) and provide inspection center (17 location right now) to ensure the quality and price offered (to the customer). Therefore they give offering guarantee in one hour. BeliMobilGue.co.id will get commission for each transaction.

Currently, BeliMobilGue.co.id, established by Rolf X. Monteiro as Co-Founder and CEO, is available in Jabodetabek area which owns 58% national car segment. He has experience in leading a number of multinational technology companies in Southeast Asia region.

A different used car marketplace offering

Monteiro explained To DailySocial, “Automotive sales sector in many countries has consistently showing degradation. Although the demand is increasing, there is lacking in marketplace which believed and centralized by customer to buy and sell their car efficiently with a competitive price.”

“Our unique offering [differed with other marketplace] is the ownership of data we managed, which helped us to give instant information of our several pricelist and 60 minutes experience in our inspection center will give a comfort environment. If you’re not take the offering, there is no additional cost,” he continued.

BeliMobilGue.co.id is a joint venture of Berlin-based FrontierCar Group and Indonesia-based Intudo Ventures. Frontier Car Group has a specific platform for used car marketplace in developing countries.

“Indonesia’s automotive marketplace has grown rapidly in the last ten years, which created a large used car marketplace. Through our marketplace, customer can get better used car sales result than in traditional way. By the support of Frontier Car Group, Intudo Ventures and our talented team, we could provide a saver and more comfortable used car transaction for Indonesia’s customer.” Monteiro said.

This year’s plan

Monteiro ensures, the funding will be used to increase the number of inspection center in Jabodetabek.

“Inspection center is an essential thing for us. It is a place where we first met with the owners and their vehicles. Our focus is not only for area expansion, but also to ensure the quality of its service and experience meeting customer’s expectation.”

Regarding of potential national expansion, including to the neighbor countries, he ensures, “We’ve done intensive research and will be very excited to expand abroad. Nevertheless, it is very important for us to ensure our main basic marketplace is well taken care, before talking about expansion. By that means, talented people, solid process and sustainable business will help us to start regional expansion as time goes by.

“In 2018, we plan to focus on growing and increasing sales activity rapidly,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan Marketplace Mobil Bekas BeliMobilGue.co.id Umumkan Perolehan Dana Pra-Seri A 50 Miliar Rupiah

Layanan marketplace untuk mobil bekas BeliMobilGue.co.id mengumumkan perolehan dana Pra-Seri A senilai $3,7 juta (sekitar 50 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Juga turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini adalah Co-Founder Go-Jek Michaelangelo Moran dan sejumlah perusahaan keluarga ternama Indonesia. Dana disebutkan akan digunakan untuk meningkatkan kehadiran fasilitas fisik (pusat inspeksi), meningkatkan usaha-usaha pemasaran dan penjualan, serta merekrut pegawai baru.

Diluncurkan tahun lalu, BeliMobilGue.co.id mencoba pendekatan berbeda untuk penjualan mobil bekas. Ketimbang sekedar menjadi marketplace yang mempertemukan pembeli dan penjual yang proses transaksinya bisa memakan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan, BeliMobilGue mencoba selangkah lebih maju dengan menciptakan pasar.

Mereka mengumpulkan pembeli terverifikasi (1000 buah hingga saat ini) dan menyediakan pusat inspeksi (17 buah) untuk memastikan kualitas dan harga mobil yang ditawarkan. Di situ mereka memberikan jaminan penawaran dalam waktu satu jam. BeliMobilGue.co.id mendapatkan komisi untuk setiap transaksi.

Saat ini BeliMobilGue.co.id, yang didirikan Co-Founder dan CEO Rolf X. Monteiro,  melayani kawasan Jabodetabek yang disebut memiliki 58% pangsa mobil nasional. Rolf memiliki pengalaman memimpin sejumlah perusahaan teknologi multinasional di kawasan Asia Tenggara.

Penawaran marketplace mobil bekas yang berbeda

Kepada DailySocial, Rolf menjelaskan, “Sektor penjualan otomotif di banyak negara secara konsisten menunjukkan kelemahan. Walaupun kebutuhan terus meningkat, ada kekurangan di sisi marketplace yang terpercaya dan tersentralisasi agar konsumen bisa membeli dan menjual mobil secara efisien dengan harga kompetitif.”

“Penawaran unik kami [yang berbeda dengan marketplace lain] adalah kepemilikan data yang kami kelola, yang membantu kami memberikan informasi instan tentang berapa harga mobil kami dan pengalaman 60 menit di pusat inspeksi kami memberikan lingkungan yang nyaman. Bahkan jika Anda tidak mengambil penawaran kami, tidak ada biaya tambahan yang dibebankan,” lanjutnya.

BeliMobilGue.co.id sendiri merupakan joint venture antara Frontier Car Group yang berbasis di Berlin, Jerman, dan Intudo Ventures yang berbasis di Indonesia. Frontier Car Group disebut memiliki platform yang dikhususkan untuk marketplace mobil bekas di negara berkembang.

“Pasar otomotif Indonesia telah berkembang sangat pesat selama sepuluh tahun terakhir, yang telah menciptakan pasar mobil bekas yang besar. Melalui marketplace kami, konsumen bisa mendapatkan hasil penjualan mobil bekas yang lebih baik ketimbang metode tradisional. Dengan dukungan Frontier Car Group, Intudo Ventures, dan tim kami yang bertalenta, kami dapat menghasilkan transaksi mobil bekas yang lebih aman dan nyaman bagi konsumen Indonesia,” ujar Rolf.

Rencana tahun ini

Rolf memastikan pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan jumlah pusat inspeksi di Jabodetabek.

“Pusat inspeksi adalah hal yang sangat penting bagi kami. Ini adalah tempat pertama bertemunya kami dengan pemilik kendaraan dan kendaraannya. Fokus kami tidak hanya sekedar ekspansi lokasi, tetapi juga memastikan kualitas layanan dan pengalaman konsumen sesuai harapan.”

Soal potensi ekspansi secara nasional, termasuk ke negara tetangga, Rolf memastikan, “Kami telah melakukan riset intensif dan bakal sangat tertarik untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Meskipun demikian, sangat penting bagi kami untuk memastikan basis pasar utama kami diurusi dengan baik sebelum memikirkan ekspansi. Itu artinya orang-orang hebat, proses yang solid, dan bisnis yang berkesinambungan bakal membantu kami membangun ekspansi regional seiring berjalannya waktu.”

“Di tahun 2018, kami berencana untuk fokus ke pertumbuhan dan secara dramatis meningkatkan aktivitas penjualan kami,” tutupnya.

Belajar dari Mundurnya Para Petinggi Startup di Indonesia

Kabar keluarnya Ken Dean Lawadinata mungkin masih menyisakan pertanyaan besar di benak kita, mengapa petinggi startup yang merasakan berdarah-darahnya membangun sebuah startup dari nol justru mundur ketika perusahaan yang dirintisnya mulai tumbuh besar? Pertanyaan yang sama barangkali juga menggelayuti pikiran kita ketika Alamanda Shantika memutuskan meninggalkan Go-Jek yang ikut dirintisnya sejak awal hingga memiliki jutaan user seperti sekarang ini. Terakhir, kita dikejutkan dengan kabar mundurnya Michaelangelo Moran yang juga co-founder dari Go-Jek.

Meskipun belum diketahui alasan mengapa Mikey, begitu ia disapa, memutuskan mundur dari Go-Jek, tetapi beberapa pihak menyebut Mikey yang juga berprofesi sebagai DJ akan memulai bisnis propertinya di Bali. Sama seperti Mikey, Ken Dean mundur dari Kaskus karena melirik bisnis lain. Sementara, Alamanda memiliki alasan yang sedikit berbeda. Sebab setelah mundur dari Go-Jek, Ala masih berkecimpung di dunia IT lewat Kibar dan Gerakan 1000 Startup yang dipeloporinya.

Sepintas, mundurnya beberapa nama beken dari perusahaan yang dipandang “wow” di kalangan pelaku bisnis startup membuat kita berpikir, apakah memang pilihan mundur sesuai untuk kondisi sekarang ini?

Seperti yang kita tahu, saat ini startup Indonesia mengalami dualisme yang cukup membuat galau. Di satu sisi, pertumbuhan bisnis startup sedang gencar-gencarnya diikuti semangat ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki cita-cita untuk membangun startup. Namun, di sisi lain kita tidak menutup mata bahwa geliat startup yang telah berjalan justru mengalami musim “paceklik”. Terlihat beberapa waktu lalu ketika startup fashion e-commerce besar di Indonesia seperti SaleStock dan BerryBenka ramai-ramai melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Meski tidak semata-mata karena keuangan, tetapi layoff yang dilakukan oleh suatu perusahaan pastilah menandai adanya permasalahan di dalamnya.

Startup dan mimpi-mimpi kabur anak muda Indonesia

Masih terekam jelas di ingatan saya ketika kali pertama mengenal startup, satu hal yang langsung terlintas di pikiran saya adalah soal masa depan yang berubah. Startup mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Dan istimewanya, hal-hal yang berubah adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kita tidak senangi; jam kerja yang kaku, otoritas atasan, tempat kerja bersekat, dan lain-lain.

Ekosistem di startup bagaimanapun mengubah hal tersebut. Dan itu adalah salah satu yang membuat banyak orang, terutama di kalangan anak muda, yang menaruh banyak sekali mimpi. Entah menjadi founder atau bekerja di startup, paling tidak mereka memiliki harapan dan cita-cita bahwa melalui startup, banyak hal yang bisa berubah dan bisa diubah. Maka tidak salah ketika startup mulai populer, antusiasme anak muda yang ingin terjun di sana juga semakin tinggi.

Hanya saja satu hal yang luput dari pemahaman kita adalah tidak segala hal diciptakan dengan instan. Tidak ada yang serba mudah, termasuk ketika memutuskan untuk bergabung di startup.

Sembilan puluh persen startup di dunia ini mengalami kegagalan. Seharusnya hal itu yang pertama wajib kita ketahui. Dengan demikian, setidaknya kita sadar bahwa mengambil langkah untuk terjun di startup berarti siap dengan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan untuk gagal, dipecat, dan segala macam. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri, kemungkinan besar sukses ataupun gagal, ada banyak hal yang bisa dipelajari selama proses tersebut.

Mundurnya mereka bukan karena menyerah

Banyak orang berpikir bahwa bekerja di startup yang serba tidak pasti adalah salah satu alasan mengapa banyak orang memilih angkat kaki. Kita pun boleh curiga barangkali baik Ala, Mikey, maupun Ken Dean sudah cukup “lelah” dengan startupnya. Namun, saya pribadi memiliki pandangan yang lain.

Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran adalah seberapapun hasilnya, pada akhirnya, lakukan yang terbaik. Jika kita sebagai anak muda mundur dari startup dengan alasan lelah dengan ketidakpastian, saya rasa jangan pernah menyamakan kita dengan mereka bertiga. Ketiga pentolan startup tersebut mundur setelah mereka melakukan banyak hal dan membuktikan bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup berguna. Ken Dean mundur dari Kaskus setelah startup tersebut melejit dengan kepopuleran yang tinggi. Tak jauh beda, Mikey dan Ala mundur ketika Go-Jek sudah menjadi “unicorn” dengan valuasi yang fantastis. Ala sendiri justru menganggap mundurnya dia dari Go-Jek justru akan membawa banyak manfaat, sebab ilmu yang dulunya hanya diketahui Go-Jek, kini bisa ia ajarkan kepada seluruh orang di Indonesia.

Jadi, jika kamu anak muda yang masih menaruh mimpi pada masa depan startup yang lebih baik, saya rasa tidak perlu khawatir. Fokus kita saat ini adalah melakukan yang terbaik, pada apapun yang kita bisa. Fokus untuk berkarya, berimprovisasi, dan membangun sesuatu yang berguna. Sebab jika orang-orang muda seperti kita sudah “lelah” sebelum jadi apa-apa, mau bagaimana masa depan bangsa? Pikir sekali lagi. *ehm, berat ya.

Logo LabanaID