Razer Viper 8KHz Diklaim Sebagai Mouse Gaming Tercepat Sejagat

Diperkenalkan di tahun 2019, Razer Viper dengan cepat menjadi salah satu mouse favorit para gamer kompetitif. Mulai dari bentuknya yang ambidextrous, bobotnya yang sangat ringan, sampai responsivitas switch beserta sensornya, ada banyak yang bisa disukai dari mouse ini.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana cara meningkatkan performa mouse yang sudah sangat cekatan seperti Viper? Dengan mendongkrak polling rate-nya berkali-kali lipat kalau menurut Razer. Berangkat dari pemikiran tersebut, lahirlah Viper 8KHz, yang Razer sebut sebagai mouse gaming tercepat sejagat.

Embel-embel 8KHz pada namanya merujuk pada spesifikasi polling rate maksimumnya yang mencapai angka 8.000 Hz. Bagi yang tidak tahu, polling rate pada dasarnya adalah seberapa sering mouse mengirim data input ke komputer. Semakin tinggi angka polling rate, berarti semakin sering mouse-nya meneruskan data setiap detiknya.

Sebagai referensi, sebagian besar mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang artinya perangkat bisa mentransmisikan data sebanyak 1.000 kali per detik. Mengacu pada perhitungan yang sama, itu berarti Viper 8KHz mampu mengirimkan delapan kali lebih banyak data setiap detiknya, dan otomatis latency-nya dapat dipangkas lebih jauh lagi dari 1 milidetik menjadi 1/8 milidetik.

Ini bukan pertama kalinya kita menjumpai mouse gaming dengan polling rate di atas normal. Tahun lalu, Corsair merilis mouse bernama Dark Core RGB Pro yang memiliki polling rate 2.000 Hz, dan keyboard terbaru mereka pun turut dibekali polling rate sebesar 4.000 Hz. Kalau boleh menebak, kemungkinan kita bakal melihat produsen periferal berlomba-lomba menawarkan polling rate setinggi mungkin mulai sekarang.

Pertanyaannya, bisakah kita membedakan responsivitasnya? Bisakah kita membedakan antara jeda 1 milidetik dan 0,125 milidetik? Kalau Anda tanya saya, saya pasti menjawab tidak bisa, sebab saya memang tidak punya ketangkasan sekelas atlet esport. Lain halnya kalau yang Anda tanyai adalah Nikolay “Nikobaby” Nikolov, carry andalan tim Dota 2 Alliance. Menurutnya, ia bisa langsung membedakan antara polling rate 1.000 Hz dan 8.000 Hz.

Wujud Viper 8KHz sendiri sangat identik dengan Viper orisinal, akan tetapi bobotnya naik sedikit menjadi 71 gram. Jeroannya juga sudah banyak dirombak. Optical switch-nya sudah diganti dengan switch generasi kedua yang terasa sekaligus terdengar lebih memuaskan saat diklik, sedangkan sensornya ditukar dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS – sensor yang sama yang tertanam di mouse high-end Razer lainnya.

Kabar baiknya, semua pembaruan itu bisa konsumen nikmati tanpa perlu menebus tarif ekstra. Razer Viper 8KHz saat ini sudah dijual seharga $80, banderol yang sama persis seperti Viper orisinal ketika diluncurkan dua tahun silam.

Sumber: Razer.

Gaming Mouse Razer Viper Unggulkan Optical Switch yang Inovatif

Mencari sebuah gaming mouse yang sempurna itu sulit, sebab semuanya kembali bergantung pada preferensi masing-masing konsumen. Sebagian mungkin lebih sreg dengan mouse yang dilengkapi sistem manajemen berat, sedangkan sebagian lainnya justru mendambakan mouse dengan bobot seringan mungkin demi mengakomodasi gaya bermainnya.

Razer baru saja menyingkap suguhan anyar untuk tipe konsumen yang kedua ini. Dijuluki Razer Viper, bobot mouse ini hanya berkisar di angka 69 gram, jauh di bawah mouse gaming lain pada umumnya, sehingga pengguna Viper semestinya bisa lebih cepat bereaksi ketimbang pemain lain.

Razer Viper

Bobot yang ringan tentu bukan satu-satunya fitur unggulan mouse berwujud ambidextrous ini. Viper juga menjadi mouse pertama yang mengemas Razer Optical Switch, yang diklaim menawarkan aktuasi hingga tiga kali lebih cepat ketimbang switch mekanis biasa.

Razer menjelaskan bahwa pada mouse tradisional, sinyal input akan dikirim ke komputer setelah switch mekanisnya bersentuhan dengan sebuah pelat logam. Kontak fisik ini seringkali berujung pada beberapa klik ekstra yang tak disadari, namun driver yang tertanam pada mouse cukup pintar untuk mengaktifkan efek debounce delay sehingga komputer membaca hanya ada satu klik yang terjadi.

Masalahnya, debounce delay ini juga kerap menjadi penyebab menurunnya responsivitas. Inilah problem yang hendak dipecahkan oleh Razer Optical Switch. Jadi ketimbang mengandalkan kontak fisik, Razer Optical Switch sepenuhnya mengandalkan sinar infra-merah yang melewati semacam lorong (yang proses buka-tutupnya diatur oleh setiap klik pada tombol) dan langsung mengirimkan sinyal input ke komputer.

Dari kacamata sederhana, Optical Switch yang terdapat pada Viper ini dapat merespon terhadap tekanan jari pengguna secara lebih instan, dengan waktu respon yang diklaim hanya 0,2 milidetik. Durabilitasnya pun tetap terjamin, dengan klaim ketahanan hingga 70 juta kali klik.

Razer Viper

Performa Viper turut didukung pula oleh penggunaan sensor optik 5G, dengan sensitivitas maksimum hingga 16.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Juga menarik adalah kabel braided khusus yang Razer juluki dengan nama Speedflex, yang lebih fleksibel ketimbang kabel braided biasa sehingga tidak mengganggu pergerakan pengguna, terutama saat memakai tingkat DPI kecil.

Razer Viper saat ini sudah dipasarkan seharga $80. Kembali lagi ke pernyataan di awal, Viper pun tidak akan bisa mengakomodasi semua gaya bermain konsumen, dan kalau menurut saya lebih cocok bagi para penggemar game FPS kompetitif macam CS:GO, yang seringkali melibatkan perpaduan DPI kecil dan pergerakan mouse yang lebar sekaligus tiba-tiba.

Sumber: Razer.

Mouse Gaming Asus ROG Pugio Andalkan Tombol Samping dan Switch Modular

Mouse tipe ambidextrous adalah solusi pabrikan atas upayanya untuk tidak mendiskriminasikan pengguna kidal sekaligus tidak merugi akibat penjualan mouse kidal yang sedikit. Sayang tidak semua mouse ambidextrous nyaman digunakan, terutama akibat kehadiran tombol ekstra di kiri-kanan yang sering terklik tanpa sengaja.

Menurut Asus, mereka punya solusi yang lebih efektif dalam wujud mouse ambidextrous dengan tombol samping modular. Modular berarti bisa dilepas-pasang, dan mekanismenya sangat mudah karena mengandalkan magnet. Kalau Anda hanya perlu tombol di sebelah kiri, lepas saja tombol di samping kanan mouse bernama ROG Pugio ini, demikian pula sebaliknya untuk pengguna bertangan kidal.

Asus ROG Pugio

Asus memang bukan yang pertama menerapkan fitur semacam ini; Logitech G900 turut dibekali mekanisme lepas-pasang tombol samping yang serupa. Maka dari itu, Asus sudah menyiapkan fitur lain yang tak kalah menarik, yakni switch tombol yang juga bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Mengganti switch milik mouse ini hanya memerlukan tiga langkah: 1) lepas keempat sekrup di bagian bawah mouse, 2) buka mouse dengan menarik penutupnya ke atas, 3) lalu tinggal lepas switch-nya satu per satu – memasangnya pun tidak lebih rumit dari melepasnya.

Asus ROG Pugio

Pugio datang dengan switch Omron D2FC-F-K (buatan Tiongkok) yang tahan sampai 50 juta klik, tapi Asus turut membekalinya dengan switch cadangan Omron D2F–01F (buatan Jepang) – plus Pugio juga kompatibel dengan sejumlah switch Omron model lainnya. Jadi selain bisa memperpanjang umur mouse dengan mengganti switch-nya, pengguna sejatinya juga bisa memilih switch dengan resistensi yang paling pas untuknya.

Soal performa, Asus ROG Pugio didukung oleh sensor optik beresolusi maksimum 7.200 DPI, dan sensitivitasnya dapat diganti menggunakan tombol di bawah scroll wheel. Tentu saja, mouse ini tak akan lengkap tanpa sistem pencahayaan RGB, dan yang tertarik sudah bisa meminangnya seharga $90.

Sumber: PC Gamer.